Oleh :
Tutor :
dr. Ety Sari Handayani, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
LATAR BELAKANG
2
Kisah Keluarga Miskin
Oleh: Joy Johari
Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah
kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak
laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggallah ibu dan anak laki-lakinya
untuk saling menopang.
3
Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berpikir dan
merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk ke dalam
kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil segenggam beras dari kantong
tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: “Masih
dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia
belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras apapun
yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur
bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras di rumah kami
semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan
berkata : “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-
macam jenis beras?” Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya
tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas
kembali marah besar dengan kata-kata kasar : “Kamu sebagai Mama kenapa
begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang
saja berasmu itu !”.
4
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas
tersebut dan berkata: “Maafkan saya Bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari
mengemis”. Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa
berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk di atas lantai, menggulung
celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita
rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk
bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah
untuk membantuku bekerja di sawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya
bersekolah lagi.”
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada di kampung
sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat
pergi ke kampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan
kembali ke kampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang
terkumpul diserahkan ke sekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun
mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: “Bu
sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan
sumbangan untuk keluarga ibu.” Sang ibu buru- buru menolak dan berkata:
“Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka
itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya.
Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa
menjaga rahasia ini.”
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam-
diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut
selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk
ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.
5
Di hari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari
anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak
murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang.
Yang lebih aneh lagi di sana masih terdapat tiga kantong beras.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke belakang dan
melihat gurunya menuntun mamanya berjalan ke atas mimbar. Sang ibu dan sang
anak pun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada
anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan
berkata: “Oh Mamaku……
Sumber:http://petir-fenomenal.blogspot.co.id/2013/08/kisah-keluarga-miskin.html
6
7
TINJAUAN PUSTAKA DAN DISKUSI
8
Terkait dengan definisi miskin, dalam riwayat Abu Hurairah ra., Nabi saw,
bersabda yang artinya; “Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu
Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, ia
berkata; Telah menceritakan kepadaku Syarik bin Abu Namir bahwa Atha
bin Yasar dan Abdurrahman bin Abu ‘Amrah Al-Anshari keduanya berkata;
Kami mendengar Abu Hurairah r. a berkata; Nabi saw. bersabda: “Orang
yang miskin bukanlah orang yang merasa telah cukup dengan satu atau dua
buah kurma, atau sesuap atau dua suap makanan. Tetapi orang miskin
adalah orang yang tidak meminta-minta dan menunjukan kemiskinannya
kepada orang lain. Jika kalian mau, bacalah firman Allah: “Mereka tidak
meminta-minta kepada orang lain.” (H. R. Al-Bukhari).
Masih melalui jalur riwayat yang sama seperti hadis sebelumnya; dari Abu
Hurairah; Dan Rasulullah saw. bersabda: “Bukanlah orang yang miskin itu
orang yang selalu keliling kepada manusia, ia tertolak untuk mendapat satu
atau dua suap, satu kurma atau dua kurma, tetapi yang disebut orang
9
miskin adalah orang yang tidak mendapat sesuatu yang mencukupinya, ia
malu untuk meminta-minta kepada manusia, dan tidak ada orang yang tahu
sehingga bisa bersedekah kepadanya”.3
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, miskin diartikan
sebagai tidak berharta benda; serba kekurangan (berpenghasilan sangat
rendah).
Diskusi: Sesuai dengan artikel diatas, ibu dari anak tersebut dikatakan
miskin apabila dikaitkan dengan tinjauan pustaka yang telah dituliskan
diatas. Hal ini dikarenakan ibu ini serba kekurangan harta
b. Miskin itu tidak ada ?
10
Diskusi: Setelah menemukan referensi yang semakin banyak, maka Ibu
tersebut merupakan ibu yang tergolong orang-orang yang cukup. Karena di
dalam Al Quran dan berbagai referensi selain Al Quran, semuanya
menyebutkan sama, yakni arti miskin itu berarti kekurangan. Dan ibu tersebut
kekurangan namun masih merasa cukup dengan apa yang ia miliki.
Saat ini setelah Undang Undang Dasar 1945 telah diamandemen maka
pada amandemen keempat yang disahkan di Jakarta tanggal 10 Agustus 2002,
maka Bab XIII-nya diubah berjudul Pendidikan dan Kebudayaan dan terdiri
dari 2 (dua) pasal yaitu Pasal 31 tentang pendidikan dan pasal 32 tentang
kebudayaan, sebelum diamandemen pengaturan pendidikan juga terdapat di
Bab XIII dengan judul Pendidikan yang juga memuat 2 (dua) pasal antara lain
Pasal 31 tentang pendidikan dan pasal 32 tentang kebudayaan.
11
Diskusi: Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia di Indonesia
maupun di kancah internasional. Di Indonesia, hak mengenyam pendidikan
sudah diatur di dalam Undang Undang Dasar maupun Peraturan Perundang-
undangan. Sehingga, tidak boleh ada lagi yang menghambat setiap warga
negara Indonesia untuk merasakan bangku pendidikan. Selain itu, pemerintah
di dalam peraturan perundang-undangan telah disebutkan akan menjamin
pembiayaan setiap warga negara yang ingin merasakan bangku pendidikan.
Sehingga, tidak semestinya, setiap warga itu takut akan mahalnya biaya
dikarenakan sudah dijamin oleh pemerintah pusat dan daerah.
12
“Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
SAW kemudian ia bertanya kepada beliau, Siapakah yang berhak aku pergauli
dengan baik? Rasulullah SAW menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi, kemudian
siapakah? Rasulullah menjawab: Ibumu. Kemudian dia bertanya, kemudian
siapa lagi? Rasulullah menjawab: Ibumu. Kemudian dia bertanya, siapa lagi?
Rasulullah menjawab: ”Ayahmu.” (HR Bukhari)
Selain itu, terdapat hadist Rasulullah S.A.W yang menunjukkan dosa besar dan
mengharamkan atas perbuatan Durhaka Kepada Ibu, dll.
“Dari Mugirah ibn Syu`bah dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah
mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, terlalu kikir, mengubur anak
wanita hidup-hidup, membenci banyak bicara (menyebarkan gosip), banyak
bertanya, menghambur-hamburkan uang”. (HR. Bukhari)
Diskusi: Ibu adalah manusia yang diistimewakan di dalam Al Quran
karena perjuangannya untuk mendidik dan membesarkan putra putrinya. Allah
juga melarang untuk kita durhaka kepadanya dan di dalam HR Bukhari
disebutkan golongan orang tersebut akan mendapatkan dosa yang besar.
Sehingga, bukan seharusnya anak itu membangkang atau tidak menuruti apa
yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya terutama Ibu.
4. Kewajiban Birul Walidain
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassallam (artinya) : "Al Birr adalah baiknya akhlaq".
"Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang
mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah,
dan Al ‘Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya."
Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya:
"Termasuk ‘Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/
menentang keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang
mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi
apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau
keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu
bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan
13
perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian pula apabila apa yang
mereka perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/ disunnahkan)”.
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada
kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang
ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul
Walidain adalah fardhu (wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau
dalam kitab Al Adabul Kubra: Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain
adalah wajib pada selain perkara yang haram."
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Sembahlah Allah dan
jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua Ibu Bapak". (An Nisa’ : 36). Dalam ayat ini (berbuat
baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan
kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan
meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya
perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini.
Diskusi: Kedua orang tua sudah seharusnya di hormati. Cara menghormati
kedua orang tua adalah dengan cara melakukan apa yang diperintahkan (selagi
tidak melanggar syariat islam) dan tidak melakukan apa yang dilarang atau
yang sering disebut dengan istilah Birul Walidain. Hukum birul walidain
adalah Wajib bagi setiap ummat Rasulullah yang masih maupun yang sudah
tidak memiliki kedua orangtua.
5. Teruslah bersyukur walau kekurangan !
Syukur dan nikmat berasal dari bahasa Arab. Kata syukur berterima kasih,
sedangkan kata nikmat artinya Pemberian, Anugrah, Enak, Lezat. Mensyukuri
nikmat Allah SWT, maksudnya berterima kasih kepada-Nya dengan cara
mengingat atau menyebut nikmat dan mengagungkan-Nya.
14
Artinya: Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan-Mu memaklumkan :
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu ingkar maka sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)
15
REFLEKSI DIRI
16
Suatu kemiskinan sudah menjadi problematika dikehidupan kita pada
umumnya. Mayoritas masyarakat di sekitar kita masih berada dibawah garis
kehidupan yang layak. Tetapi, di dalam Islam telah disebutkan, Islam tidak
mengakui adanya kemiskinan, namun orang-orang yang cukup. Dengan kita
cukup, kita tidak merasa miskin (kekurangan). Tapi, kita tidak boleh merasa puas
saja dengan kata cukup. Apabila kita puas dengan kata cukup, maka usaha yang
kita lakukan setiap harinya tidak akan maksimal. Untuk itu, teruslah bekerja keras
walaupun sudah merasa cukup. Di kehidupan ini, mayoritas masyarakat kita
berada dibawah garis standar kehidupan (miskin). Banyaknya kasus anak putus
sekolah di Indonesia. Selain garis kemiskinan, orang tua yang selalu merasa takut
semakin miskin karena menyekolahkan anaknya menjadi faktor penyebab banyak
anak yang enggan bersekolah dan memilih membantu orang tua nya bekerja.
Mengeluh itu boleh, asalkan di tempat yang benar. Kita sebaiknya
mengeluh dihadapan Allah terlebih dahulu. Kita ceritakan kepada Allah apa yang
sedang terjadi dan apa saja yang menjadi kekurangan kita. Tidak pantas seorang
muslim mengeluhkan diri kepada sesama manusia. Karena, Dzat yang dapat
menolong hanyalah Allah S.W.T. Manusia hanyalah perantara dari Allah S.W.T
ketika kita kesusahan. Lalu, sudahkah kita mengeluh di tempat yang benar ? Di
kehidupan saat ini, banyaknya orang yang tidak puas akan jawaban atas curhat
dengan manusia mengakibatkan tingginya angka kematian disebabkan karena
keputus-asaan. Padahal sudah jelas di Al Quran, Allah S.W.T adalah tempat
bernaung hamba-Nya ketika sedih dan senang, maka Allah S.W.T akan
memberikan ketenangan. Jika masyarakat mengaplikasikan ayat tersebut di
kehidupannya. Maka, angka keputus-asaan atau depresi juga akan menurun.
Sehingga timbullah rasa syukur kepada Allah S.W.T
Bersyukur, haruslah mengiringi kita tiap harinya dalam beraktivitas.
Bersyukur merupakan dzikrullah atau cara mengingat Allah S.W.T atas segala
karunia, rezeki, dan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada kita. Apakah
dengan bersyukur kita dapat menjadi kaya ? Tentu Ya, karena dengan bersyukur,
Allah S.W.T akan terus dan terus menerus menambahkan rezeki kita.
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-`Asqalāni., Ahmad ibn `Ali ibn Hajar. 2002. Fath al-Bāri. Kairo: al-Maktabah
as-Salafiah. Juz X, No. 5971
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Zakariya., Ahmad bin Faris. 2003. Mu'jam Maqayis al-Lughah. Juz I, III, IV, V,
T.p: Beirut: Dar al-Fikr
18