Anda di halaman 1dari 3

Pemeran Drama

1. Apriliani : Narator
2. Aiyla Setiani : Ibu Minah (janda miskin penyabar)
3. Anita Cahyani : Aisyah (anak bungsu yang cantik dan baik hati)
4. Chaerany Rizka : Siti Maimunah (anak durhaka)

· Tema : kesabaran seorang ibu

MUTIARA BUNDA
Pada suatu hari di sebuah desa kecil, hiduplah seorang janda miskin dengan kedua anaknya. Dia
adalah Ibu Minah yang mamiliki anak bernama Siti Maimunah dan Aisyah. Anak ibu Minah memiliki
sifat dan karakter yang sangat berbeda. Siti berperilaku seolah-olah dia adalah seorang putri yang
semua perintahnya harus dituruti, sedangkan Aisyah bersifat rendah hati dan mau menolong.
Siti sangat iri kepada teman-temannya karena dia miskin tidak punya apa-apa, sedangkan
teman-temannya minta apa selalu dituruti oleh orang tua mereka. Siang hari setelah pulang sekolah,
tiba-tiba Siti membentak ibunya.
Siti : “Ibu..! Ibu…!” (sambil membanting piring)
Ibu : “Iya sebentar nak .. astaghfirullahal’adzim, apa yang kamu lakukan Siti?” (Tanya ibu dengan nada
kecewa)
Siti : “Ibu ini dipanggil dari tadi gak nyaut-nyaut, ibu punya telinga gak sih?”
Ibu : “Kenapa kamu berkata seperti itu? Aku ini ibumu nak. Ibu yang melahirkan dan membesarkanmu.
Kenapa kamu membalas ibu seperti ini?”
Siti : “Hah! Ibu banyak omong! Siti itu capek hidup susah, setiap hari hanya makan nasi campur garam.
Siti malu sama temen-temen, mereka hidup berkecukupan, mereka punya semuanya tapi Siti punya
apa bu? Siti hanya anak janda miskin!”
Ibu : “Maafkan ibu nak. Ibu tidak bisa memberikan semua yang kamu inginkan. Kita serahkan saja kepada
Allah.”
Siti : “Allah itu tidak adil bu, orang lain saja bisa kaya kenapa kita tidak bisa bu?” (sambil membentak-
bentak ibunya)
Ibu : (ibu hanya menangis karena merasa kecewa dan bersalah kepada Siti)
Kemudian datanglah Aisyah anak bungsu bu Minah.
Aisyah : “Cukup kak, kasihan ibu.. kakak gak kasihan sama ibu?” (mengelus pundak ibunya)
Siti : “Beraninya kamu membentakku! Kamu itu tahu apa? Ha?! Oh.. apa kamu mau cari perhatian ibu ya?
Secara kaku kan anak kesayangan ibu”
Ibu : “cukup! Ibu tidak pernah membeda-bedakan kalian. Ibu saying sama kalian semua” (mengelus dada)
Siti : “Kalo ibu sayang Siti, kenapa nama Aisyah lebih bagus dibandingkan nama Siti. Apa itu namanya
sayang bu? Nama Siti itu jadul bu. Siti malu punya nama itu..”
Aisyah : (dengan wajah yang sangat lugu) “Kak, Aisyah gak pernah merasa kalo nama Aisyah lebih bagus
daripada nama kakak. Kita berdua sama kak. Kita anak ibu. Jangan kayak gini lagi ya kak? Kasihan
ibu.” (memegang pundak Siti)
Siti : “Halah.. (sambil menampar tangan Aisyah) Aku tahu kamu itu lebih cantik dari aku. Kamu mau
memamerkan semuanya padaku supaya kamu kelihatan segala-galanya dibandingkan aku. Apa itu
maumu?”
Aisyah : “Bukan begitu maksut Aisyah kak, Aisyah hanya…”
Siti : (dengan geram lalu menampar Aisyah) “plaak!”
Ibu : “Hentikan! Kalian bersaudara jangan saling menyakiti!”
Siti : “Aku benci semua ini!”
Siti berlalu pergi meninggalkan rumah. Ia berlari dan berhenti di tengah persawahan.
Siti : (menghadap ke langit sambil berteriak) “Tuhaan.. kau sangat tidak adil! Mengapa hanya aku yang
bernasib seperti ini?! Orang lain bisa hidup enak dan berkecukupan, sedangkan aku hidup dalam
kesusahan dan kemiskinan .. aku benci hidupku!”
Siti menangis tersedu-sedu. Ia merasa sangat lapar dan akhirnya kembali ke rumah.
..
Ketika sampai di rumah, Siti sangat jengkel karena dalam perjalanan pulang ke rumah ia bertemu
dengan teman-temannya yang berpakaian sangat bagus. Ia sangat iri dan bergumam.
Siti : “Udah laper, diejek pula.. Hish!! Benci aku!”
Ketika ia melihat ibunya di dapur, ia langsung membentak ibunya.
Siti : “Bu, aku mau baju baru. Semua teman-temanku punya baju baru.”
Ibu : “Memangnya baju kamu yang lama kemana nak?” (memotong sayur)
Siti : “Ibu itu memang pelit ya, cumin beliin baju buat aku aja gak mau!”
Ibu : “Aduh (tangannya teriris pisau dan berdarah) “Bukannya ibu nggak mau beliin baju buat kamu nak,
tapi..”
Siti : (Siti memotong) “Tapia pa?? Aisyah aja kalo minta diturutin. (menunjuk Aisyah) “Sedangkan aku
nggak pernah bu!”
Ibu : “Kenapa kamu selalu menyalahkan adikmu? Adikmu tidak tahu apa-apa bahkan meminta sesuatu
kepada ibu pun tidak pernah. Malah dia yang selalu membantu ibu. Dia rela bekerja dan tidak
bersekolah hanya untuk kamu. Tapi kamu malah seperti ini.” (mengelus dada)
Aisyah : (menghampiri ibunya) “Kak jangan bentak-bentak ibu, kasihan ibu sudah tua.”
Siti : (menghampiri Aisyah) “Heh! (mendorong pundak Aisyah) “Jangan pernah manggil aku kakak lagi!
Karna aku nggak sudi punya adik sepertimu!”
Siti pergi meninggalkan dapur. Ibunya hanya bisa menangis dan memngelus dada karena setiap
hari kelakuan Siti yang semakin parah.
Ketika sampai di sepan kamar ibunya, dia berhenti sejenak.
Siti : “Kalau ibu nggak mau beliin baju buat aku, aku akan membelinya sendiri” (memasang wajah seperti
setan dan masuk ke kamar ibunya)
Entah apa yang ia lakukan.
Matahari yang cerah sudah digantikan oleh bintang-bintang yang bertebaran diatas langit.
Tampak dari jendela kamarnya, ibu minah yang sedang mencari sesuatu di dalam almarinya.
Ibu : “Ya Allah., dimana uang itu? Rasanya aku tidak pernah memindahkannya dari sini.” (sambil
membolak-balikan pakaiannya yang acak-acakan dengan wajah resah)
Ibu : “Jangan-jangan.. (ibu Minah menggelengkan kepalanya).. “Tidak mungkin!” (ibu Minah terduduk
diatas tempat tidurnya)
Kemudian datanglah Aisyah.
Aisyah : “Ibu kenapa? Apakah ibu sakit?” (sambil menyentuh dahi ibunya)
Ibu : “Tidak anakku.. Ibu tidak apa-apa. Ini kan sudah malam. Kamu tidur dulu ya.. Sini sama ibu” (Ibu
Minah memeluk Aisyah dengan penuh kasih sayang)
Aisyah : (menghampiri dan memeluk ibunya)”
Ibu :”Aisyah, terima kasih kamu sudah mau menjadi anak ibu yang solehah, pintar baik hati, ibu sangat
bersyukur kepada Allah karena telah mengirimkan malaikat penyelamat seperti kamu nak.” (mencium
dahi Aisyah)
Aisyah : “Iya bu. Sebagai anak yang patuh sama orang tua, Aisyah mau ngelakuin apa aja buat ibu. Ibu adalah
ibu terbaik diseluruh dunia. Ibu juga kuat ngadepin masalah kita selama ini. Aisyah sayang sama ibu”
Aisyah dan ibunya yang nampak bahagia membuat Siti sangat tidak suka. Siti melihat dengan
ekspresi marah dari depan pintu kamar ibunya.
Kukuruyuk.. Matahari sudah terbit kembali. Kicauan burung menjadi iringannya. Ibu Munah sedang
memasak air didalam dapurditemani oleh anak bungsunya. Ketika mereka tengah bersenda gurau,
terdengar hentakan pintu dari dalam rumah. Ibu Minah mengintip dari kejauhan dan kemudian
berdiri. Melihat anaknya tiba-tiba pergi meninggalkan rumah, ia pun juga ikut berlari. Ia berharap
semoga anaknya tidak kabur dari rumah.
Aisyah : “Ibu.. tunggu Aisyah.. Ibu mau kemana?” (mengikuti ibunya)
Ibu : “Siti.. mau kemana kamu nak?” (berlari dengan nafas terengah-engah)
Siti : “Siti mau beli baju bu.. Siti nggak mau pake baju ini lagi.”
Ketka Siti akan menyeberang ke jalan, tampak sebuah truk yang melaju sangat kencang dan tak
terkendali lagi sehingga menabrak Siti.
JDEERR..!!
Ibu : “Astaghfirullahal’adzim.. Siti” (menuju kearah Siti)
Siti tergeletak dengan uang ditangannya. Dahinya penuh dengan darah yang bercucuran. Nafasnya
sudah tidak teratur.. Ibu dan adiknya berada di dekatnya dalam sisa hidupnya. Saat inilah Siti
mengungkapkan semua rasa penyesalan dan kekecewaannya pada ibunya.
Ibu : “Ibu.. Maafkan Siti bu karena telah mengambil uang ibu.” (menyodorkan uang)
Semua orang yang ada di tempat itu menangis terutama ibu dan adik Siti.
Ibu : “Iya nak, tidak apa-apa. Nanti ibu pasti belikan baju untuk kamu. Kamu yang kuat
ya nak. Ayo ibu gendong.”

Siti : “Tidak bu. Siti mau disini aja. Siti mau di dekat ibu dan Aisyah.”
(memandang Aisyah yang menagis tersedu-sedu) “Maafkan kakak, Aisyah. Kakak
selalu menyalahkan kamu. Kakak tidak bisa menjadi kakak yang baik buat kamu.”

Aisyah : “Iya kak, tidak apa-apa. Jangan tinggalkan ibu sama Aisyah kak.”
Siti : “Terima kasih ibu, Aisyah. Kalian telah menjadi keluarga yang baik buat Siti selama ini.
Maafkan semua kesalahan Siti. Siti sayang ibu sama Aisyah <3

Inilah kata terakhir yang diucapkan Siti pada ibu dan adiknya membuat mereka menagis
histeris.

“Begitulah akhir dari kisah ini. Kisah yang sangat pilu terjadi dalam keluarga Bu Minah. Bu Minah
yang menghadapi semua kesulitan dalam hidupnya dengan penuh kesabaran membuat kita sadar
betapa sayangnya ibu kepada kita. Entah berapa banyak atau seberapa besar kesalahan dan
kebohongan yang pernah kita buat kepada ibu, ibu tetap mau memaafkan kita. Ya ALLAH lindungilah
ibu kami. Jadikanlah kami anak solehah dan sukses di esok hari agar kami dapat membahagiakan ibu
kami ya Allah.. amiin ..
Maka dari itu sayangi ibu, hormati ibu, turuti semua perintah ibu selagi kamu masih bisa melihatnya ..
:’(“

Anda mungkin juga menyukai