Anda di halaman 1dari 3

Harapan Yang Kandas

Aku berjalan menyusuri jalan setapak,


pada sebuah pemukiman
tempat sejumlah anak bangsa
berteduh dari rintikan air hujan
mencoba menghindar dari terik panasnya matahari
tempat yang sering mereka sebut 'Rumah'

Saat aku berjalan,


ku lihat anak bangsa
dengan seragam kumuh yang dikena
tanpa alas kaki yang melindungi
membuat kakinya tak jarang terkotori cipratan lumpur di sisi jalan
tapi semangatnya menuntut ilmu,
seperti api yang menyala-nyala
dan takkan pernah padam

Aku kembali berjalan,


sesaat ku dengar rintihan anak bangsa
"Ibu, Bapa, Aku ingin sekolah seperti mereka. Aku juga punya impian,
harapan dan masa depan," rintihnya.
tapi apa daya, kedua orangtuanya hanya mampu diam seribu bahasa

Pemimpinku, Pemerintahku,
apa kalian tak melihat?
kesusahan menyelimuti anak bangsa
apa kalian juga tak mendengar?
rintihan anak bangsa yang haus akan pendidikan
apa mungkin kalian terlalu sibuk?
terlalu sibuk memanjakan harta
dan terlalu sibuk bermain dengan uang-uang kalian

Atau mungkin kalian lupa?


tiap kali janji manis kau ucapkan
di depan ribuan pasang mata yang menyaksikan
Tak ingatkah kalian, wahai para petinggi negara?
anak bangsa bagian dari rakyat
karena rakyat kalian memimpin
karena rakyat kalian jadi pemimpin
walau hanya satu suara dan satu kepercayaan dari tiap rakyat
tak sadarkah kalian, 'satu' pun bermakna
karena takkan ada 'seribu' tanpa 'satu'

Pemimpinku, Pemerintahku,
tak sadarkah?
rakyat telah pertaruhkan segalanya
dari impian, harapan, hingga masa depan
tapi apa balasan dari tiap 'satu' suara dan 'satu' kepercayaan yang
rakyat pertaruhkan?
hanya sebatas tipuan dan angan-angan yang nampak 'mustahil, jadi
kenyataan

Aku hanya berharap


suatu saat, negeri ini
negeri yang kini padam
kan kembali terang benderang
Jangan Malas Membaca

Sesobek kertas sudah diberikan


seuntai tulisan pula berada di dalamnya
duhai anak yang malang
mengapa engkau diam saja?

Mengapa kertas itu cuma kau simpan?


sungguh tidak sedikit angan-angan terpendam
ilmu maha luas sudah tertuliskan
tapi sayang kau enggan membaca

Dunia demikian luas ilmu pula demikian terbentang


sungguh dunia sudah bicara,
kau mau tahu isiku?
kau mau mengerti apa menyangkut dunia ini?

Malang beribu malang kau enggan membaca


duhai anak yang malang
bangkitlah kini
pengetahuan luas sudah menantimu
lawanlah jiwa kotormu itu
tuk mencapai impianmu

Anda mungkin juga menyukai