Anda di halaman 1dari 39

Triana Wijayanti Nana Qurrotul Ainy Liyana Heni Saputri

Jepara
dan

Asa Aini

Printed by :

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Negeri Semarang


Seri Novel Remaja
DAFTAR ISI

1. Aini dan Ekosistem Anti Pendidikan di Jepara ........... 2


2. Mengumpulkan Tekad ......................................... 13
3. Diambilnya Tulang Punggung Keluarga ................... 21
4. Harus Menahan ................................................ 25
5. Kembali Merajut Asa ......................................... 29
6. Rencana Tuhan yang Tidak Terduga ....................... 33

i
AINI DAN EKOSISTEM ANTI PENDIDIKAN DI JEPARA

Malam itu, aku menggambar seorang gadis yang


menggunakan jas kampus di buku usangku yang sudah
hampir habis. Aku tak segera membeli buku baru karena
ayahku belum mendapatkan uang lebih untuk membelikanku
buku. Ku gambar dengan penuh semangat sambil
membayangkan bahwa apa yang kugambar akan benar –
benar terjadi padaku. Yaitu menjadi seorang sarjana
perikanan yang lulus dari perguruan tinggi ternama di Jawa
Tengah. Kata “andai” selalu kuucapkan ditengah sepinya
malam. Aku selalu berharap Tuhan akan berbaik hati
memberikan masa depan seperti apa yang aku bayangkan.
Hampir berlembar – lembar kugambarkan kisah yang ingin
aku alami. Hingga terlelap dan kisah yang aku inginkan ikut
terbawa sampai mimpi.
--------
Sore itu, aku masih sangat belia. Menciprat – cipratkan
air pantai kepada Bayu dan Kirana. Mereka adalah ke dua
adik ku yang saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar

1
bersama anak – anak nelayan dengan kondisi perekonomian
menengah kebawah. Bayu duduk di bangku kelas 3
sedangkan Kirana di kelas 5.
Bayu : “Jangan kau cipratkan air dan pasir bersamaan ke
wajah ku kakak” teriak Bayu kepadaku saat aku tak sengaja
mencipratinya air berpasir yang membuat kotor wajahnya.
Aku hanya tertawa dengan menerima balasan yang sama
darinya. Begitupun dengan Kirana semakin membabi buta
mencipratkan air kepadaku dan Bayu. Kami tertawa lepas
ditambah dengan indahnya gemulai ombak pantai dan
riuhnya burung camar.
Kami bahagia. Namun terkadang ditengah kebahagiaan
semu itu aku kerap bersedih dalam hati. Bagaimana nasib
adik – adikku nanti jika aku memaksakan keinginanku untuk
melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Sedangkan untuk
makan saja ayahku harus pulang petang mencari ikan dan
pergi ke tengkulak serta memastikan bahwa ikan
tangkapannya terjual semua. Ibuku adalah seorang ibu
rumah tangga yang tidak sempat berfikir bagaimana nasib

2
adik – adikku nanti jika aku memaksakan keinginanku untuk
melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Sedangkan untuk
makan saja ayahku harus pulang petang mencari ikan dan
pergi ke tengkulak serta memastikan bahwa ikan
tangkapannya terjual semua. Ibuku adalah seorang ibu
rumah tangga yang tidak sempat berfikir bagaimana nasib
pendidikan anak – anaknya karena sudah disibukkan dengan
pikiran bagaimana kami sekeluarga bisa makan setiap
harinya. Kami hidup di Jepara, sebuah surga pantai dengan
jumlah yang paling banyak di Pulau Jawa. Namun nyatanya
hidup kami tak seindah pantai – pantai itu. Adanya
manipulasi harga oleh para tengkulak dan pengepul
menjadikan ikan yang dijual oleh para nelayan tidak ada
harganya. Salah satunya adalah saudagar kaya bernama Pak
Kirno. Ia selalu memberikan harga yang sangat murah
kepada para nelayan yang menjual ikan di tempatnya. Yaitu
berkisar antara lima belas hingga dua puluh ribu per kilo.
Yang nantinya akan dijual kembali dengan harga dua kali
lipat lebih mahal yaitu berkisar antara harga tiga puluh

3
hingga empat puluh ribu per kilo.
Belum sempat aku terhanyut di dalam lamunanku,
terdengar suara ibu memanggil kami. “Sudah mau adzan ayo
pulang”.Bergegas kami menyudahi momen ciprat –
menciprati dan berlari menuju ibu untuk pulang.
Bayu dan Kirana berlomba lari menuju rumah dengan
bertaruh tempe yang sudah digoreng ibu. Siapa yang menang
akan mendapat tempe dari yang kalah. “Aku akan makan
dua tempe sore ini” teriak Kirana dengan kencang dan
berlari menuju rumah. Bayu yang tidak rela jika tempenya
akan berpindah pemilik dan jatuh ke piring Kirana. Ia berlari
kencang menyusul Kirana meraih penghargaan tempe yang
didambakannya. Aku dan ibu saling berpandangan dan
tersenyum satu sama lain. “Ada – ada saja tingkah mereka”
kata ibu sambil tertawa. Kamipun sejenak diam. “Ibu aku
ingin kuliah” kataku memecah keheningan diantara kami
berdua. “Kamu ini ngomong apa ?” jawab ibu agak bingung
mendengarnya. “Setelah SMA Aku ingin melanjutkan
sekolah ke perguruan tinggi dan menjadi sarjana.

4
Aku mau menjadi seorang ahli perikanan supaya bisa
membantu bapak menangkap ikan dengan alat besar”
jawabku polos. “Haduh nduk, jangan mengada – ngada.
Kamu tidak bisa seperti mereka” jawab ibu menegaskan.
“Kenapa ?” tanyaku ingin diyakinkan. “Ayah dan ibu
bekerja seribu tahaunpun tidak akan mampu
menyekolahkanmu hingga perguruan tinggi, jangankan
masuk perguruan tinggi. Lulus SMP saja ayah dan ibu sudah
hampir setengah mati mencari uangnya”. Aku terdiam.
“Aini, tanggungan ibu tidak hanya menyekolahkan kamu.
Tapi juga kedua adikmu. Jika ibu menyekolahkanmu masuk
SMA, tentu kedua adikmu harus keluar dari sekolah karena
ibu dan ayah tidak akan sanggup membayarnya”. Aku masih
belum bisa menjawab perkataan ibu. Aku hanya diam dan
tampaknya ibu tahu bahwa aku sedih mendengar
penjelasannya. “Sudahlah Aini, tidak perlu berpikir yang
jauh – jauh, yang penting perutmu terisi dan tidak kelaparan
seperti para pengemis di trotoar jalan sana” Bergegas ibu
menarik tanganku untuk berjalan lebih cepat

5
Aku mau menjadi seorang ahli perikanan supaya bisa
membantu bapak menangkap ikan dengan alat besar”
jawabku polos. “Haduh nduk, jangan mengada – ngada.
Kamu tidak bisa seperti mereka” jawab ibu menegaskan.
“Kenapa ?” tanyaku ingin diyakinkan. “Ayah dan ibu
bekerja seribu tahaunpun tidak akan mampu
menyekolahkanmu hingga perguruan tinggi, jangankan
masuk perguruan tinggi. Lulus SMP saja ayah dan ibu sudah
hampir setengah mati mencari uangnya”. Aku terdiam.
“Aini, tanggungan ibu tidak hanya menyekolahkan kamu.
Tapi juga kedua adikmu. Jika ibu menyekolahkanmu masuk
SMA, tentu kedua adikmu harus keluar dari sekolah karena
ibu dan ayah tidak akan sanggup membayarnya”. Aku masih
belum bisa menjawab perkataan ibu. Aku hanya diam dan
tampaknya ibu tahu bahwa aku sedih mendengar
penjelasannya. “Sudahlah Aini, tidak perlu berpikir yang
jauh – jauh, yang penting perutmu terisi dan tidak kelaparan
seperti para pengemis di trotoar jalan sana” Bergegas ibu
menarik tanganku untuk berjalan lebih cepat

6
menuju rumah. Aku sadar betul ibu hanya mengalihkan
pembicaraan dan enggan untuk diajak memikirkan hal – hal
yang berbau pendidikan untuk anak – anaknya.
---------------
Suara adzan magrib mulai terdengar, dan ayahku dengan
wajah cerianya pulang dengan membawa beberapa lembar
uang yang sekiranya cukup untuk membeli beras besok. Aku
hanya bisa tersenyum kecut karena memang masih
terpikirkan apa yang tadi sore ibu katakan. Kami makan
malam bersama dengan lauk – lauk yang memang tidak
pernah berubah dan itu – itu saja. Tempe, adalah makanan
khas dari keluarga kami. Nasi yang ditemani sayur kangkung
dan tempe goreng menjadi obat lapar bagi kami semua dari
hari ke hari. Karena kangkung dan tempe adalah makanan
yang murah dan terjangkau oleh kondisi perekonomian kami.
Bayu dan Kirana masih berebut tempe seperti yang mereka
sepakati tadi saat lomba lari. Ditengah kunyahannya, ayah
melihatku yang nampak murung. “Kamu kenapa cah ayu ?”
tanyanya sambil melihat kedua mataku. “kamu mau tempe
7
lagi ?, ini ambil punya ayah. lagipula ayah juga sudah
kenyang”. Sambungnya dengan santai, padahal aku sangat
yakin bahwasanya ayahku tidak pernah merasa kenyang,
karena nasi yang ia terima tidak sebanyak apa yang aku dan
kedua adik ku terima. “Tidak ayah, aku hanya sedang
memikirkan PR sekolah yang belum aku kerjakan” jawabku
berbohong karena tidak tega melihat wajah lelah ayahku
semakin bertambah lesu.
Makan bersama malam itu terasa sama sekali tidak
menyenangkan bagiku. Kepalaku terus memikirkan apakah
nasibku akan sama dengan anak – anak nelayan miskin
lainnya yang hanya bisa menempuh pendidikan hingga
bangku SMP. Lulus dan bersiap untuk dipinang oleh para
pemuda dari kampung lain adalah sebuah tradisi yang sudah
melekat di masyarakat Kalinyamatan. Maka tidak jarang
seorang gadis belia yang sudah bersuami dan menggendong
anak kesana kemari. Aku tidak ingin seperti mereka, aku
ingin menjadi seorang ahli perikanan untuk menghidupkan
perekonomian keluarga.
8
Tak banyak yang peduli dengan kondisi perekonomian
masyarakat Kalinyamatan. Sekalipun mereka peduli namun
tidak banyak yang bisa berbuat karena tidak memiliki
kekayaan, jabatan dan juga kekuasaan untuk melakukan
sebuah tindakan. Aku mengakhiri makan malam dengan
merebahkan diri diatas pembaringan. Tak seperti biasa, aku
yang sibuk dengan soal – soal matematika dan fisika
berganti dengan aku yang hanya melamun melihat bintang
melalui jendela di kamar sempitku. Aku menadahkan tangan
dan berdoa “ Tuhan beri jalan untuk ku”. Akupun terlelap
dengan mimpi – mimpi indahku menjadi seorang mahasiswa
tanpa ada kata tidak dan larangan untukku memimpikannya.
-------------=
Pagi itu aku masih berjalan gontai seperti semalam. Rasanya
tidak ada tulang di kedua kaki dan tanganku. Berkali – kali
aku menghela nafas selagi berjalan. Setibanya didepan
gerbang sekolah aku melihat Putri. Seorang anak saudagar
ikan kaya raya di kampungku. Ia diantar dengan sedan
mewah milik ayahnya.
9
Tak jarang ia menghabiskan puluhan ribu uang
sakunya untuk mentraktir teman – temannya di kantin.
“Andai aku seberuntung dia, memiliki orang tua yang kaya
raya. Pasti akan mudah baginya untuk melanjutkan
pendidikan setinggi mungkin dengan uang bapaknya”.
Akupun menyapa Putri “ Hai Putri “ iapun menyalami
ayahnya dan segera berjalan beriringan denganku. “Kamu
kenapa terlihat sedikit murung Aini ?” tanyanya kepadaku
penuh telisik. “ Aku hanya sedang memikirkan keinginanku
untuk kuliah” ia terdiam sejenak mendengar perkataanku
dan seketika ia tertawa. “kuliah ? kamu yakin mau kuliah ?
buat apa kuliah Aini, toh kamu nanti hanya akan memasak
didapur dan merawat anak dan suamimu. Kuliah hanya akan
membuang – buang waktu.” akupun kembali berfikir.
“Apakah memang aku ditakdirkan untuk menjadi sama
seperti mereka ?”Kulanjutkan langkah kakiku melihat
teman – teman perempuanku yang riang gembira bercerita
tentang siswa laki – laki yang mereka suka. “Sangat
membosankan” batinku.
10
Aku menghabiskan waktu pelajaranku dengan mengerjakan
latihan soal – soal matematika yang sudah diberikan Bu
Dami, guru matematika sekolahku. Banyak hal yang akun
suka soal hitung – menghitung yang tak jarang kesukaanku
terhadap hal tersebut mengantarkanku menjadi juara kelas
selama hampir 6 semester penuh di bangku SMA.
Dengan segala bentuk dorongan yang kuat untuk tidak
melanjutkan pendidikanku di bangku perkuliahan
membuatku menjadi goyah. Aku tidak siap melihat tangis
ayah ibuku karena harus berdarah – darah mencarikan biaya
untuk ku kuliah. Aku tidak ingin menjadi anak durhaka
membiarkan ayah ibunya tertatih lemah tak berdaya hanya
karena menuruti egonya semata. Dan mungkin memang
benar, Tuhan menciptakanku menjadi perempuan layaknya
para perempuan di desaku.

11
“Beberapa orang memimpikan kesuksesannya, sementara
yang lainnya bangun setiap pagi untuk mewujudkan
mimpinya.”

- Wayne Huizenga

12
MENGUMPULKAN TEKAD

Banyak kecemasan dan kebimbangan Aini atas niatnya


mencapai cita - citanya menjadi sarjana. Berhari - hari
hidupnya dijalani tanpa gairah. Kesedihan tidak kunjung
berubah senang. Orangtua yang sama sekali tidak
mendukungnya dianggap sebagai perusak mental bagi nya.
Harapan yang sudah disusun menggunung selama bertahun -
tahun seketika setelah orangtuanya menyatakan
ketidaksanggupannya menyekolahkan Aini ke perguruan
tinggi. Aini hanya terus belajar dengan rajin tanpa adanya
sebuah angan - angan yang akan di capai. Ia hanya ingin
segera mengakiri semuanya dan berhenti berjuang setelah
lulus.
Ternyata kecemasan - kecemasan Aini sangat
mempengaruhi nilai - nilainya di sekolah. Nilainya menjadi
turun karena Aini tidak fokus dengan materi pelajaran yang
diterimanya melainkan pikirannya kalut dalam kesedihan
dan runtuhnya harapan - harapannya. Hal ini membuat Bu
Nur sebagai wali kelasnya mencoba untuk mendekati Aini

13
“ Apakah kamu sedang baik - baik saja Aini ?” Tanya Bu
Nur di ruang guru kepada Aini.

“ Saya baik - baik saja Bu Nur “ Jawab Aini dengan


tersenyum untuk menutupi kesedihannya.

“ Jujur saja anak ku, jika memang kamu sedang menemui


kesulitan Ibu akan membantumu menemukan solusinya”
Kata Bu Nur penuh perhatian.

Aini mencoba menahan air matanya yang hampir saja


tumpah. Dengan sekuat tenaga ia menggenggam tangannya
agar air matanya tidak jatuh. Dengan sabar Bu Nur terus
mecoba mengulik masalah Aini dengan hati - hati. Ia tidak
mau anak didiknya merasakan berjuang sendirian. Ia akan
membantunya.

“ Kamu tidak takut masalahmu semakin melebar jika tidak


segera diselesaikan ? Saat kamu bercerita, Ibu akan tahu

14
permasalahan yang kamu hadapi anak ku dan Ibu tidak akan
membiarkan kamu berjuang sendirian ” Bujuk Bu Nur
dengan sabar.

Rutuhlah pertahanan Aini. Dengan berkaca - kaca ia


berceita.

“ Saya gagal mewujudkan cita - cita saya Bu “ Katanya


sambil menatap ke bawah menutupi matanya yang basah
karena air mata.

“ Apa yang membuatmu berkata begitu anak ku “ Kata Bu


Nur dengan merasa penasaran.
“ Kedua orangtua saya tidak menghendaki saya untuk
melanjutkan kuliah saat saya sudah lulus nanti “ Katanya
sambil sesenggukan.

“ Ekonomi keluarga saya sulit, adik - adik saya masih kecil


dan harus melanjutkan sekolahnya. Jika saya memaksa

15
orangtua saya untuk menguliahkan saya lalu bagaimana
nasib sekolah adik - adik saya” Tambahnya.

“ Tidak perlu cemas cah ayu, kamu pintar. Akan sangat


banyak sekali untukmu mendapat beasiswa untuk
melanjutkan kuliah. Ibu akan membantumu mendapatkan
beasiswa itu. Ibu jamin kecerdasan dan niat besarmu untuk
melanjutkan kuliah akan terpenuhi jika kamu benar - benar
berusaha keras untuk meraihnya”. Kata Bu Nur sambil
menguatkan bahu Aini yang lemas.

Seketika Aini dengan penuh harap melihat kedua mata Bu


Nur. Ia merasakan kembalinya setiap harapan - harapannya
yang beberapa hari belakangan telah hilang. Ia seketika
tersenyum. Dengan hampir tidak percaya ia berusaha
mendapat keyakinan dari Bu Nur.

“ Benar Bu ?” Tanyanya dengan senyuman kecil.

16
Bu Nur mengangguk dan tersenyum.

Seketika senyum lebar mengembang di bibir Aini. Ia kembali


merasakan getaran semangat dalam dirinya kembali
berkumpul. Otaknya kembali segar.

“ Apapun yang kamu lakukan, jangan lupakan doamu kepada


Tuhan. Apapun situasimu Tuhan pasti akan membantu” kata
terakhir Bu Nur siang itu sekaligus menutup perbincangan
intens dengan Aini.

Dengan riang Aini berlari - lari kecil sambil tertawa dan


menyanyikan mars mahasiwa yang ia hafal dari radio yang
sering di setel Pak Budi tetangganya. Ia benar - benar akan
segera mewujudkan cita - citanya.
--------
Pagi itu Aini kembali tersenyum dengan menenteng berkas
yang di minta Bu Nur untuk mendaftar beasiswa. Ia terus
merapalkan doa dalam hatinya apa yang telah diupayakan

17
akan mendapatkan hasil sesuai dengan yang ia harapkan.
Dengan sabar, Bu Nur memasukkan data - data Aini
kedalam sistem yang serba digital itu.

“ Kamu banyak - banyak berdoa ya Ni” Perintah Bu Nur


kepada Aini pagi itu.

Aini hanya mengangguk tanda ia akan melakukan perintah


Bu Nur.

Aini memasuki Masjid sekolah untuk bermunajab kepada


Tuhan atas keinginan -keinginannya. Semakin hari semakin
cerah saja hari - hari Aini. Ia terus mengucap syukur kepada
Tuhan atas setiap bantuan yang diberikan melalui banyak
pihak. Salah satunya Bu Nur.

Ia bergegas menuju kelasnya untuk melanjutkan belajarnya


setelah beberapa kali sempat terhambat.
18
Ia menjadi sangat aktif di kelas bahkan jauh lebih aktif
daripada sebelum - sebelumnya. Aini sedang berada di fase
terbaiknya.

“ Akan kubuktikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan


yang sama untuk menjadi orang hebat “. Gumamnya dalam
hati memantapkan setiap langkahnya.

19
“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia,
karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia.” –
Nelson Mandela

- Nelson Mandela

20
DIAMBILNYA TULANG PUNGUNG KELUARGA

Hari itu menjadi hari spesial bagi Aini, ia menjadi juara satu
dalam ujian nasional di sekolahnya. Ia lulus ujian dengan
nilai yang sangat memuaskan. Nilainya hampir sempurna. Ia
sangat bangga dengan perjuangannya.

“ Selamat ya Aini” kata Bu Nur saat setelah Aini selesai


menerima penghargaan dari kepala sekolah.

“ Mari tuntaskan cita - citamu “ lanjut Bu Nur sambil


memeluk Aini dengan rasa bangga dan mata yang berkaca -
kaca.

Bu Nur langsung mengajak Aini ke dalam ruang BK.

“ Ayo ikut Ibu !” Tarik Bu Nur.

Aini dengan wajah penarasan segera mengikuti Bu Nur.


Guru baik itu menunjukkan sebuah kertas dengan nama Aini
21
yang ada didalamnya.

Seketika Aini berteriak kegirangan. Ia dinyatakan lolos


beasiswa masuk perguruan tinggi negeri ternama di kota
besar. Sesuai dengan keinginannya, ia di terima di jurusan
perikanan tangkap Fakultas Kelautan dan Perikanan.

Ia dengan penuh semangat berjalan pulang untuk


menyampaikannya kepada orangtuanya. Dengan membawa
kertas pengumumana beasiswa tersebut, Aini bergegas
untuk pulang. Setiap langkahnya semakin ringan karena
semangatnya yang semakin membara. Ia hampir menangis
karena pengumuman tersebut.

Saat Aini tiba di rumah terlihat banyak orang di rumah Aini


dan terlihat pula bendera kuning yang tertancap di pohon
pisang samping rurmah Aini. Gadis tersebut terheran -
heran mengapa rumahnya sangat ramai. Kedatangannya
menjadi perhatian banyak orang yang dengan jelas

22
menatapnya iba.

“Sing sabar cah ayu” (Yang sabar ya anak cantik). Kata


tetangga Aini penuh prihatin.

Ia memasuki rumah melihat seseorang terbaring kaku di


sebuah dipan terbungkus kain kafan. Ibunya menahan tangis
dan menenangkan anak - anaknya yang tersedu - sedu tidak
bisa menahan tangis.

“ Sabar nak, ayah udah dipanggil Tuhan” Kata Ibu Aini


menahan tangis.

Kakinya lemas melihat penyemangat hidupnya pergi


meninggalkannya untuk selama - lamanya. Seketika asanya
hilang karena harus menggantikan peran ayahnya
menyekolahkan adik - adiknya. Pandangannya kabur, Aini
pingsan tak sadarkan diri.

23
"Semua impian kita dapat menjadi kenyataan jika kita
memiliki keberanian untuk mengejarnya."

- WALT DISNEY

24
HARUS MENAHAN

Aini merupakan anak yang terlahir dari keluarga yang


sederhana tetapi setelah bapaknya meninggal keuangan
keluarga aini mengalami permasalahan. Aini merupakan
anak yang memiliki tanggung jawab yang besar setelah
bapaknya meninggal ia harus menjadi tulang punggung
keluarganya. Dalam kesehariannya aini merupakan anak
yang rajin selain ia mencari nafkah untuk membiayai ibu dan
kedua adiknya, dia juga memiliki cita-cita yang sangat luar
biasa yaitu bisa melanjutkan Pendidikan ke S1.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya aini harus bekerja
dan dengan berat hati aini harus cuti dikarenakan pekerjaan
yang dia dapatkan akan mengnggu proses perkuliahannya
dengan adanya halangan tersebut aini menahan niatnya
untuk segera lulus dan memperoleh sarjana. Ia memperoleh
pekerjaan di sebuah bank swasta di kota jepara, namun
sebelum aini bekerja disana dia telah mencoba berbagai
pekerjaan seperti pernah menjadi penjual sayuran, penjual
buah-buahan bahkan ia pernah menjadi tukang sapu jalan
25
sebelum ia diterima di bank tersebut. Walaupun aini hidup
dari keluarga sederhana yang serba kekurangan, tapi aini
merupakan anak yang sangat baik. Pada suatu hari ketika ia
masih menjadi tukang sapu jalan, aini menemukan dompet
yang tergeletak di tepi jalan. Ketika aini membuka dompet
tersebut aini melihat banyak sekali uang, jika aini
mengambil uang tersebut maka iya tidak perlu lagi bekerja
sebagai tukang sapu yang harus berpanas-panasan di jalan
setiap hari. Namun aini tidak mau mengambil uang tersebut.
Aini lalu melihat kartu pengenal yang ada di dompet itu.
Dompet tersebut dimiliki oleh seorang pemilik bank swasta
yang ada di jepara yang Bernama Andi. Ketika aini melihat
alamatnya ia tau bahwa alamat tersebut tidak jauh dari
tempat ia berada sekarang. Dengan ketulusan hati ia ingin
mengembalikan dompet tersebut, lalu ia membawa dompet
tersebut ke alamat yang ada di dompet itu. Sesampainya
aini di alamat tersebut, ternyata alamat tersebut merupakan
sebuah bank swasta yang sedang mencari pegawai
dikarenakan bank tersebut baru membuka cabang baru
26
dan membutuhkan banyak pegawai. Setelah aini bertemu
dengan pemilik dompet itu (Andi) aini langsung
menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan dompet
tersebut. Setelah mendengar cerita dari aini, andi merasa
senang dikarenakan masih ada orang baik yang bisa
membantunya. Sebagai ucapan terima kasih andi
memberikan aini uang, namun aini tidak mau menerimanya
dikarenakan ia iklas untuk mengembalikan dompet itu.
Karena mendengar hal tersebut andi berinisiatif
menawarkan aini untuk bekerja di bank yang ia miliki.
Mendengar hal tersebut aini bersemangat untuk menerima
tawaran tersebut. Dan keesokan harinya aini sudah bekerja
sebagai pawagai di bank swasta tersebut.

27
"Tindakan adalah kunci dasar untuk kesuksesan."

- Pablo Picasso

28
KEMBALI MERAJUT ASA

Tidak terasa hampir satu tahun Aini bekerja di sebuah bank


swasta, banyak halangan, banyak rintangan yang ia hadapi
sampai detik ini ia sudah mendapat jabatan dengan gaji yang
cukup tinggi. Kehidupan aini dan keluarganya sudah mulai
membaik. Dengan gaji yang aini dapatkan dia bisa
membiayai kedua adiknya untuk bersekolah dan memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya. Ibu aini yang dulunya tidak
bekerja sekarang membuka usaha warung makan yang
memiliki omset yang lumayan tinggi. Setiap aini menerima
gaji ia menyisihkan beberapa uangnya untuk di tabung yang
digunakan untuk melanjutkan pendidikannya. Dikarenakan
dengan semua hal tersebut perekonomian keluarga aini
berangsur-angsur membaik. Ketika aini telah berada di titik
ini ia masih mengingat cita-cita yang iya dambakan dari dulu
yaitu memperoleh gelar S1.
Tanpa berfikir Panjang aini ingin melajutkan pendidikannya
tersebut. Namun karena saat ini posisi aini sedang bekerja
maka ia menanyakan kepada Andi tentang hal tersebut.
29
Andi menyetujui hal tersebut dan memberikan dukungan
moral untuk semangat mengejar Pendidikan.Kebetulan pada
hari ini hari senin dan aini menghubungi pihak kampus untuk
menanyakan bagaimana prosedur untuk melajutkan
kuliahnya. Setelah pihak kampus memberikan penjelasan
aini dengan semangat menyiapkan segala keperluan yang di
perlukan. Setelah iani melengkapi segala keperluan untuk
perkuliahannya ia datang ke kampus. Ia sangat bersemangat
untuk datang ke kampus dikarenakan sudah satu tahun
lebih ia tidak pernah ke sana. Karena ia tau untuk
mendapatkan uang untuk melanjutkan pendidikannya tidak
mudah maka aini tidak menyiayiakan kesempatan yang ia
dapatkan itu. Ia sangat semangat untuk belajar dan
mengikuti perkuliahaan. Karena atas semangat dan
kegigihan aini, ia sering di ikut sertakan dalam barbagai
perlombaan untuk mewakili universitasnya baik lomba
bertaraf regional hingga internasional. Banyak ilmu dan
pengalaman yang aini dapat dari mengikuti lomba-lomba
tersebut.
30
Andi menyetujui hal tersebut dan memberikan dukungan
moral untuk semangat mengejar Pendidikan.Kebetulan pada
hari ini hari senin dan aini menghubungi pihak kampus untuk
menanyakan bagaimana prosedur untuk melajutkan
kuliahnya. Setelah pihak kampus memberikan penjelasan
aini dengan semangat menyiapkan segala keperluan yang di
perlukan. Setelah iani melengkapi segala keperluan untuk
perkuliahannya ia datang ke kampus. Ia sangat bersemangat
untuk datang ke kampus dikarenakan sudah satu tahun
lebih ia tidak pernah ke sana. Karena ia tau untuk
mendapatkan uang untuk melanjutkan pendidikannya tidak
mudah maka aini tidak menyiayiakan kesempatan yang ia
dapatkan itu. Ia sangat semangat untuk belajar dan
mengikuti perkuliahaan. Karena atas semangat dan
kegigihan aini, ia sering di ikut sertakan dalam barbagai
perlombaan untuk mewakili universitasnya baik lomba
bertaraf regional hingga internasional. Banyak ilmu dan
pengalaman yang aini dapat dari mengikuti lomba-lomba
tersebut. Dan dibarengi dengan kepintarannya aini membuat
ia sangat terkenal di kampus.
31
"Sukses tidak datang dari kapasitas fisik. Tapi datang dari
kemauan yang gigih."

Mahatma Ghandi

32
Rencana Tuhan yang Tidak Terduga

Selain anak yang rajin aini merupakan salah satu anak yang
pintar, hal tersebut dibuktikan dengan ia sering mengikuti
berbagai lomba untuk mewakili universitasnya. Pada suatu
hari aini ditunjuk untuk mengikuti lomba essay tingkat
nasional yang di selenggarakan di salah satu universitas di
kota Jakarta. Tanpa berfikir Panjang aini langsung
menerima tawaran tersebut, ia berfikir dengan mengikuti
lomba tersebut selain ia mendapatkan ilmu, aini juga
mandapatkan pengalaman yang berharga dan bisa jalan-
jalan ke kota Jakarta tanpa biaya sedikitpun, karena segala
keperluannya sudah di tanggung oleh pihak universitas. Dua
minggu berlalu tiba saatnya aini berangkat ke kota Jakarta
untuk mengikuti lomba tersebut. Dalam perjalanan aini
banyak mendapatkan pelajaran kehidupan dengan bertemu
orang-orang baru yang ia temui di sepanjang perjalanan.
Mulai dari bertemu dengan orang-orang yang memiliki
kekurangan ekonomi. Ketika aini melihat orang-orang
tersebut, aini teringat dengan kehidupannya terdahulu yang
serba kekurangan.
33
Aini juga sempat bertegur sapa dengan seorang penyapu
jalan. Dalam dialog tersebut ada haru yang terjadi
dikarenakan aini mengingat kehidupannya di masa lalu. Aini
juga memberikan semangat kepada orang tersebut, aini
berpesan untuk tidak boleh menyerah dalam menjalani
hidup. Tidak terasa aini telah sampai di kota Jakarta, itu
merupakan kesempatan pertamanya dapat menginjakkan
kaki di kota metropolitan Jakarta. Aini sangat Bahagia dan
semangat untuk mengikuti lomba essay tersebut. Semangat
dan kerja keras aini berbuah manis, ia dapat mendapat juara
pertama dalam perlombaan tersebut. Dengan prestasi yang
ia dapatkan aini menjadi mahasiswi yang sangat terkenal di
kalangan dosen, banyak dari mereka memberikan tawaran
untuk memperoleh beasiswa, oleh sebab itu aini
melanjutkan pendidikannya tanpa mengeluarkan uang
sedikitpun. Walaupun dalam memperoleh pendidikannya
aini tidak mengeluarkan uang, ia tidak berhenti bekerja di
bank swasta tersebut, oleh sebab itu dalam kesehariannya
aini harus membagi waktu untuk bekerja dan kuliah.

34
Dalam dunia perkuliahan pasti banyak rintangan dan
halangan yang di hadapi Tetapi dia tidak lalai dan dapat
menyelesaikan semunya dengan waktu yang di berikan.
Ketika aini sudah berada di penghujung ujian skripsi ia
melakukan ujian dengan semaksimal mungkin dan dapat
dilihat dari hasil yang ia peroleh bisa wisuda dengan gelar
cumclaude. Dikarenakan atas prestasi-prestasi yang ia
dapatkan aini mendapat kesempatan untuk melanjutkan
memperoleh gelar S2 nya di jepang.

35
"Ubah hidupmu hari ini. Jangan bertaruh pada masa depan,
bertindaklah sekarang tanpa menunda."
- Simone de Beauvoir

36
Novel ini menceritakan kisah perjuangan seorang anak gadis
dari keluarga nelayan sederhana di Jepara dalam
mewujudkan cita - citanya menjadi seorang sarjana
perikanan untuk memajukan masyarakat Jepara yang
mayoritas adalah nelayan. Harus merasakan kesedihannya
yang tidak hanya karena ekonomi keluarganya saja yang
serba pas - pasan, melainkan juga diambilnya tulang
punggung keluarga yaitu sang ayah tercinta.
Perjuangannya dalam memperoleh beasiswa untuk masuk
perguruan tinggi hancur karena salah satu penyokong
hidupnya sudah meninggalkan dirinya untuk selama -
lamanya. Ia harus mengubur keinginannya dan harus
menggantikan tugas ayahnya untuk memperjuangkan
pendidikan anak - anaknya. Ia tidak lagi bertekad untuk
mewujudkan cita - citanya. Namun Tuhan tidak membiarkan
umatnya larut dalam kesedihan. Ia diberikan banyak sekali
kemudahan dibalik setiap kesedihan yang dilaluinya. Simak
cerita Aini mewujudkan cita - citanya di dalam buku ini.
Happy Reading :)

Anda mungkin juga menyukai