Anda di halaman 1dari 5

TALI SEPATU

Karya: Dewi Hartami Putri

Siang ini aku dibuat kesal lagi oleh teman sekelasku, Andre namanya. Dia selalu melakukan hal yang
sama sejak kami sama-sama duduk di bangku kelas 8. Mengikat kedua tali sepatuku. Itu selalu dilakukan
Andre ketika aku lengah dan ngantuk. Maka dari itu aku harus siap siaga jika ada Andre.

Awalnya dia iseng mengikat kedua tali sepatuku jika aku ketiduran di kelas saat jam kosong. Lama
kelamaan, mengikat tali sepatuku menjadi rutinitas Andre. Tapi anehnya, aku suka merasa rindu akan
hal itu jika saja Andre tak melakukannya walau hanya sehari.
“Andreee.. Jangan bikin aku kesel dong ”, teriakku pada Andre yang memamerkan wajah kemenangan
padaku. Ya, dia berhasil mengikat kedua tali sepatuku dengan meja. Hampir saja aku jatuh dibuatnya.
“Biarin. Masalah buat lo??” balasnya sambil melet. Andre memang menang, tapi entah mengapa aku
tidak pernah berniat untuk membalas kejailannya itu. Sampai suatu saat, Nina teman dekatku,
menanyakan apakah aku suka sama Andre karena aku tidak pernah membalas perbuatan dia. Tapi
pertanyaan Nina aku elak sebisa mungkin, walaupun hatiku memiliki jawaban yang berbeda dengan
bibirku.
“Ndre, kapan kamu berhenti menggangguku?” tanyaku dengan nada yang jengkel. Aku sedang mencatat
materi yang ditulis oleh Sekretaris kelasku di papan tulis. Sedangkan Andre sibuk mengikat kedua tali
sepatuku tanpa memperdulikan aku yang ada diatasnya.
“Ndreee....” ujarku sekali lagi.

Dia tetap diam. Lalu aku meliriknya.


Aku melihat dia jatuh tersungkur di bawah kakiku. Aku panik. Wajahnya pucat.
Apa aku menendangnya ? Aihh, aku yakin aku tidak menendangnya. Dan.... Brukkkk...

Aku jatuh dari meja, dan tubuhku hampir menindihi tubuh Andre yang bisa dibilang kekar.
Aku lupa satu hal, tali sepatuku masih terikat ke meja.
Segera aku melepas ikatan tali sepatuku di meja dan melihat keadaan Andre.
Teman-teman segera mengangkat Andre dan membawanya ke UKS.
“Vi, kamu tadi ngapain ? Kok Andre sampe bisa pingsan gitu”, tanya Reza, ketua kelasku.
“Aku gak ngapa-ngapain Za, beneran. Tanya aja sama Nina, aku daritadi cuma nyatet materi yang ada di
papan .
Ya kan Nin?” ujarku sambil melirik Nina.
Berharap dia akan membelaku, karna memang aku tak bersalah, aku yakin itu.

“Iya Za , tadi Vivi cuma nyatet materi ”, terang Nina membelaku.


Kemudian Reza berlalu dari ruang UKS.
Di ruang ini hanya ada aku, Nina, dan Bu Titi. Bu Titi terus menerus membangunkan Andre dengan cara
mengolesi pelipisnya dengan minyak kayu putih. Aku terus menatap Andre yang kelihatan pucat. Ini
anak, kalo lagi usil ngeselin, tapi kalo sakit kasian juga, ujarku dalam hati.
Bel pulang sekolah berbunyi...
Aku bingung, memilih untuk tetap menunggu Andre bangun, dan itu artinya aku harus telat sampai di
rumah, atau aku meninggalkannya. Ahh, dasar Andre,
bisanya nyusahin orang doang, umpatku dalam hati.
“Kamu gak mau pulang Vi ?” tanya Nina.
Aku menggeleng. Bu Titi juga sudah mengemasi barangnya dan bersiap untuk pulang. Ahh, aku harus
benar -benar memilih dan aku harus tetap menunggu Andre sampai bangun. Bagaimanapun, aku harus
bertanggungjawab karna Andre pingsan setelah mengikat tali sepatuku.
“Bu Titi, saya mau nungguin Andre saja Bu. Kalau Ibu mau pulang silahkan, saya minta kunci ruang UKS
saja biar nanti saya yang mengunci Bu”, ujarku pada Bu Titi.
“Kamu nggak papa kalau Ibu tinggal pulang?” tanya Bu Titi padaku.
“Nggak papa kok Bu ”, balasku sambil tersenyum meyakinkan Bu Titi.
“Iya udah , ini kuncinya. Kamu hati-hati ya Vi”, ujar Bu Titi sambil menyerahkan kunci kemudian berlalu.
30 menit berlalu. Andre tak kunjung bangun dari pingsannya. Aku semakin panik. Tinggal aku dan Andre
di sekolah ini.
Tiba-tiba terasa ada getaran dari kasur yang kududuki. Aku lihat Andre mulai terbangun dari tidur
lelapnya.
“Vi.. Ngapain disini? Ini jam berapa?” tanyanya sambil bangkit dari kasur .
Wajahnya terlihat sedikit pucat, tapi tak separah tadi.
“Ngapain disini? Menurut kamu?” aku balas tanya. Dengan nada yang agak jutek dan kesal pastinya.
“Lah, ya mana aku tau. Aku kenapa di UKS? Aku pingsan?” tanya Andre polos.
Dasar Andre, kamu nyusahin aku tau, umpatku.
“Kamu tadi pingsan. Ya udah ayo pulang, udah hampir jam setengah tiga”, ajakku.
Lalu aku mengemasi barang-barangku dan bersiap pulang. Aku ingat, aku tadi gak bawa sepeda. Dan aku
yakin Andre bawa motor, nebeng ahh, pikirku seketika.
“Ndre, nebeng ya? Aku tadi gak bawa sepeda. Kan tadi aku dianter Ayah”, ucapku sambil nyengar-
nyengir. Perlu sedikit rayuan untuk membuat Andre menggangguk.
“Iya”, jawabnya singkat.
Sepanjang perjalanan aku ngobrol banyak sama Andre. Mulai dari alasan kenapa dia bisa pingsan.
Ternyata dia punya penyakit anemia. Pantesan Andre keliatan lemes banget. Topik pembicaraan kita
tidak berhenti. Aku menanyakan kenapa Andre bawa motor kalau sekolah, padahal jelas- jelas, sekolah
melarang siswanya untuk membawa motor ke sekolah.
Gak terasa 15 menit ngobrol sama Andre di perjalanan. Ternyata dia asyik juga kalau diajak ngobrol.
Rasa ketertarikanku sama Andre makin dalam. Tapi hebatnya, gak ada yang tau kalau aku suka sama
Andre.
“Aku pulang dulu ya Ndre. Makasih”,
ujarku padanya sambil tersenyum. Andre hanya membalas dengan anggukan kepalanya. Dia pun berlalu.
***

Esok harinya di sekolah...


“Vi, kamu ikut lomba ya mewakili sekolah kita?” ujar Pak Nanang padaku.
“Hah?? Lomba apa Pak?” tanyaku tak mengerti.
“Lomba SIC. Seperti tahun lalu. Kamu ikut mapel Bahasa Inggris ya?” tutur Pak Nanang lagi.
“Ohh, baik Pak”, balasku dengan riang. Aku sudah berpengalaman ikut lomba ini, jadi aku yaaaa...lebih
santai lah. Pak Nanang hanya manggut-manggut.
“Partner saya siapa Pak?” tanyaku lagi.
“Andre”, jawab Pak Nanang singkat.
Mataku sempat terbelalak. Andre musuhku itu kah yang beliau maksud?? Ahh, kuharap jangan.
“Andre siapa Pak?” tanyaku lagi . Kali ini aku benar-benar merasa seperti orang yang kehilangan arah.
“Andre teman sekelas kamu”, tegas Pak Nanang.
Apa?? Andre. Ya Tuhan, umpatku dalam hati.
“Kenapa sama Andre sih Pak ? Sama Putri aja ya Pak”, mohon ku pada Pak Nanang.
“Saya sudah terlanjur daftarin nama kamu sama Andre, Vi”, terang Pak Nanang. Jleebb, mampus ,
gerutuku dalam hati. Aku menghela nafas panjang, Pak Nanang pun berlalu tanpa berkata apapun.
***

Esoknya.....
“Ndre, sorry aku telat”, ujarku pada Andre saat aku melihat dia menungguku di depan gerbang. Lomba
akan dimulai 10 menit lagi.

“Iya gapapa. Ya udah ayo kita cari ruangannya. Temen-temen yang lain udah pada masuk ruangan”, ajak
Andre kemudian menggandeng tanganku.
Aku sempat tercengang.
Ini mimpi atau apa banget?? Ujarku dalam hati saking gak percayanya. Aku sama Andre udah setahun
musuhan dan iniiiiiiii...apa iniii?? Oke aku tau ini lebay, dan ini gila. Yeah, ini GILA. Ah Vivi, lebay banget
jadi orang.
Dia cuma ngajak kamu nyari ruangan, udah itu aja. Aku mulai tersadar dari bayangan gilaku.

Got it!! Ruangnya ketemu. Aku langsung mencari tempat dudukku dan Andre. Bel masuk berbunyi. Aku
dan Andre mulai mengerjakan soal yang yaaa lumayan susah.
2 jam berlalu.....

Aku, Andre, Nita, dan teman-teman yang lain berkumpul di aula untuk menunggu hasil pengumuman
lomba.
Sementara menunggu, SMAN 1 Sooko mengadakan games kecil-kecilan. Ada hiburan juga.
“Siapa yang mau nyumbang nyanyi?” tanya salah satu panitia lomba.
Tiba-tiba Andre menarik tanganku dan mengajakku maju ke depan. Dia mulai mengambil gitar yang
disediakan panitia, sementara microphone diberikan kepadaku.
Andre memberikan kode ‘Westlife’ padaku. Ohh, More Than Words, ujarku dalam hati.
Lalu aku mengangguk.
Saying ‘I Love You’ is not the words
I want to hear from you
It’s not that I want you
Not to say but if you only knew
How easy it would be
To show me how you feel
More than words .........

1 lagu pun berhasil aku dan Andre bawakan dengan baik. Seluruh penonton pun bertepuk tangan. Lalu
aku dan Andre segera kembali ke bangku penonton.
Saat aku duduk di dekat Andre, tiba-tiba Andre berbisik ke telingaku.
Dia mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak pernah terlintas di otakku.
‘aku sayang kamu’, itulah yang diucapkan Andre padaku. Mataku sempat melongo beberapa waktu, tak
percaya hal itu terjadi. Tiba-tiba HP ku bergetar.
1 pesan masuk........
From : Andre
Would you be my girlfriend ??
Aku benar-benar tak menyangka hal ini terjadi.
Dia duduk di sebelahku , tapi dia mengirim SMS untuk menyatakan perasaannya.
Malu kali ya, haha. Aku pun tersenyum padanya, lalu aku mengangguk tanda aku meng’iya’kan
pertanyaannya.

Resensi Cerpen “Tali Sepatu”


Temanku
Judul Cerpen : Tali Sepatu

Penulis : Dewi Hartami Putri

Cerpen Tali Sepatu Karya Dewi Hartami Putri merupakan cerpen kedua yang dibuat oleh Dewi.
Lagi-lagi cerpen karyanya ini menceritakan tentang kisah cinta seorang remaja setelah cerpen
pertamanya yang berjudul Gara-Gara SMS yang juga menceritakan kisah cinta. Cerpen karya keduanya
ini mirip dengan cerpen pertamanya. Endingnya sama-sama happy ending yang berakhir dengan
jadiannya seorang remaja. Namun perbedaannya, di cerpen yang kedua sudut pandangnya adalah orang
pertama pelaku utama yang menggunakan tokoh Aku-an. Tokoh tersebut diketahui bernama Vivi.

Vivi si tokoh utama yang merupakan pelajar, orangnya cukup penyabar. Dia juga memiliki rasa
kasihan terhadap temannya walaupun sering di jaili oleh temannya itu. Di kelas, Vivi biasanya selalu
dijaili oleh salah satu temannya yang bernama Andre. Andre orangnya memang suka usil bila dekat
dengan Vivi dan suka memanfaatkan keadaan bila Vivi sedang lengah.

Diceritakan tokoh utama dalam cerpen ini si Vivi yang merasa jengkel dengan sikap teman laki-
lakinya yang bernama Andre yang selalu menjailinya. Dia jengkel karena Andre selalu mengikat kedua
tali sepatunya saat dia lengah di kelas. Namun kejengkelannya kepada Andre lama-lama hilang dan
lama-kelamaan menjadi tumbuh rasa sukanya kepada Andre.Hal itu karena kejailan si Andre yang sudah
menjadi rutinitas dan sering ia rindukan bila Andre tidak menjailinya.

Di sini diceritakan bahwa Vivi lama-lama jadi jatuh cinta kepada Andre. Apalagi ditambah dia
harus ikut lomba bersama dengan si Andre. Hatinya sangat berdebar-debar saat ikut lomba bersama si
Andre. Dia juga diajak nyanyi oleh si Andre saat menunggu pengumuman hasil lomba itu. Di akhir cerita,
diceritakan bahwa Andre ternyata juga cinta dengan Vivi dan mengungkapkan cintanya kepada Vivi
melalui SMS.

Cerpen ini sangat cocok untuk dibaca oleh kalangan remaja yang kebanyakan sedang pada
merasa jatuh cinta dengan temannya. Cerpen ini menginspirasi para remaja yang sedang merasa jatuh
cinta untuk melakukan sesuatu hal untuk yang disayangi. Cerpen ini juga mengajarkan remaja berbagai
hal untuk mendapatkan orang yang disayangi walaupun dengan hal-hal yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai