Anda di halaman 1dari 10

KEBERAGAMAN DALAM SUKU,AGAMA,RAS,DAN

ANTAR GOLONGAN DALAM BINGKAI


“BHINNEKA TUNGGAL IKA”

A. KEBERAGAMAN  DALAM  MASYARAKAT  INDONESIA

1. Faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia 


Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak
perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut dalam hal Suku bangsa,
Ras, Agama, Keyakinan, Ideologi politik, Sosial-budaya, dan
Ekonomi.Keberagaman diindonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
 Letak strategis wilayah Indonesia

 Kondisi negara kepulauan

 Perbedaan kondisi alam

 Keadaan transportasi dan komunikasi

 Penerimaan masyarakat terhadap perubahan

2. Keberagaman Suku

Suku bangsa sering juga disebut etnik. Suku bangsa merupakan gabungan sosial
yang dibedakan dari golongan-golongan sosial karena mempunyai ciri-ciri paling
mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat asal serta kebudayaan.
Di indonesia terdapat 1.128 suku bangsa yang disatukan oleh kesatuan bahasa.
3. Keberagaman  Agama  dan Kepercayaan
Agama yang berkembang di Indonesia ada 6 yaitu:

1. Islam

Islam . al-islām adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh seorang nabi (agama
samawi) yang mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman terhadap akhir
zaman, dan tanggung jawab.[1] Bersama para pengikut Yudaisme dan Kekristenan, seluruh muslim–
pengikut ajaran Islam–adalah anak turun Ibrahim.[2] Islam diikuti oleh 1,8 miliar orang di seluruh dunia
sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen.

2. Kristen

Kekristenan atau Kristianitas atau 
agama Kristen adalah agama Abrahamik monoteistik berasaskan riwayat hidup dan ajaran Yesus Kristus,
yang merupakan inti sari agama ini. Agama Kristen adalah agama terbesar di dunia,[1][2] dengan lebih dari
2,4 miliar pemeluk,[3][4][5] atau 33% dari populasi global, yang disebut "umat Kristen", atau "umat Kristiani".[note
2]
 Umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Juru Selamat umat manusia yang datang
sebagai Mesias (Kristus) sebagaimana dinubuatkan dalam Alkitab Perjanjian Lama.[6]
Teologi Kristen terangkum dalam syahadat-syahadat seperti Syahadat Para Rasul dan Syahadat
Nikea. Syahadat atau pengakuan-pengakuan iman ini berisi pernyataan bahwa Yesus telah menderita
sengsara, wafat, dimakamkan, turun ke alam maut, dan bangkit dari maut, untuk
mengaruniakan kehidupan kekal kepada siapa saja yang percaya kepadanya dan mengandalkannya demi
beroleh pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Syahadat-syahadat ini juga
menyatakan bahwa Yesus secara jasmaniah naik ke surga, tempat ia memerintah bersama Allah
Bapa dalam persekutuan Roh Kudus, dan bahwa ia kelak datang kembali untuk menghakimi orang-orang
hidup dan orang-orang mati, serta mengaruniakan kehidupan kekal bagi para pengikutnya. Inkarnasi,
karya pelayanan, penyaliban, dan kebangkitannya seringkali disebut "Injil", yang berarti "kabar baik".[note
3]
 Injil juga berarti catatan-catatan riwayat hidup dan ajaran Yesus, empat di antaranya—Injil Matius, Injil
Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes—dianggap kanonik (sahih) dan dijadikan bagian dari Alkitab Kristen.
Agama Kristen adalah agama Abrahamik yang bermula sebagai sebuah sekte dari agama Yahudi era
Kenisah kedua pada pertengahan abad pertama tarikh Masehi.[7][8] Sekte ini berasal dari Yudea,
kemudian menyebar dengan
pesat ke Eropa, Syam, Mesopotamia, Anatolia, Transkaukasia, Mesir, Etiopia, serta India, dan pada akhir
abad ke-4 telah menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.[9][10][11] Sesudah Abad Penjelajahan, agama
Kristen menyebar pula ke Benua Amerika, Australasia, Afrika Sub-Sahara, dan ke segenap penjuru dunia
melalui karya misi dan kolonialisme.[12][13][14] Agama Kristen telah berperan besar dalam
pembentukan Peradaban Dunia Barat.[15][16][17][18][19]
Sepanjang sejarahnya, agama Kristen telah mengalami skisma dan sengketa teologi yang memunculkan
bermacam-macam gereja dan denominasi. Tiga cabang agama Kristen yang terbesar di dunia
adalah Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, dan sekumpulan besar denominasi Kristen Protestan.
Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur saling memutuskan hubungan persekutuan dalam
peristiwa Skisma Timur–Barat pada 1054, sementara Mazhab Kristen Protestan muncul pada
zaman reformasi abad ke-16 sebagai pecahan dari Gereja Katolik.

3. Katolik

Kata "katolik" (καθολικός, katolikos; bahasa Latin: catholicus)[1][2] berasal dari frasa


Yunani καθόλου (katolou), yang berarti "sarwa sekalian", "secara keseluruhan", atau "am", gabungan
kata κατά (kata), yang berarti "perihal", dan kata ὅλος (holos), yang berarti "sarwa".[3][4] Istilah "Katolik"
(dengan huruf k besar) pertama kali digunakan pada permulaan abad ke-2 sebagai sebutan bagi
seantero Dunia Kristen.[5] Dalam ranah eklesiologi, istilah ini memiliki sejarah yang panjang dan digunakan
dengan berbagai makna.
Di Indonesia, kata ini dapat berarti "hal ihwal agama Kristen Katolik" maupun "hal ihwal ajaran dan amalan
bersejarah Gereja Barat".[note 1][6] Kata ini digunakan banyak orang Kristen sebagai sebutan bagi Gereja
Semesta atau segenap orang yang beriman kepada Yesus Kristus tanpa pandang denominasi,[7][8] dan
digunakan pula dengan makna yang lebih sempit sebagai sebutan bagi kekatolikan, yang mencakup
beberapa gereja bersejarah dengan keyakinan-keyakinan pokok yang sama. Katolikos, gelar pemimpin
tertinggi di sejumlah Gereja Timur, juga berasal dari akar kata yang sama.
Istilah ini sudah lekat pada nama persekutuan Kristen terbesar di dunia, yakni Gereja Katolik. Tiga cabang
utama agama Kristen di Dunia Timur, yakni Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, dan Gereja
Persia, senantiasa menyebut diri Katolik, seturut tradisi rasuli dan syahadat Nikea. Jemaat-jemaat
Anglikan, Lutheran, dan sejumlah jemaat Metodis percaya bahwa gereja-gereja mereka juga "Katolik",
dalam arti merupakan kelanjutan dari Gereja Perdana sedunia yang didirikan oleh rasul-rasul Kristus.
Kendati demikian, tiap-tiap Gereja memaknai istilah "Gereja Katolik" secara berbeda-beda. Sebagai
contoh, baik Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, maupun Gereja Persia
menegaskan bahwa denominasinya adalah kelanjutan dari Gereja Perdana sedunia, sementara semua
denominasi lain hanyalah pecahannya.
Keyakinan-keyakinan yang menjadi ciri khas kekatolikan, yakni keyakinan-keyakinan anutan sebagian
besar umat Kristen yang menyebut diri "Katolik", mencakup episkopalisme, yakni memuliakan
para uskup selaku rohaniwan tertinggi dalam agama Kristen,[9] dan penerimaan syahadat Nikea tahun 381.
Kekatolikan juga dianggap sebagai salah satu dari keempat ciri Gereja,[10] sebagaimana tercantum dalam
salah satu butir syahadat Nikea yang berbunyi "aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan
apostolik."
Pada Abad Pertengahan maupun Zaman Modern, terjadi pergeseran makna istilah Katolik
Barat dan Katolik Timur. Sebelum Skisma Timur-Barat tahun 1054, kedua istilah ini hanya bermakna beda
wilayah, karena hanya ada satu kekatolikan, yang mencakup umat Kristen penutur bahasa Latin di Dunia
Barat maupun umat Kristen penutur bahasa Yunani di Dunia Timur. Sesudah Skisma Timur-Barat, makna
istilah-istilah ini kian ruwet, dan memunculkan beberapa tata istilah yang paralel tetapi saling
bertentangan.

4. Buddha

Buddha (Sanskerta: बुद्ध berarti mereka yang sadar atau yang mencapai pencerahan


sejati; Jawa: ꦧꦸꦢ꧀ꦝ),[1] dan telah menyadari Empat Kebenaran Mulia secara penuh.[2]
Istilah ini, yang berasal dari bahasa Sanskerta: "Budh" (yang bermakna telah mengetahui), adalah gelar
kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang
kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama,
guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha dalam zaman ini"). Dalam penggunaan lain,
ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau
terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud:
Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada
kebebasan melalui Kesadaran), datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan
semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis
Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha
dibandingkan dengan dua lainnya. Tiga jenis golongan Buddha adalah:

 Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri
 Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi senantiasa
diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
 Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap Kesadaran
dengan mendengarkan Dharma.
Kitap Suci agama Buddha adalah Tripitaka (dalam bahasa Sanskerta) atau Tipitaka (bahasa Pali).

5. Hindu

Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan—terutama


di India dan Nepal—yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran—di
antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta—serta suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang
"moralitas sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Agama Hindu
cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat
keyakinan yang baku dan seragam.[1]
Agama Hindu disebut sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini,[a] dan umat
Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-dharma (Dewanagari: सनातन धर्म),[b] artinya
"darma abadi" atau "jalan abadi"[11] yang melampaui asal mula manusia.[12] Agama ini menyediakan
kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa memandang strata, kasta, atau sekte—
seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri.
Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan
kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya
meliputi Brahmanisme (agama Weda Kuno), agama-agama masa peradaban lembah Sungai Indus, dan
tradisi lokal yang populer. Sintesis tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan tumbuh berdampingan
dengan agama Buddha hingga abad ke-8. Dari India Utara, "sintesis Hindu" tersebar ke selatan,
hingga sebagian Asia Tenggara. Hal itu didukung oleh Sanskritisasi. Sejak abad ke-19, di bawah
dominansi kolonialisme Barat serta Indologi (saat istilah "Hinduisme" mulai dipakai secara luas[13]), agama
Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka tradisi yang koheren dan independen.
Pemahaman populer tentang agama Hindu digiatkan oleh gerakan "modernisme Hindu", yang
menekankan mistisisme dan persatuan tradisi Hindu. Ideologi Hindutva dan politik Hindu muncul
pada abad ke-20 sebagai kekuatan politis dan jati diri bangsa India.
Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja [sembahyang] dan pembacaan doa),
perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa yang disebut sadu (orang suci)
memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu
melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa hidupnya demi
mencapai moksa.
Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti (apa yang "terdengar") dan Smerti (apa
yang "diingat"). Susastra tersebut memuat teologi, filsafat, mitologi, yadnya (kurban), prosesi ritual, dan
bahkan kaidah arsitektur Hindu.[14] Kitab-kitab utama di antaranya adalah Weda, Upanishad (keduanya
tergolong Sruti), Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Purana, Manusmerti, dan Agama (semuanya
tergolong Smerti).[14]
Dengan penganut sekitar 1 miliar jiwa,[15] agama Hindu merupakan agama terbesar ketiga di dunia,
setelah Kristen dan Islam.

6. Kong Hu Chu

Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari keadaan politik
di Indonesia. Agama Khonghucu lazim dikaburkan makna dan hakikatnya
dengan Konfusianisme sebagai filsafat.
Sejarah
Konfusianisme sebagai agama dan filsafat[sunting | sunting sumber]
Konfusianisme muncul dalam bentuk agama di beberapa negara
seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan Tiongkok. Dalam bahasa Tionghoa, agama
Khonghucu seringkali disebut sebagai Kongjiao (孔教) atau Rujiao (儒教).
Agama Khonghucu pada zaman Orde Baru[sunting | sunting sumber]
Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaaan
dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional
Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk
menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tadi
kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi
pemeluk agama Buddha, Islam, Katolik, atau Kristen. Klenteng yang merupakan tempat ibadah
kepercayaan tradisional Tionghoa juga terpaksa mengubah nama dan menaungkan diri
menjadi wihara yang merupakan tempat ibadah agama Buddha.
Agama Khonghucu pada zaman Orde Reformasi[sunting | sunting sumber]
Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali
pengakuan atas identitas mereka sejak masa kepemimpinan presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) melalui UU No 1/Pn.Ps/1965 yang menyatakan bahwa agama-agama yang banyak
pemeluknya di Indonesia antara lain Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan
Khonghucu.
Semua agama mengajarkan kepada umatnya agar berbuat baik dan benar.
Melakukan kebaikkan dan menegakkan kebenaran adalah perintah tuhan yang
wajib dilaksanakan.
 Animisme adalah  kepercayaan terhadap hal gaib

 Dinamisme adalah  kepercayaan terhadap benda keramat

4. Keberagaman Ras

Ras adalah golongan bangsa bedasarkan ciri-ciri fisik dan garis keturunan.
Perbedaan ciri-ciri fisik seperti :warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk
muka, ukuran badan . Bentuk dan warna mata, dan perbedaan fisik lainya.

Beberapa yang ada dalam masyarakat Indonesia antara lain :

1. Ras Malayan –Mongoloid

2. Ras Melanosoid,

3. Ras  Asiatic Mongoloid, dan

4. Ras Kaukasoid.

5. Keberagaman Antar Golongan

Struktur masayarakat menurut Syarif Moeis (2008) yaitu:


 Secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan kesatuan sosial

berdasarkan perbedaan perbedaan suku bangsa,agama,adat

istiadat,&kedaerahan

 Secara vertikal ditandai oleh lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.Dalam

sosiologi,lapisan dalam masyarakat disebut “Social Statification” atau kelas sosial.

 Kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan di masyarakat yang terdiri dari 2

orang atau lebih dan mempunyai hubungan satu sama lain dalam sebuah struktur.
B. ARTI  PENTING  MEMAHAMI  KEBERAGAMAN  DALAM  BINGKAI
BHINEKA  TUNGGAL  IKA

Bhineka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan bangsa Indonesia. Ungkapan
Bhineka Tunggal  Ika  dapat  di temukan dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh
Mpu Tantular pada abad XIV di masa kerajaan Majapahit. Dalam Kitab disebut
Mpu Tantular menulis  yang artinya“ Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu)
merupakan  zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (buddha) dan Siwa
adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang
mendua. 

Bhineka Tunggal Ika memiliki berbagai arti dari berbagai segi, yaitu :

 Menurut kitab sutasoma : Terpecah belah tetapi satu jua

 Menurut arti per kata       : Beragam tunggal itu

 Sesuai dasar negara          : Berbeda beda tetapi tetap satu jua


C. PERILAKU TOLERAN TERHADAP KEBERAGAMAN SUKU,
AGAMA, RAS, DAN ANTAR GOLONGAN
1. PERILAKU TOLERAN DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA

Perilaku toleran dalam kehidupan beragama dapat dilaksanakan dengan:


 Melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dengan baik dan benar.

 Menghormati agama yang diyakini orang lain.

 Tidak memaksakan keyakinan agama yang dianutnya kepada orang lain.

 Toleran terhadap pelaksanaan ibadah yang dianut pemeluk agama lain.

2. PERILAKU TOLERAN TERHADAP KEBERADAAN SUKU DAN RAS


DI INDONESIA

Perilaku toleran terhadap keberagaman  suku dan ras dapat dilakukan dengan
berperilaku baik kepada semua orang tanpa memandang latar belakangnya.
3. PERILAKU TOLERAN TERHADAP KEBERADAAN SOSIAL BUDAYA

Perilaku toleran terhadap keberagaman Sosial  Budaya dapat dilakukan dengan:


 Mengetahui keberagaman budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia.

 Mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan minat dan

kesenanganya.

 Merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri.

 Menyaring budaya asing yang masuk ke dalam bangsa Indonesia

Terima kasih dan mohon maaf jika ada salah kata


TUGAS KELIPING PPKn
KEBERAGAMAN DALAM SUKU,AGAMA,RAS,DAN ANTAR
GOLONGAN DALAM BINGKAI
“BHINNEKA TUNGGAL IKA”

adinda Riska wulan marticha (1)


7H

SMP NEGERI 1 PATI

Anda mungkin juga menyukai