Anda di halaman 1dari 29

Dini novita

Nurtami Zahara
Ade M.S. Sidauruk
Dede Widya Ningrum
Siti Umi Khofifah
Judul buku : Pendidikan
Multikultural
penulis : Sutarno
Penyunting : M. Yunus
Hal Buku : 394 halaman
HAKIKAT KEBUDAYAAN DAN BAB I
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dalam istilah Inggris, ”budaya” adalah culture, yang berasal dari kata Latin
colere yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah
atau bertani (Koentjaraningrat, 2000). Hal ini berarti bahwa budaya
merupakan aktivitas manusia,
Koentjaraningrat mengartikan budaya dalam arti sempit dan luas.
Menurut Margaret Mead (1901-
Dalam arti sempit budaya itu adalah kesenian (Koentjaraningrat, 2000).
1978) budaya adalah perilaku
Secara luas, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
yang dipelajari dari sebuah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya
masyarakat atau sub kelompok.
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
Dengan demikian kita dapat
menyimpulkan bahwa budaya pengertian kebudayaan ini difokuskan pada pendapat Bullivant yang
itu berkaitan dengan kata kunci mendefinisikan budaya sebagai program bertahan hidup dan adaptasi
yang mencakup (1) gagasan, (2) suatu kelompok dengan lingkungannya. Program budaya terdiri dari
perilaku dan (3) hasil karya pengetahuan, konsep, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota
manusia kelompok melalui sistem komunikasi. (Banks, 1993: 8).
Unsur-Unsur Budaya
E.B. Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal menurut Raymond Williams (1921-1988) budaya meliputi meliputi
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat organisasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang
istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh mengungkapkan atau mengatur hubungan-hubungan sosial,
manusia sebagai anggota masyarakat. bentuk komunikasi yang khas dalam anggota masyarakat.
Menurut Claude Levi-Strauss, kebudayaan harus dipandang dalam
konteks teori komunikasi yaitu sebagai keseluruhan sistem simbol
(bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai tingkat
memungkinkan dan mengatur komunikas
Koentjaraningrat lebih sistematis dalam memerinci unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan
menurut Koentjaraningrat (2000: 2) adalah sebagai berikut:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup.
7. Sistem teknologi dan peralatan.

Kebudayaan memberi pengetahuan dan ide tentang dan untuk berperilaku. Artinya, orang harus
mengetahui jenis pengetahuan dan ide yang harus digunakan pada jenis perilaku tertentu yang sesuai
(untuk berperilaku) dan juga untuk memahami perilaku tentang apa yang dia lihat (tentang perilaku).
Wujud Kebudayaan
definisi budaya seperti diuraikan di atas, maka wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000: 5) bisa terdiri
dari
1. Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam pikiran dari warga masyarakat di mana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup, yang nampak pada karangan, lagu-lagu. Fungsinya adalah pengatur, penata, pengendali,
dan pemberi arah kelakuan manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan, yaitu sistem nilai budaya (yang paling
abstrak dan luas), sistem norma-norma (lebih kongkrit), dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas sehari-hari (aturan
sopan santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.

2. Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti pola tertentu. Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
3. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda yang dapat diraba dan
dilihat.

Ketiga wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang
lain. Kebudayaan idiil memberi arah pada perbuatan dan karya manusia. Pikiran atau ide dan karya manusia
menghasilkan benda kebudayaan fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu
yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola perbuatan,
bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
Budaya dan Lingkungan

Keberhasilan bertahan hidup suatu kelompok


Pada dasarnya kelompok
sosial merupakan kolektivitas tergantung pada jenis lingkungan yang dihadapi
manusia yang kurang lebih kelompok
permanen yang hidup
Pertama, ada lingkungan geografis, atau habitat fisik. Lingkungan ini
bersama dan berinteraksi
dengan berbagai lingkungan memberi berbagai keunikan alamiah di mana kelompok sosial itu
yang mengitari dirinya. beradaptasi dengan atau mengubah lewat teknologinya.
Kelompok sosial harus
bertahan hidup dengan Kedua, anggota kelompok sosial harus
beradaptasi dengan dan hidup bersama dan berinteraksi.
mengubah lingkungannya. Ketiga, ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak
Pengetahuan, ide, dan memikirkannya karena tidak terlihat atau berinteraksi di dalam
ketrampilan yang
dunia ini.
memungkinkan suatu
kelompok untuk bertahan
hidup dapat dipandang sebagai
program bertahan hidup atau
budaya.
Budaya dan Non Budaya

Jadi gini, kalau


Memperhatikan luasnya batu dan kayu
pengertian budaya di atas,
dapat dipandang
maka pertanyaan selanjutnya
adalah apa yang membedakan sebagai non
antara budaya dan non budaya? budaya bila
didapatkan apa
adanya sebagai
non budaya mencakup benda yang batu gunung dan
sedangkan budaya mencakup
keberadaannya sudah ada dengan sesuatu yang keberadaannya sudah pepohonan, namun
sendirinya atau ciptaan Tuhan yang mendapat sentuhan tangan menjadi sebuah
tidak/belum mendapat sentuhan manusia (misal, patung benda budaya bila
aktivitas manusia (benda- benda marmer/onix, bonsai, bangunan,
alamiah seperti batu, pohon, mendapat campur
aturan makan dan lain-lain).
gunung, tanah, planet), tangan manusia.
Pranata Budaya

Pranata (institution) 1. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship
yang ada dalam atau domestic institutions)..
kebudayaan
dikelompokkan
berdasarkan 2. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian hidup,
kebutuhan hidup memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta benda (economic institutions).
manusia yang hidup
dalam ruang dan 3. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia
waktu : supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna (educational institutions).

4. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam


7. Pranata semesta (scientific institutions).
yang
bertujuan
memenuhi 5. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan keindahannya dan
rekreasi (aesthetic and recreational institutions).
kebutuhan
jasmaniah
manusia 6. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan
(somatic Tuhan atau dengan alam gaib (religious institutions).
institutions).
TEORI DAN PENDEKATAN BAB II
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan Multikultural
Pertama-tama kita perlu sepakat lebih dahulu tentang pengertian multikultural. Pengertian “Multikultural” secara luas
mencakup pengalaman yang membentuk persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis
identitas budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.

Gender

Usia Religi/Agama

Peri
Berkebut laku Status
uhan sosial
Khusus Sis ekono
wa mi

Ras Jenis
identitas
budaya
Bahasa
Ketika membahas multikultural atau studi budaya lainnya, maka konsep ethic
dan Emic akan selalu muncul. Ethic dan emic sebenarnya merupakan istilah anthropologi yang
dikembangkan Pike (1967).

Ethic adalah sudut pandang dalam mempelajari budaya dari luar sistem budaya itu, dan merupakan
pendekatan awal dalam mempelajari suatu sistem budaya yang asing. Sedangkan emic sebagai sudut pandang
merupakan studi perilaku dari dalam sistem budaya tersebut (Segall, 1990).

Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya, emic adalah aspek kehidupan yang
muncul dan benar hanya pada satu budaya tertentu. Jadi, Ethic menjelaskan universalitas suatu konsep
kehidupan sedangkan emic menjelaskan keunikan dari sebuah konsep budaya (Matsumoto, 1996).

Pendidikan Multikultural merupakan suatu rangkaian


kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui
dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam Jadi Pendidikan Multikultural
membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,
akan mencakup:
kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara
(Banks, 2001).
1. Ide dan kesadaran akan
nilai penting keragaman
Pendidikan Multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan budaya.
proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur 2. Gerakan pembaharuan
lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa
berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok
pendidikan.
ras, etnis, dan kultur yang bermacam- macam itu akan memiliki 3. Proses pendidikan.
kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
Dasar Pendidikan Multikultural

Pendidikan Multikultural paling


tidak menyangkut tiga hal

1. Kesadaraan Nilai Penting 2. Gerakan Pembaharuan Pendidikan.


Keberagaman Budaya. Pendidikan Multikultural bisa muncul
berbentuk bidang studi, program, dan
perbedaan itu perlu kita praktek yang direncanakan lembaga 3. Proses Pendidikan. Tujuan
terima sebagai suatu pendidikan untuk merespon tuntutan,
kebutuhan dan aspirasi berbagai utama dari Pendidikan
kewajaran dan perlu
kelompok. Sebagaimana ditunjukkan Multikultural adalah untuk
sikap toleransi agar kita Grant dan Sleeter, Pendidikan
memperbaiki prestasi secara
bisa hidup berdampingan Multikultur bukan sekedar merupakan
praktek aktual satu bidang studi atau utuh bukan sekedar
secara damai tanpa program pendidikan semata, namun meningkatkan skor.
melihat unsur yang mencakup seluruh aspek pendidikan.
berbeda itu untuk Pada unit selanjutnya, akan dibahas
mengenai hal ini.
membeda-bedakan.

Sekalipun banyak perbedaan konsep pendidikan multikultural, ada sejumlah ide yang
dimiliki bersama dari semua pemikiran dan merupakan dasar bagi pemahaman
Pendidikan Multikultural:
1. kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi sepenuhnya,
2. penyiapan pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antar budaya,
3, penyiapan pengajar agar memudahkan belajar bagi setiap siswa secara efektif, tanpa
memperhatikan perbedaan atau persamaan budaya dengan dirinya,
4. partisipasi aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala bentuknya.
Pertama-tama dengan menghilangkan penindasan di sekolahnya sendiri, kemudian
menghasilkan lulusan yang sadar dan aktif secara sosial dan kritis
5. pendidikan harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan pengalaman
siswa,
6. pendidik, aktivis, dan yang lain harus mengambil peranan lebih aktif dalam mengkaji
kembali semua praktek pendidikan, termasuk teori belajar, pendekatan mengajar, evaluasi,
psikhologi sekolah dan bimbingan, materi pendidikan dan buku teks, dan lain-lain.

Rasionalita Arti Pentingnya Keberadaan Pendidikan Multikultur

Huntington meramalkan bahwa pertentangan manusia yang akan datang merupakan


pertentangan budaya. Oleh sebab itu kita perlu meneliti kekuatan yang tersimpan di dalam
budaya masing-masing kelompok manusia agar dapat dimanfaatkan bagi kebaikan
bersama. Pertemuan antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus
menimbulkan salah paham. Itulah rasional yang menunjukkan arti pentingnya keberadaan
Pendidikan Multikultural.
The National Council for Social Studies (Gorski, 2001)
Tujuan Pendidikan Multikultural :
mengajukan sejumlah fungsi yang menunjukkan pentingnya
keberadaan dari Pendidikan Multikultural. Fungsi tersebut
adalah :
1. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya
1. memberi konsep diri yang jelas.
2. Perkembangan Pribadi 2. membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan
3. Klarifikasi Nilai dan Sikap budaya ditinjau dari sejarahnya.
4. Kompetensi Multikultural 3. membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan
5. Kemampuan Ketrampilan Dasar realitas itu memang ada pada setiap masyarakat.
6. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan 4. membantu mengembangkan pembuatan keputusan
7. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi (decisionmaking), partisipasi sosial dan ketrampilan
Sosial kewarganegaraan (citizenship skills).
5. mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.
8. Memiliki wawasan
kebangsaan/kenegaraan yang kokoh.
9. . memiliki wawasan hidup yang lintas Fungsi pendidikan multikultural yang mendasar
budaya dan lintas bangsa sebagai warga adalah mempengaruhi perubahan sosial. Jalan
dunia. di atas dapat dirinci menjadi tiga butir
10. Hidup berdampingan secara damai. perubahan :
1. perubahan diri
2. perubahan sekolah dan persekolahan
3. perubahan masyarakat

Perubahan diri dimaknai sebagai perubahan dimulai dari diri siswa sendiri itu sendiri yang
lebih menghargai orang lain agar dia bisa hidup damai dengan sekelilingnya.
TEORI DAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAB II

Teori Pendidikan Multikultural


Horace Kallen adalah perintis teori James A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultural.
multikultur. Budaya disebut pluralisme Banks yakin bahwa pendidikan seharusnya lebih mengarah pada
budaya (cultural pluralism) jika budaya
suatu bangsa memiliki banyak segi dan
mengajari mereka bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan.
nilai-nilai. Pluralisme budaya Ada tiga kelompok budaya di Amerika : a) tradisionalis Barat,
didefinisikan oleh Horace Kallen sebagai budaya yang dominan dari peradaban Barat,
sebagai "menghargai berbagai tingkat
b) kelompok Afrosentris, yang menolak kebudayaan Barat secara
perbedaaan dalam batas-batas
persatuan nasional”. Sebagai budaya berlebihan dan menganggap sejarah dan budaya orang Afrika
yang dominan, White Anglo-Saxon seharusnya menjadi sentral dari kurikulum, c) kelompok
Protestan harus diakui masyarakat, multikulturalis yang percaya bahwa pendidikan seharusnya
sedangkan budaya yang lain itu
dipandang menambah variasi dan
direformasi untuk lebih memberi perhatian pada pengalaman orang
kekayaan budaya Amerika. kulit berwarna dan tentang wanita.

Bill Martin menulis, bahwa isu menyeluruh tentang multikulturalisme bukan sekedar tempat bernaung
berbagai kelompok budaya, namun harus membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia lewat
pembuatan perbedaan yang radikal.

Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa perdebatan tentang multikultural di masyarakat Barat berkaitan
dengan norma/tatanan. Pembahasan multikultural berada pada pemikiran kembali norma Barat (the western
canon) yang mengakui adanya multikultural.
Judith M.Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya di AS. Kelompok budaya kecil harus
mengakomodasi dan memiliki toleransi dengan budaya dominan

Pendekatan terhadap Pendidikan Multikultural

Kurikulum yang berpusat pada Pendekatan tindakan sosial mencakup semua elemen
aliran utama ternyata pendekatan transformasi, ditambah elemen yang
berdampak negatif bagi siswa 1. penolakan ideologis memungkinkan siswa mengidentifikasi isu sosial yang
yang dominan dan siswa kulit penting, mengumpulkan data yang terkait,
berwarna. Kurikulum justru mengklarifikasi nilai-nilainya, membuat keputusan
memperkuat perasaan keliru reflektif, dan mengambil tindakan untuk
tentang superioritas dari 2. kurangnya pengetahuan mengimplementasikan keputusan mereka.
siswa aliran utama dan gagal guru tentang kelompok etnis Pendekatan ini berupaya menjadikan siswa agen
merefleksikan, memvalidasi, perubahan yang reflektif dan kritik sosial.
dan memperingati budaya
siswa kulit berwarna. pendekatan transformasi, struktur, tujuan, dan sifat
Beberapa faktor terlalu beratnya guru kurikulum diubah untuk memungkinkan siswa melihat
memperlambat pelembagaan bertumpu pada buku teks konsep, isu dan problem dari perspektif etnis yang
kurikulum multikultural di berbeda.
sekolah :
Pendekatan aditif terdiri dari penambahan materi,
konsep, tema, dan perspektif ke dalam kurikulum,
Empat pendekatan untuk dengan strukturnya yang tetap tidak berubah
integrasi materi etnis ke
dalam kurikulum dapat pendekatan kontribusi, pahlawan, komponen budaya, hari
diidentifikasi libur dan elemen yang lain yang berhubungan dengan
kelompok etnis ditambahkan pada kurikulum tanpa
mengubah strukturnya
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BAB
BERBAGAI NEGARA III

Karakteristik Pendidikan
Multikultural di Berbagai Negara
Perbandingan Pola Budaya antara
orang Amerika, Jepang dan Arab
dalam situasi rapat Bersama

Norma Amerika Jepang Arab


Tujuan budaya Merumuskan rencana Mencari informasi; tidak Membangun hubungan
tindakan ada kesimpulan dan menciptakan basis
kepercayaan
Pembukaan Langsung ke tujuan Menyadari senioritas; saat Untuk menghangatkan;
diam untuk ungkapan
keselarasan keramahtamahan.
Pengikutsertaan Diharapkan dari semua Dipimpin oleh senior; Berdasarkan senioritas, ahli
yang hadir mencari rasa dilibatkan tak langsung pada
kelompok; lebih tugas
mendengarkan.
Gambaran diri Kesamaan; Bagian kelompok; Kebudayaaan yang kaya;
kemandirian; kesopanan kemurahan hati.
persaingan
Penggunaan bahasa Pernyataan langsung pada ”Tidak” secara tidak Merayu, berputar-putar
perkaranya langsung.
Komunikasi non verbal Informal, ungkapan emosi Hierarkhi, pada waktu- waktu Jenis pakaian, emosi
paling sedikit tertentu diam
Orientasi ruang Berhadap-hadapan Lingkaran; diatur Berdasarkan status dan umum
seberangan meja sebelumnya
Orientasi waktu Selalu tepat waktu; Pada waktunya untuk Konteks historis
Norma Amerika Jepang Arab
berorientasi ke masa depan rapat pertama yang
penting
Pengambilan Berdasarkan fakta; ambil Berdasarkan informasi; Intuisi, latar belakang historis
keputusan resiko; mengacu kesepakatan kelompok
pada akal
Menutup Kesimpulan, rencana Akan membicarakan Berorientasi pada
tindakan; tanggung jawab dengan yang lain, tanpa pertemuan di masa
komitmen depan/terbuka
Nilai yang diterapkan Budaya langsung; Mencari informasi; hierarkhi; Keramahan, kepercayaan
berorientasi pada tindakan; keselarasan kelompok; religius, umur/senioritas,
perorangan; berorientasi ke mendengarkan; mengamati sanjungan/kekaguman.
masa depan; ambil resiko; dan
prestasi; penyelesaian. kesabaran.

Tujuan Pendidikan Multikultural AS lebih condong pada proses Amerikanisasi. Pendidikan Multikultural AS berkembang di dalam masyarakat budaya
antarbangsa. Ada upaya untuk mengubah Pendidikan Multikultural dari yang bersifat asimilasi (berupa penambahan materi multikultural) menuju ke
arah yang lebih radikal berupa Aksi Sosial, walaupun masih mendapat tentangan yang kuat dari kelompok yang dominan yaitu WASP yang menguasai
sektor ekonomi, sosial dan politik.

Pendidikan Multikultural di Inggris berkembang sejalan dengan banyaknya kaum imigran yang memasuki negara itu, namun masih terdapat perlakuan
yang dekriminatif sehingga memunculkan gerakan yang berlatar belakang budaya. Gerakan ini merupakan gerakan politik yang didukung pandangan
liberal, demokrasi dan gerakan kesetaraan manusia.

Konsep dan kebijakan Pendidikan Multikultural Kanada bertujuan memajukan bangsa sebanding dengan negara lain. Pengalaman di Kanada
menunjukkan bahwa materi budaya di dalam kurikulum sekolah menempati urutan kedua, sedangkan yang utama adalah mencapai kemajuan
akademis. Pendidikan Multikultural di Kanada tergantung di mana pendidikan multietnis itu berada di dalam kerangka struktur ekonomi, politik, dan
sosial masyarakatnya.

Sejarah pertumbuhan penduduk Kanada dapat diidentifikasi atas empat kelompok:


Etnis asli yang hidup secara nomaden sebagai pemburu dan petani, etnis Perancis sebagai penjajah dan pedagang, etnis Inggris, dan imigran dari
Eropah dan Asia yang dilatar belakangi kebutuhan pekerja di propinsi tengah dan barat.
Paham multikulturalisme di Australia berkaitan erat dengan perkembangan politik, terutama Partai Buruh. Kebijakan imigrasi dan masalah
etnis dipecahkan secara konsensus dari seluruh masyarakat. Australia merupakan masyarakat yang polietnik bukan multi kultur dalam arti
Australia lebih bercorak Anglo Saxon yang menerima kebhinekaan selama tidak mengganggu atau mengubah gaya hidup masyarakat Anglo
Saxon tersebut.

Karakteristik Indonesia Sebagai Masyarakat Multikultur

Karakteristik Indonesia Wawasan Multikultural : Lokal,


Nasional dan Universal
Karakteristik itu bisa dalam bentuk:
1. Jumlah penduduk yang besar dengan ketrampilan yang Identifikasi budaya lokal merupakan
rendah. identifikasi budaya yang bersifat
2. Wilayah yang luas. Indonesia memiliki wilayah seluas langsung, dekat dan secara fisik ada di
1.922.570 km persegi yang menduduki urutan 15 terbesar sekelilingnya. Budaya ini dikenalkan
dunia. oleh keluarga dan kerabat dekat.
3. Posisi silang. Perilaku budaya ditentukan oleh
4. Kekayaan alam dan daerah tropis. pembiasaan dan pembudayaan yang
5. Jumlah pulau yang banyak ada dan berlaku pada lokal tertentu.
6. Persebaran pulau. Kekhasan budaya lokal terjadi karena
7. Kualitas hidup yang tidak seimbang. faktor ras, sejarah, lokasi, agama dan
8. Perbedaan dan kekayaan etnis. kepercayaan yang dianutnya

Lingkungan budaya lokal yang terdiri lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan metafisik.
Identifikasi nasional memerlukan pemahaman dan komitmennya pada ideologi negara dan bangsa. Sebagai warga
negara yang Pancasila kita perlu memiliki wawasan kebangsaan/nasional yang mengakui semboyan Bhineka Tunggal Ika
PROBLEMA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA BAB
IV
Problema kemasyarakatan pendidikan multikultural di
indonesia
1. Keragaman identitas budaya daerah.
keragaman ini menjadi modal sekaligus 2. Pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah.
potensi konflik. keragaman budaya sejak dilanda arus reformasi dan demokratisasi indonesia
daerah memang memperkaya khasanah dihadapkan pada beragam tantangan baru yang sangat kompleks. Satu
budaya dan menjadi modal yang berharga diantarnya yang paling menonjol adalah persoalan budaya. Dalam arena
untuk membangun indonesia yang budaya, terjadiny pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah
multikultural. namun kondisi neka budaya membawa dampak besar terhadap pengakuan budaya lokal dan
itu sangat berpotensi memecah belah dan keragamannnya. Konsep pembagian wilayah menjadi propinsi atau
menjadi lahan subur bagi konflik dan kabupaten baru yang marak terjadi akhir-akhir ini slalu ditiup-tiupkan
kecemburuan sosial. masalah itu muncul oleh kalangan tertentu agar mendapatkan simpati dari warga
jika tidak ada komunikasi antar budaya masyarakat.
daerah.

Dalam mengantisipasi hal itu, keragaman yang 3. Kurang kokohnya nasionalisme.


ada harus diakui sebagai sesuatu yang mesti ada
keragaman budaya ini membutuhkan adanya kekuatan yang
dan dibiarkan tumbuh sewajarnya. diperlukan
suatu manajemen konflik agar potensi konflik menyatukan (“intergrating force”) seluruh pluralistas negeri ini.
dapat terkoreksi secara dini untuk ditempuh Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, keprobadian nasional
langkah- langkah pemecahannya, termasuk dan ideologi negara merupakan harga mati yang tidak bisa
didalamnya melalui pendidikan multikultural. ditawar lagi dan berfungsin sebagai integriting force. Saat ini
Dengan adanya pendidikan multikultural itu pancasila kurang mendapat perhatian dan kedudukan yang
diharapkan masing-masing warga daerah semstinya sejak isu kedaerahan semakin semarak.
tertentu bisa mengenal, memahami, menghayati,
dan bisa saling berkomunikasi.
6. Kesejahtraan ekonomi yang tidak merata di antar kelompok
4. Fanatisme sempit. budaya.
fanatisme dalam arti luas memang diperlukan. Namun kejadian yang nampak bernuansa SARA seperti sempat
yang salah adalah fanatisme sempit, yang menganggap beberapa waktu yang lalu setelah diselidiki ternyata berangkat
bahwa kelompoknyalah yang paling benar, paling baik dari kecemburuan sosial yang melihat warga pendatang
dan kelompok lain harus dimusuhi. Gejala fanatisme memiliki kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik dari warga
sempit yang banyak menimbulkan korban ini banyak asli. Keterlibatan orang dalam demostrasi yang marak terjadi
terjadi di tanah air ini. Kecintaan dan kebanggaan pada ditanah air ini, apapun kejadian dan tema demonstrasi ,
korps memang baik dan sangat diperlukan. seringkli terjadi karena orang mengalami tekanan hebat di
bidang ekonomi.

7. Keberpihakan yang salah dari media masa, khususnya televisi


5. Konflik kesatuan nasional dan multikultural.
swasta dalam memberitakan peristiwa.
Ada tarik menarik antar kepentingan kesatuan Di antara media massa tentu ada ideoligi yang sangtan dijunjung
nasional dengan gerakan multikultural. Di sisi tingi dan dihormati. Persoalan kebebasan pers, otonomi, hak publik
multikultural kita melihat adanya upaya yang untuk mengetahui hendaknya diimbangi dengan tanggung jawab
ingin memisahkan diri dari kekuasaan pusat terhadap dampak pemberitaan. Mereka juga perlu waspadai
adanya pihak tertentu yang pandai memanfaatkan media itu untuk
dengan dasar pembenaran budaya yang berbeda
kepentingan tertentu, yang justru dapat merusak budaya
denga pemerintah pusat yang ada di jawa ini. indonesia.
Problem Penyakit Budaya
Menurut Johnson(1986), “prasangka
adalah sikap positif atau negatif
berdasarkan keyakinan stereotipe kita
tentang anggota dari kelompok tertentu.

1. Prasangka

Prasangka didasarkan atas sebab-sebab seperti:


1. generalisasi yang keliru pada perasaan.
2. stereotipeantaratnik,
3. kesadaran “in group” dan “on group” yaitu kesadaran akan ras “mereka” sebagai kelompok lain yang berbeda
latar belakang dengan “kami”.

2. Stareotipe
Stareotipe merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik atau ras .orang cenderung membuat kategori atas
tmpilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan
komunikasi verbal maupun non verbal.
Miles hewston dan rupert brown (1986) Hewstone dan giles(1986) mengajukan 4 kesimpulan
mengemukakan tiga aspek esensial dari stereotipe: tentang proses stereotipe:
1. Karakter atau sifat tertentu yang berkaitan 1. Proses stereotipe merupakan hasil dari
dengan perilaku, kebiasaan, gender, dan kecenderungan mengantisipasi atau
etnis. Misalnya wanita priangan itu suka berdasakan sifat psikologis yang dimiliki.
bersolek. 2. Sumber dan sasaran informasi mempengaruhi
2. bentuk atau sifat perilaku turun temurun proses informasi yang diterima atau yang
sehingga seolah-olah melekat pada semua hendak dikirim kan.
anggota kelompok. Misalnya orang ambon itu 3. Stereotipe menciptakan harapan pada anggota
keras. kelompok tertentu (ingroup) dan kelompok lain
3. Penggeneralisasian karakteristik, ciri khas, (out group).
kebiasaan, perilaku kelompok pada individu 4. Stereotipe menghambat pola perilaku
yang menjadi anggota kelompok tersebut. komunikasi kita dengan orang lain.

3. Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah paham yang pertama kali
diperkenalkan oleh william graham sumner (1906), seorang
antropolog yang beraliaran interaksionamisme
4. Rasisme
Kata ras berasal dari bahas prancis dan 5. Diskriminasi 6. Kambing hitam (scape goating)
italia “razza” pertama kali istilah ras Jika prasangka mencakup sikap dan keyakinan, Teori kambing hitam(scape goating)
diperkenalkan franqois bernier, maka diskriminasi mengarah pada tindakan.
mengemukakan kalu individu tidak
antropologi prancis untuk mengemukakan Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh
orang yang memiliki prasangka kuat akibat bisa menerima tertentu yang tidak
gagasan tentang pembedaan manusia
tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adil, maka perlakuan itu dapat
berdasarkan kategori atau karakteristik
warna kulit dan bentuk wajah. adat istiadat, kebiasaan atau hukum. ditanggungkan kepada orang lain.
Problema pembelajaran pendidikan multikultural
Beberapa permasalahan awal pembelajaran berbasis budaya pada tahap persiapan awal antara lin:
1. Guru kurang mengenal budaya nya sendiri, budaya lokal maupun budaya peserta didik.
2. Guru kurang menguasai garis besar struktur dan budaya etnis peserta didiknya, terutama dalam konteks mata pelajaran yang akan
diajarkannya.
3. Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali
peseta didik terhadap khasanah budaya masing-masing dalam konteks pengalaman belajar yang diperoleh.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BAB


INDONESIA V
Makna Pendidikan Multikultural dan Implikasinya
Terhadap Pengembangan Pendidikan Multikultural Implikasinya terhadap pengembangan Pendidikan
Multikultural adalah pemasukan bahan ajar yang berisi ide
suatu filsafat yang menekankan legitimasi, vitalitas dan pentingnya dari berbagai kelompok budaya. Diperlukan adanya
keragaman kelas sosial, etnis dan ras, gender, anak yang berkebutuhan pendidikan yang leluasa untuk mengeksplorasi perspektif
khusus, agama, bahasa, dan usia dalam membentuk kehidupan individu, dan budaya orang lain. Dengan mengekplorasi itu akan
kelompok, dan bangsa. Sebagai sebuah ide, maka Pendidikan diperoleh inspirasi sehingga membuat anak menjadi sensitif
Multikultural ini harus mengenalkan pengetahuan tentang berbagai terhadap pluralitas cara hidup, cara yang berbeda dalam
kelompok dan organisasi yang menentang penindasan dan eksploitasi menganalisa pengalaman dan ide, dan cara melihat berbagai
dengan mempelajari hasil karya dan ide yang mendasari karyanya temuan sejarah yang ada di seluruh dunia (Parekh, 1986: 26-
(Sizemore, 1981). 27). ). Pendidikan Multikultural selalu dilandasi prinsip
persamaan dan keadilan sosial. Implikasinya, kurikulum
Pendidikan Multikultural dapat dipandang sebagai suatu gerakan perlu direformasi sehingga benar-benar mencerminkan
reformasi yang mengubah semua komponen kegiatan pendidikan. penghormatan atas pluralitas budaya.
Komponen itu mencakup:
1. nilai-nilai yang mendasari, 2. aturan prosedural,, 3. Kurikulum, 4.
bahan ajar, 5. struktur organisasi,, 6. pola kebijakan
Dari uraian ada beberapa ide utama yang bisa kita ambil: Nieto (1992) memandang Pendidikan Multikultural terkait
1. Pendidikan Multikultural berhubungan dengan konsep humanistik. dengan :
Konsep yang didasarkan pada kekuatan dari keragaman, HAM, 1. reformasi sekolah dan pendidikan dasar yang
keadilan sosial dan gaya hidup. komprehensif untuk semua siswa,
2. Pendidikan Multikultural mengarah pada pencapaian pendidikan 2. penentangan terhadap semua bentuk diskriminasi,
yang berkualitas 3. menyerapan pelajaran dan hubungan interpersonal di
3. Melibatkan segala upaya untuk memenuhi seluruh budaya siswa kelas, dan
4. Memandang masyarakat pluralistik sebagai kekuatan positif 4. penonjolan prinsip-prinsip demokratis dan keadilan
5. Perbedaan adalah wahana memahami masyarakat global. sosial (Nieto, 1992).

Menurut Bennet definisi Pendidikan Multikultural mencakup dimensi :


Pada akhir abad 20 gerakan hak perempuan muncul sebagai
1. gerakan persamaan (yang dalam konsep Banks disebut gerakan
satu dari gerakan reformasi sosial paling signifikan.
reformasi pendidikan),
Pemimpin gerakan ini seperti Betty Frie dan Gloria Steinem
2. pendekatan multikultural,
menuntut lembaga politik, sosial, ekonomi, dan pendidikan
3. proses menjadi multikultural, dan
melakukan tindakan untuk menghilangkan diskriminasi
4. komitmen memerangi prasangka dan diskriminasi.
gender serta memberi kesempatan bagi perempuan untuk
mengaktualisasi bakatnya dan mewujudkan ambisinya.
akar sejarah Pendidikan Multikultural bermula pada gerakan hak-hak sipil dari
berbagai kelompok yang secara historis memang selalu terabaikan dan tertindas. Sekalipun sebagian besar guru di sekolah dasar adalah
Pendidikan Multikultural timbul dari munculnya gerakan hak-hak sipil di Amerika perempuan, sebagian besar administrator masih dipegang
tahun 1960-an yang mulai menyadari dan menuntut hak yang belum pernah terjadi oleh kaum pria. Tujuan utama dari gerakan hak perempuan
sebelumnya. Tujuan utamanya menghilangkan diskriminasi dalam akomodasi umum, adalah:
perumahan, tenaga kerja, dan pendidikan. Gerakan hak-hak sipil ini berimplikasi upah yang sama atas kerja yang sama,
terhadap:
penghapusan aturan hukum yang mendiskriminasikan
berdirinya lembaga pendidikan bagi kelompok etnis. Awalnya hanya pada sekolah wanita dan pria,
untuk orang Amerika keturunan Afrika dan kemudian kelompok lain. penghapusan terhadap hal-hal yang membuatnya menjadi
reformasi kurikulum sehingga sekolah dan lembaga pendidikan yang lain warga negara kelas dua,
merefleksikan pengalaman, sejarah, budaya dan perspektif mereka. menuntut adanya partisipasi yang lebih besar dari kaum
kenaikan upah bagi guru dan administrator sekolah kulit hitam dan berwarna lain. pria untuk terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan
adanya kontrol masyarakat terhadap sekolah.
membesarkan anak.
revisi buku teks agar merefleksikan keberagaman orang di AS.
Faktor-faktor yang melatar belakangi semua pertikaian di tanah air itu disebabkan
antara lain:
1. Kuatnya prasangka, etnosentrisme, stereotip dan diskriminatif antara kelompok.
2. merosotnya rasa kebersamaan dan persatuan serta saling pengertian. Bentuk Pengembangan Pendidikan
3. aktivitas politis identitas kelompok/daerah di dalam era reformasi. Multikultural di Indonesia :
4. tekanan sosial ekonomi
1. Penambahan materi multikultural yang
dalam aktualisasinya berupa pemberian
Ketika banyak terjadi peristiwa yang silih berganti dan
materi tentang berbagai budaya yang ada
beragam bentuk itu, timbul pemikiran yang nampak
di tanah air dan budaya berbagai belahan
mewarnai pemikiran di sebagian besar bangsa Indonesia.
dunia.
Ada tiga kelompok pemikiran yang biasa berkembang di 2. Berbentuk bidang studi atau mata
Indonesia dalam menyikapi konflik yang sering muncul. pelajaran yang berdiri sendiri. Sekarang
1. pandangan primordialis. Kelompok ini menganggap sudah ada perintisan yang dilakukan dalam
perbedaan-perbedaan yang berasal dari ikatan bentuk satu mata pelajaran atau bidang
primordial seperti suku, ras, agama dan antar golongan studi yang berdiri sendiri.
merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan 3. Berbentuk program dan praktek
kepentingan terencana dari lembaga pendidikan.
2. pandangan kaum instrumentalis. Menurut mereka, Pendidikan Multikultural berkaitan dengan
suku, agama dan identitas yang lain dianggap sebagai tuntutan, kebutuhan, dan aspirasi dari
alat saja, yang digunakan individu atau kelompok kelompok yang berbeda.
tertentu untuk mengejar tujuan yang lebih besar, baik 4. Pada wilayah kerja sekolah,
dalam bentuk materiil maupun non-materiil 5. Gerakan persamaan
3. kaum konstruktivis, yang beranggapan bahwa identitas 6. Proses.
kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang
dibayangkan kaum primordialis.
Asas-Asas dalam Pendidikan Multikultural di
Indonesia

Asas-asas itu antara lain : Ada tiga prinsip yang digunakan dalam menyusun program Pendidikan
1. Asas wawasan Multikultural, yaitu :
nasional/kebangsaan 1. Pendidikan Multikultural didasarkan kepada pedagogik baru yaitu
(persatuan dalam pedagogik yang berdasarkan kesetaraan manusia (equity pedagogy).
perbedaan). 2. Pendidikan Multikultural ditujukan pada terwujudnya manusia yang
2. Asas Bhineka Tunggal Ika berbudaya. Hanya manusia yang melek budayalah yang dapat
(perbedaan dalam persatuan membangun kehidupan bangsa yang berbudaya.
3. Asas kesederajatan 3. Prinsip globalisasi budaya.Globalisasi kebudayaan ditandai dengan
4. Asas selaras, serasi dan pesatnya kemajuan teknologi, produk multinasional, perluasan
budaya populer
seimbang
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA BAB
VII
Petunjuk untuk mengajarkan materi multikultural
Hernandes (1989) memberi petunjuk pada guru dalam
memilih materi dan proses Pendidikan Multkultural.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi Tujuan dari tindakan di atas adalah untuk :
dan proses pembelajaran Pendidikan Multikultural 1. Memberi setiap siswa kesempatan untuk mencapai
adalah sebagai berikut: potensinya.
1. Penting mengemukakan alasan politik, sosial, 2. 2. Mempelajari bagaimana belajar dan berpikir secara
pendidikan dan ekonomi untuk mengenalkan bangsa kritis.
sebagai masyarakat yang beraneka ragam secara 3. Mendorong siswa untuk mengambil peranan aktif
budaya. dalam pendidikannya sendiri dengan membawa kisah
2. Pendidikan Multikultural untuk semua siswa. dan pengalamannya ke dalam lingkup belajarnya.
43 Pendidikan Multikultural sinonim dengan pengajaran 4. Menujukan pada gaya belajar yang bermacam-
efektif. macam.
4. Pengajaran adalah pertemuan multi dan lintas 5. Menghargai kontribusi kelompok lain yang telah
budaya. berkontribusi pada dasar pengetahuan kita.
5. Sistem pendidikan tidak melayani semua siswa sama 6. Mengembangkan sikap positif tentang kelompok
baiknya. orang yang berbeda dari dirinya sendiri.
6. Pendidikan Multikultural (seharusnya) sinonim 7. Menjadi warga sekolah, warga masyarakat, warga
dengan inovasi dan reformasi pendidikan. negara dan masyarakat dunia yang baik.
7. Yang terdekat dengan orang tua (terutama pemberi 8. Belajar bagaimana mengevaluasi pengetahuan dari
perhatian) adalah guru. Guru merupakan salah satu perspektif yang berbeda.
faktor terpenting dalam hidup siswa. 9. Mengembangkan identitas etnis, nasional, dan global.
8. Interaksi kelas antara guru dan siswa merupakan 10. Memberi ketrampilan mengambil keputusan dan
bagian utama dari proses pendidikan dari sebagian ketrampilan analisis kritis sehingga siswa dapat
besar siswa. membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupannya
sehari-hari.
. Prinsip-prinsip dalam menyeleksi materi Penerapan Pembelajaran Berbasis
pokok bahasan Budaya
Pembelajaran Berbasis Budaya dapat dibedakan
Dari Gordon dan Robert mengajukan sejumlah prinsip yang
menjadi dasar dalam menyeleksi materi pokok: menjadi empat macam, yaitu
1. Seleksi materi pokok bahasan seharusnya mencantumkan 1. Belajar tentang budaya menempatkan budaya sebagai bidang
hal-hal kultural. Didasarkan pada keilmuan masa kini. ilmu. Budaya dipelajari dalam program studi khusus, tentang budaya
Keinklusifan ini seharusnya berhubungan dengan pendapat dan untuk budaya. Dalam hal ini, budaya tidak terintegrasi dengan
yang berbeda dan interpretasi yang beragam. bidang ilmu lain.
2. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan 2. Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan
seharusnya merepresentasikan keberagaman dan kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok
kesatuan di dalam dan lintas kelompok. bahasan tertentu. Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan
3. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan beragam bentuk perwujudan budaya
seharusnya berada dalam konteks waktu dan tempat 3. Belajar melalui budaya merupakan strategi yang memberikan
4. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan kesempatan siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau
seharusnya memberikan prioritas untuk memperdalam di makna yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui
samping keluasan. ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan salah
5. Perspektif multi budaya seharusnya dimasukkan di dalam satu bentuk multiple representation of learning (Dirjen Dikti, 2004:
keseluruhan kurikulum. 15), atau bentuk menilaian pemahaman dalam beragam bentuk.
6. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan
seharusnya diperlakukan sebagai konstruk sosial dan oleh 4. Belajar berbudaya merupakan bentuk mengejawantahan budaya
karena itu tentatif seperti halnya seluruh pengetahuan. itu dalam perilaku nyata sehari-hari siswa. Misalnya, anak
7. Pokok bahasan seharusnya menggambarkan dan tersusun dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa Krama Inggil pada
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dialami hari Sabtu melalui Program Sabtu Budaya.
siswa untuk dibawa ke kelas.
8. Pedagogi seharusnya berkaitan dengan sejumlah cara
belajar mengajar interaktif agar menambah pengertian,
pengujian kontraversi dan saling belajar.
. Bentuk dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pembelajaran Berbasis Budaya

Bentuk-bentuk budaya daerah itu dapat berupa


1. cerita daerah (misal Malin Kundang, Rara Mendut, asal
nama kota Banyuwangi), Pakaian (setiap daerah memiliki pakaian daerah
2. Tari-tarian (Tari Kancet Papatai / Tari Perang Suku masing-masing) Nilai-nilai yang terdapat dalam
Dayak) budaya daerah :
3. Tembang/lagu-lagu daerah (Ilir-ilir, Sluku-sluku
Nilai-nilai yang terdapat dalam budaya daerah
bathok),
4. Permainan (bentik, Jamuran, dakon) dan sangat beragam tergantung pada bentuk yang
5. Seni pertunjukan (wayang, ketoprak, reog ponorogo) ada. Nilai-nilai ini memiliki kearifan budaya yang
6. Kebiasaan/tradisi setempat (tahlil, yasinan, bersih dapat dikembangkan dan dilakukan upaya
deso, tradisi larung sesaji, sekaten)
7. Benda-benda dan makna filosofisnya (mandau, pembelajarannya.
perisai, benda tradisional).

Model Pembelajaran berbasis berbasis budaya melalui permainan tradisional dan


lagu-lagu daerah

Anda mungkin juga menyukai