Kabar kedekatan mereka semakin santer didengar warga.karena mereka beda suku maka bisa
dibilang cinta mereka cinta terlarang. Sang Datuk berencana memisahkan mereka. Sang datuk pun
memanggil Udin untuk menghadap. Dengan firasat yang tidak enak Udin pun menghadap datuk.
Aziz : Assalamualaikum mak,kehadiran kami ini, yang pertama untuk silaturahmi,yang kedua
untuk mengikrorkan keseriusan cinta saya kepada Ati,sudikah kiranya Ati menerima
lamaranku.
Mamak Ati :Waalaikumsalam anakku,saya terima dengan tangan terbuka kehadiran
keluargamu.mengenai keniatan hatimu melamar Ati,kami sebenarnya sangat merestui.
Aziz : Ati??bagaimana dengan engkau, sudikah kau menerima lamaranku?
Ati : Sebenarnya sudah terisi cinta yang lain,namun apalah dayaku...
Tiba2 terdengar tok..tok..tok..tok...(suara pintu)
Zainuddi :Assalamualaikum..
Ati : Waalaikumsalam,,(Ati membuka pintu)
Udin : Kedatanganku ini bermaksud melamarmu..
Ati : (dengan gugup Ati menjawab)Maaf kak Udin,,hari ini mas Aziz juga datang melamarku.
Udin : Lalu....kau menerimanya..?kau memilih siapa..?.
Ati : Maafkan aku kakak.adik tidak berdaya,aku lebih memilih lamaran mas Aziz.
Udin : Kau sungguh tega...bukan kah engkau berjanji hanya mencintaiku ??
Ati : Maafkan aku kakak...
Zainudin : Sudahlah..kau pengkhianat
[SCENE 8] (iklan)
Akhinya Udin pun pergi, atas penolakan Ati
Karena ditolak cintanya, Zainudin sakit selama 2 bulan. Namun malang nasib Udin lagi. Datang berita
dari Makassar bahwa Mak Base telah meninggal dunia karena sakit.Udin tidak dapat melayat Mak Base
karena dirinya sendiri pun sedang terpuruk. Sudah seminggu ia hanya makan sedikit. Jangankan
bercakap dengan Muluk, keluar kamarpun tidak pernah, kecuali berwudhu. Muluk yang sudah
menganggap Udin sebagai kakak pun bingung dibuatnya. Oleh sebab itu ia memanggil dokter untuk
menanyakan kondisi Udin
Muluk : (menatap Udin dengan sedih) “Lihatlah dokter, abang ini tidak mau beranjak.
Jiwanya sangat melemah.”
Dokter : “Apakah dia memiliki masalah?”
Muluk : “Ati, perempuan yang ia cintai telah menikah dengan laki-laki lain. Dan Mak Base,
orangtua angkatnya telah meninggal. Ia seperti tidak tahu kemana ia akan pulang.”
Udin : (bangun) “Ati? Itukah engkau?Aku menunggumu disini.Mari, duduklah disampingku.”
(menghampiri Dokter)
Muluk : (panic) “Bang, sadarlah! Ini dokter bang, bukan Ati!”
( Dokter mengisyaratkan agar Mila diam saja)
Udin : “Seminggu rasanya aku ingin mati saja. Aku sangat merindukanmu.”
Dokter : “Udin ini bukan hanya sakit, melainkan jiwanya menderita. Ia harus bertemu Ati,
walaupun hanya sekali.”
[SCENE 9]
Bukan Udin namanya kalau terus menerus terpuruk.Setelah dokter merawatnya, kondisinya kembali
membaik dan mulai melupakan Ati. Ia dan Muluk memutuskan untuk pergi ke Pulau Jawa, tepatnya ke
Kota Surabaya karena kata orang, banyak pekerjaan yang akan menghasilkan uang di Surabaya.
Udin bertemu sahabat lamanya yang bernama Hasiani yang baru kembali dari Belanda.
Hasiani adalah seorang penulis terkenal. Mereka berdua mempunyai hobi menulis dari kecil.
Hasiani : kok lama banget sih, apa Udin lupa ya. (tiba-tiba Udin datang)
Udin : Hasian, masih ingat kah kau samaku?
Hasiani : Iya jelas kali, aku ingat sama kamu. Walau aku saudah lama di luar negeri.
Udin : Hasian, saat ini aku sedang terpuruk. Aku ingin menulis kisah cintaku dalam sebuah karya.
Apalah kamu mau mengajari aku bagaimana menulis yang bagus? Karena kulihat banyak tulisanmu
yang tayang diNyalanya.
Hasian : Cuma satu tips menulis. Menulislah dengan hati.
Udin : terimakasih Hasian. Aku akan mulai menuliskan kisahku.
[SCENE 10]
Udin memulai untuk menulis kembali. Setelah itu, ia mengirimkan karyanya ke sebuah penerbit koran.
Dalam waktu singkat, karyanya diterima dan dimuat.Tidak hanya itu, cerpennya dibaca banyak orang
dan menjadi terkenal di kalangan masyarakat. Maka pihak koran meminta Udin untuk membuat
kelanjutan cerpen yang berjudul “Teroesir” itu. Dengan semangat Udin terus menulis, menulis, dan
menulis.Sampai pada akhirnya, cerpen-cerpen Udin dibukukan.
Waktu berjalan dengan terasa cepat. Kesuksesan menghampiri Udin dan ia dapat membeli rumah
sendiri. Walaupun sudah sukses, Udin tidak sombong.Ia malah sering memberis edekah kepada orang
yang kurang mampu.
Muluk : “Lihatlah dirimu sekarang, Udin! Kau telah sukses. Namun kau tidak pernah
sombong dan pelit! Aku sangat bangga menjadi temanmu.”
Udin : “Ah, kau ini terlalu berlebihan, Mila. Aku ini tetap Udin yang dulu.Hanya saja, aku bangkit
dari masa laluku yang kelam.”
Muluk : “Hm….bagaimana kabar Ati dan Aziz ya? Apakah mereka bahagia??”
Udin : “Sudahlah Mila. Tak usah kau pikirkan, mereka pasti bahagia.Aziz adalah laki-laki yang
kaya raya, mapan dan sangat pantas untuk Ati.Dan jangan membicarakan masa lalu itu.”
Muluk : “Baiklah, maafkan aku. Tapi, bagaimana kalau kau bertemu dengan
mereka?Bukankah kita harus menyambung tali silaturahim?”
Udin : (menatap ke atas) “Entahlah Muluk, aku belum siap.”
[SCENE 11]
Sudah lama Aziz dan Ati menetap di Surabaya. Aziz mendapat pangkat tertinggi di pekerjaannya
sehingga ia mendapatkan uang banyak. Ati awalnya hidup berkecukupan, walaupun hanya mengurus
rumah. Namun karena kelakuan Aziz yang sering berfoya-foya kehidupan mereka hancur dililit hutang
dan suaminya dipecat .
Mak Rempong : Aziz..oh Aziz..piye iki, hutang u sudah enumpuk, sudah jatuh tempo
Aziz : Oh. Mak rempong berikanlah aku waktu
Mak Rempong : Tidak ..waktu mu sudah habis semua harta mu akan aku sita..pergi kalian !
[SCENE 12]
Beberapa hari kemudian, Aziz mendapatkan sebuah undangan.Yaitu undangan pesta sebuah pengarang
buku. Tak lain adalah pengarang yang berinisial Z. dengan semangat, Ati meminta Aziz untuk menhadiri
undangan tersebut. Walaupun curiga, Aziz menuruti permintaan Ati.Setibanya di undangan, betapa
terkejutnya Ati dan Aziz bahwa pengarang yang berinisial Z adalah Udin.Ia berdiri gagah dengan
percaya diri, beberapa pejabat menyalaminya. Dan yang mengejutkan adalah: Udin tersenyum
bahagia. Betapa luluh hati Ati melihat Udin.Aziz segera menghampiri Udin.
Zainudin : (tersenyum ramah) “Oh tuan Aziz ! Dan… Rangkayo Ati ! Sudah lama tinggal di Surabaya
ini ?”
Zainudin : “Ajaib sekali, sekian lama di Surabaya, baru sekali ini kita bertemu.”
Aziz : “Kami pun tak menyangka bahwa pengarang ternama ahli tonil yang selalu jadi buah
mulut orang lantaran tulisan-tulisannya yang berarti itu adalah sahabat kami.Tuan Za..”
Zainudin : (memotong) “Shabir !tidak ada lagi nama yang lama. Nama Shabir lebih cocok, bukan ?”
(Pada saat itu juga Aziz mendapat telepon bahwa ia dipecat dari perusahaannya).
Udin : Ada apa tuan?kelihatannya ada kabar yang kurang baik.
Aziz :Ya..tuan saya dipecat.
Udin : Saya turut berduka
Aziz : Tuan.mohon bawalah Ati bersama tuan.untuk sementara saya mencari pekerjaan
lain.(melihat kearah Ati) saya khawatir nasib dia.
Udin : Kalau begitu untuk sementara tinggallah dirumahku..!(ajakan Udin)
Aziz :Ati,mari kita pulang bersam tuan Udin (ajak Aziz pada Ati
(Mereka pulang bersama-sama.)
Setelah kepergian Aziz. Ati menjalani hari-hari dirumah Zainudin. Namun kesemptan ini tak
dimanfaatkan Aziz dengan baik, Aziz menunjukan sifat jeleknya,mabuk-mabukan,main
wanita,berjudi.Aziz pun meninggal akibat overdosis dan telah menceraikan Ati. Akhirnya berita ini
didengar oleh Udin.
Udin : Duduklah Ati,Ada yang ingin aku tanyakan padamu soal kabar perceraian kalian?
Ati : Benar tuan,apa yang harus saya lakukan?Dia telah pergi meninggalkan
aku..Bagaimana dengan nasibku? “Saya akan berkata terus terang kepadamu, saya akan
memanggil namamu sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan, Zainudin !saya akan
sudi menanggungkan segenap cobaan yang menimpa diriku itu, asal engkau sudi
memaafkan segenap kesalahanku.”
Zainudin : “Maaf ? Kau meminta maaf Ati ? Setelah segenap daun kehidupanku kau regas, segenap
pucuk pengaharapanku kau patahkan, kau meminta maaf ?”
Ati : “Mengapa engkau telah menjawab sekejam itu padaku Zainudin ? Lekas sekalikah pupus
daripada hatimu keadaan kita ?Kasihanilah seorang perempuan yang ditimpa celaka berganti-ganti ini.”
Zainudin : “Ya, demikianlah perempuan, dia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya,
walaupun kecil, dan dia lupa kekejamannya sendiri kepada orang lain walaupun bagaimana besarnya.
Lupakah kau ? Siapa diantara kita yang kejam, setelah aku diusir kau berjanji padaku akan menunggu
ku hingga aku kembali, tapi kau menikah dengan dia ! Hampir saya mati karena mu, siapa yang kejam
?siapa ? Sudah lah pulanglah kau ke tanah asalmu yang beradat itu ! Ongkosmu biar aku yang bayar,
biaya hidupmu biar aku yang tanggung.”
Ati : “Tidak !saya tidak akan pulang saya akan tinggal disini denganmu.. Saya tak perlu uang mu,
saya hanya butuh berada didekatmu !”
Zainudin : “Tidak Ati kau harus pulang ke Padang ! Biarkanlah saya dalam keadaan begini,
Janganlah hendak ditumpang hidup saya, orang tak tentu asal ! Negeri Minangkabau Beradat. Besok ada
kapal berlayar, kau bisa tumpangi kapal itu, ini ambil untuk belanja buat pulang !”
[SCENE 14]
Ati pun pergi,namun hati Udin bergejolak antara cinta dan rasa sakit hatinya. Zainudin merenung dan
mengenang cintanya,dan keesokan paginya.
Akhirnya Udin memutuskan mengejar Ati menuju Van Der Wijk dan bermaksud untuk kembali ke
Batipuh.
Hingga akhirnya mereka bertemu di Kapal Van Der Wijk...
Dan begitulah tragedi cinta Ati dan Zainudin, mereka tidak bersatu didunia ini, tapi siapa yang tau
dengan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk mereka hidup dialam yang abadi...
(Bernyanyi..Musikalisasi puisi)
END