Anda di halaman 1dari 12

Naskah Drama TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJK

Pemain : Suchaelah sebagai Hayati

Hendri sebagai Zainudin

Saddam sebagai Aziz

Amel sebagai Muluk dan Trian

Dayu sebagai Siti

Sukma sebagai Yuni

Azizah sebagai Taufik dan Dokter

Saddam sebagai Datuk

Yauri sebagai Narator

Durasi : 30 Menit

Kisah ini dimulai ketika Zainudin pergi ke desa batipuh di Padang. Sejak
berumur 9 bulan, Zainuddin telah ditinggalkan Daeng Habibah ibunya, menyusul
kemudian ayahnya yang bernama Pendekar Sutan. Di Padang ia tinggal di
rumah saudara ayahnya, Made Jamilah.

Suatu ketika, hujan turun dengan lebatnya. Zainudin berteduh di


sebuah rumah. Zainudin pun mengungkapkan perasaannya kepada Hayati.

Zainudin : Hayati mari kita berteduh,

Hayati : Ya tuan, hujan semakin lebat.

Zinudin : Hayati..... Setelah kedekatan kita beberapa hari ini, Saya


menaruh hati kepada
Engkau. Kecantikan dan kebaikan mu telah terdengar sampai keseluruh desa.

Hayati : (Menatap) Jangan tuan terlalu membanggakan kelebihan yang


saya punya.
Zainudin : Hayati, sebenarmya ada hal yg ingin kusampaikan.

Hayati : Apa itu tuan zainudin?

Zainudin : Saya jatuh cinta kepadamu, kepada kelembutan dan keteduhan


jiwamu.
Maukah Engkau menjadi kekasih hatiku?

Hayati : Saya pun mencintai tuan. Bagai mencintai diri Saya sendiri. Saya
bersedia.

Tiba-tiba tiga penduduk desa datang

Yuni : Lihat mereka, dua anak manusia yg sedang jatuh cinta. Itu... Tuan
Zainudin
dan Hayati kan??

Trian : Benar. Mereka sangat serasi! Tetapi,(Berpikir) bukankah kita tak


boleh
berkekasih orang yang berlainan suku dengan kita?

Yuni : Tapi mereka tampaknya saling mencintai. Apa pantas kita


memutuskan
kedekatan mereka? Tak tega rasanya.

Taufik : Aku ingin seperti mereka.

Trian : Haaa???? Seperti mereka? Siapa jodoh kau Taufik?

Taufik : Jangan menganggap remeh! Kau tak tahu saja. Barangkali aku
lebih jago
dalam hal ini.

Yuni : Kau ini ada-ada saja(Tertawa menyindir). Siapa yang mau dengan
Engkau?
Si Laras, yang anak Tuan kadi itu?

Taufik : (Tertawa malu).

Tiba tiba datang seorang gadis desa suruhan datuk.

Siti : Tuan zainudin, datuk ingin bertemu denganmu.

Zainudin : Benarkah?

Siti : Ya, Ia menyuruhmu utk untuk menunggunya disini.

Zainudin :Baiklah aku akan menunggu beliau disini.

Hayati : Apa yang akan dikatakan Datuk? Perasaan ku tak


enak. Firasatku berkata
bahwa kita akan berpisah.
Siti : Hayati, mari kau pulang dengan ku.

Hayati : Tidak Siti, Aku ingin mendengar apa yang akan di kataka Datuk.

Zainudin :Tenaglah Hayati. Semua akan baik-baik saja.


Pulanglah Hayati. (Melihat ke arah Hayati) Hati hati dalam
perjalananmu. Siti
tolong antarkan dia sampai ke rumah.

Siti : Baik tuan.

Mereka pun bertatapan dan berpisah. Siti dan Hayati pun pergi.

Datuk : Zainudin, telah banyak nian pembicaraan orang yang kurang


enak kudengar
terhadap dirimu dan diri kemanakn ku. Sekarang ku temui
engkau untuk
memberikan nasehat, sebelum perbuatan berkelanjutan, lebih
baik Tuan
tinggalkan Batipuh ini. Sebelum merusakkan nama kami dalam
suku di
negeri ini.

Zainudin : Mengapa Engku berbicara demikian, sampai membawa nama


adat dan
turunan?

Datuk : Harus hal ini yang saya sampaikan. Hayati harus menikah
dengan oarang
bersuku berkaum kerabat. Pergilah pulang dan
bergegaslah. Dia akan
kujodohkan dengan Azis pemuda terpandang dari desa
seberang.

Zainudin : Bukankah Ayah saya juga orang padang?

Datuk : ya benar, tapi... Ibumu orang Mengkasar. Di negeri beradat ini


kemanakan
kami hanya boleh menikah dengan bangsa berkaum dan
beradat! Setelah
kami bicarakan, dia lebih baik menikah dengan Aziz, orang
berkaum adat
padang. (Melihat Zainudin).

Zainudin : Tapi kami saling mencintai.

Datuk : Pergilah Zainudin dari negeri ini, demi kemaslahatan Hayati. Jika
Engkau
memang benar cinta kepada Hayati, pergilah. Biarkan Hayati
bahagia.
Pikirkan itu anak muda.
Datuk pun pergi. Dan Tak berapa lama Muluk pun datang.

Muluk : (Cemas) Apa yang terjadi dengan Guru? Katakan Guru, Siapa
yang telah
melukai hati Guru?

Zainudin : Cintaku tak dapat bersatu dengan cinta Hayati. Dia telah di
jodohkan dengan
laki-laki berkaum adat, dan terpandang. Ah nasib. (Memegang
kepala).

Muluk : Oh tuan Aziz, Saya kenal siapa dia. Dia tidak lebih baik dari guru.
Dia
hanya memiliki kekayaan dari Ayahnya. Dia sering berganti-
ganti pasangan.

Zainudin : Benarkah itu Muluk??

Muluk : Ya Guru. Tapi tenanglah, Hayati akan kembali padamu..... Jika


Aziz telah
mati.

Zainudin : Muluk, janganlah kau bergurau. Aku lagi tak berdaya. Htiku
sedang hancur.

Muluk :Sudahlah Guru, lepaskanlah dia.


(menemukan ide) Bukankah guru punya bakat mengarang yang
cukup bagus.
Lebih baik kita
pergi ke Surabaya untuk menyalurkan bakat Guru sekaligus
meninggalkan
segala kenangan di kota ini.

Zainudin : Aku tak yakin tentang apa yang akan terjadi padaku kedepannya
tanpa
Hayati di dekatku.

Muluk : Guru, percayalah. Taka ada yang sia-sia apabila kita telah
melakukan
semaksimal mungkin.

Zainudin : (bepikir sejenak) Baiklah, Esok kita akan pergi. Kau akan
menemaniku
bukan?

Muluk : Tentu Guru. (Menepuk punggung Zainudin).

Mereka pun pergi ke Surabaya.

BABAK II
Di surabaya, Zainudin pun terkenal sebagai pengarang hebat dengan
nama samaran

"Z", Ia mendirikan perkumpulan tonil "Andalas", dan kehidupannya


telah berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya.
Zainuddin pun melanjutkan usahanya dengan mendirikan penerbitan
buku-buku.

Ketika itu, Zainudin menggelar pertunjukan drama. Aziz dan Hayatipun di


undang. Dan pertemuan pun terjadi.

Zainudin : Oh.. Tuan Aziz! Dan istrinya... Hayati.(Sambil membungkuk


sembari memeberi hormat)

Aziz : Tuan Zainudin??

Zainudin : Ya benar. Ternyata kita berjumpa disini.

Aziz : Ternyata orang yang mensutradarai drama ini adalah Tuan


Zainuddin,
yang berarti Sahabat kami kan? (Melihat ke arah Hayati)

Zainudin : Benar sekali tuan. Sudah lama tinggal di kota Surabaya ini?

Aziz : Kami baru tiga bulan, karna pekerjaan. Saya ditugaskan untuk
pindah ke
Surabaya.

Zainudin : Ajaib, sekian lama di surabaya baru sekali ini bertemu.


(Tersenyum). Besok,
boleh tuan kerumah saya.

Aziz : (Aziz menerima telpon) , Baik tuan, Besok ada juga yang ingin
saya katakan.
Zainudin : Sepertinya, Tuan menerima kabar yang buruk. Lebih baik tuan
ceritakan
sekarang. Barangkali Saya dapat membantu.

Aziz : (Berpikir sejenak, sambil melihat ke Hayati) Lebih baik Adinda


nikmati
pertunjukan Tonil, karya Tuan Zainudin. Ada yang perlu kanda
ceritakan kepada
Zainudin.

Hayati : Baiklah Kanda. (Hayati keluar)

Aziz : Saudara, Saya bermaksud menitipkan Hayati kepada Tuan


Zainuddin. (Melihat ke
arah Hayati).

Zainudin : Mengapa Tuan bicara demikian? Apa kabar yang Tuan terima?

Aziz : Begini tuan, mungkin pada saat inilah Tuhan membalas


segalanya. Saya telah
melarat sekarang. Saya telah di pecat dari pekerjaan Saya. Saya
kahwatir akan
nasib Hayati.

Zainudin : Kalau begitu, untuk sementara waktu, tinggalah terlebih dahulu


di rumah Saya
sampai tuan mendapatkan pekerjaan.

Aziz : Tidak tuan, budi baik Saudara sudah terlalu besar kepada Saya. .
Tak ada
balasan dari Saya.

Zainudin : Itu bukan jasa, itu hanya kewajiban seorang sahabat kepada
sahabatnya.
Aziz : (Tersenyum) Terlalu baik Saudara ini. Esok Saya akan pergi ke
luar kota untuk
mencari pekerjaan. Saya tetap akan menitipkan Hayati di sini.

Zainudin : (Berpikir sejenak) baiklah, saya tidak keberatan istri saudara


tinggal di sini.
Tetapi, pikirkanlah kembali keputusan Saudara. (Memegang
pundak Aziz)

Aziz : Keputusan Saya telah bulat Tuan Zainudin.

Zainudin : Baiklah kalau demikian, kalau pekerjaan sudah tuan dapatkan,


boleh Hayati tuan
jemput atau Saya juga bersedia mengantarkannya.(Rangkulan)

Aziz : Saya percayakan Hayati sepenuhnya kepada Engkau Tuan.

Zainudin : Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Lebih baik untuk


malam ini Tuan
Aziz dan Hayati ikut Saya pulang dan beristirahat di Rumah
Saya. Besok baru
Tuan pergi ke luar kota. Tuan kelihatan sangat lelah.

Aziz : Baiklah tuan, Saya pun kasihan melihat Hayati. Dia pasti terpukul
mendengar
berita ini. (Memanggil Hayati) Hayati.... Hayati... Mari kita
pulang bersama
tuan Zainudin.

Hayati : Di rumah tuan Zainudin? Mengapa? Apa yang terjadi kanda?

Aziz : Tidak ada apa-apa Hayati. Tuan Zainudin menawarkan


pertolongan, tak baik
jika kita menolaknya.
Hayati : Baiklah kanda.

Mereka pun pergi bersama-sama.

BABAK III

Setelah kepergian aziz, keesokan harinya terdengarlah kabar bahwa


aziz telah meninggal dunia, dan datang sebuah surat berisi pesan dari
aziz bahwa untuk meminang hayati sebagai istri zainudin.

Zainudin : Duduklah, sudahkah engkau membaca surat dari suamimu?

Hayati : Sudah, apa yg harus saya lakukan. Dia telah pergi meninggalkan
aku.
Bagaimana dengan nasib saya? Maukah Engkau mengulang
kisah kita dulu?

Zainudin : Maaf hayati...

Hayati : Mengapa engkau menjawab sekejam itu kepadaku, zainudin?


Sekalikah pupus
dari hatimu keadaan kita? Jangan kau jatuhkan kepadaku
hukuman yang begitu
ngeri.

Zainudin :Begitulah perempuan, dia hanya ingat kekejaman orang


kepadanya. Dan lupa
kekejaman dirinya sendiri kepada orang lain. Bukankah kau telah
berjanji,
seketika Saya di usir. Kau berjanji akan bersamaku, tapi
kenyataanya apa??
Sudahlah Hayati lebih baim kau pulang sekarang.
Hayati : Tidak Zainudin, Saya tak akan pergi. Saya tak perlu kau beri
makan, Saya hanya
perlu dekat kau, Zainudin.

Zaimudin :Tidak hayati! Kau musti pulang ke padang. Negeri minang kabau.
Besok hari
senin kapal VAN DER WIJK akan berangkat dari surabaya ke
tanjung periok.
Lalu akan terus ke padang. (sambil menyerahkan sejumlah
uang) gunakanlah
uang ini hayati. (Pergi kebelakang)

Mendengar perkataan Zainudin, Hayati pun merasakan keecewaan mendalam.


Dan Muluk pun masuk

Muluk : Sudahkah kau siap meninggalkan zainudin ?

Hayati : Sudah, tanda peringatan apakah yang akan dapat dibawa dari
rumah ini, bang
muluk?

Muluk : Bawa sajalah ini (memberikan foto Zainudin ) sekurang-


kuraangnya akan
menjadi peringatan.

Hayati : (menerima foto dan meletakan kedalam tasnya)

Muluk : mengapa tidak disimpan didalam peti ?

Hayati : supaya mudah membawanya kalau akan dilihat .

Muluk : Hayati, sebenarnya tak sampai hatiku melepaskan engkau tetapi


apakah dayaku.
Hayati :Sampai hati betul zainudin menyuruhku pulang, tapi biarlah,
biarkan lah aku
pergi.

Hayati pun pergi menuju pelabuhan dan berangkat dengan KAPAL VAN DER
WIJCK.

Zainudin : Bang Muluk kemana Hayati? Apakah dia sudah pergi?

Muluk : Hayati telah pergi tuan 3 jam yang lalu.

Zainudin : Saya harus mengejarnya. Bang muluk saya akan berangkat ke


Jakarta dengan
kereta api nanti malam. Hayati akan saya jemput kembali akan
saya bawa
pulang kemari.

Muluk : Inilah keputusan yang sebaik baiknya guru. Saya ikut guru.

Ketika Zainudin berjalan beberapa langkah. Tiba-tiba penjual koran pun datang
dengan berita mengejutkan. Sebuah surat kabar terbit yg berisi kabar bahwa
kapal VAN DER WIJCK tenggelam. Mendengar kabar itu badan zainudin gemetar
dan koran itu dibacanya terus. Zainudinpun langsung pergi ke rumah sakit
mencari hayati.

Zainudin : (melihat ke arah koran) Akh tak kan sempat membaca koran
sore ini.

Muluk : (Terkejut)Tuan, sebentar. Bacalah ini.

Zainudin : Kau ini Muluk membuang waktu saja. (Menerima dan


membacanya) Hayati.......
Muluk : Bangunlah Guru, lebih baik kita cari Hayati di rumah Sakit.

Sesampainya di Rumah sakit.

Dokter : Anda tuan zainudin?

Zainudin : Iya, darimana tuan tau?

Dokter : Ketika perempuan ini dibawa kemari, kepalanya yg berdarah


diikat dengan
selendang ini. Dari dalam selendang ini sebuah foto tertulis
nama zainudin

Zainudin : (melihat hayati) Hayati....

Hayati : (terbangun) Kau.. Zain...

Zainudin : Iya hayati, aku disini. Kuatkanlah kau menahan rasa sakit ini
hayati.

Dokter : Dia terlalu parah, darah terlalu banyak keluar dari lukanya. Paru
parunya pun
penuh dengan air.

Zainudin : Lakukan segala cara demi kesembuhannya Dok. Lakukan..

Dokter : Barang-barang di rumah saki ini tidak memadai.

Hayati :Zainudin(Memegang tangan Zainudin). Zainudin kekasihku,


cahaya kematian
telah terbayang di muka ku. Cuman, jika ku mati..... hatiku telah
senang,
sebab.... Engkau telah ada di samping ku sekarang.

Zainudin :Hayati, kuatkanlah. Aku akan di sini menunggu sampai engkau


sembuh.
tenanglah. Hidupku hanya buat kau seorang Hayati.

Hayati : (Tersenyum) Dan rasa cintaku telah tenggelam dalam lautan


kasih sayangmu.

Zainudin : (memegang tangan hayati). Hayati...........

Hayatipun telah pergi.

Sepeninggal hayati, Zainudin terus sakit-sakitan menahan kerinduan akan hayati


hingga akhirnya ia pun pergi menyusul hayati.

Anda mungkin juga menyukai