Terima
kasih
Ibu
yang
sudah
selalu
menyemangatiku, mendukungku dan dengan sabar
menemaniku berlatih. Ah, besok ada lomba mewarnai. Tapi
aku malas buat ikutan. Tita besok ikut lomba mewarnai,
kan? tanya Ibu. Tidak, Bu, jawabku. Lho, kenapa? Kan
kamu suka sekali mewarnai? tanya Ibu lagi. Tita malas, Bu.
Tita tidak pernah juara. Tita tidak pernah menang. Tita tidak
pernah dapat piala, kataku.
Ibu lalu mendekatiku, sambil membelai kepalaku.
Tita sayang, namanya perlombaan, pasti ada menang dan
kalah. Kemenangan itu bonus. Piala juga hanya bonus. Yang
terpenting adalah semangat dan usaha kamu untuk
melakukan yang terbaik dalam berlomba. Tidak penting
menang atau kalah, ibuku menjelaskan. Tapi kan Tita juga
ingin punya piala, Bu. Rani sudah pernah dapat piala, Rafi
juga. Aiz juga pernah. Tita kapan? Aku masih belum
bergeming.
Kalau Tita ingin piala, Ibu dan Ayah bisa belikan.
Kamu kan sudah berhasil naik sepeda roda dua, Ibu bisa
kasih piala juga. Tapi intinya bukan di pialanya. Tapi usaha
kamu. Tanpa piala pun Ibu sudah amat sangat bangga pada
Tita, kata Ibu. Aku diam. Ada benarnya juga kata-kata
ibuku. Dan akan kuingat baik-baik, bahwa usaha dan
semangat mengikuti lombalah yang paling penting. Baiklah,
aku akan ikutan lomba mewarnai besok.
Ibu, Tita mau ikut lomba mewarnai, kataku
bersemangat. Ibuku tersenyum bahagia. Besoknya,
ditemani ayah dan ibu, aku berangkat ke arena lomba
mewarnai. Ramai sekali yang ikutan. Dengan dukungan
orangtuaku, aku pun mulai mewarnai. Bismillah... Waktu
berjalan. Aku dan peserta lain diberi waktu 1 jam untuk
menyelesaikannya.