Anda di halaman 1dari 9

Prolog

“Pagi Narrrrr,” Aku mengangkat kepalaku sejenak untuk mengangguk singkat membalas sapaan
teman sekelasku. Namaku Aleysia Naraya, ya seperti yang terdengar tadi aku dipanggil Nara. Seperti
biasa aku selalu datang paling pagi dan biasanya kugunakan untuk tidur sejenak. Sebenarnya tidur ini
merupakan alibiku supaya aku gak diajak bicara sama siapapun yang datang setelahku. Bukan karena
gak suka sosialisasi tapi kayak canggung aja. Apalagi di pagi hari belum ada topik yang bagus untuk
dibahas.

“Masih pagi Nar, tidur terus!” pasti Mira. Mira ini salah satu teman dekatku di sekolah, aku sama
Mira bisa dekat karena dia duduk di sebelahku dari kelas 10 sampai sekarang kami kelas 12. Selain itu
juga Mira punya kepribadian yang supel serta ceria. Jadi aku nyaman aja sama Mira, bukan aku aja sih
tapi kebanyakan orang yang kenal Mira.

Kuabaikan teguran Mira dan lanjut tidur, gak lama kemudian ada yang punggungku ditepuk
seseorang. Gak perlu noleh pun aku tau siapa pelakunya, Cia, teman dekatku lainnya. Kalian pasti sudah
bisa nebak bagaimana kepribadian Cia. Cia terus menepuk pelan punggungku walaupun gak sakit sama
sekali tapi cukup mengusik ketenangan seorang Nara. Aku pun duduk tegak, Cia pun menghentikan
aksinya dan segera duduk di samping Mira.

Aku berdecak kesal, kemudian menoleh ke arah Mira dan Cia. Aku sangat menyukai kombinasi
antara Mira dan Cia, sangat bagus. Mira punya wajah yang manis dan akan membuat orang tersenyum
ketika melihatnya, kalau Cia menurutku masuk kategori cantik tapi terkesan galak. Aku? Menurutku
dipertengahanlah, gak jelek dan gak cantik juga. Point plus yang kusuka dari wajahku cuman kedua
lesung yang ada di kedua pipiku.

“Apa-apa kalian ngomongin apa?” aku sedikit tertarik sama apa yang mereka bicarakan. Mira
dan Cia noleh sebentar ke arahku lalu cekikikan. Gila nih, kenapasih ini. Aku mengerutkan alisku, hal
yang biasa kulakukan kalau sedang bingung.

Akhirnya Cia buka suara sambil cengengesan, “hihi adalah,” Wah selalu kayak gini, karena aku
terbiasa asik sendiri tenggelam dalam pikiranku, jadinya aku sering ketinggalan topik mereka. Sebelum
aku membalas, Mira tiba-tiba berdiri, “Kantinlah ayok.” Cia segera berdiri.

Aku pun ikut berdiri, yang langsung ditatap aneh sama kedua temanku ini. Bisa dibilang aku
jarang ke kantin malah bisa dihitung jari berapa kali aku ke kantin selama bersekolah. Tapi kali ini aku
ngikut aja, gaenak selalu nolak. “Apa? Gak jadi ke kantin?” kataku sambil jalan keluar kelas yang
langsung diikuti keduanya. “aneh”, “wow”, reaksi mereka saat aku setuju ke kantin dan kubalas
decakkan. Kami bertiga berjalan beriringan menuju kantin.

Sepanjang jalan banyak yang curi-curi pandang ke arah kami, bahkan ada yang gak segan-segan
natap tajam. Kami semua biasa aja dan tetap jalan menuju kantin, Mira dan Cia sangat exicted
membicarakan banyak hal kalau aku lebih ke balas dengan sarkas, tapi lucu. Sesampainya di kantin Mira
dan Cia langsung menuju tempat duduk yang aku tebak ada pacar mereka masing-masing. Yap kedua
temanku ini sudah punya pacar, kalau aku? tentu gapunya. Untuk ketiga kalinya aku berdecak, nyesal
ngikut hiks. Gini amat jadi jomblo.

“Wasup bro pacar,” Sumpah gatau malu banget elah Cia dan sudah pasti kami bertiga jadi pusat
perhatian mana kantinnya lumayan rame. Spontan Mira memukul kepala Cia, ini anak emang gabisa
baca situasi, “bacot bikin malu aja lo ckck,” tambahku dan segera ngekor di belakang Mira. Di meja yang
kami tuju, ada lima orang cowok, aku taunya cuman pacar Mira sama Cia aja, sisanya gatau dan
gapeduli. Kelima cowok ini sudah heboh sahut-sahutan karena ulah Cia tadi.

Setelah sampai gak pake bacot aku langsung duduk di sebelah Mira dan Cia duduk di depanku, di
samping pacarnya. Ini aku yang kepedean atau memang cowok yang ada di meja sebrang lagi ngeliatin
aku. Huft apasih apaaaa.

“Ini Narakan Mir?,” pacarnya Mira yang nanya nih. Jujur aku gak pernah ngomong sama
pacarnya Mira Cia, paling cuman saling tatap habis itu sudah. “Gue? iya Nara.” Kataku santai sambil
ngambil ponsel di kantong almamaterku.

Mira yang duduk di sebelahku tiba-tiba nepuk pundakku agak keras, “Kenalin guys, Nara,
anaknya agak pendiam tapi dia asik kok.” Kata Mira semangat. Cowok yang ada di meja kami terlihat
agak tertarik karena kehadiranku yang tiba-tiba. Sudah aku bilangkan kalau aku jarang ke kantin apalagi
keluar kelas. Zonaku di sekolah ini paling toilet, perpus, lab, sama kelas.

“Haha iya, kenalin gue Raffa, yang itu David, Cetta, Denis, sama Alvi.” Kata Raffa sambil nunjuk
satu-satu temannya. “kalo lo sama David gue udah tau.” Balasku

David keliahatannya antusias setelah aku ngomong gitu, “iya pernah ketemu soalnya tapi gak
pernah ngomongan.”

Aku senyum tipis. Ini aku yang kepedean part 2 atau memang Alvi yang dikenalkan Raffa tadi
terus ngeliatin aku.

Tiba-tiba Alvi mukulin meja sambil senyum-senyum ke arahku. “pantesan gue kayak familiar
sama lo, lo mantannya Raka anak Nusakan waktu kelas 10. Iyakan?” ANJING KOK ADA YANG TAU SIH.
Emang iya aku mantannya Raka tapi kami cuman pacaran bentar doang dan juga itu WAKTU KELAS 10
WOI.

“HAH RAKA YANG MANA?”

“HAH NARA PERNAH PACARAN?”

gausah ditanya siapa yang paling heboh. Secara kami teman dekat dari kelas 10 tapi mereka
gatau sama sekali tentang mantan-mantanku, eits mantanku gak cuman 1 aja. “Raka ketua osis Nusa itu
Al?” ini kayaknya Denis yang ngomong. Ya aku sebenarnya santai aja, tapi yang gabakal santai itu Mira
sama Cia. Aku itu malas ceritain aja sama mereka, apalagi ceritanya pahit sepahit kehidupan.
“Dah lama, gausah lebay.” Aku balas dengan santai, padahal hati sudah ketar ketir takut Mira
sama Cia marah.

“Anjir ya lo, kok gak pernah cerita ke kita,”

“Lo serius Nar??” Cetta kayaknya penasaran banget, bukan Cetta ajasih tapi seisi KANTIN.
Mereka ngomongnya kayak pake toa , hedeh.

“maksud lo, gue bohong gitu?” masih bisa santai, tenang Nara.

“sumpah gue terkamjagiya, soalnya ini Raka, yang gak pernah keliatan suka terlibat sama cewek.”
Kompor banget sih David!,

“bacot” balasku singkat.

“Raka sepupu gue, trs muka lo aga familiar,” Alvi ngelanjutin dengan santainya. Aku cuman
ngangguk-ngangguk aja, karena emang seingatku Raka pernah cerita juga kalau dia punya sepupu yang
satu sekolah samaku.

“putus karena?” Cetta kayaknya penasaran banget ckckck. Aku berusaha pasang muka tenang,

“udah ga sejalan,” Balasku tenang sambil ngangkat bahu tanda tidak peduli. Aku ngelirik ke
pergelang tanganku, Yes bentar lagi masuk. Please bel cepat bunyi.
Pelajaran pertama hari ini, kimia. Sialnya guru kimia lagi berhalangan hadir. Dahla bakal ada sesi
interogasi sama Mira dan Cia.

DAMN

“Nar, gaada niatan cerita soal tadi?” Cia nanya dengan nada yang lembut tapi cukup
mengintimidasi bagiku. “Gue tersinggung loh ya, selama ini gue selalu ceritain gebetan, pacar, mantan
gue. pokoknya dari A sampe Z,” Mira ikut-ikutan. Aku menghela nafas pelan, noleh kualihkan atensiku
kepada kedua temanku.

“Gue gak maksud nyembunyiin,” aku ngeliat Mira sudah mau motong omonganku, “Jangan
dipotong dlu Mir, emang gue gak maksud serius deh serius.”

“Tapi kenapa lo gak cerita dan parahnya itu waktu kelas 10 lagi.”

“oke oke gue cerita, lagian udah end kok. Gak cocok aja kami, trus lagian masih kecil masih labil.
Udah gitu doangg.”

“kok bisa dekat?”

“Dekat waktu lomba debat yang itulohh, dia ngewakili nusa. Terus kenalan, chat-chatan, jalan
bareng, gue sama dia juga suka ke gramed. Lalu dia nembak, gue terima. Pacaran trs putus.” Aku
ngejelasinnya singkat, padat, dan jelas.

“wow dan fakta yang mengejutkan, lo Nar kok gak pernah ke gap kami sih.” Kata Mira sambil
mukul-mukulin aku. Mira sama Cia sama aja, suku mukul cih. “gue kan kece abiez” jwbku bercanda

Aku sering suka sama orang, jujur aku tipe orang yang mandang wajah, Raka ini benar-benar my
type. Tipe cowok aku yang ganteng terus pake kacamata. Dan untuk pertama kalinya aku pacaran sama
type idamanku, but gak seindah apa yang kuidamkan. Cuman bikin sakit kepala ckckck.
Kenapasi mesti mapel olahraga sekarang, huhu moodku sudah hancur ditambah panas-panasan.
Mira dan Cia lagi excited, soalnya lapangan tempat kami olahraga pas di depan kelas pacar mereka.
Damn.

“hhhhh,” aku menghela napas panjang. Pertama kalinya selama kehidupanku persekolahan, aku
sangat benci keluar kelas. “Wiss berat banget keknya hidup lo Nar.” Mira datang sambil ngerangkul
lengan kananku, disusul Cia di sebelah kiriku. “CKCKC kenapa lagi lo?” ini Cia yang ngomong.

“Tauah mual banget gue, mood gue hancur banget banget banget, mana panas-panasan lagi
plus tambah panas nanti liat lo berdua pacaran.” Kataku datar.

Mira dan Cia spontan ketawa terbahak-bahak khas mereka. “pacaran juga dong nar mkanya.”

“Dih ogah, hatiku udah capek potek terus. Lebih baik gausah dulu, hiks.” Kataku sedramatis
mungkin. Tiba-tiba Cia noyor kepalaku, “Alay lo”

“Semoga kelas Babe gue jamkos amin.” Mira nyeletuk sambil senyum-senyum

“Hah babi lo?” kataku ngejek seperti biasa. “yee sirik aja lo.”

Di tengah lapangan seluruh murid XII IPA 1 dikumpulkan, kami pemanasan terlebih dahulu.
Materi hari ini, Lari. Mau nangis aja rasanya disuruh kelilingi lapangan 10 kali, mana lapangannya
lumayan gede. Aku sebenarnya cukup atletis, tapi gak seatletis itu sampai bisa kelilingi lapangan 10 kali.

Mira Cia yang tadi semangat mau olahraga langsung lemes dan tambah lemes lagi kelas cowok
mereka gaada jamkos. Mampus. “Naraaaaa, mana kuat gue lari, mau nangis ajaaa.” Kata Mira sambil
meluk aku. Cia sudah pasrah aja duduk di lapangan. Sekelelasan pun lari mengelilingi lapangan. untuk
start aku memilih jogging aja dulu, lagian kata gurunya gak papa pelan asalkan kelilingi 10 kali.

Aku, Mira, dan Cia lari bersamaan berderet. Tiba-tiba ada yang ngepiting kepalaku, dan ternyata
Rio teman sekelasku. Perlu aku katakan, aku dekat sama semua anak kelas, anak kelas aku aja. “Lari
kencengan dikitlah Nar, lambat banget, lo juga Mir Ci.” Sambil ngomong gitu Rio masih ngekekang
kepalaku.

“Bacot banget asli, lepasin gak.” Kataku tanda protes ke Rio sambil berusaha ngelepasin
kekangan tangan Rio yang sialnya gak bisa aku lepasin. “Mari kita lari bersama-sama Nara.” Mulai lagi
dah, kalau sudah begini Rio gabakal ngelepasin kekangannya. Rio ini paling jahil dan berani ke aku.
Biasanya teman sekelas cowok gak pernah berani giniin aku, katanya aku galak. Tapi sama Rio gak
mempan. Sekelasan sudah saling nyahut-nyahutin kami berdua. Mira Cia bukannya bantuin malah
ngetawain aku.

“Pepet terus Yo, gue dukung.” Ini mira yang ngomong. Aku ngebuang mukaku malas, Rio benar-
benar gak ada niatan ngelepasin tangannya. Sebenarnya aku tahu sih kalo Rio suka samaku dari kelas 10,
tapi dia sendiri sampai sekarang ga berani nyatain, artinya dia cuman mau berteman gak lebih. Akhirnya
sampai akhir lari 10 kali, aku rangkul-rangkulan sama Rio ceh.
Lari 10 kali done, muka kami bertiga pucat banget, bukan bertiga tapi seisi kelas dan guru
olahragaku gatau kemana. Aku pengen muntah, semuanya bilang bibirku sampe ikut pucat. Napasku
setengah setengah, aku duduk di pinggir lapangan bersama teman sekelasku lainnya.

“Pucat banget lo Nar,” Jihan salah satu teman sekelasku. “Lo juga han,” kataku membalas Jihan,
trs kami sama-sama ketawa.

“capek banget, baru gue dengar ini cuman latihan, belum pengambilan nilai. Huhu mau nangis
aja.” Kata Pipit seksi olahraga kelasku. Aku terkejut, berarti nanti lari 10 kali lapangan lagi dong. Big shit.

Perkataan Pipit ditanggapi seisi kelas dengan keluhan-keluhan.

“Cia bagi minum.” Mira akhirnya bisa buka suara setelah tersengal-sengal. Di ujung sana aku
bisa lihat Raffa sama David mau ngedatangi cewek mereka. Siap-siap jadi nyamuk nih aku. Aku berdecak
malas.
Seperti biasa aku selalu menghabiskan waktuku saat di sekolah, dengan tidur di kelas. Kalo
bosan biasanya aku memutuskan untuk main HP aja, saat buka line aku sangat terkejut Raka sudah gak
ngeblok aku lagi. Kenapa nih si babi. Bodo amatlah.

Saat di rumah aku memutuskan untuk stop makai internet sebentar, karena aku lagi lemah,
letih, lesu. Mana bentar lagi ujian. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke gramedia. Aku cuman pake
oversize hoodie kuning favoritku dan celana pendek lalu mengambil kunci mobil.

Gapeduli sama fashion, padahal aku pengen refreshing tapi kenapa pake ketemu sama orang
yang ngebuat aku pusing tujuh keliling, iya aku ketemu Raka. Shit. Netraku dan Raka bertemu, aku
memasang wajah super datar lalu pergi ke tempat buku. Aku suka baca buku, apalagi novel genrenya
apapun asal sesuai seleraku. Saat aku sedang berjongkok untuk melihat buku novel bagian bawah. Aku
ngerasa ada seseorang yang berdiri di belakangku.

“masih suka baca novel ya lo. Gak berubah.”

Suara yang aku sangat-sangat kenal. Ngapain sih dia, “terus kenapa?” jawabku acuh sambil tetap
sibuk melihat-lihat buku sambil membaca sipnosisnya. Aku bisa mendengar dia berdehem, lalu ikut
berjongkok di sebelahku. Damn. Aku menoleh ke arah Raka sekilas, lalu melanjutkan kegiatanku tadi.
Anjir ni orang makin ganteng aja, takut gakuat.

“Alvi sepupu lo ya?” aku bertanya tanpa menoleh ke Raka. Bisa aku lihat Raka yang melakukan
hal yang sama denganku sedikit tersentak karena pertanyaan tiba-tibaku.

“Ya, kenapa?”

“dia bilang ke gue, lo nangis waktu gue putusin?”

Raka kembali tersentak dan menggeram pelan.

“Alvi bohong.”

“yayaya ngeliat reaksi lo td, bisa dilihat lo yang bohong, padahal gue yang bohong.” Dih anjir sok
asik banget gue shit. Dia ketawa singkat aja. Aku masih sibuk mempertimbangkan novel mana yang
harus aku beli.

“iya gue nangis, tau ga lo jahat banget sama gue dlu.”

Kaget dong, kan aku tadi cuman bercanda trs kok jadi serasa nyalahin aku. Aku noleh ke arah
Raka, “kok jadi playing victim sih lo.”, Aku menoleh melihat raut wajah Raka berubah menjadi mendung.

“Lo juga jahat sama gue, sampai sekarang pun gue ga ngerti alasan lo tiba-tiba hilang trs ngeblok
gue disemua akun sosmed gue. Gue harus apa Ka? Nungguin lo? Jujur gue sakit hati banget dulu, gue
marah sama lo. Bahkan setelah gue datangi langsung sebenarnya gue masih mau ngasih lo kesempatan
kalo lo minta maaf dan kasih tau alasannya sama gue. Tapi apa? Lo diam aja Raka, lo yang buat
hubungan kita berakhir dengan kelabilan lo itu. Dan skrg lo bilang gue jahat dulu? Kalua gue jahat
seharusnya lo kasih tau alasan sikap lo dlu.” Lanjutku dengan emosi di ujung tanduk, bahkan saking
emosinya mataku sampai berkaca-kaca sekarang. Dapat aku liat dari ujung mataku Raka sedikit terkejut
dengan pengakuanku.

“Seharusnya kamu yang paling tau itu”

Kamu?

“Kalau gue tau gue gabakal semarah ini sama lo.”


Hari ini jamkos seharian, emg kelasku kebanyakan jamkos. Bikin tambah bodoh si tapi enak.
Seperti biasanya aku selalu tidur. “Kantin yuk” ajak Mira. “mls”

Anda mungkin juga menyukai