FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
SEMESTER GASAL 2015/2016
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikum Toksikologi Lingkungan acara 2 dengan judul Uji Formalin pada Bakso, Mie, dan
Kikil telah dilakukan pada hari Jumat, tanggal 25 September 2015 di Laboratorium Kimia
Universitas Kristen Duta Wacana.
Ketua Kelompok
Praktikan 1
31120022
31120011
Praktikan 2
Praktikan 3
Praktikan 4
Anderson Rumuy
Elmida Minggu
31130037
31140031
31140041
BAB I
METODOLOGI PENELITIAN
CARA KERJA
a. Uji Kuantitatif
Ditimbang kikil 10 gr ( 5 perlakuan + 1 kontrol )
Tambahkan 1 ml H3PO4 85 %
b. Uji Kualitatif
Ditimbang bakso 10 gr (2 perlakuan : 1 positif dan 1 negatif )
Tambahkan 1 ml H3PO4 85 %
Kemudian dilihat terjadi pembentukan warna ungu atau merah keunguan maka mengandung
formalin .
BAB II
HASIL dan PEMBAHASAN
Deskripsi :
Deskripsi :
Fungsi pereaksi Schiff adalah mengikat
Absorba
nsi (nm)
0,009
0,018
0,032
0,07
0,08
0,1
0,046
0,076
0,092
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
Absorbansi (nm) 0.04
0.03
0.02
0.01
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.01
0.03
0.05
0.07
0.09
Konsentrasi larutan uji (g.mL-1)
Tabel 1. Tabel Hasil Uji Kuantitatif Pada Uji Formalin pada Kikil
Perlakuan
Kontrol
K1
K2
K3
K4
K5
Spektrofotometer
-0,007
0,10
0,15
0,042
0,008
0,05
Absorbansi
0.08
0.06
0.04
0.02
0
-0.02
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Konsentrasi
Dari hasil kurva yang didapatkan, dapat dilihat bahwa konsetrasi formalin pada kikil
berbeda beda. Pada K2 didapatkan hasil konsentrasi paling besar, hal ini disebabkan karena
penyerapan formalin pada K2 lebih meresap dinbandingan dengan K3, K4, dan K5 yang diberi
formalin lebih banyak. Berdasarkan kurva standar yang ada jika nilai absorbansi semakin tinggi
maka konsetrasi formalin juga semakin tinggi.
Perhitungan Kadar Formalin dalam Kikil (g.g-1)
Menggunakan Rumus:
X
Kadar Formalim dalam Bakso(g/g) =
30 g /ml x 0,01 ml
10 gr
= 0,03 g.g-1
K2
60 g /ml x 0,02 ml
10 gr
= 0,06 g.g-1
K3
= 0,12 g.g-
= 0,24 g.g-
K4
1
K5
g.g-1
= 0,48
[Formalin]
Volume
Perlakuan
(g.ml-1)
injeksi
K1
K2
K3
K4
K5
dalam sediaan
30
60
120
240
480
(ml)
0,01
0,02
0,04
0,08
0,16
Massa
Berat kikil
formalin (g)
(gram)
0,3
0,6
1,2
2,4
4,8
10
10
10
10
10
[Formalin]
dalam kikil
(g.g-1)
0,03
0,06
0,12
0,24
0,48
3. Jelaskan prosedur standar uji formalin dalam bakso menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan Departemen Kesehatan. Berapakah kadar maksimun formalin
dalam bakso yang direkomendasikan aman untuk dikonsumsi ?
Prosedur untuk uji formalin dalam bakso terdapat uji kualitatif dan kuantitatif. Uji
kualitatif ada 3 yaitu uji dengan fenilhidrazina, uji dengan asam kromatofat, uji dengan lartan
Schiff. Uji dengan asam kromatofat dilakukan dengan cara mencampurkan 10 gram sampel yang
akan diuji dengan 50 ml H2O. Sampel yang akan diuji sebelum dicampur dihaluskan dengan
cara menggerusnya dalam lumpang. Setelah itu campuran dimasukan ke dalam labu destilat dan
diasamkan dengan H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin baru setelah itu
didestilasi. Setelah hasil destilasi didapatkan, siapkan larutan pereaksi Asam kromatofat 0,5%
dalam H2SO4 60% (asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat) sebanyak 5 ml, lalu dimasukkan
dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 1 ml larutan hasil destilasi sambil diaduk. Tabung
reaksi dimasukkan dalam penagas air yang mendidih selam 15 menit dan amati perubahan warna
yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua
(Cahyadi, 2008).
Uji dengan Fenilhidrazina
Menimbang seksama 10 gram sampel kemudian memotong kecil-kecil, dan memasukkan
ke dalam labu destilat, menambahkan aquadest 100 ml kedalam labu destilat, mendestilasi dan
menampung filtrat dengan menggunakan labu ukur 50 ml. Mengambil 2-3 tetes hasil destilat
sampel, menambahkan 2 tetes Fenilhidrazina hidroklorida, 1 tetes kalium heksasianoferat (III),
dan 5 tetes HCl. Jika terjadi perubahan warna merah terang (positif formalin) (Ditjen POM,
1979).
Uji dengan asam kromatofat
Uji dengan Larutan Schiff
Menimbang 10 gram sampel dan dipotong potong kemudian dimasukkan kedalam labu
destilat, ditambahkan 50 ml air, kemudian diasamkan dengan 1 ml H3PO4. Labu destilat
dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung labu ukur 50 ml.
Diambil 1 ml hasil destilat dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat)
lewat dinding, kemudian ditambahkan 1 ml larutan schiff, jika terbentuk warna ungu maka
positif formalin.
Uji Kuantitatif
Uji dengan Metode Asidialkalimetri
Dipipet 10,0 ml hasil destilat dipindahkan ke erlenmeyer, kemudian ditambah dengan
campuran 25 ml hidrogen peroksida encer P dan 50 ml natrium hidroksida 0,1 N. Kemudian
dipanaskan di atas penangas air hingga pembuihan berhenti, dan dititrasi dengan asam klorida
0,1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P. Dilakukan penetapan blanko, dipipet 50,0
ml NaOH 0,1 N, ditambah 2-3 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl 0,1 N. Dimana 1
ml natrium hidroksida 0,1 N ~ 3,003 mg HCHO (Ditjen POM, 1979).
Uji dengan Metode Spektrofotometri
Asam Kromatofat
Dibuat larutan baku induk dari konsentrasi 1000 ppm dari formalin 37 %, kemudian
diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda batas, kemudian larutan
tersebut dibuat larutan baku standar. Larutan pereaksi asam kromatofat 5 ml dimasukkan
kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml larutan standar formalin sambil diaduk
tabung reaksi ditangas selam 15 menit dalam penangas air yang mendidih, angkat dan
didinginkan. Penetapan kadar formalin sampel, mencampurkan 10 g sampel dengan 50 ml
aquadest dengan cara menggerusnya didalam lumpang. Kemudian didestilat dan diasamkan
dengan H3PO4, ditampung dengan labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml asam kromatofat.
Kemudian diukur absorbansi sampel dan standar dengan panjang gelombang 560 nm dan
dihitung kadar formalinnya (Cahyadi, 2008).
Uji dengan Larutan Schiff
Diambil 5,0 ml hasil destilat kemudian ditambahkan ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1
(H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan schift. Dibaca dengan
spektrofotometri. Dibuat juga blanko serta baku seri. Dengan dicari panjang gelombang
optimum, lama waktu kestabilan pada spektrofotometer, dan kurva baku standar formalin.
Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter. Menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-3818-1995 tentang Bakso Daging, kandungan TPC pada bakso maksimal
adalah 10 5cfu/g.
LAMPIRAN
Sampel Kikil