Anda di halaman 1dari 7

PERJUANGAN

Zara seorang santri dia mempunyai keluarga sederhana. Dan


mempunyai seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya,jangan
boros-boros di pesantren! Uangnya jangan di buat jajan se mua,sebagian
ditabung! “Ucap kak abyan.Kakakku melalui sambungan telepon. “ Aduh
kak,kakak ngerti apa sih? Kita beda! kebetulan kakak lebih sedikit dibanding
Zara! Zara ini perempuan. Kakak laki-laki? Lagian Zara udah paling hemat
diantara teman-teman yang lain.”
Pipiku sudah mulai basah karena air mata yang tidak bisaku tahan.Sementara
Aliza temanku,ia mengusap-usap punggungku.Berusaha menenangkan ku.
“Biayamu itu ga murah dek.”Aku mematikan sambungan itu dan memblokirnya.
“Udah?” Tanya Aliza ragu.

Aku mengusap air mataku sambil mengangguk seraya memberikan


handphone itu kepada Aliza. “Makasih”.Aliza mengangguk . “Aku kembalikan
dulu ke ustadzah.”
“Za,jangan bilang ini ke siapa-siapa ya, termasuk Alma.” Aliza mengangguk
seraya tersenyum tipis.”Aku mau ke kamar mandi dulu ya”.
“Aku ikut”! Aliza pun mengekori ku.ya, tujuanku bukan ke kamar
mandi,melainkan ke tempat wudhu.
“Hiks…Hiks…”
“Jangan nangis…”Ucap Aliza menenangkan.
Aku kembali mengusap air mataku. “Ga bisa,lizaaa! Aku ga bisa nahan air
mataku! Ini gimana?”
“Yaudah nangis aja biar lega.” Aliza pun langsung memelukku dan tangisku
pecah di pelukannya. Untung tempat wudhu’ lagi sepi. Aku melepaskan
pelukannya
“Udah” tanya nya.
“Iya makasih ya,aku mau wudhu’ dulu” Aliza hanya mengangguk.

Aku sedang berada di balkon kamar. Ya, kamarku berada di lantai dua
asrama. Kamar ini memiliki balkon di sampingnya karena posisi kamar paling
ujung dari sini, kita bisa melihat pemandangan taman asrama. Juga bulan dan
bintang, indah. Tapi, asal kalian tau aku sedang menatap bulan itu dengan mata
sembab. Bukan habis nangis, melainkan terkena hembusan angin malam, sambil
memegang sebuah Al-Qur’an, habis muraja’ah. Aku melirik ke arlojiku yang
berada di tangan kiriku menunjukkan pukul 00:00 , teman-teman pasti sudah
tidur.
Tiba-tiba, ada seseorang duduk di samping ku, aku melihatnya sekilas,
ternyata Alma. aku langsung mengusap kasar air mata ku, “aku liat menangis
dari tadi, kamu kenapa Ra?” Ternyata aku hanya menggeleng sebagai jawaban.
Alma menghela nafas. “ yaudah, gapapa kok kalo kamu gak mau bercerita.”
Ya,salah satu perasaan bersalah ku kepada alma adalah gaa bisa terbuka sama
dia. Sering kulihat sorot mata berasal darinya.alma merasa bahwa dia belum
bisa menjadi teman yang baik untuk ku. Padahal,pengen banget bilang ke dia
kalo dia itu udah paling baik, cuman akunya aja yang egois. Aku juga ga mau
nambah beban pikiran alma,karena aku tau,dia juga punya masalah.
“Hiks…. Hiks….”
Alma memelukku “ Kalau ada apa-apa kamu gak mau cerita sama aku. Tapi
giliran aku gak mau cerita, kamu mati-matian ngebujuk aku untuk cerita . Ra,
rasanya gak adil.
“Gak papa Al aku cuma mau nangis aja”
“Bohong,kamu selalu bohongi aku”
“Alma terdiam sejenak,”oke jangan diperpanjang lagi”
Saat itu, aku teringat dengan percakapan singkat ku dengan kakak abyan
tentang filosofi senja.
“Ra,kamu tau filosofi senja”
Aku menatap kak abyan sekilas,lalu menggeleng dan menatap sunset.
Ya,saat itu aku sedang di jakarta, silaturahmi ke rumah pak dhe.”filosofi senja itu
mengajarkan tentang keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suara kan atau
diumbar. Begitulah hidup,kadang manusia membutuhkan perhatian. Jika
memang itu tulus untuk kebaikan,biarkan orang lain yang menilai.
Setelah sekilas teringat percakapan itu,aku pun bermonolog dalam
hati.”jika mendengarkanmu bercerita dan memberi saran untuk setiap masalah
yang kamu hadapi adalah sebuah kebaikan yang tak terlihat.maka aku akan
memilih untuk seperti ini,meskipun ada sedikit harapan untuk mendapat hak
yang sama. Namun ,kamu jangan risaukan itu,aku hanya ingin menjadi teman
yang tulus untukmu,Akma.


“Kecelakaan?”
Aku langsung mematikan teleponku dan mengemas barang-barangku
untuk pulang. Pipiku sudah banjir oleh air yang terus mengalir dari mataku tanpa
henti.”yang sabar ya raa! Orang Tua kamu pasti baik-baik aja.”ucap Aliza
menenangkan.aku mengangguk ,lalu berpamitan pada teman-temanku,mereka
memelukku.”hati-hati,Ra! Doa kami menyertaimu”ucap alma,Aku hanya
mengangguk dan mengusap air mataku.
Kak abyan sudah menungguku di depan pesantren dan akan membawaku
menuju rumah sakit yang tak jauh dari sini. Rumahku memang tidak jauh dari
pesantren,masih satu kota,ayah dan bunda sebenarnya tidak tega dengan tekad
ku untuk mondok waktu itu.Namun aku tetap kekeh dengan pilihanku.pada
akhirnya,mereka pun memperbolehkan dengan syarat tidak boleh terlalu jauh
dari rumah,dan aku menyerah untuk itu.aku menyetujuinya.
Sesampainya dirumah sakit aku mempercepat langkahku menuju ke
dalam disaat itu aku mencari-cari dimana ruangan yang ditempati oleh ayah dan
bundaku.
“Ayah dan bunda di UGD”.Ucap kak abyan
“Duduk aja dulu bunda sama ayah masih ditangani dokter”lanjut nya sambil
menenangkanku.
“Gak bisa kak,bunda sama ayah sedang mempertaruhkan nyawanya didalam
sana dan kakak menyuruh aku tenang begitu saja,apa kakak gak sayang sama
ayah dan bunda ha”ucapku sambil berteriak dan mengundang beberapa pasang
mata yang berada disana.
“Bukan begitu Ra kakak bilang seperti itu supaya kamu bisa tenang” ucapnya
sambil memelukku.
“Aku tidak bisa tenang dan berjalan mondar-mandir di depan UGD.Sesekali aku
berusaha mengintip kedalam walaupun hanya terlihat bayang-bayangan di
gorden hijau.Tak Lama kemudian,dokter keluar menyatakan bahawa ayah dan
bundaku sudah tidak tertolong.Allah lebih sayang sayang mereka.Aku langsung
berlari ke dalam dengan perasaan yang campur aduk,aku kacau.

“BUNDAAA…! Aku langsung memeluk bunda dengan tangisan yang sangat


histeris.Sementara kak abyan,Dia mencium kening bunda begitu lama.lama
bangett,air matanya menetes mengenai wajah bunda yang sudah pucat.
“Bunda,katanya mau dengerin zara murajaah.Bunda bohong! Bunda belum
dengerin zara murajaah.Bunda bangun bunda!”
Aku berpaling menuju ayah.”AYAH” Aku langsung memeluknya dan kak abyan
mencium kening nya “Ayah katanya mau menyaksikan zara wisuda tahfidz,ayah
bangun dong ayah! 2 minggu lagi acaranya,mana janji ayah?”
“Dek,udah dek! Adab sama jenazahnya gimana?udah pernah ngajikan
sebelumnya? Katanya udah pernah belajar kitab tahdzib.”
Aku menatap lekat netra mata kak abyan. “Semua ini beneran kak?ini
hanya mimpi kan?”, kak abyan mengangguk seraya menghapus air mataku “ini
beneran,kamu harus mengikhlaskannya ya.”
Aku menggeleng cepat dan tangisku kembali pecah.”Nggak! Zara belum
dewasa,Zara belum bisa bahagiain ayah dan bunda.Zara belum jadi anak yang
baik,kak!” aku terus merengek.Kak abyan hanya memelukku,berusaha
menenangkan ku dan menyakinkan bahawa ini semua memang benar-benar
terjadi,mau ga mau kita harus menerimanya.
“Kenapa ga aku aja yang–”
“Ssst!Gak Boleh ngomong gitu,Zara udah ya,kita bisa”aku hanya menggeleng.
“Assalamualaikum”
Aku melepas pelukan kak abyan.
“Waalaikumussalam.Pak Dhe!”
“Pak Dhe,Zara–”
“Ssst,nduk! Harus ikhlas.ya ! “Pak Dhe mengusap kepalaku dan menepuk
pundak kak abyan.
“Zara,udah ya. Masih ada kakak”.kak abyan kembali memelukku.
“Gak boleh terlarut-larut dalam kesedihan”.pungkasnya.

Udah satu minggu loh,kamu diam terus ucap abyan sembari


menyodorkan susu ke arah ku. Aku menerima nya lalu meminum seteguk.
“Nanti SMA aku boyongan aja kak”.
“Loh kenapa?”
“Kasian kakak di rumah sendirian”
“Gak papa, kakak bisa.Kakak juga bisa masak,beres-beres rumah,atur–”
“Titik”
“Hafalan kamu gimana ?”
“Di Sekolah nanti ada program tahfidz,kan masih di bawah yayasan”
“Ngaji kitab nya?”
“Aku ikut madrasah diniyah,jadi bisa ngaji bareng”
“Kamu yakin dengan keputusanmu ?”
“Insyaallah”
“Kalau itu mau kamu,sebaiknya kamu pikir-pikir lagi,kamu shalat istikharah
gih.Tapi sekarang ,kakak cuman minta jangan sedih terus,ya!”
Aku hanya menghela nafas dan mengalihkan pandangan ku ke bawah.
‘’Kamu sanggup,dek.kakak sanggup’’,aku menoleh ke arah kak abyan.
‘’Kakak se yakin itu?’’
‘’Buktinya,kita sudah satu minggu gak sama ayah dan bunda?’’
‘’Kedepannya?’’
‘’Raa,kita nggak bakal dikasih ujian kayak gini kalau kita nggak sanggup.
kalau kita di kasih ujian seperti ini,berarti allah tau kalau kita sanggup’’
‘’Kenapa Allah–’’
‘’Sstt Raa,Allah lebih tau segalanya dari pada kita’’.Aku sedikit
memanyunkan bibirku seraya mengangguk mengerti.
‘’Yaudah,Sekarang tidur,sudah malam.nggak baik juga di balkon terus
nanti masuk angin’’.Kak abyan menepuk puncak kepalaku.
‘’Tumben kakak baik’’.
‘’Yeee,tunggu aja ya,kakak cuman perihatin sama kamu,udah jangan
berlarut-larut dalam kesedihan,nggak baik.Yaudah kakak balik ke
kamar’’.Kak abyan pun beranjak dari duduknya lalu pergi.
“Kak!””hm ?”
“Makasih ya”
“Buat”
“Minumannya”.
Kak abyan mengangguk dan tersenyum tipis.

‘’Berangkat besok ya?nanti kakak susul di bandara’’


‘’Iyaa. emang boleh, kak?’’
‘’Kakak udah izin ke guru kamu,katanya boleh’’
‘’Oh ya, udah.Assalamualaikum’’
‘’Waalaikumussalam’’.
Tutt
Aku mematikan sambungan teleponku dengan kak abyan,menatap dekat bulan
sabit sembari menghela nafas, “bismillah’’,aku pun tersenyum.
‘’ZARAA!! Telepon Nya jangan lama lama! Barang barang kamu masih
berantakan nih!’’
Aku terkesiap,’’oh iya belum aku masukin ke koper semua’’.Ucapku seraya
menepuk jidat, ‘’iyaa!Aku terbang!’’ sahutku seraya berlari menaiki tangga
dengan kecepatan kilat.
‘’Zara,penerbangan 10 menit lagi,kamu dipanggil untuk segera masuk pesawat’’.
‘’O-oh,iya ustadzah.Ga kedengeran,soalnya tadi fokus ngobrol’’.
Ustadzah Audy tersenyum.’’Yaudah kalau begitu cepat masuk gih,keburu
ketinggalan pesawat’’.akupun menyalami tangan ustadzah.
‘’Ustad di mana ustadzah?’’.
‘’Di toilet,nanti ustadzah pamitin aja’’.
Aku mengangguk dan tersenyum.’’masasih us’’.
Aku beralih menatap lekat amber yang sama persis dengan bunda dan aku.
‘’Zara pamit ya’’.ucap ku mencium punggung tangan nya.
Kak abyan mengangguk dan memeluku erat. “Hati hati.” jangan lupa
berdoa.”fiddalnya lalu mengecup sekilas pucuk kepalaku,lalu ia tersenyum dan
mengusapnya pelan. “Yang pinter.”
Aku mengangguk. “Insyallah.”

****

Anda mungkin juga menyukai