Anda di halaman 1dari 5

Dear Sahabat

Anzel Kamila gadis yang sering disapa Anzel itu kini sedang membuly adik kelasnya
lantaran tak sengaja menabraknya.Hal itu membuat Anzel marah sampai-sampai ia menarik
rambut gadis itu hingga sang empu meringgis kesakitan.

“lepas,” ucap suara bariton yang tak lain adalah milik Zidan Alfarizi ketua OSIS di SMA Garuda.

Semua pasang mata yang melihat kejadian pembulian tersebut terkejut dengan kehadiran
sang Ketos. Tanpa disuruhpun mereka mengerti harus meninggalkan tempat kejadian tersebut,
Mereka jelas tak mau membuat Zidan marah.

“Hei kau tak apa-apa?” Tanya zidan pada gadis malang yang menjadi korban bully itu.

“emm-enggak apa-apa kak.” Ucap gadis itu gugup.

‘’Maafin kejadian hari ini dan maafin juga orang ini ya.’’ Ujar Zidan tulus.

“Makasih kak zidan,” ucap gadis itu membuat Anzel memutar bola matanya malas.

“Lebay.” dengus Anzel.

“Kau boleh pergi sekarang,” tintah Zidan pada gadis itu lagi,gadis itupun meningagalkan dua orang
itu yang masih berdiri di tempatnya,

“Bisa ngak Zid ngak usah ganguin urusan gua.” ujar Anzel kesal.

“Sadar ngak sih lo itu terlalu kejam, jangan lampiasin masalah lo keorang lainlah.” Balas zidan
menasehati.

Walaupun sangat sulit membuat sahabatnya seperti gadis polos yang dikenalnya
dulu.Setidaknya gadis itu bisa kembali ke jalan yang benar. Ia tahu gadis yang menjadi adik
tingkatnya ini sangat keras kepala ia mengenalnya sejak kecil

“Kejam kata lo di dunia ini ngak ada yang ngak kejam rumusnya siapa yang kuat brati dia
menang.” Jelas Anzel tertawa hambar.

Gadis itu menjadi orang keras kepala,congkah dan semena-mena karena kehidupanya yang
menjadi broken Home. Kecewa pada takdir yang tak membiarkanya bahagia dengan keluarganya
seperti anak remaja lainya.
“Di dunia ini hidup udah diatur oleh Tuhan. Lo tahu kan di pelajaran Agama apa itu takdir Zel
Alloh ngak akan kasih cobaan diluar bats kempuan hambanya.” Ucap Zidan mengingatkan namun
ekspresi gadis didpanya begitu tak setuju.

“Lo percaya tuhan hah!” Ucap Anzel lalu tertawa baginya tuhan tak adil padanya.”

“Kenapa gue harus nggak percaya sedangkan dunia dan seisinya udah cukup ngenyakinin gue
keberadaan Tuhan itu ada.” Jawab cowok itu gamblang.

“Kenapa lo ngak coba bersyukur dengan apa yang lo punya lo punya badan yang utuh nggak cacat
sedikitpun kebutuhan lo selalu terpenuhi.” Sambungnya lagi,

“Lo tahu hidup gue ngak ada gunanya nggak punya kebahagiaan lantas apa zid yang harus gue
syukuri,” Ucap Anzel lalu menatap kearah lain.

“Lo liat tu si Riri walaupun kakinya patah dia tetap semangat ngejalanin hidupnya tak sedikit anak
yang memakinya tapi dia balas dengan senyuman keluarganya juga bukan dari kalangan berada
dia bisa sekolah disinipun berkat Beasiswa sebab dia termasuk anak yang pintar.

“Udahlah bandingin hidup lo dengan hidup orang lain lo punya kepribadian berbeda .”Ujar Zidan
Panjang lebar.

“Kenapa diem ngerasa salah.? Tanya Zidan lagi melihat raut wajah angkuh gadis didepannya
sudah hilang terganti raut wajah agak bimbang,

“Kenapa gue harus ngomong kalau kalimat yang keluar dari mulut gue lo anggep kejam.”

“Oke lo mau gue ngak gangguin urusan lo lagikan gue akan lakuin itu.” ucap Zidan.

“Ya gak gitu jugalah zid.” Protes Anzel.

“Mati ibarat kelopak mata bukan kenapa begitu?” tanya Zidan pada Anzel.

“Mana gue tahu.” jawab Anzel membuzt cowok didepanya tersenyum lalu mendengus pelan.

“Jangan temuin gue kalo lo ngak bis acari tahu jawabanya.” lalu Zidan memutuskan pergi dari
tempat itu namun lengannya dicekal oleh Anzel.

“Kenapa lo lakuin ini.’


“Selagi lo punya sifat jahat dan berhati gelap gue ngak mau temenan sama lo.Berubah Zel lo bukan
temen gue yang dulu lo tau gue sma sekali ngak kenal Anzel temen gue yang gue kenal.”Jelas
Zidan lalu melengang pergi meninggalkan Anzel yang masih berdiri mematung ditempatnya.

*****

Keesokan harinya Anzel melihat Zidan memanasi montornya tanpa menyapanya seperti
biasa. Padahal cowok tahu dirinya berada diteras memakai sepatu, Rumah mereka memang
bersebelahan. Rasanya ada yang aneh didalam dirinya. Ada rasa sesak dalam dadanya yang tak
bisa dijelaskan. Sahabatnya berubah dingin tak seperti Zidan yang hangat seperti biasanya.

Sesampainya disekolah Anzel memasuki gerbang dengan langkah gontai jarang-jarang


datang sepagi ini, tak sengaja bola matanya melihat Riri adik kelasnya yang tulang kakinya patah.
Ia melihat Riri kesusahan mengambil bukunya yang berserakan. Entah mengapa kakinya
membawanya kearah Riri seperti ada dorongan yang kuat dari dirinya untuk membantu.

“Gue bantu.” Tawar Anzel lalu memgambil buku yang berserakan,” makasih ya kak Anzel udah
mau bantuin Riri.” Ucap tulus Riri.

“Sama-sama”

“Kenapa lo datang sepagi ini?” tanya Anzel bisa dilihat masih beberapa siswa yang datang
disekolah,

“Hari ini Riri piket kak jadi harus datang pagi lagian Riri kan nggak bisa nyapu cepet dengan kaki
yang seperti ini,”

Kalimat Riri barusan membuat Anzel begitu beruntung memiliki keadaan tubuh yang utuh
dan sehat tapi rasanya perkataan Zidan kemarin benar soal dirinya yang tak punya rasa syukur atas
pemberian tuhan padanya.

“Apa yang ngebuat lo mampu bertahn sejauh ini Ri?” tanya Anzel.

“Ibu, satu-satunya orang yang ngedukung Riri dalam keadaan apapun Riri berharap bisa bahagiain
ibu walaupun ngak bisa dengan Fisik tapi akan uasaha dengan otak,” jelas gadis itu.
“Maafin gue yang ngak seharusnya tayain it uke lo,” Sesal Anzel atas pertanyaanya kalimat
jawaban dari Riri berhasil mengetuk pintu hatinya untuk selalu kuat dalam keadaan apapun masih
banyak hal yang kudu dicapai.

“Nggak papa kok tapi Ritri yakin pasti aka nada kebahagiaan setelah ini.” Ucapnya semangat.

“Yaudah Riri,tetap semangat ya” Dukungnya berlari sambal melambaikan tangan dari kejauhan.

Jika Riri bisa semangat menjalani hidupnya dengan kondisi tubuh seperti itu dan masih bisa
bersyukur atas hidupnya maka Anzel kudu bisa lebih bisa bersyukur atas segala pemberian tuhan
padanya banyak pembelajaran yang bisa dipetik pagi ini.Apapun itu kita harus berlajar ikhlas
dalam cobaan dan terus mempersiapkan masa depan.

Sepulang sekolah Anzel ingin meminta maaf kepada Zidan karena merasa bersalah dan ingin
berbaikan.Walaupun harus menunggu cowok itu selesai rapat OSIS. Tak masalah lagian ia sudah
tak sabar mengemukakan pendapat dari jawabanya.

“Belum pulang?” Suara bariton itu membunyarkan lamunan Anzel.

“Ehh Zidan, ya jelas kalau gue nungguin pak Ketos” Ujarnya tanpa ragu-ragu.

“Bukanya udah gue bilangin jangan ketemu gue kalo belum nemu jawaban.”

“Lo salah gue udah berusaha nyari tahu jawabanya semalaman.” jawab Anzel.

“Menurut lo apa jawabanya?” tanya Zidan.

“Kalo bener ngak boleh cuekin gue lagi,” Ujar Anzel kemudian memberikan jari kelingkingnya
dan mau tak mau Zidan juga menyerahkan kelingkingnya untuk berjanji.

“Hati ibarat kelopak mata artinya saat tertutup kau akan melihat keadaan gelap gulita bahkan tak
bisa melihat apapun tapi saat terbuka akan berubah terang benderang.”

“Apa yang lo dapet dari itu?”

“Bukanya gunung yang menjadi penghalang diri kita tapi fikiran itu sendiri semua yang terjadi
dalam hidup pasti ada benar dan salah tinggal bagaimana caranya memperbaiki masalah tersebut
gimana betulkan gue putar otak semalaman Zid.’’
“Kurang tepat.” jawab Zidan membuat bola mata Anzel hampir keluar karena melotot tak percaya
menurutnya jawabnya sudah sangat perfect.

“Ketika berfikir posisif maka dunia akan menarik ke hal-hal positif dan itu berlaku sebaliknya
intinya think positif,talk positif do positif.”Jawab Zidan gamblang.

“Jadi lo ngak maafin gue karena jawaban gue salah?” tanya Anzel memelas.

“Jawaban lo ngak salah hanya kurang tepat ngelihat lo berusaha keras mata hati untuk memaafkan
lo kebuka sangat lebar.” Ujar Zidan berhasil membuat lekukan senyum diwajah cantik milik Anzel.

“Jadi kita baikan.” Terang Anzel semangat.

“Gimana rasanya dicuekin cowok ganteng,”

“Pedenya meningkat lagi ya pak ketos,” Sindir Anzel.

“Tapi makasih udah mau jadi sahabat gue dan selalu ngingetin gue.” Ujar Anzel

“Itu gunanya sahabat bukan?” Ujar zidan lalu keduanya tertawa bersama.

Itulah teman bukan hanya selalu ada dalam keadaan suka duka tapi juga mengingatkan jika
temanya melakukan kesalahan.

#selesai#

Anda mungkin juga menyukai