Anda di halaman 1dari 2

Aku lahir di Simpati 26 Oktober 2006, namun saat ini aku tinggal di asrama sekolahku di

Lubuk Sikaping dan menjadi salah satu siswa di kelas XII, SMA Negeri 3 Sumatera Barat Jurusan
IPA.Aku memiliki hobi-hobi yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan dan juga berolahraga,
terutama olahraga jogging. Bagiku tumbuhan dan kesehatan adalah dua hal penting yang
berkaitan antara satu dengan lainnya.
Semasa kecil disaat aku berumur 6 tahun memiliki tempat tinggal di dekat sungai
bahkan sampai saat ini, setiap musim hujan di belakang rumahku air sungai mengalami luapan
syukur alhamdulillah tidak mengenai perumahan warga setempat. Namun pada tahun 2012 air
sungai meluap dan menghantam permukiman warga karena curah hujan yang begitu lebat.
”Ayoklah bersiap-siap ke rumah nenek, bawa sebagian baju buat persiapan beberapa hari
kedepan nak” kata ibu.
Aku bersama keluargaku kemudian mengungsi ke tempat pengungsian sementara
sampai kondisi membaik. Keesokan harinya aku dan keluarga ku melihat bangunan yang rusak
karena diterjang banjir yang bercampur tanah serta pepohonan yang hanyut dibawa arus.
Setelah beberapa hari bantuan-bantuan dari beberapa daerah hingga pusat mulai
berdatangan dan membangun posko sembako. Dan beberapa relawan memberikan edukasi
dan hiburan kepada masyarakat khususnya anak-anak. Beberapa hari kemudian sekolah mulai
dibuka kembali seperti biasanya.
Waktu pun begitu singkat hingga akhirnya aku sudah manginjak bangku MTs kelas 9
dimana kami yang sedang asyik bercengkrama ada juga yang belajar di hebohkan dengan
informasi libur 1 minggu disebabkan adanya virus yang menular dan mematikan dan asal usul
virus tersebut berasal dari negeri Cina. Semua siswa sangat senang dan gembira karena sekolah
diliburkan untuk jangka waktu yang cukup lama dibandingkan hari libur biasanya. Tak lama
kemudian data menunjukkan bahwa virus ini sudah menyebar hingga memakan korban dengan
jumlah kematian semakin hari semakin bertambah drastic.
Masyarakat diwajibkan mematuhi protocol kesehatan dengan menggunakan masker 3 lapis
dan harus mempunyai handsanitizer serta adanya program Stay At Home dimana warga
dilarang keluar rumah. Pembelajaran dilakukan secara dalam jejaring (daring)sehingga materi
yang diajarkan tidak dapat dipahami atau dicerna baik oleh siswa/siswi. Kementrian
Kebudayaan dan Pendidikan (Kemendikbud) memberikan bantuan berupa kuota gratis dengan
jumlah yang berrbeda-beda setiap tingkatan pendidikannya. Tidak terasa pendaftaran
memasuki jenjang selanjutnya pun(SMA) telah dibuka. Aku mulai pusing memilih tempat dan
peluang yang baik untuk melanjutkan pendidikanku. Aku mendapatkan info bahwasanya SMAN
1 Lubuk Sikaping sudah membuka pendaftaran namun ada salah satu syarat dimana aku mulai
khawatir atas kelulusanku diterima tau tidaknya disana karena menggunakan system zonasi.
Tetapi ada salah satu sekolah yaitu SMAN 3 Sumatera Barat yang tidak menggunakan sistem
zonasi dan akupun mencoba untuk mendaftarkan diri di sekolah tersebut. Alhasil akupun
diterima untuk menjadi salah satu siswa di SMAN 3 Sumatera Barat . Aku pun termasuk salah
satu siswa yang masih melakukan pembelajaran jarak jauh dengan kurun waktu kurang lebih 2
semester. Karena sekolah aku sistemnya Boarding School , jadi jadwal untuk masuk ke asrama
itu setelah 1,5 semester dilakukannya pembelajaran di rumah. Kondisi pandemi di daerah aku
mulai membaik untuk saat itu dan pemerintah pun membolehkan untuk mulai melakukan
pembelajaran tatap muka dengan adanya pembagian shift.
Jadwal masuk ke asrama pun sudah dibolehkan dan aku sangat senang sedikit sedih karena
harus tinggal di asrama yang katanya kehidupan disana diatur oleh pembina atau pihak
sekolahnya( terjadwalkan). Aku pun diantar oleh ibu dan ayah untuk memasuki asrama.
Sesampainya di asrama aku bertemu ustadzah pembinanya, kakak kelas serta teman- temanku
yang berasal dari berbagai daerah bahkan ada yang berasal dari luar provinsi.
Aku ditempatkan di kamar 5 dengan jumlah orang per kamarnya yaitu 8 orang . Sama sekali aku
tidak mengenal teman sekamarku karena berasal dari sekolah dan daerah yang berbeda. Aku
yang biasanya bangun jam 6 pagi sekarang harus dipaksakan bangun jam 3 subuh karena
mengantri mandi. Kebiasaan yang sangat sulit untuk diubah bagiku. Malamnya kami
dikumpulkan oleh pemina asrama untuk perkenalan diri singkat cerita silaturahmi antar
tingkatan.
Kehidupan yang sangat berarti jika harus dihadapkan dengan berbagai macam sifat dan tingkah
laku manusia yang berbeda-beda. Kondisi yang membuatku tumbuh menjadi dewasa untuk
mengahadapi situasi dan konsidi apapun di asrama. Tak terasa, hampir 3 tahun aku sudah
melalui tahap-tahap sekoalh di SMAN 3 Sumatera Barat ini. Berbagai kegiatan aku lakukan
bersama teman-temanku dan pusing memikirkan rancangan masa depan yang ingin ku lihatkan
ke semua orang terutama orangtua ku.
Dan aku pun mulai menyadari bahwa manfaat tinggal di kehidupan berasrama itu sangatlah
berguna untuk kehidupanku kedepannya karena di sini kita bisa menghadapi berbagai macam
situasi dan kondisi yang terjadi, aku yang diajarkan untuk tetap mandiri , tidak boros dalam
menggunakan uang serta banyaknya amalan yang diajarkan di asrama seperti sedekah
subuhnya, baca alma’tsuratnya dan masih banyak lagi yang tidak bisa ku ungkapkan.
Karena waktu tidak bisa diulang maka nikmatilah apa yang kita jalani Kini aku merasa lebih
bermanfaat bagi orang lain. Dengan berbagi ternyata membuat orang menjadi lebih tahu dan
kita menjadi tahu lebih.

Anda mungkin juga menyukai