Anda di halaman 1dari 6

Kebudayaan Suku Jawa

Posted: 4 Mei 2014 in Tak Berkategori


0

1. PENGERTIAN

Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jowo, krama: tiyang Jawi) merupakan suku bangsa terbesar


di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7%
penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa banyak
bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak
ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku,
seperti Osing danTengger.

2. BAHASA

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam
sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awaldasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya
12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar
18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya
menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara
pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini
memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya
sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.

3. KEPERCAYAAN
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa meninggalkan
tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan budaya ini terkadang bertentangan dengan
ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa,
terutama yang abangan. Di antara tradisi dan budaya ini adalah keyakinan akan adanya roh-roh
leluhur yang memiliki kekuatan ghaib, keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti
tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu, melakukan upacara-upacara ritual yang
bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau meminta berkah serta terkabulnya permintaan
tertentu. Setelah dikaji inti dari tradisi dan budaya tersebut, terutama dilihat dari tujuan dan
tatacara melakukan ritus-nya, jelaslah bahwa semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tuhan
yang mereka tuju dalam keyakinan mereka jelas bukan Allah, tetapi dalam bentuk dewa dewi
seperti Dewi Sri, Ratu Pantai Selatan, roh-roh leluhur, atau yang lainnya. Begitu juga bentuk-
bentuk ritual yang mereka lakukan jelas bertentangan dengan ajaran ibadah dalam Islam yang
sudah ditetapkan dengan tegas dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Karena itulah, tradisi dan
budaya Jawa seperti itu sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Islam dan perlu diluruskan atau
sekalian ditinggalkan.

Selain itu, masyarkat jawa juga mempunyai tradisi upacara adat dalam setiap kegiatan – kegian
besar, seperti :

  Kematian ( Mendhak )
  Upacara nyewu dina (memohon pengampunan kepada Tuhan )
  Upacara Brobosan (penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur
mereka yang telah meninggal dunia )
 Upacara-upacara sebelum pernikahan (Siraman, Upacara Ngerik, Upacara Midodareni,
Upacara diluar kamar pelaminan, Srah-srahan atau Peningsetan, Nyantri, Upacara
Panggih atau  Temu, Balangan suruh Penganten, dll )
  Upacara untuk kelahiran bayi, seperti :

– Wahyu Tumurun

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat.

– Sido Asih

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu di cintai dan dikasihi oleh
sesama serta mempunyai sifat belas kasih

– Sidomukti.

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan
disegani karena kewibawaannya.

– Truntum.

Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun (tumaruntum) pada sang bayi.

– Sidoluhur.

Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur.

– Parangkusumo.

Maknanya agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki ketangkasan
bagai parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh.

– Semen romo.

Maknanya agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan
Sinta pada rakyatnya.

– Udan riris.

Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan
menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya.

– Cakar ayam.
Maknanya agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan cakarnya
karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan hidupnya
tercukupi, syukur bisa kaya dan berlebihan.

– Grompol.

Maknanya semoga keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai akibat ketidakharmonisan keuarga
(nggrompol : berkumpul).

– Lasem.

Bermotif garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME.

– Dringin.

Bermotif garis horisontal, bermakna semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, dan berguna
antar sesama.

4. PROFESI

Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka mendominasi
pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat
kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang
Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga.
Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia,
Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan
Eropa.

5. STRATIFIKASI SOSIAL

Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya.


Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi
masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum
santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara
nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi
dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan
golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-
orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang
keturunan Arab,Tionghoa, dan India.

6. SENI

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-
Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakonsebagian besar
berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India,
pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi
masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Balimemegang peranan penting dalam
kehidupan budaya dan tradisi Jawa.

Contoh kesenian yang berkembang di mastarakat jawa adalah :

  Topeng (topeng madura, topeng malang, topeng dongkrek, )


  Angklung
  Bali-balian
  Wayang ( kuli, klitik, purwo, godog, golek, dll )
  Trian (tari topeng kuncaran, tari merak, tari serimpi, tari blambangan cakil, tari remong,
reog ponorogo dan jaipong )

7. STEREOTIPE ORANG JAWA

Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga
terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon
berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari
konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi
perbedaan pendapat.

Anda mungkin juga menyukai