Nurtami Zahara
Ade M.S. Sidauruk
Dede Widya Ningrum
Siti Umi Khofifah
Judul buku : Pendidikan
Multikultural
penulis : Sutarno
Penyunting : M. Yunus
Hal Buku : 394 halaman
HAKIKAT KEBUDAYAAN DAN BAB I
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dalam istilah Inggris, ”budaya” adalah culture, yang berasal dari kata Latin
colere yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah
atau bertani (Koentjaraningrat, 2000). Hal ini berarti bahwa budaya
merupakan aktivitas manusia,
Koentjaraningrat mengartikan budaya dalam arti sempit dan luas.
Menurut Margaret Mead (1901-
Dalam arti sempit budaya itu adalah kesenian (Koentjaraningrat, 2000).
1978) budaya adalah perilaku
Secara luas, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
yang dipelajari dari sebuah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya
masyarakat atau sub kelompok.
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
Dengan demikian kita dapat
menyimpulkan bahwa budaya pengertian kebudayaan ini difokuskan pada pendapat Bullivant yang
itu berkaitan dengan kata kunci mendefinisikan budaya sebagai program bertahan hidup dan adaptasi
yang mencakup (1) gagasan, (2) suatu kelompok dengan lingkungannya. Program budaya terdiri dari
perilaku dan (3) hasil karya pengetahuan, konsep, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota
manusia kelompok melalui sistem komunikasi. (Banks, 1993: 8).
Unsur-Unsur Budaya
E.B. Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal menurut Raymond Williams (1921-1988) budaya meliputi meliputi
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat organisasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang
istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh mengungkapkan atau mengatur hubungan-hubungan sosial,
manusia sebagai anggota masyarakat. bentuk komunikasi yang khas dalam anggota masyarakat.
Menurut Claude Levi-Strauss, kebudayaan harus dipandang dalam
konteks teori komunikasi yaitu sebagai keseluruhan sistem simbol
(bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai tingkat
memungkinkan dan mengatur komunikas
Koentjaraningrat lebih sistematis dalam memerinci unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan
menurut Koentjaraningrat (2000: 2) adalah sebagai berikut:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup.
7. Sistem teknologi dan peralatan.
Kebudayaan memberi pengetahuan dan ide tentang dan untuk berperilaku. Artinya, orang harus
mengetahui jenis pengetahuan dan ide yang harus digunakan pada jenis perilaku tertentu yang sesuai
(untuk berperilaku) dan juga untuk memahami perilaku tentang apa yang dia lihat (tentang perilaku).
Wujud Kebudayaan
definisi budaya seperti diuraikan di atas, maka wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000: 5) bisa terdiri
dari
1. Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam pikiran dari warga masyarakat di mana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup, yang nampak pada karangan, lagu-lagu. Fungsinya adalah pengatur, penata, pengendali,
dan pemberi arah kelakuan manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan, yaitu sistem nilai budaya (yang paling
abstrak dan luas), sistem norma-norma (lebih kongkrit), dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas sehari-hari (aturan
sopan santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.
2. Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti pola tertentu. Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
3. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda yang dapat diraba dan
dilihat.
Ketiga wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang
lain. Kebudayaan idiil memberi arah pada perbuatan dan karya manusia. Pikiran atau ide dan karya manusia
menghasilkan benda kebudayaan fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu
yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola perbuatan,
bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
Budaya dan Lingkungan
Pranata (institution) 1. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship
yang ada dalam atau domestic institutions)..
kebudayaan
dikelompokkan
berdasarkan 2. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian hidup,
kebutuhan hidup memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta benda (economic institutions).
manusia yang hidup
dalam ruang dan 3. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia
waktu : supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna (educational institutions).
Gender
Usia Religi/Agama
Peri
Berkebut laku Status
uhan sosial
Khusus Sis ekono
wa mi
Ras Jenis
identitas
budaya
Bahasa
Ketika membahas multikultural atau studi budaya lainnya, maka konsep ethic
dan Emic akan selalu muncul. Ethic dan emic sebenarnya merupakan istilah anthropologi yang
dikembangkan Pike (1967).
Ethic adalah sudut pandang dalam mempelajari budaya dari luar sistem budaya itu, dan merupakan
pendekatan awal dalam mempelajari suatu sistem budaya yang asing. Sedangkan emic sebagai sudut pandang
merupakan studi perilaku dari dalam sistem budaya tersebut (Segall, 1990).
Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya, emic adalah aspek kehidupan yang
muncul dan benar hanya pada satu budaya tertentu. Jadi, Ethic menjelaskan universalitas suatu konsep
kehidupan sedangkan emic menjelaskan keunikan dari sebuah konsep budaya (Matsumoto, 1996).
Sekalipun banyak perbedaan konsep pendidikan multikultural, ada sejumlah ide yang
dimiliki bersama dari semua pemikiran dan merupakan dasar bagi pemahaman
Pendidikan Multikultural:
1. kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi sepenuhnya,
2. penyiapan pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antar budaya,
3, penyiapan pengajar agar memudahkan belajar bagi setiap siswa secara efektif, tanpa
memperhatikan perbedaan atau persamaan budaya dengan dirinya,
4. partisipasi aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala bentuknya.
Pertama-tama dengan menghilangkan penindasan di sekolahnya sendiri, kemudian
menghasilkan lulusan yang sadar dan aktif secara sosial dan kritis
5. pendidikan harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan pengalaman
siswa,
6. pendidik, aktivis, dan yang lain harus mengambil peranan lebih aktif dalam mengkaji
kembali semua praktek pendidikan, termasuk teori belajar, pendekatan mengajar, evaluasi,
psikhologi sekolah dan bimbingan, materi pendidikan dan buku teks, dan lain-lain.
Perubahan diri dimaknai sebagai perubahan dimulai dari diri siswa sendiri itu sendiri yang
lebih menghargai orang lain agar dia bisa hidup damai dengan sekelilingnya.
TEORI DAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAB II
Bill Martin menulis, bahwa isu menyeluruh tentang multikulturalisme bukan sekedar tempat bernaung
berbagai kelompok budaya, namun harus membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia lewat
pembuatan perbedaan yang radikal.
Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa perdebatan tentang multikultural di masyarakat Barat berkaitan
dengan norma/tatanan. Pembahasan multikultural berada pada pemikiran kembali norma Barat (the western
canon) yang mengakui adanya multikultural.
Judith M.Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya di AS. Kelompok budaya kecil harus
mengakomodasi dan memiliki toleransi dengan budaya dominan
Kurikulum yang berpusat pada Pendekatan tindakan sosial mencakup semua elemen
aliran utama ternyata pendekatan transformasi, ditambah elemen yang
berdampak negatif bagi siswa 1. penolakan ideologis memungkinkan siswa mengidentifikasi isu sosial yang
yang dominan dan siswa kulit penting, mengumpulkan data yang terkait,
berwarna. Kurikulum justru mengklarifikasi nilai-nilainya, membuat keputusan
memperkuat perasaan keliru reflektif, dan mengambil tindakan untuk
tentang superioritas dari 2. kurangnya pengetahuan mengimplementasikan keputusan mereka.
siswa aliran utama dan gagal guru tentang kelompok etnis Pendekatan ini berupaya menjadikan siswa agen
merefleksikan, memvalidasi, perubahan yang reflektif dan kritik sosial.
dan memperingati budaya
siswa kulit berwarna. pendekatan transformasi, struktur, tujuan, dan sifat
Beberapa faktor terlalu beratnya guru kurikulum diubah untuk memungkinkan siswa melihat
memperlambat pelembagaan bertumpu pada buku teks konsep, isu dan problem dari perspektif etnis yang
kurikulum multikultural di berbeda.
sekolah :
Pendekatan aditif terdiri dari penambahan materi,
konsep, tema, dan perspektif ke dalam kurikulum,
Empat pendekatan untuk dengan strukturnya yang tetap tidak berubah
integrasi materi etnis ke
dalam kurikulum dapat pendekatan kontribusi, pahlawan, komponen budaya, hari
diidentifikasi libur dan elemen yang lain yang berhubungan dengan
kelompok etnis ditambahkan pada kurikulum tanpa
mengubah strukturnya
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BAB
BERBAGAI NEGARA III
Karakteristik Pendidikan
Multikultural di Berbagai Negara
Perbandingan Pola Budaya antara
orang Amerika, Jepang dan Arab
dalam situasi rapat Bersama
Tujuan Pendidikan Multikultural AS lebih condong pada proses Amerikanisasi. Pendidikan Multikultural AS berkembang di dalam masyarakat budaya
antarbangsa. Ada upaya untuk mengubah Pendidikan Multikultural dari yang bersifat asimilasi (berupa penambahan materi multikultural) menuju ke
arah yang lebih radikal berupa Aksi Sosial, walaupun masih mendapat tentangan yang kuat dari kelompok yang dominan yaitu WASP yang menguasai
sektor ekonomi, sosial dan politik.
Pendidikan Multikultural di Inggris berkembang sejalan dengan banyaknya kaum imigran yang memasuki negara itu, namun masih terdapat perlakuan
yang dekriminatif sehingga memunculkan gerakan yang berlatar belakang budaya. Gerakan ini merupakan gerakan politik yang didukung pandangan
liberal, demokrasi dan gerakan kesetaraan manusia.
Konsep dan kebijakan Pendidikan Multikultural Kanada bertujuan memajukan bangsa sebanding dengan negara lain. Pengalaman di Kanada
menunjukkan bahwa materi budaya di dalam kurikulum sekolah menempati urutan kedua, sedangkan yang utama adalah mencapai kemajuan
akademis. Pendidikan Multikultural di Kanada tergantung di mana pendidikan multietnis itu berada di dalam kerangka struktur ekonomi, politik, dan
sosial masyarakatnya.
Lingkungan budaya lokal yang terdiri lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan metafisik.
Identifikasi nasional memerlukan pemahaman dan komitmennya pada ideologi negara dan bangsa. Sebagai warga
negara yang Pancasila kita perlu memiliki wawasan kebangsaan/nasional yang mengakui semboyan Bhineka Tunggal Ika
PROBLEMA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA BAB
IV
Problema kemasyarakatan pendidikan multikultural di
indonesia
1. Keragaman identitas budaya daerah.
keragaman ini menjadi modal sekaligus 2. Pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah.
potensi konflik. keragaman budaya sejak dilanda arus reformasi dan demokratisasi indonesia
daerah memang memperkaya khasanah dihadapkan pada beragam tantangan baru yang sangat kompleks. Satu
budaya dan menjadi modal yang berharga diantarnya yang paling menonjol adalah persoalan budaya. Dalam arena
untuk membangun indonesia yang budaya, terjadiny pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah
multikultural. namun kondisi neka budaya membawa dampak besar terhadap pengakuan budaya lokal dan
itu sangat berpotensi memecah belah dan keragamannnya. Konsep pembagian wilayah menjadi propinsi atau
menjadi lahan subur bagi konflik dan kabupaten baru yang marak terjadi akhir-akhir ini slalu ditiup-tiupkan
kecemburuan sosial. masalah itu muncul oleh kalangan tertentu agar mendapatkan simpati dari warga
jika tidak ada komunikasi antar budaya masyarakat.
daerah.
1. Prasangka
2. Stareotipe
Stareotipe merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik atau ras .orang cenderung membuat kategori atas
tmpilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan
komunikasi verbal maupun non verbal.
Miles hewston dan rupert brown (1986) Hewstone dan giles(1986) mengajukan 4 kesimpulan
mengemukakan tiga aspek esensial dari stereotipe: tentang proses stereotipe:
1. Karakter atau sifat tertentu yang berkaitan 1. Proses stereotipe merupakan hasil dari
dengan perilaku, kebiasaan, gender, dan kecenderungan mengantisipasi atau
etnis. Misalnya wanita priangan itu suka berdasakan sifat psikologis yang dimiliki.
bersolek. 2. Sumber dan sasaran informasi mempengaruhi
2. bentuk atau sifat perilaku turun temurun proses informasi yang diterima atau yang
sehingga seolah-olah melekat pada semua hendak dikirim kan.
anggota kelompok. Misalnya orang ambon itu 3. Stereotipe menciptakan harapan pada anggota
keras. kelompok tertentu (ingroup) dan kelompok lain
3. Penggeneralisasian karakteristik, ciri khas, (out group).
kebiasaan, perilaku kelompok pada individu 4. Stereotipe menghambat pola perilaku
yang menjadi anggota kelompok tersebut. komunikasi kita dengan orang lain.
3. Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah paham yang pertama kali
diperkenalkan oleh william graham sumner (1906), seorang
antropolog yang beraliaran interaksionamisme
4. Rasisme
Kata ras berasal dari bahas prancis dan 5. Diskriminasi 6. Kambing hitam (scape goating)
italia “razza” pertama kali istilah ras Jika prasangka mencakup sikap dan keyakinan, Teori kambing hitam(scape goating)
diperkenalkan franqois bernier, maka diskriminasi mengarah pada tindakan.
mengemukakan kalu individu tidak
antropologi prancis untuk mengemukakan Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh
orang yang memiliki prasangka kuat akibat bisa menerima tertentu yang tidak
gagasan tentang pembedaan manusia
tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adil, maka perlakuan itu dapat
berdasarkan kategori atau karakteristik
warna kulit dan bentuk wajah. adat istiadat, kebiasaan atau hukum. ditanggungkan kepada orang lain.
Problema pembelajaran pendidikan multikultural
Beberapa permasalahan awal pembelajaran berbasis budaya pada tahap persiapan awal antara lin:
1. Guru kurang mengenal budaya nya sendiri, budaya lokal maupun budaya peserta didik.
2. Guru kurang menguasai garis besar struktur dan budaya etnis peserta didiknya, terutama dalam konteks mata pelajaran yang akan
diajarkannya.
3. Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali
peseta didik terhadap khasanah budaya masing-masing dalam konteks pengalaman belajar yang diperoleh.
Asas-asas itu antara lain : Ada tiga prinsip yang digunakan dalam menyusun program Pendidikan
1. Asas wawasan Multikultural, yaitu :
nasional/kebangsaan 1. Pendidikan Multikultural didasarkan kepada pedagogik baru yaitu
(persatuan dalam pedagogik yang berdasarkan kesetaraan manusia (equity pedagogy).
perbedaan). 2. Pendidikan Multikultural ditujukan pada terwujudnya manusia yang
2. Asas Bhineka Tunggal Ika berbudaya. Hanya manusia yang melek budayalah yang dapat
(perbedaan dalam persatuan membangun kehidupan bangsa yang berbudaya.
3. Asas kesederajatan 3. Prinsip globalisasi budaya.Globalisasi kebudayaan ditandai dengan
4. Asas selaras, serasi dan pesatnya kemajuan teknologi, produk multinasional, perluasan
budaya populer
seimbang
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA BAB
VII
Petunjuk untuk mengajarkan materi multikultural
Hernandes (1989) memberi petunjuk pada guru dalam
memilih materi dan proses Pendidikan Multkultural.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi Tujuan dari tindakan di atas adalah untuk :
dan proses pembelajaran Pendidikan Multikultural 1. Memberi setiap siswa kesempatan untuk mencapai
adalah sebagai berikut: potensinya.
1. Penting mengemukakan alasan politik, sosial, 2. 2. Mempelajari bagaimana belajar dan berpikir secara
pendidikan dan ekonomi untuk mengenalkan bangsa kritis.
sebagai masyarakat yang beraneka ragam secara 3. Mendorong siswa untuk mengambil peranan aktif
budaya. dalam pendidikannya sendiri dengan membawa kisah
2. Pendidikan Multikultural untuk semua siswa. dan pengalamannya ke dalam lingkup belajarnya.
43 Pendidikan Multikultural sinonim dengan pengajaran 4. Menujukan pada gaya belajar yang bermacam-
efektif. macam.
4. Pengajaran adalah pertemuan multi dan lintas 5. Menghargai kontribusi kelompok lain yang telah
budaya. berkontribusi pada dasar pengetahuan kita.
5. Sistem pendidikan tidak melayani semua siswa sama 6. Mengembangkan sikap positif tentang kelompok
baiknya. orang yang berbeda dari dirinya sendiri.
6. Pendidikan Multikultural (seharusnya) sinonim 7. Menjadi warga sekolah, warga masyarakat, warga
dengan inovasi dan reformasi pendidikan. negara dan masyarakat dunia yang baik.
7. Yang terdekat dengan orang tua (terutama pemberi 8. Belajar bagaimana mengevaluasi pengetahuan dari
perhatian) adalah guru. Guru merupakan salah satu perspektif yang berbeda.
faktor terpenting dalam hidup siswa. 9. Mengembangkan identitas etnis, nasional, dan global.
8. Interaksi kelas antara guru dan siswa merupakan 10. Memberi ketrampilan mengambil keputusan dan
bagian utama dari proses pendidikan dari sebagian ketrampilan analisis kritis sehingga siswa dapat
besar siswa. membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupannya
sehari-hari.
. Prinsip-prinsip dalam menyeleksi materi Penerapan Pembelajaran Berbasis
pokok bahasan Budaya
Pembelajaran Berbasis Budaya dapat dibedakan
Dari Gordon dan Robert mengajukan sejumlah prinsip yang
menjadi dasar dalam menyeleksi materi pokok: menjadi empat macam, yaitu
1. Seleksi materi pokok bahasan seharusnya mencantumkan 1. Belajar tentang budaya menempatkan budaya sebagai bidang
hal-hal kultural. Didasarkan pada keilmuan masa kini. ilmu. Budaya dipelajari dalam program studi khusus, tentang budaya
Keinklusifan ini seharusnya berhubungan dengan pendapat dan untuk budaya. Dalam hal ini, budaya tidak terintegrasi dengan
yang berbeda dan interpretasi yang beragam. bidang ilmu lain.
2. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan 2. Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan
seharusnya merepresentasikan keberagaman dan kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok
kesatuan di dalam dan lintas kelompok. bahasan tertentu. Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan
3. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan beragam bentuk perwujudan budaya
seharusnya berada dalam konteks waktu dan tempat 3. Belajar melalui budaya merupakan strategi yang memberikan
4. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan kesempatan siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau
seharusnya memberikan prioritas untuk memperdalam di makna yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui
samping keluasan. ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan salah
5. Perspektif multi budaya seharusnya dimasukkan di dalam satu bentuk multiple representation of learning (Dirjen Dikti, 2004:
keseluruhan kurikulum. 15), atau bentuk menilaian pemahaman dalam beragam bentuk.
6. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan
seharusnya diperlakukan sebagai konstruk sosial dan oleh 4. Belajar berbudaya merupakan bentuk mengejawantahan budaya
karena itu tentatif seperti halnya seluruh pengetahuan. itu dalam perilaku nyata sehari-hari siswa. Misalnya, anak
7. Pokok bahasan seharusnya menggambarkan dan tersusun dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa Krama Inggil pada
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dialami hari Sabtu melalui Program Sabtu Budaya.
siswa untuk dibawa ke kelas.
8. Pedagogi seharusnya berkaitan dengan sejumlah cara
belajar mengajar interaktif agar menambah pengertian,
pengujian kontraversi dan saling belajar.
. Bentuk dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pembelajaran Berbasis Budaya