Anda di halaman 1dari 2

Harapan yang kandas

(Karya Dian Hartati)


Aku berjalan menyusuri jalan setapak
Pada sebuah pemukiman
Tempat sejumlah anak bangsa
Berteduh dari rintikan air hujan
Mencoba menghindar dari teriknya matahari
Tempat yang sering mereka sebut “rumah”

Saat aku berjalan kulihat anak bangsa


Dengan seragam kumuh yang dikena
Tanpa alas kaki yang melindungi
Membuat kakinya tak jarang terkotori cipratan lumpur di sisi jalan
Tapi semangatnya menuntut ilmu
Seperti api yang menyala-nyala
Dan takkan pernah padam

Aku kembali berjalan


Sesaat ku dengar rintihan anak bangsa
“Ibu, Bapak. Aku ingin sekolah seperti mereka. Aku juga punya impian, harapan
dan
Masa depan.” Rintihnya
Tapi apa daya, kedua orang tuanyahanya mampu diam seribu bahasa

Pemimpinku, pemerintahku.
Apa kalian tak melihat?
Kesusahan menyelimuti anak bangsa
Apa kalian juga tak mendengar?
Rntihan anak bangsa yang haus akan pendidikan
Apa mungkin kalian terlalu sibuk?
Terlalu sibuk memanjakan harta
Dan terlalu sibuk bermain dengan uang-uang kalian

Atau mungkin kalian lupa?


Tiap kali janji manis kau ucapkan
Didepan ribuan pasang mata yang menyaksikan

Tak ingatkah kalian, wahai para petinggi negara?


Anak bangsa bagian dari rakyat
Karena rakyat kalian jadi pemimpin
Walau hanya satu suara dan satu kepercayaan dari tiap rakyat
Tak sadarkah kalian, “satu” pun bermakna
Karena takkan ada ‘seribu’ tanpa ‘satu’

Pemimpinku, pemerintahku,
Tak sadarkah?
Rakyat telah pertaruhkan segalanya
Dari impian, harapan, hingga masa depan
Tapi apa balasan dari tiap ‘satu’ suara dan’satu’ kepercayaan yang rakyat
pertaruhkan
Hanya sebatas tipuan dan angan-angan yang nampak mustahil jadi kenyataan

Aku hanya berharap Suatu saat, negeri ini


Negeri yang kini padam, Kan kembali terang benderang

Anda mungkin juga menyukai