Anda di halaman 1dari 58

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian


4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

1) Letak Geografis Kabupaten Cirebon

Gambar 4.1
Peta Kabupaten Cirebon

Kabupaten Cirebon suatu wilayah administratif dan merupakan daerah


otonom sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dan
Undang-Undang Nomor 32 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Wilayah Kabupaten Cirebon terletak di pantai Utara bagian Timur Propinsi
Jawa Barat, berbatasan dengan wilayah Propinsi Jawa Tengah, atau pada
koordinat 108°.20 - 108°.50 Bujur Timur dan 6°.30 7°.00 Lintang Selatan, dengan
terjauh arah Barat - Timur 54 km dan arah Utara - Selatan 39 km.
Wilayah ini dibatasi oleh Kabupaten Kuningan di bagian Selatan,
Kabupaten Majalengka di bagian Barat, Kabupaten Indramayu dan sebagian Kota
Cirebon serta Laut Jawa di bagian Utara, dan di bagian Timur dibatasi oleh
Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah.
Wilayah Kabupaten Cirebon meliputi areal seluas 990,36 km² atau kira-kira
2,24% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat, terdiri atas 37 kecamatan, dan 412
desa termasuk 12 kelurahan. Wilayah tersebut merupakan daerah agraris, dimana
63,52% dari wilayahnya merupakan tanah sawah atau Iahan pertanian. Sedangkan
sisanya 28,51% tanah darat atau pekarangan, 2,38% tanah kehutanan, dan 5,59%
merupakan lain-lain tanah negara.Oleh sebab itu sebagian besar penduduk adalah
petani, baik pemilik, penggarap ataupun buruh tani.
Jumlah penduduk Kabupaten Cirebon berdasarkan data Kantor Statistik
Kabupaten Cirebon tahun 2003 sebanyak 1.976.949 jiwa, terdiri atas 990.495 laki-
laki dan 986.454 perempuan.
2) Letak Geografis Desa Mertasinga
Sanggar Seni Kencana Ungu berada di Desa Mertasinga. Desa Mertasinga
Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon adalah termasuk daerah pesisir.
Secara geografis Desa Mertasinga terletak di garis 12854577 bujur timur dan
6223002 bujur barat. Dari arah Timur Desa Mertasinga langsung berhadapan
dengan Laut Jawa. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Sirnabaya,
sebelah utara berbatasan dengan Desa Muara dan Desa Purwawinangun, dan
sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Bondet. Sanggar seni kencana ungu
terletak di pinggir jalan bersebelahan dengan Situs Lawang Gede.
Berdasarkan peta lokasi, Sanggar Seni Kencana Ungu terletak di Jalan Raya
Sunan Gunung Jati Desa Mertasinga No.007 Rt.1/3 Kecamatan Gunung Jati
Kabupaten Cirebon. Di Kota Cirebon banyak sekali berdiri sanggar tari, namun di
Jalan Raya Sunan Gunung Jati terdapat seniman yang menekuni bidang tari
Wayang. Di Jalan ini terdapat sanggar tari yaitu Sanggar Seni Kencana Ungu.
Sanggar ini dijadikan tempat penelitian karena sanggar Seni Kencana Ungu ini di
dalamnya terdapat tarian yang berhubungan dengan topik penelitian peneliti.
4.1.1.1 Profil Sanggar Seni Kencana Ungu
Sanggar Seni Kencana Ungu merupakan salah satu sanggar tari yang masih
melestarikan tari Wayang di Cirebon. Bertempat di Jalan Raya Sunan Gunung Jati
Desa Mertasinga No.007 Rt.1/3 Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.
Sanggar ini didirikan pada tahun 1989 yang didalamnya berfokus pada kesenian
khas Cirebon, seperti tari topeng Cirebon, tari wayang, tari keurseus, tari kreasi,
lukis kaca, dan naskah kuno. Sanggar ini dipimpin oleh Elang Panji Jaya
Prawirakusuma dan dibantu oleh beberapa pengurus. Ada beberapa pelatih yang
masih aktif di sanggar diantaranya bapak Elang Panji, Basri, Intan Safitri, dan
Sumirah. Berikut struktur organisasi Sanggar Seni Kencana Ungu.
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sanggar Seni Kencana Ungu

Pelindung
Kuwu Desa Mertasinga

Sesepuh
Pangarep Makmur K, S.Sos

Penasehat
Ki Dalang Sanali

Ketua
Elang Panji Jaya Prawirakusuma

Wakil Ketua
Elang Satria Drajat S, S.Sos

Koor Seksi
Sekretaris Bendahara
Basri
Maman Sulaeman Ratu Otih Rusmiati

Sie. Seni Tari Sie. Upacara Adat


Elang Rudi Pramuji P Ratu Sekar Langen P

Sie. Naskah Kuno Karawitan Sie. Humas


Ahmad Djajuli Jujur H. Hasanudin
Sanggar Seni Kencana Ungu ini memiliki banyak peserta didik, mulai dari
jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK. Adapun pembagian kelasnya terbagi tiga salah
satunya adalah kelas pemula yaitu terdiri dari peserta yang belum pernah
mempelajari tarian dimulai dari dasar pelaksanaanya setiap hari senin dan selasa
dari pukul 14.00 s/d 16.00. Sedangkan peserta lama yaitu peserta yang dikatakan
sudah mampu menguasai beberapa gerakan pelaksanaanya setiap hari jumat
hingga minggu. Dan yang terakhir adalah peserta yang mengikuti eskul tari di
sekolah dilaksanakan setiap minggu pagi dari pukul 09.00 s/d 12.00. Adapun
jadwal yang biasa dipakai yaitu setelah jam pulang sekolah sekitar pukul 16.00 s/d
selesai.
Sanggar Seni Kencana Ungu selalu mengikuti kegiatan kesenian dan
antusiasme peserta didik sangat baik untuk mengikuti berbagai macam kegiatan di
luar sanggar baik itu di wilayah Cirebon maupun diluar Cirebon. Berikut ini
catatan prestasi Sanggar Seni Kencana Ungu yang diperoleh dari hasil wawancara
oleh peneliti.
Tabel 4.2 Prestasi Sanggar Seni Kencana Ungu
No. Tanggal Penyelenggara Keterangan
1. 4 Desember 2010 BKKP Gedung III Pengisi acara di
Provinsi Jawa Barat Pagelaran Unjuk Prestasi
Budaya

2. 1 September 2012 Badan Kordinasi Atas partisipasinya pada


Pemerintah dan acara Unjuk Prestasi
Pembangunan Wilayah Wilayah III Cirebon
III Provinsi Jawa Barat
3. 17 Februari 2013 Pepadi Cirebon Pengisi acara dalam
kegiatan forum
Gotrasawala Pakeliran
Cirebon

4. 27 Oktober 2013 Disparbud Provinsi Jawa Atas peran dan


Barat partisipasinya pada
kegiatan pergelaran Seni
di Balai Pengelolaan
Anjungan Jawa Barat
Taman Mini Indonesia
Indah

5. 28 Juli 2018 Original Rekor Indonesia Atas prestasi


Award Penyelenggara
Pendukung Kolaborasi
Seniman Lukis dengan
Penari Topeng Cirebon
terbanyak di Grage City
Mall dalam acara
Pameran Lukisan
Menorah Ke-Elokan
Nusantara di Kota
Cirebon

6. 16 Juni 2019 Disparbud Balai Atas partisipasinya


Pengelolaan Taman dalam acara Kolaborasi
Budaya Bandung Seni Budaya Dalam
Rangka Sinergi Antar
Komunitas Seniman
Budayawan Tionghoa
Se-Jawa Barat 2019

4.1.1.2 Sekilas tentang Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
Kabupaten Cirebon
Menjelang tahun 1960-an pertunjukan Wayang Wong dan Wayang Topeng
tidak berjalan dengan mudah, hal ini dikarenakan biaya yang cukup besar namun
tidak adanya pemberi subsidi. Namun demikian, keinginan Sultan dan para
seniman keraton untuk melestarikan kesenian tersebut tetap besar, maka cara yang
mereka ambil adalah membuat pertunjukan dalam bentuk pragmen-pragmen dari
cerita wayang dari Epos Mahabrata dan Ramayana, maka terbentuklah karya tari
Perang Gatotkaca dengan Karna, Rahwana Gandrung pada Sinta, dan sebagainya.
Sekitar tahun 1963-an peminat pertunjukan semakin menurun. Melihat kondisi
tersebut para seniman berniat untuk mengemas bentuk baru menjadi bentuk tari
tunggal, yang selanjutnya para seniman menyebutnya dengan istilah tari versi
wayang.
Tari Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu, (Menurut wawancara pada
tanggal 5 Oktober 2020) diciptakan pertama kali oleh Pangeran Meregu pada
tahun 1972. Tari Srikandi telah melalui proses revitalisasi pada tahun 2015. Hal
ini dilakukan untuk menjaga eksistensi Tari Srikandi. Tari Srikandi merupakan
salah satu bentuk tari dari genre tari wayang. Tari ini merupakan jenis tarian
perang dengan spesifikasi bentuk tarian perang tanding untuk memperebutkan
pusaka Layang Jamus Kalimusada, tarian ini berkarakter putri ladak. Adanya
sejarah Tari Wayang Srikandi, itu dilatarbelakangi oleh sebuah karakter yaitu
salah satu tokoh wanita di dalam dunia pewayangan, yang diambil dari pergelaran
seni wayang kulit (Ringgit Purwa) Gagrak Cirebonan, yaitu yang bernama Dewi
Srikandi (Dewi Retna Srikandi). Dewi Retna Srikandi adalah putri dari seorang
Raja dari Cempala Dirja yang bernama Prabu Drupada dan ibunya bernama Dewi
Gandawati. Dewi Srikandi juga mempunyai dua saudara, yaitu satu seorang kaka
yang bernama Dewi Drupadi dan satu orang adik laki-laki yang bernama Raden
Desta Jumena, dan ia termasuk sebagai salah satu istri Arjuna.
Kisah perjalanan hidupnya, Dewi Srikandi adalah seorang putri cantik
dalam pewayangan yang memiliki jiwa semangat kesatria utama seperti halnya
seorang laki-laki. Mempunyai keberanian yang tangguh dan semangat juang yang
berujung tombak atas dasar kebenaran dan keadilan dalam kehidupannya. Hal ini
dapat dibuktikan dalam pencapaian puncak kesatriaannya yang tangguh dan gagah
berani, yaitu dalam perang Bratayudha. Dewi Srikandi dengan penuh semangat
juang gagah dan berani serta ketangkasannya dalam memegang busur panah
(Gondewa) dan anak panahnya yang siap lepas tancap ke sasaran musuh, dan
akhirnya berhasil membunuh panglima perang Negara Hastina Pura yaitu Resi
Bisma. Dari situlah sang Dewi Srikandi pantas dan layak mendapatkan julukan
serta gelar pahlawan wanita yang gagah berani dalam berjuang menegakan
kebenaran dan keadilan.

4.1.2 Struktur Koreografi Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana


Ungu Kabupaten Cirebon
Tari Wayang Srikandi yang peneliti temui di Sanggar Seni Kencana Ungu
merupakan salah satu bentuk tari dari genre tari wayang, yang merupakan jenis
tarian perang tanding. Kemudian tari Srikandi ini telah melalui proses revitalisasi
pada tahun 2015 oleh Bapak Elang Panji Jaya. Tari Wayang Srikandi ini berdurasi
cukup lama sekitar 11 menit. Tari Wayang Srikandi ini memiliki beberapa gerak
dan sikap gerak pokok seperti adeg-adeg, capang, lembeyan, teplok bahu,
tumpang tali, gleong, selut, lontang, lenggang arjuna, gagahan, kenyut,
senggotan, blumbang banjir, mandapan, jangkung ilo, jalak pengkor. Pada tari
Wayang Srikandi ini terdapat bagian awal, bagian tengah(keringan) dan bagian
akhir. Pada bagian awal ini penari memasuki arena panggung diiringi intro dari
musik Gamelan. Sebelum lirik lagu atau suluk dinyanyikan penari belum
diperkenankan untuk memulai tarian, pada bagian tengah atau yang disebut
keringan merupakan isi dari tari Wayang Srikandi yaitu berperang dimana penari
menarikan isi cerita Tari Wayang Srikandi yaitu karakter Srikandi yang sedang
berperang, dan yang terakhir adalah bagian penutup dengan gerakan salam
sebagai penanda bahwa tarian ini telah selesai ditampilkan.
Dilihat secara detail, struktur koreografi tari Wayang Srikandi akan
diuraikan dalam bentuk tabel agar terlihat lebih jelas. Data yang disajikan
merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Selanjutnya data berupa struktur koreografi yang diklasifikasikan
berdasarkan studi pustaka mengenai teori koreografi dalam penelitian ini. Teori
koreografi yang digunakan untuk pengklasifikasian ini yaitu kategori gerak dan
desain gerak.
1. Kategori gerak. Menurut Soedarsono (dalam Narawati, 2003. Hlm 121)
kategori gerak terdiri dari: gerak berpindah tempat (locomotion), gerak murni
(pure movement), gerak maknawi (gesture), dan gerak penguat ekspresi (botton
signal).
2. Desain gerak. Menurut (Sedyawati & DKK, 1986, hlm. 106-109) ada 19
desain atas yang perlu dijelaskan secara lebih mendalam yaitu: datar, dalam,
vertikal, horizontal, kontras, murni, statis, lurus, lengkung, bersudut, spiral,
tinggi, medium, rendah, dan terlukis.
Tabel 4.3
Struktur Koreografi Tari Wayang Srikandi
No Nama Foto Gerak Analisis Kategori Uraian
Gerak Desain

Kaki adeg-adeg,
kedua tangan
Dalam Pure
1. Pasangan lontang, badan
Movement
tegaksiap, arah
hadap kedepan.

Gambar 4.2
(Foto. Leomita, 2021)

Arah pandang
menghadap
penonton, posisi
Sembah
2. Rendah Gesture kedua kaki
duduk berlutut,
posisi kedua
tangan sembah.

Gambar 4.3
(Foto. Leomita, 2021)
Arah pandang
menghadap arah
kanan, posisi
kedua tangan
3. Olah Bahu
direntangkan ke
depan, posisi
kedua kaki
duduk berlutut.

Gambar 4.4
(Foto. Leomita, 2021)
Rendah Gesture

Posisi tangan
kiri
direntangkan ke
samping kiri
Teplok bersamaan
4. dengan ambil
Bahu
sampur, tangan
kanan ditekuk
ke bahu kanan.
Posisi kedua
kaki duduk
berlutut.

Gambar 4.5
(Foto. Leomita, 2021)
Kedua kaki
dibuka, kaki
kanan ditarik
ke depan
serong kanan,
dan kaki kiri
sebagai
tumpuan.
Tangan
kanan
ditekuk satu
Pure jengkal di
5. Capang Asimetris
Movement depan dada
dan tangan
Gambar 4.6
kiri lurus
(Foto. Leomita, 2021)
serong kiri
memegang.
Tatapan ke
siku tangan
kiri begitu
juga
sebaliknya
untuk yang
kanan

Adeg-adeg,
tangan kanan
ditekuk ke
serong kiri
depan lalu
diputar dan
tangan kiri
ditekuk ke
Pure
6. Selut Horizontal serong kiri
Movement
sambil ambil
sampur atas
laludiputar,
pandanganke
tangan kanan.
Begitu
Gambar 4.7 sebaliknya
(Foto. Leomita, 2021)
Tubuh
menghadap ke
depan, kaki
kanan ke depan,
Tumpang cindek, kedua
7.
Tali
tangan bersilang
di pergelangan
tangan, tatapan
ke bawah.

Gambar 4.8
(Foto. Leomita, 2021) Pure
Dalam
Movement
Kedua tangan
pasang
kemudian
diayunkan ke
Tumpang depan serong
8. Tali kiri diikuti
Double
dengan seblak
sampur. Kedua
kaki adeg-adeg
serong kiri.
Gambar 4.9
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi tangan
kiri
direntangkan ke
samping kiri
tangan kanan
Pure lalu tumpang
9. Gleong Asimetris
Movement
tali. Posisi kaki
kanan ke depan.
Arah hadap
galeong.

Gambar 4.10
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi tangan
kiri
direntangkan ke
samping kiri
bersamaan
dengan ambil
sampur, tangan
kanan di tekuk
ke samping kiri

Gambar 4.11
Olah (Foto. Leomita, 2021) Pure
10. Rendah
Sampur Movement
Posisi kedua
tangan ditekuk
ke depan
berdekatan,
posisi kedua
kaki duduk
berlutut.
Kemudian selut
ke depan. Arah
hadap ke depan
lalu ke bawah.
Gambar 4.12
(Foto. Leomita, 2021)
Gambar 4.13
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi tangan
kiri ditekuk
memegang
gondewa dan
posisi tangan
kanan lurus
membentuk
gerak ukel
Medium Locomotion dengan
11. Lembeyan
menghadap ke
kiri.
Kemudian
Gambar 4.14
(Foto. Leomita, 2021) bergerak
melangkah
membentuk
setengah
lingkaran

Posisi tangan
kiri di tekuk
ambil sampur,
Teplok
12. Tinggi Gesture
Bahu tangan kanan
nyawang.
Arah hadap ke
depan.

Gambar 4.15
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki kiri geser
ke samping
kanan, tangan
kanan selut
kemudian
tangan kanan
ditekuk ke
depan. Kaki
kiri di depan
serong kiri,
dan kaki
Gambar 4.16 kanan di
Jangkung (Foto. Leomita, 2021) Tinggi Pure
13. belakang kaki
Ilo Movement
kiri
menghadap
serong kanan,
tangan kiri di
pinggang
menyentuh
sampur. Badan
menghadap
samping
kanan.
Gambar 4.17 Pandangan ke
(Foto. Leomita, 2021) depan
Ambil sampur
dengan posisi
tangan kiri
ditekuk ke
depan, tangan
kiri
membentuk
gerak ukel
dengan
menghadap ke
Blumbang Gambar 4.18
14. Tinggi Locomotion
Banjir (Foto. Leomita, 2021) depan. Posisi
kaki kiri
melangkah ke
samping kiri
dan kaki
kanan
mengikutinya
lalu cindek.
Begitupun
sebaliknya

Gambar 4.19
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki kanan ke
depan, tangan
kanan
melempar
sampur ke
tangan kiri,
cindek,
pandangan ke
bawah

Gambar 4.20
Seblak (Foto. Leomita, 2021)
15. Lengkung Locomotion
Sampur

Badan tegak,
tangan kiri
seblak sampur,
tangan kanan
ditekuk sebahu
ke arah serong.
Pandangan ke
depan

Gambar 4.21
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki adeg-adeg,
kedua tangan
mengepal

16. Gagahan Dalam Gesture direntangkan ke


samping.
Pandangan ke
depan.

Gambar 4.22
(Foto. Leomita, 2021)
Posisi kedua
tangan
direntangkan
ke depan
sambil
memegang
Lenggang Pure
17. Medium sampur, kaki
Arjuna Movement
kanan posisi
jinjit ke
depan.
Pandangan
ke bawah.
Gambar 4.23
(Foto. Leomita, 2021)
Badan doyong
ke bawah, kedua
tangan
direntangkan
perlahan
mengambil
gondewa. Kedua
Ambil
18. Rendah Gesture
Gondewa kaki duduk
ditekuk.
Pandangan mata
mengikuti arah
kemana
Gambar 4.24
(Foto. Leomita, 2021) gondewa
digerakkan.
Tangan kiri
direntangkan
memegang
gondewa,
tangan
kanan
mengambil
panah,
kemudian
panah
Ambil disimpan di
19. Tinggi Gesture
Panah tengah
gondewa.
Kaki kanan
ke depan.
Gambar 4.25 Pandangan
(Foto. Leomita, 2021) yang semula
ke arah
panah
beralih ke
penonton.
Kaki kiri di
depan serong
kiri, dan kaki
kanan di
belakang kaki
kiri menghadap
serong kanan,
tangan kanan
ditekuk sebahu

20. Memanah Tinggi Gesture memegang anak


panah dan
Gambar 4.26 tangan kiri
(Foto. Leomita, 2021) direntangkan
memegang
gondewa.
Kemudian siap
memanah,
Pandangan ke
depan.

Adeg-adeg,
tangan
capang
sebahu,
pandangan

Laras Pure ke kiri dan


21. Tinggi
Konda Movement ke kanan
secara
bergantian,
kaki kanan
ke depan.
Gambar 4.27
(Foto. Leomita, 2021)
Adeg-adeg,
tangan lontang
sebahu,
pandangan ke
Gambar 4.28 tangan kanan
(Foto. Leomita, 2021)
dan ke kiri
bergantian.
Pure
22. Mandapan Tinggi Kaki kiri di
Movement
jinjit, tangan ke
pinggang seblak
sampur,
pandangan ke
serong kanan ke
belakang
Kaki kanan ke
depan, badan
serong kiri,
tangan diangkat
sedada ok.

Gambar 4.29
(Foto. Leomita, 2021)
Ambil sampur
dengan posisi
tangan kanan
ditekuk satu
jengkal dari
pusar
memegang
sampur sebelah
kanan dan
23. Senggotan Tinggi Locomotion tangan kiri lurus
memegang
sampur sebelah
kiri. Posisi kaki
melangkah
bergantian dan
bergerak ke
samping kanan.
Gambar 4.30 Begitupun
(Foto. Leomita, 2021) sebaliknya

Kedua tangan
ditekuk
disamping
pinggang
memegang
sampur lalu di
Pure
24. Kenyut Lurus seblak sampur.
Movement
Kemudian
kaki kanan
dan kiri dijinjit
secara
bergantian
Gambar 4.31
(Foto. Leomita, 2021)
Kaki kanan
melangkah ke
depan dan kaki
kiri
dibelakangnya,
Jalak tangan lontang
25. Horizontal Locomotion
Pengkor
bergantian,
pandangan ke
tangan kiri dan
kanan, sambil
berputar
Gambar 4.32
(Foto. Leomita, 2021)
Tangan
kanan
direntangkan
ke depan,
tangan kiri
sebahu, kaki
kanan
melangkah
kaki kiri

26. Trisik Lengkung Locomotion mengikuti,


pandangan
Gambar 4.33 ke bawah
(Foto. Leomita, 2021) dan ke
depan,
sambil
berputar
membentuk
angka
delapan.
Kedua tangan
mengepal
dimana tangan
kanan mengepal
sebahu dan
tangan kiri
mengepal satu
jengkal dari
Gambar 4.34 pusar
(Foto. Leomita, 2021) menghadap
27. Pakbang Tinggi Locomotion samping kiri.
Kedua kaki
melangkah
mundur secara
bergantian dan
diakhir kaki kiri
ditarik dan
tangan kiri
gerakan ukel.
Pandangan ke
bawah.

Gambar 4.35
(Foto. Leomita, 2021)
4.1.3 Rias dan Busana Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
Kabupaten Cirebon
4.1.3.1 Rias Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
Tata rias sebagai perwujudan pertunjukan agar memperkuat dan menegakan
garis wajah dari arah pandang penonton untuk memenuhi kebutuhan watak atau
cerita berdasarkan konsep dan tujuan pencipta tari agar sebuah sajian tari lebih
estetis, keestetisan tata rias harus mempertimbangkan karakter penokohan putra,
putri, ksatria, raja, karakter kasar, halus, jahat, baik, tua, muda, sebagaimana
interpretasi pencipta tarian atau penata rias olesan rias yang diterapkan pada muka
penari bagai riasan yang disesuaikan dengan tokoh atau peran yang
menggambarkan karakterisasi dari suatu figur atau lakon maka bentuk rias dan
muka pada tarian semuanya berpedoman pada watak atau figur itu sendiri. Rias
Tari Wayang Srikandi menggunakan prosthetic make-up dengan alis cagak dan
perpaduan eyeshadow berwarna hijau yang dicampur coklat, yang menghasilkan
wajah penari terlihat tampak cantik dan indah ketika di pandang serta penambahan
rias untuk memperkuat karakter tokoh Dewi Srikandi.

Gambar 4.36 Gambar 4.37


Rias Tari Wayang Srikandi Rias Tari Wayang Srikandi
Tampak depan mata terbuka Tampak depan mata tertutup
(Foto. Leomita, 2021) (Foto. Leomita, 2021)
Gambar 4.38
Rias Tari Wayang Srikandi tampak Samping
(Foto. Leomita, 2021)

Rias wajah pada Tari Wayang Srikandi dengan menggunakan alat make up
berupa foundation, bedak, pensil alis, blush on, eye shadow, eye liner, lipstick,
dan bulu mata palsu menggunakan warna hijau dan coklat untuk bagian mata,
warna merah soft untuk bagian pipi, alisnya merupakan alis cagak, dikeningnya
terdapat pasu teleng yang mengggunakan titik (berbentuk trisula) dan jambangnya
adalah jambang eulis.
Rias yang digunakan pada Tari Wayang Srikandi adalah rias karakter yang
berfungsi untuk mengubah wajah seseorang untuk memberikan penjelasan pada
tokoh yang diperankan. Untuk rias yang digunakan pada Tari Wayang Srikandi
yaitu riasan karakter putri ladak. Riasan tersebut terlihat pada garis ornament
wajah yang meliputi bentuk alis, pasu teleng, dan jambang.

4.1.3.2 Busana Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu


Kabupaten Cirebon
Setiap tarian memiliki busana yang berbeda-beda, busana yang dikenakan
penari memiliki fungsi dan menggambarkan karakter dari tarian tersebut. Busana
pada tari Wayang Srikandi mengandung nilai estetika dan sangat memenuhi
kebutuhan pertunjukan. Busana ini menggambarkan sosok Wayang Srikandi yang
sangat berani, tangguh dan memiliki semangat juang yang tinggi, busana terdiri
dari kemben berwarna merah tanpa kancing, kain atau jarik bermotif Wedasan
berwarna oranye dan hitam dengan menggunakan dodot Lancaran, lalu diikat
menggunakan tali, dan setelah itu ditutupi kemben berwarna merah. Sabuk yang
melilit di pinggang, menggunakan sampur dua yaitu warna merah dan kuning
yang dimasukkan ke dalam sabuk dengan sisi bagian kiri dan kanan yang simetris.
Aksesoris Tari Wayang Srikandi menggunakan gondewa, wangkingan, anak
panah, kalung tumanggal dan ulur-ulur kembang teratai.

Gambar 4.39 Busana Tari Gambar 4.40 Busana Tari


Wayang Srikandi Tampak Depan Wayang Srikandi Tampak Samping
(Foto. Leomita, 2021) Setengah Badan
(Foto. Leomita, 2021)
Gambar 4.41 Busana Tari Gambar 4.42
Wayang Srikandi Tampak Belakang Wayang Kulit Srikandi
Setengah Badan (Foto. Leomita, 2021)
(Foto. Leomita, 2021)

Hiasan kepala Tari Wayang Srikandi disebut Makuta Gelung Sigarwulan.


Adapun untuk lebih jelasnya mengenai busana pada Tari Wayang Srikandi
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Busana pada Tari Wayang Srikandi
No. Gambar Busana Keterangan
1. Busana Tari Wayang Srikandi
dengan aksesoris yang dikenakan

Gambar 4.43
Busana Lengkap Tari Wayang Srikandi
(Foto. Leomita, 2021)
2. Celana Sontog

Gambar 4.44 Celana Sontog


(Foto. Leomita, 2021)
3. Kemben

Gambar 4.45 Kemben


(Foto. Leomita, 2021)
4. Kain Wedasan

Gambar 4.46 Kain Batik motif Wedasan


(Foto. Leomita, 2021)
5. Stagen hitam

Gambar 4.47 Stagen hitam


(Foto. Leomita, 2021)
6. Sampur

Gambar 4.48 Sampur merah dan kuning


(Foto. Leomita, 2021)
7. Ampyok

Gambar 4.49 Ampyok teratai


(Foto. Leomita, 2021)
8. Bustier

Gambar 4.50 Bustier hijau


(Foto. Leomita, 2021)
9. Sumping

Gambar 4.51 Sumping


(Foto. Leomita, 2021)
10. Kilat bahu

Gambar 4.52 Kilat bahu


(Foto. Leomita, 2021)
11. Gelang

Gambar 4.53 Gelang tangan dan kaki


(Foto. Leomita, 2021)
12. Slempang

Gambar 4.54 Slempang


(Foto. Leomita, 2021)
13. Gondewa

Gambar 4.55 Gondewa


(Foto. Leomita, 2021)
14. Panah

Gambar 4.56 Panah


(Foto. Leomita, 2021)
15. Wangkingan

Gambar 4.57 Wangkingan


(Foto. Leomita, 2021)
16. Ulur-ulur kembang
teratai

Gambar 4.58 Ulur-ulur kembang teratai


(Foto. Leomita, 2021)
17. Makuta Gelung
Sigarwulan

Gambar 4.59 Makuta


(Foto. Leomita, 2021)
18. Kalung tumanggal

Gambar 4.60 Kalung tumanggal


(Foto. Leomita, 2021)
4.1.4 Nilai yang terkandung dalam Tari Wayang Srikandi

Mengkaji sebuah tarian tidak cukup hanya melihat gerakannya saja, jauh
dari itu masyarakat harus memahami makna gerak dan nilai-nilai yang terkandung
dalam tari tersebut. Dengan mempelajari dan memahami serta mencermati
gerakan-gerakan tari Wayang Srikandi sangat banyak sekali nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri. Dalam
setiap gerakan tarinya banyak mengandung falsafah dan filosofis bagi kehidupan
manusia di dunia seperti halnya yang sudah dijelaskan pada bagian arti dan makna
dari gerakan tari Wayang Srikandi. Dari tari Wayang Srikandi banyak yang harus
kita tauladani sebagai kaca benggala dan tutur tinular yang menuju ke nilai-nilai
luhur budi pekerti kepribadian manusia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
rancangan gerakan-gerakan tariannya menghasilkan tarian yang indah, luwes,
penuh ketangkasan dan kepastian seperti apa yang dimiliki oleh karakter
kepribadian tokoh sang Dewi Srikandi dalam dunia pewayangan. Penelitian
mengenai Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu Kabupaten
Cirebon menganalisis tentang nilai yang terkandung dalam Tari Wayang Srikandi
dilihat dari pengelompokkan definisi nilai. Dilihat berdasarkan ke empat sumber
nilai tersebut, maka dihasilkan sejumlah nilai-nilai pendidikan karakter untuk
pendidikan budaya bahwa Tarian Wayang Srikandi mengandung nilai Tolerasi,
Kerja Keras, Demokratis, Mandiri, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Cinta
Damai, Peduli Lingkungan dan Tanggung Jawab.

4.2 Pembahasan Penelitian


4.2.1 Pembahasan Koreografi Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni
Kencana Ungu Kabupaten Cirebon
Untuk memahami struktur koreografi diperlukan pemahaman dan teori
mengenai koreografi. Menurut Sedyowati (1986) yang ditulis dalam buku yang
berjudul Pengetahuan Elemen Tari Dan Beberapa Masalah Tari terdapat 19
desain atas. Berdasarkan kategori gerak Tari Wayang Srikandi memiliki ragam
gerak yang terdiri dari gerak berpindah (locomotion), gerak murni (pure
movement), gerak penguat ekspresi (botton signal), dan gerak maknawi (gesture).
Dalam menganalisis gerak-gerak yang terdapat pada Tari Wayang Srikandi,
peneliti mengelompokkan gerak-gerak tersebut dalam bentuk tabel sebagai
berikut.
Tabel 4.6
Kategori Gerak Tari Wayang Srikandi
No. Nama Gerak Kategori Gerak Desain Atas
1. Pasangan Pure Movement Dalam
2. Sembah Gesture Rendah
3. Olah Bahu Gesture Rendah
4. Teplok Bahu Gesture Rendah
5. Capang Pure Movement Asimetris
6. Selut Pure Movement Horizontal
7. Tumpang Tali Pure Movement Dalam
8. Tumpang Tali Double Pure Movement Dalam
9. Gleong Pure Movement Asimetris
10. Olah Sampur Pure Movement Rendah
11. Lembeyan Locomotion Medium
12. Teplok Bahu Gesture Tinggi
13. Jangkung Ilo Pure Movement Tinggi
14. Blumbang Banjir Locomotion Tinggi
15. Seblak Sampur Locomotion Lengkung
16. Gagahan Gesture Dalam
17. Lenggang Arjuna Pure Movement Medium
18. Ambil Gondewa Gesture Rendah
19. Ambil Panah Gesture Tinggi
20. Memanah Gesture Tinggi
21. Laras Konda Pure Movement Tinggi
22. Mandapan Pure Movement Tinggi
23. Senggotan Locomotion Tinggi
24. Kenyut Pure Movement Lurus
25. Jalak Pengkor Locomotion Horizontal
26. Trisik Locomotion Lengkung
27. Pakbang Locomotion Tinggi
Pure Movement : 12 Tinggi : 9
Gesture : 7 Dalam : 4
Locomotion : 7 Rendah : 5
Asimetris : 2
TOTAL
Lengkung : 2
Horizontal : 2
Lurus : 1
Medium : 2

Berdasarkan hasil analisis dari tabel di atas maka peneliti menyimpulkan


bahwa pada Tari Wayang Srikandi terdiri dari 27 gerakan. Kemudian jika dilihat
dari uraian kategori gerak yang lebih banyak adalah kategori gerak pure
movement dibandingkan gerak gesture dan locomotion meskipun perbedaannya
tidak terlalu banyak, maka dari itu Tari Wayang Srikandi dapat disimpulkan
sebagai tari yang termasuk ke dalam rumpun tari wayang dengan lebih banyak
menampilkan gerak pure movement (gerak murni). Dari segi desain atas terlihat
bahwa akumulasi gerak yang dominan adalah desain tinggi. Desain ini terlihat
banyak gerak-gerak yang berkisar pada bagian dada ke atas.
4.2.2 Pembahasan Rias Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana
Ungu Kabupaten Cirebon

Rias pada tari berfungsi untuk menampilkan keindahan dan menguatkan


ekspresi wajah penari. Seperti yang diungkapkan oleh Sal Murgiyanto dan Iyus
Rusliana (1977) mengungkapkan bahwa:

Rias membantu menonjolkan ekspresi muka penari, Rias bukan sekedar


menjadikan penari harus cantik dan ganteng, serta bukan pula sekedar merubah
muka, tetapi harus betul-betul diselaraskan dengan peranan yang akan dibawakan
penari. Rias yang hanya salah satu kurang sempurna dapat memberikan kesan yang
jelek dan tidak membantu yang dapat mengacaukan ekspresi penari.

Dari pernyataan di atas bahwa rias yang digunakan oleh penari yaitu
membantu mempercantik penari dan menyesuaikan karakter yang dibawakan oleh
penari. Konsep rias pada Tari Wayang Srikandi merupakan rias karakter yang
berfungsi untuk mengubah wajah seseorang. Rias karakter dibagi menjadi dua
yaitu Straight Make Up dan Prosthetic Make Up. Berdasarkan jenis rias karakter
Tari Wayang Srikandi ini termasuk ke dalam Prosthetic Make Up yaitu tata rias
untuk menirukan karakter lain. Adapun rias yang digunakan pada Tari Wayang
Srikandi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7
Analisis Rias Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu
No. Gambar Rias Keterangan
1. Alis yang digunakan pada Tari
Wayang Srikandi ini menggunakan
alis cagak. Bentuk alis cagak ini
untuk mempertegas karakter dari
Srikandi. Bentuk alis cagak ini
digunakan dalam karakter putri ladak
dalam Tari Wayang Srikandi.
Gambar 4.76 Alis
(Foto. Leomita, 2021)
2. Pada bagian mata diberi warna
menggunakan eye shadow yaitu
berwarna hijau dan disudut mata
menggunakan warna coklat. Hal
tersebut sesuai dengan karakter
Srikandi. Warna hijau melambangkan
Gambar 4.77 Eye shadow
(Foto. Leomita, 2021) kemampuan menumpas sesuatu yang
jahat. Penggunaan eye shadow
membentuk lengkungan untuk
memperjelas dan menambah kesan
lebih hidup ketika penari memainkan
ekspresi pada saat menari Tari
Wayang Srikandi.
3. Pada bagian kening terdapat pasu
teleng yang menggunakan titik
berbentuk trisula. Hal ini dilakukan

Gambar 4.78 Pasu teleng agar sesuai dengan karakter Tari


(Foto. Leomita, 2021) Wayang Srikandi yaitu putri ladak.
4. Jambang yang digunakan pada Tari
Wayang Srikandi ini menggunakan
jambang eulis. Penggunaan jambang
disini dimaksudkan menyamakan
seperti karakter Srikandi yang
mempunyai jambang. Penggunaan
jambang disini menambah kesan
gagah yang terlihat ketika penari
menggerakan kepala ke atas dan ke
bawah pada saat menarikan Tari
Wayang Srikandi.
Gambar 4.79 Jambang
(Foto. Leomita, 2021)
5. Pada bagian pipi diberi shading
berwarna coklat yang ditarik garis
pipi bagian atas sejajar dengan telinga
ke bagian pipi yang dekat dengan
hidung. Kemudian ditambahkan blush
on warna merah soft untuk
menonjolkan pipi agar terlihat lebih
cantik.

Gambar 4.80 Blush on


(Foto. Leomita, 2021)
6. Pada bagian bibir menggunakan
lipstick berwarna merah cabai guna
mempertegas bagian bibir.

Gambar 4.81 Lipstick


(Foto. Leomita, 2021)

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan rias pada Tari
Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana Ungu menggunakan rias tokoh yang
bertujuan untuk memberikan penjelasan pada tokoh yang diperankan saat
pertunjukan berlangsung. Dilihat dari kategori rias pada Tari Wayang Srikandi
termasuk ke dalam prosthetic make up yang artinya rias untuk menirukan
karakter. Penggunaan rias pada Tari Wayang Srikandi menggunakan warna hijau,
hitam dan merah dikarenakan warna hijau mempunyai arti harapan dan
kehidupan, warna merah mempunyai arti agresif, kekuatan dan keberanian,
sedangkan warna hitam mempunyai arti sikap tegas dan kuat. Hal ini selaras
dengan karakter Tari Wayang Srikandi yang berkarakter putri ladak yang agresif,
kuat dan memiliki keberanian menumpas sesuatu yang jahat di luar maupun dalam
dirinya guna melindungi kedaulatan negaranya.
4.2.3 Pembahasan Busana Tari Wayang Srikandi di Sanggar Seni Kencana
Ungu Kabupaten Cirebon
Tabel 4.7
Busana pada Tari Wayang Srikandi
No. Gambar Busana Keterangan
1. Busana Tari Wayang Srikandi
dengan aksesoris yang
dikenakan.

Gambar 4.82
Busana Lengkap Tari Wayang Srikandi
(Foto. Leomita, 2021)
2. Celana Sontog yaitu celana yang
dipakai sampai bawah lutut,
dalam pertunjukan tari di
Cirebon selalu mengenakan
celana salah satunya yaitu Tari
Wayang Srikandi. Celana ini
berwarna merah menyala yang
dihiasi payet berwarna kuning.
Penggunaan celana ini
memudahkan penari untuk
bergerak bebas karena celananya
pendek. Jika dilihat dari segi
estetis menghasilkan gerak yang
Gambar 4.83 Celana Sontog
(Foto. Leomita, 2021) lebih dinamis dan energik.
Lekuk tubuh yang terlihat
menjadi lebih jelas, hal ini
menimbulkan keserasian dan
keindahan yang menyatu dengan
tarian itu sendiri.
3. Kemben berwarna merah, sesuai
dengan karakter Tari Wayang
Srikandi yang berani, tangguh
dan semangat juang yang tinggi.
Kemben biasa digunakan pada
perempuan dan biasa dipakai di
segala pertunjukan tari. Kemben
ini merupakan pakaian
tradisional berupa kain yang
berfungsi untuk menutup bagian
dada yang mana pada bagian
bahunya terbuka. Kemben ini
Gambar 4.84 Kemben
dilengkapi dengan aksen garis
(Foto. Leomita, 2021)
berpola conflicting diagonal
yang bermakna sebuah
peperangan, konflik dan
kebencian. Warna kuning pada
garis tersebut menggambarkan
kebijaksanaan, keindahan dalam
sebuah nilai estetis.
4. Kain motif wedasan berwarna
oranye. Kain motif wedasan ini
menjadi ikon motif batik
Cirebon yang sangat dikenal.
Kain bermotif Wedasan ini biasa
dikenakan di keraton namun
berbagai tarian yang ada di
Cirebon biasanya mengenakan
Kain Wedasan salah satunya
Tari Wayang Srikandi. Kain
Wedasan ini memiliki filosofi
yang melambangkan batu cadas
dimana memiliki kekokohan
keraton dan kekuatan seperti
batu cadas, hal tersebut serasi
dengan karakter Tari Wayang
Srikandi. Jika digabungkan
dengan busana Tari Wayang
Srikandi motif Wedasan ini
memberi kesan keindahan
melalui motif.

Gambar 4.85 Kain Batik motif Wedasan


(Foto. Leomita, 2021)
5. Stagen berwarna hitam
digunakan untuk penguat bagian
kain saat pemakaian.

Gambar 4.86 Stagen hitam


(Foto. Leomita, 2021)
6. Sampur berwarna kuning dan
merah, warna kuning
melambangkan bijaksana dan
warna merah melambangkan
keberanian. Sampur pada busana
Tari Wayang Srikandi pun
menjadi komponen busana yang
penting karena di dalam Tari
Wayang Srikandi terdapat
banyak gerakan tangan yang
penarinya memegang sampur
seperti pada gerak kuda-kuda
Gambar 4.87 Sampur merah dan kuning dimana kedua tangan kedepan
(Foto. Leomita, 2021)
dan menggerakan sampurnya
seperti seorang kursir
mengendarai kudanya. Hal ini
mengidentifikasi sebuah busana
tari Wayang Srikandi berhasil
menyatu dengan tubuh penari.
Dengan sampur ini maka sebuah
tarian menjadi satu kesatuan
yang indah.
7. Ampyok digunakan sebagai
aksesoris dibagian pinggang.
Ampyok ini berasenkan payet
dengan warna-warni. Warna
pada bagian dasar ampyok
dilandasi dengan warna hitam
yang melambangkan keteguhan
hati, kekuatan dan misterius.
Serta dalam aksen payet terdapat
warna ungu dan hijau yang
Gambar 4.88 Ampyok teratai
melambangkansuatu keagungan,
(Foto. Leomita, 2021)
kebijaksanaan dan kesetiaan
8. Bustier berwarna hijau
digunakan sebagai penutup
tubuh bagian dalam. Bustier ini
memiliki fungsi untuk
membentuk tubuh agar lebih
proporsional pada saat
mengenakan busana luar. Pada
Tari Wayang Srikandi sendiri
bustier dikenakan sebelum
kemben. Warna hijau pada
bustier ini melambangkan
karisma yang dimiliki seseorang,

Gambar 4.89 Bustier hijau seperti halnya tokoh wayang


(Foto. Leomita, 2021) Srikandi.
9. Sumping adalah perhiasan yang
dipakai setiap Tari Wayang,
salah satunya Tari Wayang
Srikandi. Sumping dikenakan
dibagian kedua telinga kanan
dan kiri. Nilai keindahan pada
sumping ialah Sumping
memiliki warna yang terdiri
dari warna emas, biru, merah
putih dengan aksen payet serta
terdapat ekor pada ujungnya
yang sangat mendukung
Gambar 4.90 Sumping penampilan gagah karakter tari.
(Foto. Leomita, 2021)
10. Kilat bahu digunakan dibagian
bahu kedua lengan. Kilat bahu
ini terdapat aksen yang selaras
dengan sumping. Di dalam Tari
Wayang Srikandi banyak
menonjolkan gerakan lengan
sehingga pemakaian kilat bahu
dapat menambah nilai estetik
Gambar 4.91 Kilat bahu pada penyajian Tari Wayang
(Foto. Leomita, 2021) Srikandi.
11. Gelang tangan dan kaki yang
terbuat dari kain bludru
beraksen garis berpola
conflicting diagonal
berwarna emas dipakai
dikedua pergelangan tangan.
Dalam Tari Wayang
Srikandi terdapat gerak
memainkan lekukan
pergelangan tangan dan kaki
sehingga pada pemakaian
Gambar 4.92 Gelang tangan dan kaki
(Foto. Leomita, 2021) aksesoris gelang tangan dan
gelang kaki ini dapat
menimbulkan keserasian
keindahan pada penyajian
Tari Wayang Srikandi.
12. Slempang terbuat dari kain
yang ditengahnya beraksen
garis majemuk berwarna
emas berfungsi untuk
menyelempangkan
wangkingan agar tidak
terjatuh saat menari.

Gambar 4.93 Slempang


(Foto. Leomita, 2021)
13. Gondewa adalah properti yang
wajib digunakan dalam Tari
Wayang Srikandi karena
merupakan ciri khas dari tari
perang. Gondewa ini aksesoris
yang terbuat dari bahan kayu
yang berbentuk melengkung
dengan tali busur terikat pada

Gambar 4.94 Gondewa kedua ujungnya. Tali tersebut


(Foto. Leomita, 2021) digunakan untuk menarik
busur panah pada saat
menarikan Tari Wayang
Srikandi yang sedang
berperang melawan musuh.
14. Panah adalah aksesoris
pelengkap yang dikenakan
bersamaan dengan Gondewa.
Panah ini terbuat dari bahan
kayu yang dibentuk runcing
dan dibagian ujung anak
panah yang berfungsi
memberikan keindahan dibuat
dari bulu burung biasanya
berwarna kuning, hijau dan
merah melambangkan
keberanian dan keindahan
Gambar 4.95 Panah pada tarian. Panah ini akan
(Foto. Leomita, 2021) disimpan dalam tempat yang
disebut Wangkingan
15. Wangkingan adalah
aksesoris yang digunakan
untuk menyimpan anak
panah dan dipakainya
dengan cara di
selempangkan dengan
posisi melintang dari atas
sebelah kanan ke bawah
sebelah kiri.

Gambar 4.96 Wangkingan


(Foto. Leomita, 2021)
16. Ulur-ulur kembang teratai
adalah kalung yang
dikenakan pada Tari
Wayang Srikandi di
Sanggar Seni Kencana
Ungu yang berwarna emas.
Kalung ulur-ulur kembang
teratai berfungsi untuk
Gambar 4.97 Ulur-ulur kembang teratai menambah keindahan dan
(Foto. Leomita, 2021)
kecantikan penari.
17. Makuta Gelung Sigarwaluan
berwarna hitam digunakan
sebagai penutup kepala
beraksenkan payet berwarna
kuning keemasan. Makuta ini
dalam Tari Wayang Srikandi
dimaksudkan sebuah mahkota
yang menghiasi karakter
Srikandi. Nilai keindahan pada
makuta ini antara lain warna

Gambar 4.98 Makuta dominan yang digunakan yakni


(Foto. Leomita, 2021) hitam dan dipadukan payet yang
berwarna keemasan.
18. Kalung tumanggal adalah
perhiasan yang dikenakan pada
Tari Wayang Srikandi berupa
kalung tiga susun yang berwarna
emas. Kalung tumanggal
berfungsi untuk menambah
keindahan dan kecantikan penari.

Gambar 4.99 Kalung tumanggal


(Foto. Leomita, 2021)
Kemudian pembahasan berikutnya adalah mengenai busana pada Tari
Wayang Srikandi yang terdiri dari celana sontog, kemben, bustier, kain batik
motif wedasan, stagen, sampur merah dan kuning, ampyok teratai, kilat bahu,
sumping, gelang tangan dan kaki, slempang, gondewa, panah, wangkingan,
makuta gelung sigarwaluan, ulur-ulur kembang teratai dan tumanggal. Bustier dan
kemben merupakan busana pada bagian atas, dan celana sontog adalah busana
bagian bawah yang dipakai. Kemben dan bustier biasanya dipakai oleh
perempuan, terbuat dari bahan satin yang mengkilat yang menggunakan warna-
warna yang mempunyai keterkaitan dengan karakter pada isi tarian penggunaan
warna merah disini melambangkan sifat keberanian dan kekuatan pada Tari
Wayang Srikandi.
Kain batik Wedasan merupakan bagian bawah pada busana Tari Wayang
Srikandi digunakan sebagai penutup tubuh dari bagian pinggul sampai paha.
Menurut Bapak Elang Panji Jaya (wawancara tanggal 2 Februari 2021) pemakaian
kain Wedasan ini hampir sama dengan Tari Topeng Cirebon hanya saja yang
membedakan adalah cara menggunakannya. Tari Wayang Srikandi disini
menggunakan dodot Lancaran berbeda dengan Tari Topeng Cirebon yang
menggunakan dodot Cangcut. Motif batik Wedasan ini merupakan karya seni
batik yang identik dari daerah Cirebon. Sejarah timbulnya motif batik wedasan ini
berdasarkan literatur yang ada selalu mengarah pada Keraton Kesepuhan Cirebon.
Motif ornamen dan motif yang yang terdapat pada Keraton Kasepuhan Cirebon
menjadi sumber ide karya batik. Motif wedasan ini memiliki ciri khas yang
menarik, dilihat dari ornamen yang ditonjolkan pada batik ini adalah ornamen
dedaunan, ranting dan unsur-unsur alam lainnya. Batik Wedasan ini umumnya
hadir dengan nuansa keraton, dan biasanya menggunakan latan berwarna putih
dan coklat. Namun seiring berkembangnya zaman motif batik wedasan ini terus
berkembang dilihat dari ornamen dan warnanya yang semakin unik dan menarik.
Pemakaian busana pada Tari Wayang Srikandi adalah memakai makuta,
gondewa, wangkingan, panah, sumping dan kilat bahu sebagai ciri khas Tari
Wayang dan sebagai penguat karakter pada Tari Wayang Srikandi. Seperti yang
sudah dijelaskan makuta disini diartikan sebagai mahkota yang dipakai Srikandi.
Mahkota diartikan sebagai simbol penutup kepala yang dikenakan oleh raja, ratu
atau dewa. Terdapat banyak macam model makuta yang digunakan dalam tari
Wayang yaitu makuta gelung pelengkung polos, gelung pelengkung garuda
mungkur, gelung pelengkung cagak garuda, dan gelung sigarwaluan. Pada
karakter Tari Wayang Srikandi disini memakai gelung sigarwaluan. Wangkingan
diartikan sebuah keris. Wangkingan adalah wadah yang dikenakan dipunggung
digunakan untuk menyimpan anak panah. Gondewa adalah properti yang
dikenakan tari Wayang Srikandi berbentuk melengkung dengan tali busur terikat
pada kedua ujungnya, tali tersebut digunakan untuk menarik busur panah. Makuta
dan wangkingan biasa dipakai diberbagai karakter Tari Wayang salah satunya
Tari Wayang Srikandi, dan untuk gondewa merupakan ciri khas dari Tari Wayang
Srikandi. Sumping merupakan hiasan pada daun telinga yang difungsikan sebagai
penjepit mahkota atau jamang. Pada karakter Tari Wayang Srikandi disini
menggunakan sumping keputren. Kilat bahu ialah aksesoris yang dikenakan pada
bagian lengan yang menunjukkan harkat martabat dari tokoh wayang, karakter tari
Wayang Srikandi disini memakai kilat bahu kencana. Busana pada Tari Wayang
Srikandi disini didominasi oleh warna merah. Menurut Marian L. David dalam
Sulasmi Darmaprawira W.A (2002, hlm.37-49) menjelaskan tentang warna seperti
merah mempunyai arti agresif, perang, keberanian dan kekuatan. Hal ini selaras
dengan karakter Tari Wayang Srikandi yang kuat, agresif, berani membela yang
benar, menumpas kejahatan dan berani memerangi angkara murka yang ada di
luar dan di dalam dirinya.
Disamping peranan busana serta rias pada tari selaku penunjang karakter
tarian, pemakaian warna yang dipakai pada busana ataupun rias pula sangat
mempengaruhi terhadap karakter tarian. Pemakaian warna dalam suatu garapan
tari dihubungkan peranannya selaku simbol serta pula memiliki dampak
emosional yang kuat terhadap penari yang menarikan tarian tersebut ataupun
terhadap apresiator yang melihatnya.
4.2.4 Pembahasan Nilai yang terkandung dalam Tari Wayang Srikandi
Mengacu pada teori busana dalam buku Dress In Desain. Dilihat dari aspek
busananya bahwa tari Srikandi menggunakan busana berwarna merah yang
melambangkan warna yang berani, bahaya, cinta, dan kekuatan. Nilai yang
terkandung dalam arti berani dikategorikan bahwa Srikandi memiliki keberanian
membela yang benar, berani menumpas kejahatan dan keberanian memerangi
angkara murka yang ada di luar dan di dalam dirinya. Nilai yang kedua adalah
bahaya bahwa tari Srikandi ini dia bisa menghadapi hal-hal yang berbahaya
sekalipun, seperti membahayakan kedaulatan negara, dirinya dan keluarganya.
Srikandi akan menghadapi bahaya tersebut, kemudian berkaitan dengan nilai
kekuatan, bahwa Srikandi walaupun perempuan yang dikategorikan bahwa
perempuan itu memiliki kelemahan dari aspek fisik berbeda dengan laki-laki,
tetapi Srikandi memiliki kekuatan yang dikategorikan sama bahkan lebih dari
kekuatannya laki-laki. Terakhir Srikandi memiliki nilai cinta sebagaimana yang
disebutkan oleh Plato bahwa cinta adalah sumber semua kehidupan tanpa cinta
kehidupan ini akan hampa, tanpa cinta kehidupan ini tidak bermakna apa-apa.
Karena dengan cinta itulah orang mau berbuat sesuatu, orang mau mengorbankan
dirinya, orang mau berjuang karena dia cinta sehingga Srikandi dalam hal ini dia
memiliki cinta yang luar biasa terhadap negara dan bangsanya. Ketika peperangan
Srikandi berani perang dalam perang Bratayudha karena dia memiliki kecintaan
terhadap negaranya.
Setiap gerakan yang terdapat dalam tari Wayang Srikandi sudah tentu
memiliki makna-makna dalam kehidupan manusia, seperti halnya kita ambil dari
sebagian gerak tarinya. Misal gerakan adeg-adeg, sembah, jangkung ilo, gedut
atau kenyut, laras konda, lembeyan dan lain sebagainya. Berikut adalah makna
gerak yang terdapat pada tari Wayang Srikandi:
1. Gerak Adeg-adeg adalah suatu gerakan tarian yang bermakna dan berarti
melambangkan persiapan laku lampah dalam mengawali suatu langkah
kehidupan yang harus benar-benar mapan dan mantap dengan penuh
pertanggungjawaban atas dasar kebenaran yang hakiki, karena hidup itu suatu
perjuan yang didalamnya ada suatu halangan dan rintangan.
2. Sikap sembah adalah suatu gerakan tarian yang bermakna dan mempunyai arti
suatu nilai pengabdian atau darma dalam kehidupan, seperti halnya seorang
anak pada kedua orangtuanya, senang kawula kepada sang gustinya, dan
sebagainya.
3. Jangkung Ilo adalah suatu gerakan tarian yang bermakna dan mempunyai arti
ganda yaitu jangkung dan ngilo. Jangkung artinya tinggi yang melambangkan
seorang pemimpin sedangkan arti ngilo yaitu melihat kebawah melambangkan
bahwa seorang pemimpin itu harus selalu memperhatikan orang-orang yang
dipimpinnya dalam melihat pada nasib derita rakyatnya.
4. Gedut atau kenyut mempunyai makna yang melambangkan bahwa kita hidup
di dunia itu harus mengemban nilai rasa dan berbagi rasa pada sesamanya,
jangan kenyang sendiri dan kita harus mempunyai nilai rasa dan belas kasih
pada sesuatu yang di derita orang lain dengan arti kata saling tolong menolong.
5. Lembeyan adalah suatu gerakan tarian yang mempunyai makna dan arti yaitu
suatu keseimbangan dalam kehidupan artinya dalam menjalani kehidupan
harus mampu menjaga keseimbangan dan kestabilan jangan sampai jatuh
kedalam jurang kesengsaraan dan penderitaan.
6. Laras Konda adalah suatu gerakan tarian yang mempunyai makna kehidupan
manusia. Laras artinya keselarasan dan konda artinya suatu obrola dalam
pembicaraan. Jika kita ingin bicara harus diselaraskan dulu dengan nilai rasa
yang luhur dan penuh kasih sayang, jangan sampai menyakiti sesamanya,
sehingga terjalinlah hubungan persahabatan dan persaudaraan yang harmonis.
Nilai-nilai yang terkandung pada tari Wayang Srikandi sangat banyak sekali
yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri. Seperti halnya yang sudah
dijelaskan pada bagian arti dan makna dari busana dan gerakan tariannya yang
banyak mengandung falsafah dan filosofis bagi kehidupan manusia di dunia yang
harus kita tauladani sebagai kaca benggala dan tutur tinular yang menuju ke nilai-
nilai luhur budi pekerti kepribadian manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Hubungan nilai dan koreografi Tari Wayang Srikandi itu sangat menunjang
dan sangat berkaitan satu sama lainnya dalam menyusun dan merancang gerakan-
gerakan dari jenis tariannya, sehingga menciptakan hasil karya tari yang sesuai
dengan apa yang diharapkan. Nilai-nilai yang terkandung dalam tari Wayang
Srikandi sendiri dilihat dan cermati banyak mengandung falsafah dan filosofis
yang mengandung nilai-nilai luhur budi pekerti kehidupan manusia, sehingga
rancangan gerakan-gerakan tariannya menghasilkan tarian yang lembut, indah,
luwes, agresif, berani, penuh ketangkasan dan kepastian seperti apa yang dimiliki
oleh karakter kepribadian tokoh sang Dewi Srikandi dalam dunia pewayangan.
Akhirnya tari Wayang Srikandi sendiri banyak disukai dan digemari masyarakat
sehingga dapat menciptakan generasi-generasi penerus untuk menjaga dan
melestarikannya.

Anda mungkin juga menyukai