Namun dalam hal pelaksanaannya BPJS mengalami banyak kendala. Banyak kendala
baik dari segi pendanaan, pelaksanaan ataupun pemerataannya. Menurut dr. Sunarto
dari departemen IKM FK UII mengatakan bahwa “masih banyak kendala bpjs bagi
klinisi terutama dokter”. banyak dokter yang merasa dirugikan dengan kebijakan
BPJS karena merasa bahwa dokter dituntut untuk menyembuhkan tapi malah
kebijakan ini mempersulit mereka untuk memberi terapi yang harusnya. Selain itu
BPJS sering kali terlambat dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada
dokter.
Jika menilik pernyataan dari BPJS seharusnya hal seperti ini tidak akan terjadi karena
secara teori alur pendanaan maupun alur pemerataan sudah baik tetapi nyatanya masih
banyak pihak yang belum merasakan manfaat program BPJS tersebut. Banyak orang
yang merasa bahwa alur program BPJS ini terlalu rumit dan harus menunggu lama
untuk mendapatkan pengobatan, sedangkan mereka sangat membutukan penanganan
secepat mungkin. Hal ini dapat di karenakan keterbatasan pihak rumah sakit dalam
memberi penangan yang mungkin disebabkan oleh keterlambatan BPJS dalam
memberikan dana operasional.
Sumber masalah BPJS berawal dari beberapa hal yaitu:
Indonesia belum mencapai Universal Health Coverage (UHC). Tertanggal 1
agustus kepesertaan BPJS hanya mencapai 200.290.408.
Sistem pembayaran premi BPJS Kesehatan belum tertib.
Fraud (kecurangan yang dilakukan pihak pengelola BPJS Kesehatan maupun
fasilitas kesehatan terkait klaim BPJS).
Pemasukan dan pengeluaran BPJS Kesehatan tidak seimbang yaitu pada tahun
2017 pemasukan hanya mencapai 74,24 Triliun Rupiah, dari pengeluaran yang
mencapai 84,4 Triliun Rupiah.
Defisit keuangan BPJS Kesehatan hingga mencapai 4,8 triliun per Mei 2018.
Pengeluaran BPJS Kesehatan tahun 2017 untuk operasi katarak mencapai Rp2,6
triliun. Kemudian, pembiayaan pelayanan bayi lahir sehat Rp1,1 triliun, dan
pembiayaan rehabilitasi medis Rp960 milyar
Defisit 10,2 Triliun membuat BPJS Kesehatan perlu memperketat/merombak
efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan sehingga peraturan ini dianggap
mampu mewujudkan misi tersebut
Masih banyak penyakit yang seharusnya bisa dicegah tetapi malah muncul dan
membebani anggaran pengobatan program BPJS. Pemerintah terkesan lebih
mementingkan pembangunan infrastruktur dibandingkan kesehatan. Hal ini dapat
dilihat pada tautan berikut: Bahaya, Rp 73 Triliun Uang Buruh BPJS-TK Buat
Infrastruktur (REPUBLIKA ONLINE)
https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/03/24/p61fo8385-bahaya-rp-73-triliun
-uang-buruh-bpjstk-buat-infrastruktur
Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang sharing pajak rokok dan
suntikan dana 4,9 Triliyun rupiah untuk menutupi defisit BPJS tahun 2018. hal yang
menjadi perhatian adalah defisit bpjs ini sudah terjadi semenjak awal di dirikannya
bpjs. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseriusan pemerintah dalam menyelesaikan
masalah kesehatan di indonesia.