Gambar 4.1
Peta Kabupaten Cirebon
Pelindung
Kuwu Desa Mertasinga
Sesepuh
Pangarep Makmur K, S.Sos
Penasehat
Ki Dalang Sanali
Ketua
Elang Panji Jaya Prawirakusuma
Wakil Ketua
Elang Satria Drajat S, S.Sos
Koor Seksi
Sekretaris Bendahara
Basri
Maman Sulaeman Ratu Otih Rusmiati
4.1.1.2 Sekilas tentang Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
Kabupaten Cirebon
Menjelang tahun 1960-an pertunjukan Wayang Wong dan Wayang Topeng
tidak berjalan dengan mudah, hal ini dikarenakan biaya yang cukup besar namun
tidak adanya pemberi subsidi. Namun demikian, keinginan Sultan dan para
seniman keraton untuk melestarikan kesenian tersebut tetap besar, maka cara yang
mereka ambil adalah membuat pertunjukan dalam bentuk pragmen-pragmen dari
cerita wayang dari Epos Mahabrata dan Ramayana, maka terbentuklah karya tari
Perang Gatotkaca dengan Karna, Rahwana Gandrung pada Sinta, dan sebagainya.
Sekitar tahun 1963-an peminat pertunjukan semakin menurun. Melihat kondisi
tersebut para seniman berniat untuk mengemas bentuk baru menjadi bentuk tari
tunggal, yang selanjutnya para seniman menyebutnya dengan istilah tari versi
wayang.
Tari Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu, (Menurut wawancara pada
tanggal 5 Oktober 2020) diciptakan pertama kali oleh Pangeran Meregu pada
tahun 1972. Tari Srikandi telah melalui proses revitalisasi pada tahun 2015. Hal
ini dilakukan untuk menjaga eksistensi Tari Srikandi. Tari Srikandi merupakan
salah satu bentuk tari dari genre tari wayang. Tari ini merupakan jenis tarian
perang dengan spesifikasi bentuk tarian perang tanding untuk memperebutkan
pusaka Layang Jamus Kalimusada, tarian ini berkarakter putri ladak. Adanya
sejarah Tari Wayang Srikandi, itu dilatarbelakangi oleh sebuah karakter yaitu
salah satu tokoh wanita di dalam dunia pewayangan, yang diambil dari pergelaran
seni wayang kulit (Ringgit Purwa) Gagrak Cirebonan, yaitu yang bernama Dewi
Srikandi (Dewi Retna Srikandi). Dewi Retna Srikandi adalah putri dari seorang
Raja dari Cempala Dirja yang bernama Prabu Drupada dan ibunya bernama Dewi
Gandawati. Dewi Srikandi juga mempunyai dua saudara, yaitu satu seorang kaka
yang bernama Dewi Drupadi dan satu orang adik laki-laki yang bernama Raden
Desta Jumena, dan ia termasuk sebagai salah satu istri Arjuna.
Kisah perjalanan hidupnya, Dewi Srikandi adalah seorang putri cantik
dalam pewayangan yang memiliki jiwa semangat kesatria utama seperti halnya
seorang laki-laki. Mempunyai keberanian yang tangguh dan semangat juang yang
berujung tombak atas dasar kebenaran dan keadilan dalam kehidupannya. Hal ini
dapat dibuktikan dalam pencapaian puncak kesatriaannya yang tangguh dan gagah
berani, yaitu dalam perang Bratayudha. Dewi Srikandi dengan penuh semangat
juang gagah dan berani serta ketangkasannya dalam memegang busur panah
(Gondewa) dan anak panahnya yang siap lepas tancap ke sasaran musuh, dan
akhirnya berhasil membunuh panglima perang Negara Hastina Pura yaitu Resi
Bisma. Dari situlah sang Dewi Srikandi pantas dan layak mendapatkan julukan
serta gelar pahlawan wanita yang gagah berani dalam berjuang menegakan
kebenaran dan keadilan.
Kaki adeg-adeg,
kedua tangan
Dalam Pure
1. Pasangan lontang, badan
Movement
tegaksiap, arah
hadap kedepan.
Gambar 4.2
(Foto. Leomita, 2021)
Arah pandang
menghadap
penonton, posisi
Sembah
2. Rendah Gesture kedua kaki
duduk berlutut,
posisi kedua
tangan sembah.
Gambar 4.3
(Foto. Leomita, 2021)
Arah pandang
menghadap arah
kanan, posisi
kedua tangan
3. Olah Bahu
direntangkan ke
depan, posisi
kedua kaki
duduk berlutut.
Gambar 4.4
(Foto. Leomita, 2021)
Rendah Gesture
Posisi tangan
kiri
direntangkan ke
samping kiri
Teplok bersamaan
4. dengan ambil
Bahu
sampur, tangan
kanan ditekuk
ke bahu kanan.
Posisi kedua
kaki duduk
berlutut.
Gambar 4.5
(Foto. Leomita, 2021)
Kedua kaki
dibuka, kaki
kanan ditarik
ke depan
serong kanan,
dan kaki kiri
sebagai
tumpuan.
Tangan
kanan
ditekuk satu
Pure jengkal di
5. Capang Asimetris
Movement depan dada
dan tangan
Gambar 4.6
kiri lurus
(Foto. Leomita, 2021)
serong kiri
memegang.
Tatapan ke
siku tangan
kiri begitu
juga
sebaliknya
untuk yang
kanan
Adeg-adeg,
tangan kanan
ditekuk ke
serong kiri
depan lalu
diputar dan
tangan kiri
ditekuk ke
Pure
6. Selut Horizontal serong kiri
Movement
sambil ambil
sampur atas
laludiputar,
pandanganke
tangan kanan.
Begitu
Gambar 4.7 sebaliknya
(Foto. Leomita, 2021)
Tubuh
menghadap ke
depan, kaki
kanan ke depan,
Tumpang cindek, kedua
7.
Tali
tangan bersilang
di pergelangan
tangan, tatapan
ke bawah.
Gambar 4.8
(Foto. Leomita, 2021) Pure
Dalam
Movement
Kedua tangan
pasang
kemudian
diayunkan ke
Tumpang depan serong
8. Tali kiri diikuti
Double
dengan seblak
sampur. Kedua
kaki adeg-adeg
serong kiri.
Gambar 4.9
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi tangan
kiri
direntangkan ke
samping kiri
tangan kanan
Pure lalu tumpang
9. Gleong Asimetris
Movement
tali. Posisi kaki
kanan ke depan.
Arah hadap
galeong.
Gambar 4.10
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi tangan
kiri
direntangkan ke
samping kiri
bersamaan
dengan ambil
sampur, tangan
kanan di tekuk
ke samping kiri
Gambar 4.11
Olah (Foto. Leomita, 2021) Pure
10. Rendah
Sampur Movement
Posisi kedua
tangan ditekuk
ke depan
berdekatan,
posisi kedua
kaki duduk
berlutut.
Kemudian selut
ke depan. Arah
hadap ke depan
lalu ke bawah.
Gambar 4.12
(Foto. Leomita, 2021)
Gambar 4.13
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi tangan
kiri ditekuk
memegang
gondewa dan
posisi tangan
kanan lurus
membentuk
gerak ukel
Medium Locomotion dengan
11. Lembeyan
menghadap ke
kiri.
Kemudian
Gambar 4.14
(Foto. Leomita, 2021) bergerak
melangkah
membentuk
setengah
lingkaran
Posisi tangan
kiri di tekuk
ambil sampur,
Teplok
12. Tinggi Gesture
Bahu tangan kanan
nyawang.
Arah hadap ke
depan.
Gambar 4.15
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki kiri geser
ke samping
kanan, tangan
kanan selut
kemudian
tangan kanan
ditekuk ke
depan. Kaki
kiri di depan
serong kiri,
dan kaki
Gambar 4.16 kanan di
Jangkung (Foto. Leomita, 2021) Tinggi Pure
13. belakang kaki
Ilo Movement
kiri
menghadap
serong kanan,
tangan kiri di
pinggang
menyentuh
sampur. Badan
menghadap
samping
kanan.
Gambar 4.17 Pandangan ke
(Foto. Leomita, 2021) depan
Ambil sampur
dengan posisi
tangan kiri
ditekuk ke
depan, tangan
kiri
membentuk
gerak ukel
dengan
menghadap ke
Blumbang Gambar 4.18
14. Tinggi Locomotion
Banjir (Foto. Leomita, 2021) depan. Posisi
kaki kiri
melangkah ke
samping kiri
dan kaki
kanan
mengikutinya
lalu cindek.
Begitupun
sebaliknya
Gambar 4.19
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki kanan ke
depan, tangan
kanan
melempar
sampur ke
tangan kiri,
cindek,
pandangan ke
bawah
Gambar 4.20
Seblak (Foto. Leomita, 2021)
15. Lengkung Locomotion
Sampur
Badan tegak,
tangan kiri
seblak sampur,
tangan kanan
ditekuk sebahu
ke arah serong.
Pandangan ke
depan
Gambar 4.21
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki adeg-adeg,
kedua tangan
mengepal
Gambar 4.22
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi kedua
tangan
direntangkan
ke depan
sambil
memegang
Lenggang Pure
17. Medium sampur, kaki
Arjuna Movement
kanan posisi
jinjit ke
depan.
Pandangan
ke bawah.
Gambar 4.23
(Foto. Leomita, 2021)
Badan doyong
ke bawah, kedua
tangan
direntangkan
perlahan
mengambil
gondewa. Kedua
Ambil
18. Rendah Gesture
Gondewa kaki duduk
ditekuk.
Pandangan mata
mengikuti arah
kemana
Gambar 4.24
(Foto. Leomita, 2021) gondewa
digerakkan.
Tangan kiri
direntangkan
memegang
gondewa,
tangan
kanan
mengambil
panah,
kemudian
panah
Ambil disimpan di
19. Tinggi Gesture
Panah tengah
gondewa.
Kaki kanan
ke depan.
Gambar 4.25 Pandangan
(Foto. Leomita, 2021) yang semula
ke arah
panah
beralih ke
penonton.
Kaki kiri di
depan serong
kiri, dan kaki
kanan di
belakang kaki
kiri menghadap
serong kanan,
tangan kanan
ditekuk sebahu
Adeg-adeg,
tangan
capang
sebahu,
pandangan
Gambar 4.29
(Foto. Leomita, 2021)
Ambil sampur
dengan posisi
tangan kanan
ditekuk satu
jengkal dari
pusar
memegang
sampur sebelah
kanan dan
23. Senggotan Tinggi Locomotion tangan kiri lurus
memegang
sampur sebelah
kiri. Posisi kaki
melangkah
bergantian dan
bergerak ke
samping kanan.
Gambar 4.30 Begitupun
(Foto. Leomita, 2021) sebaliknya
Kedua tangan
ditekuk
disamping
pinggang
memegang
sampur lalu di
Pure
24. Kenyut Lurus seblak sampur.
Movement
Kemudian
kaki kanan
dan kiri dijinjit
secara
bergantian
Gambar 4.31
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki kanan
melangkah ke
depan dan kaki
kiri
dibelakangnya,
Jalak tangan lontang
25. Horizontal Locomotion
Pengkor
bergantian,
pandangan ke
tangan kiri dan
kanan, sambil
berputar
Gambar 4.32
(Foto. Leomita, 2021)
Tangan
kanan
direntangkan
ke depan,
tangan kiri
sebahu, kaki
kanan
melangkah
kaki kiri
Gambar 4.35
(Foto. Leomita, 2021)
4.1.3 Rias dan Busana Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
Kabupaten Cirebon
4.1.3.1 Rias Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
Tata rias sebagai perwujudan pertunjukan agar memperkuat dan menegakan
garis wajah dari arah pandang penonton untuk memenuhi kebutuhan watak atau
cerita berdasarkan konsep dan tujuan pencipta tari agar sebuah sajian tari lebih
estetis, keestetisan tata rias harus mempertimbangkan karakter penokohan putra,
putri, ksatria, raja, karakter kasar, halus, jahat, baik, tua, muda, sebagaimana
interpretasi pencipta tarian atau penata rias olesan rias yang diterapkan pada muka
penari bagai riasan yang disesuaikan dengan tokoh atau peran yang
menggambarkan karakterisasi dari suatu figur atau lakon maka bentuk rias dan
muka pada tarian semuanya berpedoman pada watak atau figur itu sendiri. Rias
Tari Wayang Srikandi menggunakan prosthetic make-up dengan alis cagak dan
perpaduan eyeshadow berwarna hijau yang dicampur coklat, yang menghasilkan
wajah penari terlihat tampak cantik dan indah ketika di pandang serta penambahan
rias untuk memperkuat karakter tokoh Dewi Srikandi.
Rias wajah pada Tari Wayang Srikandi dengan menggunakan alat make up
berupa foundation, bedak, pensil alis, blush on, eye shadow, eye liner, lipstick,
dan bulu mata palsu menggunakan warna hijau dan coklat untuk bagian mata,
warna merah soft untuk bagian pipi, alisnya merupakan alis cagak, dikeningnya
terdapat pasu teleng yang mengggunakan titik (berbentuk trisula) dan jambangnya
adalah jambang eulis.
Rias yang digunakan pada Tari Wayang Srikandi adalah rias karakter yang
berfungsi untuk mengubah wajah seseorang untuk memberikan penjelasan pada
tokoh yang diperankan. Untuk rias yang digunakan pada Tari Wayang Srikandi
yaitu riasan karakter putri ladak. Riasan tersebut terlihat pada garis ornament
wajah yang meliputi bentuk alis, pasu teleng, dan jambang.
Gambar 4.43
Busana Lengkap Tari Wayang Srikandi
(Foto. Leomita, 2021)
2. Celana Sontog
Mengkaji sebuah tarian tidak cukup hanya melihat gerakannya saja, jauh
dari itu masyarakat harus memahami makna gerak dan nilai-nilai yang terkandung
dalam tari tersebut. Dengan mempelajari dan memahami serta mencermati
gerakan-gerakan tari Wayang Srikandi sangat banyak sekali nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri. Dalam
setiap gerakan tarinya banyak mengandung falsafah dan filosofis bagi kehidupan
manusia di dunia seperti halnya yang sudah dijelaskan pada bagian arti dan makna
dari gerakan tari Wayang Srikandi. Dari tari Wayang Srikandi banyak yang harus
kita tauladani sebagai kaca benggala dan tutur tinular yang menuju ke nilai-nilai
luhur budi pekerti kepribadian manusia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
rancangan gerakan-gerakan tariannya menghasilkan tarian yang indah, luwes,
penuh ketangkasan dan kepastian seperti apa yang dimiliki oleh karakter
kepribadian tokoh sang Dewi Srikandi dalam dunia pewayangan. Penelitian
mengenai Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu Kabupaten
Cirebon menganalisis tentang nilai yang terkandung dalam Tari Wayang Srikandi
dilihat dari pengelompokkan definisi nilai. Dilihat berdasarkan ke empat sumber
nilai tersebut, maka dihasilkan sejumlah nilai-nilai pendidikan karakter untuk
pendidikan budaya bahwa Tarian Wayang Srikandi mengandung nilai Tolerasi,
Kerja Keras, Demokratis, Mandiri, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Cinta
Damai, Peduli Lingkungan dan Tanggung Jawab.
Dari pernyataan di atas bahwa rias yang digunakan oleh penari yaitu
membantu mempercantik penari dan menyesuaikan karakter yang dibawakan oleh
penari. Konsep rias pada Tari Wayang Srikandi merupakan rias karakter yang
berfungsi untuk mengubah wajah seseorang. Rias karakter dibagi menjadi dua
yaitu Straight Make Up dan Prosthetic Make Up. Berdasarkan jenis rias karakter
Tari Wayang Srikandi ini termasuk ke dalam Prosthetic Make Up yaitu tata rias
untuk menirukan karakter lain. Adapun rias yang digunakan pada Tari Wayang
Srikandi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Analisis Rias Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
No. Gambar Rias Keterangan
1. Alis yang digunakan pada Tari
Wayang Srikandi ini menggunakan
alis cagak. Bentuk alis cagak ini
untuk mempertegas karakter dari
Srikandi. Bentuk alis cagak ini
digunakan dalam karakter putri ladak
dalam Tari Wayang Srikandi.
Gambar 4.76 Alis
(Foto. Leomita, 2021)
2. Pada bagian mata diberi warna
menggunakan eye shadow yaitu
berwarna hijau dan disudut mata
menggunakan warna coklat. Hal
tersebut sesuai dengan karakter
Srikandi. Warna hijau melambangkan
Gambar 4.77 Eye shadow
(Foto. Leomita, 2021) kemampuan menumpas sesuatu yang
jahat. Penggunaan eye shadow
membentuk lengkungan untuk
memperjelas dan menambah kesan
lebih hidup ketika penari memainkan
ekspresi pada saat menari Tari
Wayang Srikandi.
3. Pada bagian kening terdapat pasu
teleng yang menggunakan titik
berbentuk trisula. Hal ini dilakukan
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan rias pada Tari
Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu menggunakan rias tokoh yang
bertujuan untuk memberikan penjelasan pada tokoh yang diperankan saat
pertunjukan berlangsung. Dilihat dari kategori rias pada Tari Wayang Srikandi
termasuk ke dalam prosthetic make up yang artinya rias untuk menirukan
karakter. Penggunaan rias pada Tari Wayang Srikandi menggunakan warna hijau,
hitam dan merah dikarenakan warna hijau mempunyai arti harapan dan
kehidupan, warna merah mempunyai arti agresif, kekuatan dan keberanian,
sedangkan warna hitam mempunyai arti sikap tegas dan kuat. Hal ini selaras
dengan karakter Tari Wayang Srikandi yang berkarakter putri ladak yang agresif,
kuat dan memiliki keberanian menumpas sesuatu yang jahat di luar maupun dalam
dirinya guna melindungi kedaulatan negaranya.
4.2.3 Pembahasan Busana Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana
Ungu Kabupaten Cirebon
Tabel 4.7
Busana pada Tari Wayang Srikandi
No. Gambar Busana Keterangan
1. Busana Tari Wayang Srikandi
dengan aksesoris yang
dikenakan.
Gambar 4.82
Busana Lengkap Tari Wayang Srikandi
(Foto. Leomita, 2021)
2. Celana Sontog yaitu celana yang
dipakai sampai bawah lutut,
dalam pertunjukan tari di
Cirebon selalu mengenakan
celana salah satunya yaitu Tari
Wayang Srikandi. Celana ini
berwarna merah menyala yang
dihiasi payet berwarna kuning.
Penggunaan celana ini
memudahkan penari untuk
bergerak bebas karena celananya
pendek. Jika dilihat dari segi
estetis menghasilkan gerak yang
Gambar 4.83 Celana Sontog
(Foto. Leomita, 2021) lebih dinamis dan energik.
Lekuk tubuh yang terlihat
menjadi lebih jelas, hal ini
menimbulkan keserasian dan
keindahan yang menyatu dengan
tarian itu sendiri.
3. Kemben berwarna merah, sesuai
dengan karakter Tari Wayang
Srikandi yang berani, tangguh
dan semangat juang yang tinggi.
Kemben biasa digunakan pada
perempuan dan biasa dipakai di
segala pertunjukan tari. Kemben
ini merupakan pakaian
tradisional berupa kain yang
berfungsi untuk menutup bagian
dada yang mana pada bagian
bahunya terbuka. Kemben ini
Gambar 4.84 Kemben
dilengkapi dengan aksen garis
(Foto. Leomita, 2021)
berpola conflicting diagonal
yang bermakna sebuah
peperangan, konflik dan
kebencian. Warna kuning pada
garis tersebut menggambarkan
kebijaksanaan, keindahan dalam
sebuah nilai estetis.
4. Kain motif wedasan berwarna
oranye. Kain motif wedasan ini
menjadi ikon motif batik
Cirebon yang sangat dikenal.
Kain bermotif Wedasan ini biasa
dikenakan di keraton namun
berbagai tarian yang ada di
Cirebon biasanya mengenakan
Kain Wedasan salah satunya
Tari Wayang Srikandi. Kain
Wedasan ini memiliki filosofi
yang melambangkan batu cadas
dimana memiliki kekokohan
keraton dan kekuatan seperti
batu cadas, hal tersebut serasi
dengan karakter Tari Wayang
Srikandi. Jika digabungkan
dengan busana Tari Wayang
Srikandi motif Wedasan ini
memberi kesan keindahan
melalui motif.