0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
30 tayangan3 halaman
Morgan menemukan Lisda menangis di halaman belakang sekolah. Lisda dikenal sebagai siswi yang suka membuat fitnah. Morgan penasaran dengan penyebab Lisda berbuat demikian, tetapi Lisda hanya diam dan tidak mau menceritakannya. Hanya Lisda sendiri yang mengetahui alasan di balik perbuatannya.
Morgan menemukan Lisda menangis di halaman belakang sekolah. Lisda dikenal sebagai siswi yang suka membuat fitnah. Morgan penasaran dengan penyebab Lisda berbuat demikian, tetapi Lisda hanya diam dan tidak mau menceritakannya. Hanya Lisda sendiri yang mengetahui alasan di balik perbuatannya.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Morgan menemukan Lisda menangis di halaman belakang sekolah. Lisda dikenal sebagai siswi yang suka membuat fitnah. Morgan penasaran dengan penyebab Lisda berbuat demikian, tetapi Lisda hanya diam dan tidak mau menceritakannya. Hanya Lisda sendiri yang mengetahui alasan di balik perbuatannya.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
yang paling membuat nabila sakit hati. “Awal kenal sih kelihatannya baik. Tapi. Makin kenal malah buruk”. Gerutu Nabila pada Icha tentang Lisda suka ngurusin urusan orang, fitnah – fitnah gue, dan bilang semua keburukan gue sama ilham. Ya intinya, dia jelek – jelekin gue, pengaruhin Ilham biar Ilham benci gue. Dan sebenarnya, gue tau kok, lo pasti juga pendatang baru di kelasnya. “Lisda...?! dia udah tau berita ini. Soalnya, berita ini udah yang lo maksut?”. Tanya Icha penasaran, nyebar ke seluruh penjuru Nabila hanya manggut – manggut kepada sekolaaaah!”. Icha melongo berlagak kaget, Icha. “gue juga benci sama dia! Tapi, itu padahal juga dia sebenarnya udah tau tapi dulu. Kalau sekarang sih biasa aja. Memang sedikit lupa. Ekspresinya persis seperti apa lagi masalah lo dengan Lisda?”. Nabila ekspresi wajah yang di buat – buat “udah hanya terdiam, sebenarnya ia ingin deh Cha, ekspresi lo udah keliatan kalau di menceritakan semua itu, tapi tak usah di buat – buat. Sorry ya, lo mungkin lupa kalo ceritakanpun Icha mungkin tau seluk sekarang lo lagi berhadapan dengan anak beluknya. “Bilaa ? heiii?”. Icha jadi semakin teater”. Waduuuh, Si Icha lupa kalau penasaran. Padahal, masalah itu sudah sekarang dia lagi sama si Nabila yang menyebar ke seluruh penjuru sekolah. “lo memang udah jago banget soal acting – tau ketua osis kita yang bernama ilham?”. acting gitu, sedangkan si Icha, gak pernah Akhirnya Nabila angkat bicara “ya iya lah, sekalipun mencicipi dunia teater. “Iya deh diakan cakep banget!!! Gue mau deh kalau Bilaaa. Memang, gue juga sempat terkecoh jadi pacarnya”. Icha menggerutu “dia dengan berita itu. Gue hampiiiir aja benci lo, katanya suka aku”. “eh, GILA!!! PD banget tapi, setelah mendengar cerita lo ini hati gue lo?”. Icha kaget mendengar perkataan seperti ada yang ngetok, tokk ... tokk.. tokk Nabila, sampai – sampai bakso yang ia dan gue ikut prihatin”. Cewek bermata sipit makan hampir ia muntahkan. Untung saja itu akhirnya nyerah juga! Lisda, yang baru bakso itu masih berada pada gua gelap di saja mendengar pembicaraan Nabila dan dalam mulut Icha, jika tidak Icha pasti Icha cepat – cepat masuk ke kelas. Satu marah – marah dan meminta Nabila persatu ia mendekati segerombolan teman – membelikan semangkok lagi. “Ah! Gini temannya di kelas. Dan apa yang terjadi? deh, tunggu dulu napa sih! Kebiasaan deh, “Guys! Lo tau gak, Nabila tu emanhg bener gue belum selesai ngomong main nyolot – bener ember banget mulutnya. Lo tau gak? aja”. Huh, Nabila jadi sebel sendiri sama Tadi winda di kantin jelek – jelekin Bisma”. Icha, sukanya main nyolot aja. Tapi gini – Lisda mulai beraksi “Hah? Jelek – jelekin gini icha tuh sahabat yang paling ‘loyal’ , gimana?”. Tanya Devi “Ah, gue gak mau baik banget sama Nabila “Aduuuh Neng, nyebutinnya, gue takut dosa. Yaa, sebangsa maaf . Lanjutkaaan . . .”. “ia Ilham katanya kata – kata gak pantas di ucapkan remaja suka ama gue, tapi, begitu si Neng seusianya gitu deeeh!”. Lisda semakin menggebu – gebu “Maksutnya Nabila apaan ya?”. Rafael mengingat – ingat, sih? Gue gak sudi cowok gue, Bisma di olok “Ohhhhhhhhh, pendatang baru di kelas kita – olok kayak gitu, pakai fitnah segala, itu? Yang baru tiga bulan. Gini deh, Gan! ngapain sih?”. Devi yang merasa tak sudi Gue kasih tips buat lo, jangan percaya deh, cowoknya di olok – olok seperti itu menjadi omongannya lisda. Lisda itu tetangga gue, semakin membenci sosok Nabila. Semua dia itu di kompleks rumah gue gak di sukain anak manggut – manggut aja, mereka semua sama tetangga – tetangga yang lain soalnya setuju jika Nabila memang tukang Fitnah. di COMBEEER banget!. Nah, kalau Namun, tiba –tiba cowok yang dari tadi Nabila...”. “kenapa Nabila ?”. Morgan sibuk dengerin musik dengan IPODnya, semakin penasaran “kalau Nabila, gue rasa berpostur tubuh tinggi yang juga teman gak ada apa – apa, emang dia dari tadi sekelas Nabila dan Lisda, terusik dengan duduk, makan dan kayaknya bicarain perkataan Lisda dan, mendekati Lisda, sesuatu sama Icha, tapi gue perhatiin dari rupanya ia tak percaya denga perkataan tadi gak ada tuh sampai nyebar – nyebar Lisd, barusan. “Neng Lisda, ... emang betul gitu. Dan gue rasa gak mungkin cewe perkataanmu itu? Mana buktinya? Hahhaa, secantik dan sebaik Nabila sampai coba deh ngaca, mungkin kamu yang segitunya”. Rafael menjelaskan panjang comber! Yang pengin jelek – jelekin lebar Mendengar penjelasan Rafael, Morgan Nabila?”. Lisda tak akan mau kalah, jadi kaget, dan lumayan lega, “Waduuu, kemudian ia menjawab, “Morgaaan , bener donk feeling gue! Gimana kalau morgaaan! Please deh lo itu kalau suka sama Nabila dan Icha kita panggil aja!?”. Nah, Nabila gak usah pakai bela – bela gitu deh. sejak kejadian di kantin tersebut, Morgan Orang salah kok di bela”. Lisda acuh tak tak henti – hentinya mengorek – orek acuh kepada Morgan, “Gak usah sok jadi informasi tentang Lisda, dan ternyata, pahlawan deh!”. “Haha, Lisda,... lisda kalau memang benar perkataan Rafael saat di iri sama Nabila bilang deh, gak usah sok kantin, Lisda memang suka membuat IMUT gitu! Basi tau gak?”. Tanpa basa basi, Fitnah, mulutnya bener – bener comber Morgan meninggalkan Lisda. Ia ingin banget deh. Oleh karena itu, ia membuat membuktikan perkataan Lisda. Sungguh ia suatu strategi – strategi, pertama ia ingin tak percaya dengan apa yang barusan Lisda menjelaskan sesuatu kepada Ilham, “Ham, katakan. Dengan rasa penasaran, Morgan Ilham, tunggu gue bentar deh!!”. “Ada apa menuju ke kantin sekolah hendak Gan?”. “Gue Cuma mau bilang deh ama lo, menanyakan sesuatu kepada Nabila. “Hei jangan percaya omongannya Lisda! Dia Bro!!!”. Sapa Rafael yang sedang duduk – nyebrain gosip – gosip gak bener tentang duduk di kantin sekolah. Mendengar sapaan Nabila. Gue tau lo suka Nabila, please Rafael, Morgan membalikkan badannya dan jangan hilangkan satu keping pun rasa cinta segera duduk di sebelah Rafael. “Bro, btw lo lo ama Nabila, Cuma gara – gara mulut udah lama gak nongkrongh disini?”. Tanya Comber”. Morgan harap – harap cemas. Morgan “udah sih, sejak pagi tadi, soalnya Berharap agar Ilham tak membenci Nabila. kan lagi free gak ada pelajaran, guru – guru “Ah, percuma deh lo ngurusin urusan gue! sibuk rapat”. “Nah, pas nih! Gini gue mau Gue gak akan percaya ama lo!”. Ilham acuh tanya, tadi tuh di kelas Lisda nyebarin gosip tak acuh pada Morgan, ia tak mempercayai dan fitnah tentang Nabila. Katanya, nabila penjelasan Morgan. “Ah,.........................! Lo barusan jelek – jelekin nge-fitnah Bisma ke nyakitin perasaan cewe yang lo cintai. Tega semua anak yang ada di kantin”. “Lisda sapa ya lo?”. Morgan pun berlari meninggalkan Ilham yang tak lo? Kenapa lo pakai nangis? Udah tobat mempercayai apa yang barusan ia katakan. ya?”. Morgan merasa jijik dengan Lisda, Ia berlari ke halaman belakang sekolah, “Gue cabut dulu yaa, ngapain nemenin hatinya mulai gusar. “apa lo gak tau gue tuh mulut comber, tukang fitnah kaya lo!”. juga cinta sama nabila! gue sayang sama dia. Morgan pelan – pelan meninggalkan Lisda. tapi dia sayangnya sama lo!!!!! kenapa sih lo “Gan, Morgan! Kenapa gue comber...? lo sekarang malah mencoba menghilangkan gak taukan penyebabnya?”. Lisda angkat semua rasa cinta lo itu, bicara. Mendengar itu Morgan arghhhhhhhhhh!!!!!!!”. Morgan tak kuat menghentikan langkahnya, “Ya emang gue menahan sakitnya hati, rasa geregetannya gak tau. Kenapa? Karena lo itu Cuma gede pada Ilham. Tiba – tiba matanya tertuju pada mulut. Lo sering menyendiri, lo gak mau seorang cewe. Cewek itu duduk di atas cerita, yang lo munculin Cuma mulut lo rerumputan di halaman belakang sekolah. yang suka fitnah dan comber itu!”. Morgan Air matanya mengalir deras. Awan yang masih tak mau membalikkan badannya, ia mendung semakin membuat hatinya sakit. tak ingin menatap wajah Lisda. Lisda tak Morgan mencoba melihat dengan jelas dan mencawab dia diam seribu bahasa, semua mencoba sedikit demi sedikit mendekatinya. ini menjadi rahasia terbesar dalam diri Perlahan Morgan menyentuh pundak cewek Lisda. Tak seorangpun mengerti apa tujuan itu, “kamu kenapa?”. Cewek itu mengusap Lisda membuat fitnah – fitnah, seperti itu. air matanya dengan baju seragamnya Bukan soal cinta, bukan soal hati, dan itu kemudian membalikkan badannya, “Ha? hanya Lisda yang tau. Mengertilah . . . Lisda? Idih ngapain gue tadi perhatian ama
Nama : Johan Aditya.S Nomor : 06 Kelas : X Akselerasi