Anda di halaman 1dari 94

Akal Manusia

Seekor kerbau yang setiap pagi dibawa oleh seorang anak penggembala yang masih kecil menuju sawah yang
akan dibajak. Jika tidak ada pekerjaan, kerbau itu oleh penggembala dibawa ke daerah yang banyak
rumputnya. Kemana pun kerbau itu dibawa selalu saja nurut kepada majikannya yang seorang anak
kecil.Suatu saat, saat si kerbau sedang sendirian, ada seekor harimau menghampiri kerbau itu. Si harimau
berkata kepada kerbau, Hey kerbau, saya sudah beberapa hari mengamati kamu. Kamu selalu nurut saja
dibawa-bawa atau disuruh-suruh oleh majikan kecilmu. Manusia majikanmu itu sangat kecil dibanding
kamu, kenapa tidak kamu tubruk saja, pasti dia terpental jauh atau mati. Kamu jadi bebas seperti saya, bebas
kemana pun saya mau.Saya takut kepada anak kecil itu, jawab si kerbau.Ha ha ha, dasar bodoh kamu. Masa
badan kamu yang besar takut kepada anak kecil?ejek si harimau sambil menertawakan.
Kamu juga akan takut jika kamu mengetahui kelebihan manusia kata si kerbau menjelaskan.Apa sih
kelebihan manusia itu, koq bisa membuat kamu takut? tanya si harimau penasaran.Tidak lama kemudian,
anak penggembala tersebut datang. Langsung saja si harimau menyapanya.Hey anak manusia!! Kata si
kerbau kamu mempunyai kelebihan yang membuat dia takut. Apa itu?Anak pengembala itu menjawab, Saya
sebagai manusia diberikan kelebihan oleh Pencipta, yaitu berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluq
lainnya. Akal itu apa? Boleh saya melihat akal kamu? Jika kamu tidak menunjukkan, saya akan memakan
kamu.tanya harimau sambil mengancam.Wah saya tidak bisa memperlihatkannya, karena akal saya tertinggal
di rumah. jawab si pengembala dengan tenangnya.Kalau begitu kamu ambil dulu.kata si harimau dengan
nada mendesak.Saya bisa saja mengambilnya, tetapi percuma. Kamu akan lari.Jawab pengembala tidak mau
kalah.Saya janji, saya tidak akan lari kata harimau dengan percaya diri. Sekarang kamu berkata demikian,
setelah melihat saya membawa akal, kamu pasti lari. Bagaimana kalau kamu saya ikat? Supaya kamu tidak
lari nanti.Setuju jawab harimau.Kemudian si anak penggembala tersebut mengikat harimau tersebut di
sebuah pohon. Bukan saja tidak bisa lari, tetapi sampai tidak bisa bergerak leluasa.
Setelah mengikat si anak pun pergi.Kerbau yang mengamati dari tadi tertawa, melihat nasib
harimau.Sekarang kamu bisa apa? tanya si kerbau. Harimau tidak bisa menjawab, dia panik dan ingin
melepaskan diri tetapi tidak bisa.Itulah akal manusia, he he kata si kerbau sambil pergi mengikuti majikannya

Terapi Pikiran Positif

positif sangat penting, sebab semua berawal dari pikiran Anda. Anda adalah apa yang Anda pikirkan.
Mungkin Anda pernah mendengar apa yang disebut dengan kejaiban berpikir positif, yang katanya jika Anda
berpikir bisa, maka Anda akan bisa. Tentu saja, sebagai seorang Muslim, kita menambahkan insya Allah,
sebab kita tidak bisa memastikan secara mutlak.Jika Anda berpikir bisa, insya Allah Anda akan bisa.

Bukan Untuk Sekedar Makan


Sewaktu saya kecil, kampung halaman saya masih dipenuhi dengan sawah yang menghampar. Seperti
kehidupan para petani biasa, saat panen tiba bukan hanya rezeki bagi pemilik sawah, namun juga bagi para
petani lainnya yang ikut serta membantu memanen padi. Setiap orang yang membantu akan mendapat bagian
sepersekian dari hasil panenan masing-masing. Hal inilah yang selalu menggerakan nenek saya ikut serta
membantu panen orang lain.

Meski boleh dibilang sudah terlalu tua untuk memanen padi, tetapi semangatnya tidak pernah goyah untuk
pergi ke sawah sambil membawa semua peralatannya. Sering kali nenek pergi ke sawah sambil sembunyi-
sembunyi karena sebenarnya sudah dilarang oleh semua anak-anaknya. Anak-anaknya berpikir, untuk apalagi
sich, toch kalau untuk makan tidak perlu khawatir lagi, sebab tinggal memilih mau di anak yang mana.

Nenek tidak mengubris saat dilarang oleh anak-anaknya. Meski hasilnya sudah sedikit karena keterbatasan
tenaga dan stamina, nenek tetap melakukan pekerjaan memanen padi. Kadang saat saya tidak sekolah saya
diminta bantuannya. Saya sering kali membantu nenek ditengah terik matahari, memotong dan merontokan
butir demi butir padi. Nenek suka marah jika ada padi yang tercecer, maklum itu adalah hasil perjuangannya.

Sedikit demi sedikit, hasil upah memanen terkumpul. Kemudian dijemur berhari-hari sampai siap digiling.
Perjalanan menuju tempat penggilangan lumayan jauh dan tidak ada angkutan. Saya menemaninya pergi ke
tempat penggilingan ditengah terik matahari dan diantara bentangan sawah. Suatu aroma dan pandangan
yang tidak pernah terlupakan sampai sekarang.

Sepulang dari tempat penggilingan padi, nenek langsung memisah-misah beras hasil jerih payahnya menjadi
beberapa bagian. Kemudian beras tersebut dibagi-bagi ke anak-anaknya dan tidak lupa kepada tetangga
sekitar. Katanya, “Nich kalau mau merasakan beras baru”, saat memberikan beras kepada anak-anaknya atau
tetangganya. Tidak ada yang berani menolak sebab semua sudah pada tahu, nenek suka marah kalau
pemberiannya ditolak.

- 1-
Jerih payah seorang nenek yang dibantu seorang cucuk (saya atau sepupu saya), namun hasilnya dinikmati
oleh banyak orang. Kini saya sadar bahwa nenek bersusah payah memanen padi bukan sekedar untuk
mencari makan. Tetapi untuk memberi kepada sesama. Suatu teladan yang patut dicontoh dari seorang nenek
yang sudah renta, namun tidak pernah pudar semangatnya untuk memberi.

Meski nenek saya sudah lama pergi, bertahun-tahun yang lalu, namun kenangannya tetap melekat dalam
pikiran saya. Meski kenangan berupa sawah kini sudah berganti rumah-rumah mewah, namun kenangan dari
nenek tidak pernah lepas. Inspirasi buat saya, inspirasi untuk semua orang. Terima kasih nek, saya tidak akan
pernah melupakan nenek.

Citra Diri Anak Bebek


Waktu saya masih kecil, kakek dan nenek saya suka memelihara ayam kampung. Kadang-kadang saya
membantu nenek memberi makan ayam-ayam peliharaan nenek. Memelihara ayam kampung berbeda dengan
ayam negeri. Ayam kampung pada siang hari sengaja dilepas untuk mencari makan sendiri, sebagai makanan
tambahan.

Suatu saat salah satu ayam betina sedang bertelur. Nenek menyediakan sarang untuk tempat bertelur, sebab
jika tidak disediakan sarang, ayam tersebut bisa bertelur di mana saja. Kebetulan nenek ingin menetaskan
telur-telur tersebut. Sambil menetaskan telur ayam, nenek juga ingin menetaskan telur bebek. Telur bebek
tersebut “dititipkan” di sarang ayam tadi. Telur ayam dan telur bebek akhirnya sama-sama dierami oleh ayam
sampai menetas.

Waktu itu saya sempat terpukau, biasanya ayam dan bebek bermusuhan, tetapi kali ini tidak. Ayam tersebut
memelihara dengan baik anak-anaknya termasuk anak bebek tersebut. Anak bebek tersebut mendapat
perlakukan yang sama, dicarikan makan dan dilindunginya. Begitu juga dengan anak-anak bebek, mereka
bertingkah laku seperti ayam. Mencari makan seperti ayam dan menganggap induk ayam tersebut ibunya.

Keadaan ini berlangsung sampai “disapih”, yaitu istilah proses pemisahan anak-anak ayam dan ibunya.
Penyapihan dilakukan pada usia anak ayam tertentu dimana anak ayam tersebut sudah bisa mandiri. Anak-
anak bebek yang sudah menjelang dewasa disatukan lagi dengan komunitas bebek lainnya.

Setelah anak-anak bebek tersebut bergabung dengan komunitas bebek lainnya, mungkin mereka sadar kalau
mereka itu bebek sehingga tingkah laku mereka pun menjadi tingkah laku bebek pada umumnya.

Anak bebek akan bertingkah seperti ayam saat menganggap dirinya ayam. Sebaliknya anak bebek bertingkah
laku sebagai mana bebek lainnya saat dia sadar kalau dia itu bebek. Fenomena ini juga berlaku pada manusia,
dia akan bertingkah sesuai dengan anggapan pada dirinya sendiri.

Melihat Yang Tidak Ada


Dongeng motivasi ini menceritakan seorang anak yang kehilangan uang sebesar Rp 10.000. Dia begitu
sedihnya dan menangis sejadi-jadinya.

Paman anak tersebut merasa kasihan, kemudian dia menghampiri anak itu.

“Kenapa kamu menangis?” tanya pamannya dengan penuh kasih sayang.

“Uang saya hilang. Rp 10.000.” katanya sambil terisak-isak.

“Tenang saja, nich paman ganti yah… paman kasih Rp 10.000 buat kamu. Jangan menangis yah!” kata
pamannya sambil menyerahkan selembar uang Rp 10.000. Namun, sia anak tetap saja menangis. Kenapa?

“Kenapa kamu masih menangis saja? Kan sudah diganti?” tanya pamannya.

“Kalau tidak hilang… uang saya sekarang Rp 20.000.” kata anak itu dan terus menangis.

Pamannya bingung…

“Terserah kamu saja dech….”, katanya sambil pergi.

Ayahnya yang baru pulang kantor mendapati anaknya masih menangis.

“Kenapa sayang? Koq menangis sich. Lihat mata kamu, sudah bengkak begitu. Nangis dari tadi yah?”
tanyanya sambi menyeka air mata anaknya.

- 2-
“Uang saya hilang Rp 10.000.” kata anaknya mengadu.

“Ooohhh. Lho itu punya uang Rp 10.000? Katanya hilang?” tanya ayahnya yang heran karena dia melihat
anaknya memegang uang Rp 10.000

“Ini dari paman…. uang saya hilang. Kalau tidak hilang saya punya Rp 20.000.” jawabnya sambil terus
menangis.

“Sudahlah…. nih ayah ganti. Ayah ganti dengan uang yang lebih besar. Ayah kasih kamu Rp 20.000. Jangan
menangis lagi yah!” kata ayahnya sambil menyerahkan selembar uang Rp 20.000.

Si anak menerima uang itu. Tetapi masih tetap saja menangis. Ayahnya heran, kemudian bertanya lagi.

“Kenapa masih menangis saja? Kan sudah diganti?”

“Kalau tidak hilang, uang saya Rp 50.000.”

Ayahnya hanya geleng-geleng kepala.

“Kalau gitu dikasih berapa pun, kamu akan nangis terus.” sambil mengendong anaknya.

***
Dongeng motivasi ini nyata? Tidak juga, ini hanya rekayasa. Dalam kenyataannya banyak orang yang
memiliki sikap seperti anak tadi. Dia hanya melihat apa yang tidak ada, dia hanya melihat apa yang kurang,
tanpa melihat sebenarnya dia sudah memiliki banyak hal. Sifat manusia yang selalu merasa kurang padahal
nikmat Allah begitu banyaknya sudah dia terima.

Banyak orang mengeluh tidak bisa bisnis, sebab dia tidak punya uang untuk modal. Padahal modal hanyalah
salah satu yang diperlukan dalam bisnis. Bisa jadi dia sudah punya waktu, punya tenaga, dan punya ilmu
untuk bisnis. Namun dia tidak juga bertindak sebab dia hanya fokus melihat kekurangan, bukannya bertindak
dengan memanfaatkan apa yang ada. Mulailah Bertindak Dari Yang Sudah Ada.

Bersyukurlah jika Anda merasa tersindir dengan dongeng motivasi diatas, artinya Anda perlu berubah
sekarang.

Durian Manis dan Durian Tanpa Rasa


Dua orang anak remaja melewati sebuah rumah yang memiliki kebun besar di depannya. Salah satu pohon di
depan rumah tersebut adalah sebuah pohon durian. Saat itu sedang musim durian sehingga kebetulan pohon
tersebut sedang berbuah. Mereka berdua melihat beberapa durian yang sudah terlihat matang di pohon. Rudi
mengatakan bahwa durian tersebut pasti manis. Sementara temannya Anton mengatakan bahwa durian
tersebut tidak ada rasanya. Mengapa bisa berbeda?

“Mengapa kamu mengatakan bahwa durian tersebut tanpa rasa?” tanya Rudi kepada Anton.

Sambil tersenyum Anton menjawab, “Mata tidak bisa merasakan manis atau pahit. Jadi durian tersebut tidak
punya rasa karena hanya bisa dilihat.”

“Kacian deh loe!”, ejek Rudi sambil tertawa.

“Memang kamu bisa memakan durian itu?” kata Anton balik menyerang.

“Kenapa tidak?” jawab Rudi sambil tersenyum yakin.

“Kamu mau mencurinya? Yang punya rumah ini galak. Kalau ketahuan bisa bahaya!” kata Anton.

“Siapa bilang mau mencuri? Saya akan mendapatkan durian itu tanpa mencuri.” bela Rudi dengan yakin.

“Bagaimana mungkin? Memang kamu punya uang untuk membelinya?” tanya Anton.

“Tidak juga, tetapi saya punya ini dan ini.” kata Rudi sambil menunjukan kepala dan otot bisepnya. Rudi
melanjutkan, “Mari kita buktikan.”

Kemudian Rudi menuju pintu pagar kebun tersebut dan memijit bel. Pemilik rumah pun keluar dan bertanya
kepada Rudi.

- 3-
“Ada apa Rudi?”

“Apakah bapak perlu bantuan untuk membersihkan kebun Pak? Kami berdua siap membantu bapak.” kata
Rudi sambil melirik temannya Anton. Anton seperti dihipnotis langsung mengangguk.

“Oh begitu!”, kata pemilik rumah, “kamu mau apa sebagai upahnya?” lanjutnya.

“Cukup satu buah durian saja pak.” kata Rudi sambil melihat sebuah durian yang terlihat sudah matang.

“Kalian kan berdua, nanti saya kasih dua buah, masing-masing satu. Asal kalian bekerja dengan baik.”

“Siap pak!” kata Rudi sambil memberi hormat layaknya tentara disusul oleh Anton.

Singkat cerita pekerjaan pun beres. Mereka berdua menikmati durian masing-masing. Rudi bertanya kepada
Anton.

“Bagaimana rasanya durian kamu?”

“Manis, he he.” jawab Anton sambil tertawa.

***

Pesan moralnya? Silahkan simpulkan sendiri. Jika mau berbagi kesimpulan atas cerita ini silahkan tuliskan
pada form komentar.

Inspirasi Dari 2 Abah Komar


Ada dua orang dengan panggilan yang sama, yaitu Abah Komar. Yang satu tinggal di sekitar Cikampek
berusaha 81 tahun. Dan yang satu lagi adalah tetangga saya di Cimahi dengan usia yang sepertinya tidak jauh
dari 80-an. Keduanya sudah tua, namun keduanya memberikan inspirasi bagi saya.

Abah Komar yang di Cikampek, dengan usia setua itu masih berkeliling setiap hari dengan jalan kaki untuk
menjajakan jasanya. Rata-rata setiap hari menempuh jarak sampai 20 km. Bukan jarak yang dekat bagi saya,
apalagi bagi seorang kakek seusia 81 tahun ini. Jarak yang luar biasa jauh, yang menguras tenaga.

Mengapa Abah Komar melakukan ini? Satu alasan terucap dari mulutnya, yaitu tidak mau merepotkan anak
dan cucu. Luar biasa, sebuah keinginan untuk tetap mandiri meski usia sudah senja. Padahal, sudah cukup
alasan untuk menggantungkan hidup kepada anak dan cucu.

Sungguh malu, jika ada orang yang masih muda dan kuat tetapi tidak berusaha untuk mandiri. Masih
menggantungkan hidup kepada orang lain, mudah menyerah, mengeluh, dan begitu mudah mengatakan sulit.
Abah Komar, menempuh jarak 20 km per hari dengan penghasilan Rp 30.000 per hari, demi sebuah
kemandirian.

Sementara Abah Komar tetangga saya juga luar biasa. Yang pertama si Abah (begitu saya memanggilnya)
hampir tidak pernah absen untuk shalat shubuh di Masjid, bahkan beliaulah yang mengumandangkan adzan
subuh dan menjadi iman untuk segelintir makmum yang jarang sekali anak mudanya.

Untuk hal mencari nafkah pun tidak kalah hebatnya. Dengan tubuh yang mungil dan sudah termakan usia,
namun tidak kalah gesit dengan anak mudah saat bekerja sebagai buruh bangunan. Mendorong beban yang
berat, memasang batu bata, dan berbagai pekerjaan yang menguras tanaga lainnya.

Terima kasih abah Komar (keduanya) yang telah memberikan inspirasi kepada saya agar tidak mudah
menyerah. Yang telah memberi semangat menjadi pribadi yang mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang
lain. Memberi contoh untuk memberikan kontribusi kepada orang lain. Semoga saya bisa meneladaninya.

Mudah-mudahan kedua Abah Komar ini menjadi hamba yang dicintai Allah dan diampuni dosa-dosanya.

Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang
halal. (HR. Ad-Dailami)

Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang
hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad)

- 4-
Jalannya Terlalu Berat
Diceritakan, ada seorang pemuda yang akan menemui saudaranya di suatu desa. Dia bertanya kepada
pamannya, di mana rumah saudaranya itu. Pamannya membuatkan sebuah peta agar pemuda ini bisa sampai
ke desa dimana saudaranya tinggal. Dengan berbekal peta itu, si pemuda pun berangkat.

Namun, beberapa saat kemudian, si pemuda itu kembali lagi ke rumahnya. Saat ditanya dia menjawab,
“Jalannya terlalu berat. Terlalu mendaki dan berliku. Belum lagi bebatuan serta jurang di sisi jalan-jalan
menuju desa itu.”

“Berapa umurmu?” tanya si paman.

“Saya 25 tahun paman. Ada apa dengan umur saya?” tanya si pemuda itu.

“Tahukah kamu, kapan saya terakhir ke desa itu?”

“Kapan paman?” tanya si pemuda.

“Terakhir saya ke desa tersebut, saat saya berumur 49 tahun, yaitu dua tahun yang lalu.” jawab si paman.

“Apa maksud paman?”

“Artinya, jalan ke desa itu memang berat. Pertanyaanya adalah, kenapa paman bisa? padahal saat itu umur
paman 49 tahun? Sementara, kamu yang masih berumur 25 tahun, mengatakan terlalu berat.” kata si paman.

Si pemuda itu terdiam. Kemudian dia berkata, “Pada kenyataan saya tidak bisa melalui jalan itu, paman. Apa
yang harus saya lakukan?”

Si paman tersenyum. “Itu maksud paman!”

“Bisa dijelaskan paman?” tanya si pemuda kebingungan.

“Sebelumnya, kamu mengatakan „jalannya terlalu berat‟. Kamu menyalahkan kondisi jalan. Tetapi, baru saja
kamu mengatakan „saya tidak bisa‟. Kamu tahu perbedaanya?” tanya si paman sambil tersenyum.

Si pemuda ngangguk-ngangguk. “Artinya, masalah itu ada pada diri saya?”

“Ya, tentu saja. Kamu mulai mengerti. Ada mindset atau pola pikir yang harus kamu perbaiki. Ini untuk
kemajuan kamu sendiri.” jelas si paman.

“Sering kali, saat kesulitan itu ada, orang lebih sering menyalahkan apa yang ada di luar dirinya. Kamu
mengatakan, jalannya terlalu berat. Jalannya memang berat, namun yang kamu lupakan ialah bahwa kamulah
yang tidak sanggup atau tidak bisa melalui jalan tersebut.” jelas si paman.

“Lalu, apa yang harus saya lakukan. Apakah saya harus belajar dan berlatih untuk melalui jalan itu?” kata si
pemuda.

“Tentu saja, jika memang kamu tidak bisa. Jika kamu tidak bisa, maka kamu harus belajar dan berlatih.” jelas
di paman.

“Tapi… jalannya sangat panjang dan curam.” kata si pemuda.

“Eit…!”, kata si paman sambil mengacungkan telunjuknya. “Kamu menyalahkan kondisi jalan lagi.”

“Oh iya. Saya lupa paman. Apa yang harus saya lakukan?”

Si paman tersenyum, kemudian dia menjelaskan:

“Jika jalan yang akan ditempuh sangat panjang, maka langkahkan kakimu satu langkah. Niscaya, jalan yang
akan kamu tempuh sudah berkurang satu langkah. Kamu mengerti maksud saya?”

“Baiklah paman, saya mengerti. Sepertinya saya harus belajar cara melalui jalan itu. Saya memang tidak
bisa.” kata si pemuda itu.

- 5-
“Bagus, pelajaran pertama sudah kamu pahami. Jika tidak bisa, artinya kamu harus belajar dan secara
bertahap. Namun ada satu pelajaran lagi yang harus kamu pahami sebelum kamu mengatakan tidak bisa.”
jelas si paman.

“Apa itu paman?” si pemuda kembali penasaran.

“Sekarang, kita pergi ke jalan yang berat itu. Benarkah kamu tidak bisa?” kata si paman.

“Saya harus mencobanya?” tanya si pemuda.

“Ya tentu saja, kamu harus mencobanya. Tapi, sebelum mencoba ada hal yang harus kamu perhatikan. Yuk,
kita ke sana.” ajak si paman.

Mereka pun langsung pergi menuju jalan yang berat, menanjak dengan sangat curam dan diapit oleh jurang-
jurang yang dalam.

“Sekarang, kita duduk di warung kopi itu sambil ngopi.” ajak si paman sambil menuju sebuah warung kopi.
Di warung kopi itu, mereka bisa melihat jalan yang berat tersebut dan aktivitas yang ada di jalan tersebut.
Mereka pun memesan kopi sambil memperhatikan jalan.

“Lihat itu!” kata si paman, sambil menujuk ke seseorang yang berjalan, mendaki jalan yang dikatakan berat
itu sambil memikul dua karung besar berisi rumput.

Si pemuda pun itu langsung melihat orang tersebut.

“Kamu tahu? Dia hampir setiap hari melalui jalan terjal itu untuk mengangkut rumput yang cukup berat. Ya,
sekitar 50 kg.” kata si paman.

“Sekarang saya mengerti paman. Jika si bapak yang mengangkut rumput saja bisa, maka saya yang tanpa
beban pasti bisa.” kata si pemuda dengan penuh antusias.

“Itu maksud paman, kamu pasti bisa. Tapi ada yang salah.” kata si paman sambil tersenyum.

“Apa yang salah paman?” kata si pemuda kaget. Dia sudah merasa cerdas, tetapi masih ada yang salah.

“Yang mengangkut rumput itu bukan bapak-bapak, tetapi dia bibi Mirnah yang usianya seumur paman (51
tahun). Dia teman paman.”

Jangan Pernah Berhenti Belajar, atau…

Waktu saya kecil, saya pernah mendengar suatu cerita lucu. Namun dibalik kelucuannya ada hikmah yang
bisa kita ambil pelajarannya. Waktu mendengarkan cerita ini, kami tertawa, karena lucunya. Tapi sekarang
saya berpikir, jangan-jangan, selama ini saya sering ditertawakan orang lain seperti saya menertawakan tokoh
yang ada dalam cerita ini. Bagaimana dengan Anda? Mungkin orang lain pun suka menertawakan Anda.

Ada seorang bapak dari kampung. Bapak ini tidak bisa membaca, tetapi dia tertarik dengan mendengarkan
radio seperti tetangganya. Belum ada TV karena belum ada listrik, sehingga radio menjadi primadona karena
bisa dijalankan dengan baterai. Bapak itu pun memutuskan untuk pergi ke kota untuk membeli sebuah radio.
Dia bertanya kepada tetangganya, dimana membeli radio dan radio yang seperti apa yang bagus.

Dia mendapatkan info tempat membeli radio dan cara memilih radio yang bagus. Kata tetangganya, radio
yang bagus adalah radio Sony. Dengan berbekal uang Rp 500.000 dan ongkos perjalanan, dia pun pergi ke
kota untuk membeli sebuah radio. Setelah berjalan, naik ojek, naik angkutan pedesaan, dan angkotan kota
sambil tanya sana sini, akhirnya dia sampai juga di tempat yang menjual barang elektronik, tentu saja salah
satunya radio.

Sesampainya di toko tersebut, bapak ini langsung bertanya kepada pelayan toko,

“Ada radio Sony mbak?”

Dengan ramahnya pelayan menjawab,

- 6-
“Tentu saja ada. Silahkan pilih ada berbagai model.” sambil menunjukan rak yang berisi khusus radio
bermerk Sony.

Ternyata si bapak bingung mau memilih mana karena semua radio tampaknya bagus.

“Bapak mau yang mana?” tanya si pelayan.

“Saya bingung.” kata si bapak sambil terus memperhatikan sederetan radio.

“Oh, bapak mau membeli radio yang harga berapa?” tanya si pelayan tetap ramah.

“Saya punya uang Rp 500.000″. jawab si bapak.

“Oh begitu, mungkin bapak cocok dengan radio ini. Harga Rp500.000 kurang.”

“Ya sudah, saya beli yang itu. Betulkan ini radio Sony?”

“Betul pak, ini Radio Sony.”

Setelah transaksi selesai, si bapak pun pulang ke kampung dengan senangnya. Tetapi keesokan harinya si
bapak kembali lagi ke toko tersebut sambil marah-marah…

“Katanya ini Radio Sony, ternyata bukan. Kalian mau menipu saya?” katanya dengan keras sambil
menunjukan radionya.

Para pelayan takut, karena tampilan si bapak kayak seorang pendekar dengan baju silatnya. Akhirnya pemilik
toko tersebut menghampiri bapak tersebut.

“Ada yang bisa saya bantu pak.”

“Pelayan kamu menipu saya, katanya ini radio Sony, ternyata bukan!”

Pemilik toko bingung, sebab dia tahu kalau radio itu memang bermerk Sony.

“Betul pak, ini radio Sony.” kata pemilik toko berusaha menjelaskan.

“Bukan! Saat saya nyalakan radio, radio ini berbunyi: „Inilah radio Republik Indonesia.‟ Kalian menipu saya,
sebab ini bukan radio Sony, tetapi radio republik Indonesia!”

Bagaimana kelanjutan kisah ini? Silahkan lanjutkan sendiri.

Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah kadaluarsa atau bahkan salah. Kita terus
meyakini apa yang kita tahu sehingga semua perilaku kita didasari oleh keyakinan tersebut. Mungkin benar
menurut kita, karena sebatas itulah ilmu kita. Tetapi belum tentu menurut orang lain. Bisa saja, saat kita
berdebat dan merasa pintar, padahal di belakang kita, lawan debat kita malah menertawakan kita. Belajarlah
sampai akhir hayat.

Kenapa Tidak Punya Mobil?


Penasaran, Kenapa Tidak Punya Mobil?

Tampang bingung. Itulah gambaran yang bisa dilukiskan di wajah seorang bocah 6 tahun, saat melihat lalu-
lalangnya kendaraan di jalan. Bocah itu seakan tidak memperdulikan hilir mudik orang-orang yang
melaluinya bahkan ada beberapa orang yang hampir menendangnya. Dia pun seakan tidak senang saat
beberapa orang yang lewat memasukan uang receh ke dalam kaleng yang sengaja di simpan di depannya.

“Sudah dapat berapa Ujang?” sapa seorang wanita umur 40 tahunan yang mengagetkan si Ujang. Si Ujang
menengok wanita yang nampak lebih tua dari umur sebenarnya. Wanita itu tiada lain adalah ibunya yang
sama-sama membuka praktek mengemis sekitar 100-200 meter dari tempat si Ujang mengemis.

“Nggak tahu Mak, hitung aja sendiri,” jawab si Ujang sambil melihat kaleng yang ada di depannya. Tanpa
menunggu, wanita yang dipanggil Emak itu mengambil kaleng yang ada di depan si Ujang. Kemudian isi
kaleng tersebut ditumpahkan ke atas kertas koran yang menjadi alas mereka duduk.

“Lumayan Ujang, bisa membeli nasi malam ini. Sisanya buat membeli kupat tahu besok pagi.” Kata si Emak
sambil tersenyum lebar, karena rezeki malam itu lebih banyak dari hari-hari biasanya.

- 7-
“Mak…” kata si Ujang tanpa menghiraukan ucapan ibunya, “koq orang lain punya mobil? Kenapa Emak
nggak punya?” Tanya si Ujang sambil menatap wajah ibunya.

“Ah, si Ujang mah, aya-aya wae, boro-boro punya mobil, saung aja kita mah nggak punya.” kata si Emak
sambil tersenyum. Si Emak kemudian membungkus uang yang telah dipisahkannya untuk besok dengan sapu
tangan yang sudah lusuh dan dekil.

“Iya, tapi kenapa Mak?” Rupanya jawaban si Emak tidak memuaskan si Ujang.

“Ujang …. Ujang….” kata si Emak sambil tersenyum. “Kita tidak punya uang banyak untuk membeli
mobil.” kata si Emak mencoba menjelaskan. Tetapi nampaknya si Ujang belum puas juga,

“Kenapa kita tidak punya uang banyak Mak?” tanyanya sambil melirik si Emak.

“Kitakan cuma pengemis, kalau orang lain mah kerja kantoran jadi uangnya banyak.” kata si Emak yang
nampak akan beranjak. Seperti biasa sehabis matahari tenggelam si Emak membeli nasi dengan porsi agak
banyak dengan 3 potong tempe atau tahu. Satu potong untuk si Emak sedangkan 2 potong untuk si Ujang
anak semata wayangnya.

Sekembali membeli nasi, si Ujang masih menyimpan pertanyaan. Raut wajah si Ujang masih nampak
bingung.

“Ada apa lagi Ujang?” kata si Emak sambil menyeka keringat di keningnya.

“Kenapa Emak nggak kerja kantoran saja?” tanya si Ujang dengan polosnya.

“Siapa yang mau ngasih kerjaan ke Emak, Emak mah orang bodoh, tidak sekolah.” Jawab si Emak sambil
membuka bungkusan yang dibawanya.

“Udah …, sekarang makan dulu mumpung masih hangat!” Kata si Emak sambil mendekatkan nasi ke depan
si Ujang. Si Ujang yang memang sudah lapar langsung menyantap makanan yang ada di depannya.

“Kenapa Emak nggak sekolah?” tanya si Ujang sambil mengunyah nasi plus tempe.

“Orang tua Emak nggak punya uang, jadi Emak nggak bisa sekolah.”

“Ujang bakal sekolah nggak?” kata si Ujang sambil menatap mata si Emak penuh harap.

Emak agak bingung menjawab pertanyaan si Ujang. Lamunan Emak menerawang mengingat kembali
mendiang suaminya, yang telah mendahuluinya. Mata si Emak mulai berkaca-kaca. Karena gelapnya malam,
si Ujang tidak melihat butiran bening yang mulai menuruni pipi wanita yang dipanggil Emak tersebut.
Karena tak kunjung dijawab, si Ujang bertanya lagi

“Kalau Ujang nggak sekolah, nanti kayak Emak lagi dong. Iya kan Mak?”

Pertanyaan Ujang makin menyesakan dada si Emak. Siapa yang ingin punya anak menjadi pengemis, tetapi
si Emak bingung harus berbuat apa. Si Emak cuma melanjutkan menghabiskan nasi sambil menahan
tangisnya. Akhirnya si Ujang pun diam sambil mengunyah nasi yang tinggal sedikit lagi. Deru mesin mobil
menemani dua insan di pinggir jalan yang sedang menikmati rezeki Allah SWT yang mereka dapatkan.
Diterangi lampu jalan mereka pun mulai berbenah untuk merebahkan diri. Di kepala si Ujang masih penuh
tanda tanya, mau jadi apa dia kelak. Apakah akan sama seperti Emaknya saat ini?

Kisah Dua Tukang Sol


Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol.
Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang
Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil
berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun
hanya perbaikan kecil.

Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan,
uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya
sendiri tidak dia hiraukan.

- 8-
Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si
Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa.
Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.

“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.

“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui
namanya Bang Soleh.

“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.

“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”

“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.

“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.

“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.

“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat
pikulannya.

Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.

“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”

Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata
letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.

Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin
bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,

“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”

Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,

“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”

“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.

“Abang yakin?”

“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.

“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh
harap.

“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk
berpisah.

Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.

“Apa kabar mang Udin?”

“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah
turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.

Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,

“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”

“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.

“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan
siang lagi.

- 9-
Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi
order berkata setengah menyalahkan lagi,

“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok
untuk saya?”

“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan,
sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.

Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia
“hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.

“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.

Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.

“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.

“Tidak.”

“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya.
Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang
Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang
memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita
sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”

Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.

“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya
sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.”
kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.

“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan
bersyukur kepada Allah.”

Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist
bahwa hidup akan lebih baik.

Kisah Keluarga Tikus


Ini bukan tentang keluarga Stuart Little, ini tentang sebuah keluarga tikus dengan 8 anaknya yang masih
belajar mencari makanan. Kebetulan ini adalah keluarga tikus rumahan, yang mencari makanan dari sisa-sisa
makanan manusia. Ada dua anak tikus si belang dan si putih menemukan sepotong keju. Namun ada
pertanyaan besar bagi kedua anak tikus tersebut, sehingga mereka ragu mengambil keju tersebut.

Apa yang membuat mereka ragu? Sebab keju tersebut tidak terletak di lemari. Padahal mereka biasa mencuri
makanan dari lemari.

“Jangan-jangan, keju itu busuk dan dibuang.” kata si putih.

“Tidak, meski dari kejauhan saya mencium kalau keju itu masih segar. Pasti enak.” kata si belang.

“Tapi, warnanya kusam.” bantah di putih.

“Bukan warna yang menentukan, tetapi aromanya.” kata si belang.

“Ya sudah, kita ambil saja!” kata si putih.

“Boleh, tapi ukurannya kecil. Paling cukup untuk kita berdua.” kata si belang.

“Bukankah kata ayah, kita harus berbagi. Kita masih punya 6 saudara.” kata si putih.

“Tapi percuma dibagi-bagi, nanti kebagian sedikit.” kata si belang.

“Cukuplah, tidak kecil-kecil banget. Kita semua bisa kenyang.” kata si putih.

- 10 -
“Iya sih, kalau untuk sekali makan akan kenyang. Tapi untuk 3 kali, terasa kurang.” kata di belang.

Ternyata, ayah mereka mendengar pembicaraan kedua anaknya ini.

“Anak-anaku, apa yang kalian bicarakan adalah benar. Tetapi tidak benar seutuhnya.” sela ayahnya.

“Apa maksud ayah?” kata si putih.

“Kalian terlalu fokus pada kejunya. Kalian harus melihat masalah dengan pandangan yang lain. Ini
menyangkut hidup mati kalian.” jelas ayahnya. Tapi kedua anaknya yang belum pengalaman, malah heran
dan kebingungan.

“Saya tidak mengerti, ayah.” kata si belang mengernyitkan dahinya.

“OK, tunjukan dimana kalian menemukan keju tersebut.” kata ayahnya.

Kedua anak tikus tersebut mengantar ayahnya menuju letak keju.

“Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya menguji pandangan anak-anaknya.

“Keju, ayah!” jawab kedua anaknya serempak.

“Coba lihat lagi!” kata ayahnya sambil tersenyum. Kedua anaknya memperhatikan keju dengan seksama,
tetapi mereka tetap bingung karena tidak ada yang aneh. Melihatnya anaknya kebingungan, ayah mengajak
naik ke sebuah meja.

“Nah, sekarang lihat diatas meja ini. Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya.

“Saya melihat sebuah alat dimana ada keju di dalamnya.” jawab si putih.

“Oh iya, baru terlihat.” lanjut si belang. “Alat apa itu ayah?” tanya si belang.

“Itu adalah pertanyaan yang bagus. Kalian sudah tidak terfokus pada kejunya lagi, tetapi pada sistem yang
lebih besar. Pertanyaan kalian ini akan menyelamatkan hidup kalian. Alat itu adalah perangkap. Jika kalian
mengambil kejunya, ada senjata yang akan membunuh kalian.” jelas ayahnya.

Terang saja, kedua anak tikus ini terperanjat. Kaget bukan kepalang. Tidak terpikirkan sebelumnya. Mereka
hanya fokus pada keju.

“Jika kalian melihat secara utuh, pertanyaan kalian akan benar dan akan menyelamatkan kalian. Jangan fokus
pada pandangan sempit dan mengambil keputusan dari pandangan tersebut. Dari perbedaan cara pandang ini,
bisa menentukan hidup matinya kalian.” jelas ayahnya dengan tatapan kasih kepada kedua anaknya.

Mengapa Spiderman Bertopeng?


Anda pernah menonton Spiderman 3? Ada kesamaan diantara ketiga film Spiderman, yaitu Spiderman selalu
tampil dengan mengenakan topeng. Yang menjadi pertanyaan ialah mengapa? Mungkin bagi Anda yang
pernah menonton bisa menyimpulkan, jika Spiderman membuka identitasnya, maka keselamatan diri dan
keluarganya akan terancam.

Dalam film itu digambarkan bagaimana kepahlawan seorang wartawan di balik topengnya, menolong sesama
dan melawan penjahat, padahal seringkali kepentingan dirinya terabaikan, seperti mendekati teman
wanitanya. Setiap perjuangan memang selalu ada yang harus dikorbankan, baik waktu, tenaga, dan harta. Itu
juga yang terjadi pada Spiderman.

Topeng yang dia kenakan, menyelamatkan kehidupan pribadinya dari ancaman orang-orang yang tidak suka
kepadanya, padahal dia sudah berbuat baik kepada orang lain. Tentu yang tidak suka kepada Spiderman ialah
para penjahat karena usaha jahatnya selalu dihalangi oleh Spiderman. Tetapi bukan hanya penjahat, banyak
juga masyarakat biasa ikut membenci Spiderman akibat pemberitaan media masa yang seringkali
menyudutkan Spiderman demi popularitas medianya, tidak peduli apakah Spiderman itu berbuat baik kepada
masyarakat, yang penting medianya laku.

Apakah episode Spiderman ada pada kehidupan nyata saat ini? Sangat mungkin! Mungkin sekarang ada yang
namanya “pahlawan” yang jauh lebih baik dari sepak terjang Spiderman. Mungkin ada orang-orang yang
rela mengorbankan waktu, tenaga, dan harta mereka demi umat. Sangat mungkin, ada orang-orang yang rela

- 11 -
menderita, dicemooh orang, difitnah, dan mendapatkan berbagai perlakukan buruk lainnya dari para
“penjahat”. Itu semua sangat mungkin ada dalam kehidupan kita, karena jiwa kepahlawan atau jihad selalu
tertanam pada jiwa yang suci dan fitrah.

Hanya saja, mungkin kita tidak tahu mereka, mungkin saja mereka bertopeng? Atau mungkin saja tidak
bertopeng tetapi kehadiran mereka ditutupi oleh media demi kepentingannya sendiri? Mungkin kita tahu,
tetapi gara-gara mereka belum bertindak sempurna, kita malah memaki-makinya. Atau mungkin karena
daerah kita belum mendapatkan sumbangsih dari mereka, kita malah memakinya menganggap mereka tidak
berbuat apa-apa, padahal di daerah lain mereka sudah sangat kerja keras, kebetulan saja daerah kita belum
tersentuh akibat keterbatasan yang ada.

Terlepas apakah kita mengetahui mereka atau tidak. Terlepas apakah kita menyadari kehadiran mereka atau
tidak, ada tiga hal yang bisa kita lakukan:

 Jangan cepat memvonis seseorang yang sudah berbuat baik, sebab bisa saja vonis kita karena
pengaruh media atau pengaruh dari orang-orang yang tidak suka terhadap para pahlwan tersebut.
 Do‟akan mereka, berdo‟alah mereka agar mendapatkan kekuatan dalam perjuangannya, tabah
menghadapi segala cobaan, dan mampu menghadapi rintangan.
 Jadilah bagian dari mereka. Jika mereka belum sempurna berjuang, mungkin karena keterbatasan
mereka, oleh karena itu, dari pada kita memakinya, akan lebih baik kita menjadi bagian mereka untuk
ikut berjuang demi umat.

Mudah-mudahan, kenapa Spiderman bertopeng, bisa menjadi renungan kita semua.

Nasi Sudah Menjadi Bubur


Saat keterlanjuran sudah berlalu, kita sering mengatakan “Nasi sudah menjadi bubur”. Betulkah ungkapan
ini? Atau sekedar mencari pembenaran untuk tidak memperbaiki yang sudah ada? Insya Allah setelah
membaca cerita berikut, kita akan memiliki pandangan berbeda terhadap suatu keterlanjuran.

Seorang mahasiswa kuliahnya tidak serius. Kadang masuk kuliah kadang tidak, tugas terbengkalai, SKS yang
harus dikejar masih banyak, dan jarang sekali belajar. Begitu ditanya ternyata dia merasa terjebak masuk ke
jurusan yang dipilihnya karena dia hanya ikut-ikutan saja. Teman-temannya masuk jurusan tersebut, dia pun
ikut.

“Mengapa kamu tidak pindah saja?” tanya temannya, Budi.

“Ah, biarlah, nasi sudah menjadi bubur” jawabnya, tidak peduli.

“Apakah kamu akan tetap seperti ini?”

“Mau gimana lagi, saya bilang nasi sudah jadi bubur, tidak bisa diperbaiki lagi.” jawabnya berargumen.

“Kalau kamu pindah kejurusan yang kamu sukai, kan kamu akan lebih enjoy.” kata temannya.

“Saya ini sudah tua, masa harus kuliah dari awal lagi. Saya terlambat menyadari kalau saya salah masuk
jurusan.” jelasnya sambil merebahkan diri di kasur dan mengambil remote control TV-nya.

“Memang tidak ada yang bisa kamu lakukan lagi?” selidik temannya.

“Tidak, saya sudah katakan berulang-ulang nasi sudah jadi bubur.”

Temannya pun diam sejenak, dia bingung melihat temannya yang sudah tidak semangat lagi. Kemudian dia
teringat pada temannya yang memiliki nasib yang sama, salah memilih jurusan. Dia pun pulang ke rumahnya
kemudian menelpon temannya tersebut.

“Jaka, perasaan kamu pernah cerita sama saya, kalau kamu salah memilih jurusan?” tanya Budi kepada Jaka.

“Memang saya salah memilih jurusan, memangnya kenapa?” jawab Jaka.

“Yang saya heran, kenapa kamu tetap semangat kuliah, sedangkan teman saya malah malas dan tidak serius
kuliahnya.”

“Yah nggak tahu yah, saya juga dulu sempat seperti itu. Tapi sekarang sudah tidak lagi.” jelas Jaka.

- 12 -
“Apa sich resepnya?”

“Pertama saya merelakan diri masuk jurusan ini. Mungkin ini yang terbaik menurut Allah. Jadi saya terima
saja.”

“Terus?” kata Budi bersemangat

“Yang kedua, saya mencari cara menggabungkan ilmu yang saya miliki dijurusan ini, dengan hobi saya.
Ternyata saya menjadi enjoy saja. Memang, saya terlanjur memilih jurusan ini, kata orang, nasi sudah jadi
bubur. Tetapi kalau saya, nasi sudah menjadi bubur ayam spesial yang enak dan lebih mahal harganya
ketimbang nasi.”

“Oh gitu….”

“Yah, kalau kita menyesali tidak ada manfaatnya. Kalau kita berusaha mengubah bubur jadi nasi, itu tidak
mungkin. Satu-satunya cara ialah membuat bubur tersebut menjadi lebih nikmat, saya tambahkan ayam,
ampela, telor, dan bumbu. Rasanya enak dan lebih mahal” jelas Jaka sambil tersenyum lebar.

Para Pencari Keberuntungan


Di suatu desa yang terletak di pinggir sungai besar, ada seorang nilayan bernama pak Amir yang selalu
mencari ikan di sungai tersebut. Setiap hari pak Amir turun ke sungai memasang bubu (perangkap ikan).
Keesokan hari bubu tersebut ditengok. Kadang mendapat ikan banyak kadang tidak. Namun pak Amir terus
menjalankan profesinya sebagai nelayan di sungat tersebut. Sampai suatu saat, dia kaget, ada benda
mengkilat di salah satu bubunya. Dan, benda itu adalah intan.

Tentu saja berita itu cepat menyebar sebab pak Amir mendadak kaya. Ternyata intan yang masuk ke bubunya
cukup besar dan berkualitas tinggi sehingga laku sampai ratusan juta. Warga desa tersebut tentu heboh.
Berbondong-bendong pergi ke sungai untuk mencari ikan. Pak Budi, langsung mempelajari bagaimana cara
menambang intan di sebuah sungai. Dia tanya sana sini untuk mengetahui caranya dan dia menjalankannya
dengan sungguh-sungguh sampai dia mendapatkan intan, meski tidak sebanyak pak Amir.

Sementara ibu Cici memasang bubu sebanyak mungkin. Ikan yang tertangkap dilepas kembali karena
tujuannya ingin mendapatkan intan. Dia ingin mendapatkan keberuntungan seperti pak Amir. Setelah sekian
lama mencoba akhirnya bu Cici pulang dengan tangan kosong. Ikan tidak dapat apalagi intan.

Lain lagi dengan pak Dedi. Dia tidak melakukan apa-apa. Dia mengatakan,

“Pak Amir cuma beruntung. Saya tidak seberuntung dia.”

Setelah sekian lama, berita ini sampai kepada pemerintah dan tempat itu diambil alih. Masyarakat masih bisa
menambang intan dan dijual kepada pihak pemerintah. Pak Budi dan orang-orang mengikuti jejak pak Budi
mendapatkan rezeki yang lumayan dari usaha menambang intan tersebut. Sementara Bu Cici dan Pak Dedi
hanya menjadi penonton sambil terus mengatakan,

“Saya tidak beruntung.”

Catatan: Cerita ini rekayasa, Anda tidak perlu mencari tambang intan ini

Tidak Sempat
Masih malam, jam 1:00, disaat orang masih terlelap tidur, pak Usman sudah bengun dan langsung bersiap-
siap untuk pergi. Segala perbekalan dibawa termasuk makanan, minuman, dan golok. Mau ke mana pak
Usman? Pak Usman adalah seorang pedagang bambu yang rumahnya di sekitar hutan bambu yang terletak di
atas sebuah gunung.

Setelah perbekalan siap, dia pun ke luar rumah sambil melirik anak dan istrinya yang sedang nyenyak tidur.
Mungkin, dia ingin berpamitan tetapi kasihan melihat anak dan istrinya sedang tidur pulas. Dia pun
berangkat dan mengunci pintu dari luar. Tentu, pak Usman punya kunci duplikat karena hampir setiap hari ke
luar malam.

Dia pun menghampiri gerobak yang sudah terisi bambu. Ternyata temannya mang Dadan sudah menunggu
disana.

- 13 -
“Yuk, kita berangkat.” kata pak Usman. Tanpa basa basi lagi mereka langsung mendorong gerobak menuruni
jalan yang lumayan curam. Perjalanan pun ditempuh cukup lama. Mereka sesekali berhenti untuk beristirahat
meminum kopi yang mereka bawa dengan botol bekas minuman air mineral.

Sampai di kota, mata hari pun sudah terbit. Sinar matahari yang sebenarnya belum terik, tetapi cukup untuk
membuat tubuh Mang Dadan dan pak Usman basah kuyup karena keringat. Sesampainya di dekat pasar
mereka pun berhenti dan berharap ada pembeli yang datang.

Sampai datang seorang pria setengah baya, dengan pakai ala haji (katanya) menghampiri mereka.

“Assalamu‟alaikum…” kata bapak tersebut sambil tersenyum.

“Wa‟alikum salam pak Haji.” Jawab pak Usman. Pak Usman manggil pak haji untuk tujuan menyenangkan
calon pembelinya. Dia tidak tahu apakah orang ini sudah berhaji atau belum. Tapi dia tidak peduli, yang
penting bapak ini senang dan membeli bambunya.

“Perlu bambu pak Haji?” tanya mang Dadan tidak kalah sopan.

“Betul, Mushola di tempat saya mau diperbaiki dan perlu bambu untuk stagger dan untuk reng.” kata orang
yang yang dipanggil pak Haji. OK dech, kita sebut saja pak Haji.

“Kebetulan pak Haji, saya bawa bambu bagus. Baru datang, saya baru menebangnya kemarin. Silahkan
dilihat.” kata pak Usman.

“Oh, baru datang yah? Memang bapak-bapak berangkat jam berapa dari rumah?” tanya pak Haji.

“Sekitar jam satu atau setengah dua, pak Haji.” jawab mang Dadan.

“Mmm. Ngomong-ngomong, bapak-bapak shalat shubuh dimana?” tanya pak Haji.

Mereka terkejut dengan pertanyaan ini, sebab mereka tidak shalat shubuh. Mereka malu, tetapi mereka tidak
berani bohong.

“He he, tidak sempat pak Haji. Saya takut terlambat dan didahului oleh orang lain.” jawab pak Usman malu-
malu.

Pak Haji pun tersenyum. “Mulai besok, bagaimana jika berangkat lebih malam, jadi begitu waktu subuh,
bapak-bapak bisa menyempatkan diri untuk shalat sambil beristirahat.”

“Baik pak Haji.” jawab mereka serempak sambil tersenyum malu-malu. “Oh ya, mau beli semua pak Haji?”

“Oh iya, hampir lupa. Berapa semuanya?” tanya pak Haji. Setelah sepakat harga, mereka pun langsung
mendorong gerobak menuju Mushala yang sedang direnovasi.

Tiga Langkah Lagi


Kata menyesal sering terjadi disaat kita telah mengambil keputusan yang salah karena kita sudah putus asa.
Bahkan akibat dari putus asa ini dapat menimbulkan kerugian materi. Seperti kisah seorang penambang emas
berikut ini.

Ada seorang pria yang memiliki mata pencaharian sebagai penambang emas. Awalnya pria tersebut hanya
mencari emas di tempat umum yang biasa orang mencari emas di sana, namun hasilnya kurang
menggembirakan. Kemudian ditemukan sebidang tanah yang diperkirakan banyak mengandung emasnya.
Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya pria tersebut memutuskan menjual rumah dan harta
bendanya. Hasil dari penjualan tersebut dibelikan tanah yang diperkirakan banyak mengandung emas tadi.

Dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun demi tahun tanah tersebut terus menerus digali untuk mendapatkan
emas yang diinginkan. Namun emas yang diharapkan tak kunjung ditemukan. Sudah banyak tenaga, materi,
pemikiran yang dikeluarkan demi ditemukannya emas tersebut.

Pria tersebut putus asa dan akhirnya menyerah. Tanah tersebut kemudian dijual kepada orang lain. Tak
berapa lama setelah tanah tersebut laku terjual, akhirnya ditemukanlah emas yang selama ini dicari-cari.
Emas yang ditemukan tersebut jaraknya hanya 3 langkah dari tempat terakhir pria itu menggali.

Hal yang sama bisa terjadi pada bisnis yang lainnya. Seringkali suatu bisnis harus melalui waktu lama dalam
proses pembangunannya sampai mendatangkan keuntungan bagi kita. Terutama bisnis yang akan

- 14 -
memberikan penghasilan yang cukup besar. Kita perlu waktu membangun sistem, membangun merk dagang
kita, mengembalikan modal, dan sebagainya, sebelum kita bisa mengantongi keuntungan.

Masalahnya banyak yang tidak sabar dengan proses ini, mereka ingin segera mendapatkan keuntungan dari
bisnis. Saat lama tidak menghasilkan, mereka pun berhenti. Padahal, bisa jadi besok, satu minggu lagi, atau
satu bulan lagi, keuntungan mulai berdatangan. Sabar memang diperlukan dalam menjalankan sebuah bisnis.
Jangan sampai kita kehilangan keuntungan yang sebenarnya tinggal tiga langkah lagi.

Mengejar Bayangan
menghadap sang Matahari abadi

Seorang anak kecil bercucuran keringat. Ia telah berusaha cukup lama berlari dan terus berlari. Ia ingin
mengalahkan sesuatu di depannya, ia ingin melampaui bayangannya sendiri. Namun semakin ia kejar,
semakin yang dikejar itu menjauh mendahuluinya. Tak peduli berapa jauh ia mengejar, berapa cepat ia
berlari, bayangannya selalu tetap saja berada di depannya, pada hal ia kini sudah kehabisan tenaga.

Akhirnya orangtuanya tahu juga apa yang sedang diperbuat anaknya. Sang ibu dengan penuh kasih
memberikan sebuah nasihat yang amat sederhana; "Anakku sayang! Hanya ada satu tindakan sederhana
yang perlu engkau perbuat untuk mengalahkan bayanganmu, yakni berjalan menghadap matahari. Karena
dengan itu bayanganmu pasti akan berada di belakangmu. Hanya dengan itu engkau menjadi
pemenangnya".
----------

 Anda mungkin pernah atau sedang berusaha sekuat tenaga untuk melampaui suatu 'bayangan'
tertentu. Mungkin anda berhadapan dengan problema pekerjaan, studi, atau masalah perkimpoian dan
kehidupan rumah tangga.
 Bila saat itu datang, mari kita berdiri menghadap sang Matahari abadi yang memancar dalam setiap
hati.

Anak Kecil
Ojo Ndelok Dhohire
Peristiwa tersebut terjadi di suasana berdatangannya rombongan muslimin mewakili wilayah-wilayah Islam.
Suasana yang resmi. Di hadapan Amirul Mukminin baru, Umar bin Abdul Aziz. Bukan sekadar seorang
Khalifah. Tetapi semua orang tahu bahwa Umar bin Abdul Aziz juga seorang ulama besar. Tentu majlis
tersebut, majlis yang dihadiri oleh banyak orang besar di kekhilafahan. Saat suasana seperti itulah, sang anak
maju untuk bicara. Di hadapan semua. Dalam suasana resmi negara. Umar bin Abdul Aziz mencegah:
Sebentar nak, yang hendaknya bicara adalah orang yang lebih tua dari kamu.

Anak kecil itu berkata: Sebentar wahai Amirul Mukminin, seseorang itu tergantung dua hal kecil (pada
fisiknya); hatinya dan lisannya. Jika Allah memberikan kepada hamba lisan yang mampu bicara dengan baik
dan hati yang menjaga maka sungguh ia berhak untuk bicara. Wahai Amirul Mukminin, jika yang boleh maju
adalah orang yang lebih tua, maka di umat ini ada orang yang lebih tua dari dirimu (lebih berhak menduduki
posisimu).

Umar bin Abdul Aziz pun berkata: Nasehatilah kami, nak dan persingkat!

Anak kecil itu berkata: Ya, wahai Amirul Mukminin. Sebagian orang tertipu dengan kemurahan Allah,
panjangnya angan-angan mereka dan sanjungan orang kepada mereka, maka kaki mereka pun terpeleset dan
jatuh ke dalam Neraka. Maka janganlah Anda terlena oleh kemurahan Allah, panjangnya angan-angan dan
sanjungan orang kepada Anda yang akan menyebabkan kaki Anda terpeleset dan merugikan umat.

Semoga Allah tidak menjadikanmu termasuk seperti mereka dan menyatukanmu bersama orang-orang sholeh
dari umat ini.

Kemudian anak itu diam.

Umar bin Abdul Aziz bertanya: Berapa umur anak ini?

Dijawab: 11 tahun

Umar bin Abdul Aziz bertanya tentang anak ini dan ternyata dia adalah anak dari Husain bin Ali radhiallahu

- 15 -
anhum....

Umar bin Abdul Aziz pun memujinya dan mendoakannya.

Saat Umar bin Abdul Aziz meragukan usianya yang masih sangat muda, dia mampu „menohok‟ sang
khalifah dengan kalimat yang sopan tetapi dalam. Bahwa kalau usia yang menentukan, tentu di wilayah Islam
ini ada orang yang lebih tua dari khalifah yang lebih berhak duduk sebagai khalifah. Kalimat yang tepat dan
seketika. Tak surut oleh kalimat orang besar dan di hadapan banyak orang. Tenang dan cerdas. Logis dan
tepat.

Kita juga harus belajar dari Umar bin Abdul Aziz. Yang meminta seorang anak kecil hebat untuk
memberikan nasehat di forum resmi negara. Ternyata benar kata anak kecil itu, usia bukanlah yang
menentukan. Dan akhirnya, kita paham siapa anak kecil tersebut. Hadzasy syiblu min dzakal asad (anak
singa kecil ini lahir dari singa besar itu). Tidak ada isitilah kata ia sok tenar, sok ngetop, asalkan untaian
kalimahnya mengingatkan kepada Allah, para Shalihin terdahulu generasi terbaik Islam, senantiasa
memperhatikan, dan merenungkan. Tidak ada lagi egoisme bila kebenaran yang berasal dari Allah SWT, saat
ayat dan hadist disampaikan dan inilah kunci solusi keselamatan dunia dan akherat. Tidak lagi dilihat siapa
yang menyampaikan karena ia takut Allah SWT. Sekarang terbalik asal seseorang berharta, menguntungkan,
maka ia akan didengarkan dan diangkat-angkat berlebihan pada akhirnya saat ada masa kejatuhannya ia
dicampakkan begitu saja.

Menanam Anggur
optimis
Seseorang telah menanam anggur yang dikenal sebagai suatu jenis baru yang menghasilkan buah anggur
yang siap dimakan hanya setelah berumur tiga puluh tahun. Ketika dia menanamnya, Sultan melintas,
berhenti, dan berkata, "Engkau seorang yang luar biasa optimis jika engkau berharap hidup hingga anggur
itu berbuah."

"Mungkin aku tidak akan hidup selama itu," jawab orang itu. "Tetapi setidaknya para penggantiku akan
hidup dan mengambil keuntungan dari pekerjaanku, sebagaimana kami semua mengambil keuntungan dari
kerja para pendahulu kita."

"Kalau begitu," jawab Sultan. "Jika pohon anggur itu berbuah, bawakan beberapa butir buah untukku. Itu
jika kita lolos dari pedang kematian yang menggantung di atas kita sepanjang waktu."

Sultan pun pergi.

Tiga puluh tahun kemudian pohon anggur itu mulai menghasilkan buah anggur yang lezat. Orang itu mengisi
sebuah keranjang besar dengan buah anggur pilihan dan pergi ke istana. Sultan menerimanya dan
memberinya hadiah emas yang banyak.

Kabar pun tersiar, "Seorang petani yang tak dikenal telah diberi sejumlah emas yang banyak sebagai
pengganti sebuah keranjang anggur."

Seorang perempuan dungu mendengar hal ini. Segera ia mengisi sebuah keranjang dengan buah anggur
miliknya dan membawanya sendiri ke penjaga istana. Ia berkata, "Aku meminta ganjaran yang sama dengan
yang telah diterima oleh laki-laki tadi pagi. Ini buah anggurku. Jika Sultan memberi uang untuk buah-
buahan, maka ini buah-buahan itu."

Sang Sultan mengetahui hal itu dan menjawab, "Ia hanya bisa meniru dan sombong. Ia tidak mau
mengetahui apa latar belakang aku memberi emas pada lelaki itu. Karenanya, usir dia!"

Perempuan itu tidak mau bersusah payah mengetahui bagaimana sang petani anggur bisa menumbuhkan
anggurnya. Perempuan itu hanya mau meniru mudahnya saja.

- 16 -
GEORGE WASHINGTON
Keteladanan
lebih mudah dipahami daripada ribuan pidato.
Dalam perang kemerdekaan Amerika Serikat, suatu hari satu batalyon pasukan US terjebak di sungai. Maka
mereka memutuskan akan membuat jembatan darurat. Maka si Sersan yang memimpin regu pembangunan
jembatan segera memerintahkan para prajurit untuk bekerja keras. "Cepat! Cepat!" Kata si Sersan sambil
berkacak pinggang di atas batu. Pekerjaan itu terhambat ketika sebuah balok kayu besar sulit untuk di angkat.
Maka si Sersan semakin garang. Dia mengayunkan tongkat komandonya. Memukul para prajurit dan
berteriak "Bodoh! Cepat!".

Tiba-tiba dari kejauhan sekelompok penunggang kuda mendekat. Menyapa sang Sersan dan bertanya : "Ada
apa?" Maka Sersan itu menceritakan kesulitan mendorong dan menindahkan balok kayu besar itu. Sang
penunggang kuda segera turun dan bertanya : "Boleh saya membantu?". "Boleh" jawab sersan itu. Maka
sekarang dengan tambahan beberapa tenaga dari sang penunggang kuda dan teman-temannya balok itu
terangkat, dipindahkan dan dipasang pada tempatnya.

Sang sersan berterima kasih atas bantuan dari sang penunggang kuda. Maka jawab sang penunggang kuda :
"Tidak masalah. Kalau butuh bantuan lagi hubungi saja saya ... nama saya GEORGE WASHINGTON,
Komandan tertinggi pasukan kemerdekaan Amerika Serikat". Sersan itu terdiam.

Note :
- Jadi pemimpin jangan cuman bisa teriak-teriak (mbacot doang). Ikut turun dong.
- Keteladanan lebih mudah dipahami daripada ribuan pidato.

"Toko Kebahagiaan."

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, "Berapa lamakah waktu
yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?" Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian
menjawab, "Kira-kira sepuluh tahun."

Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, "Begitu lama ?" tanyanya tak percaya. "Tidak," kata si orang
bijak, "Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun." Anak muda itu bertambah bingung. "Mengapa Guru
lipatkan dua,?" tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, "Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin
engkau membutuhkan 30 tahun."

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin
banyak orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai
kebahagiaan?

Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan? Sebagaimana yang telah banyak disampaikan,
kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua tidak
dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau membayar harganya.

Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah "Toko Kebahagiaan."

Di sana tidak ada barang yang bernama "kebahagiaan" karena "kebahagiaan" itu sendiri tidak dijual. Namun,
toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran,
keikhlasan, rasa syukur, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan.

Inilah "barang-barang" yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.

Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah benih. Jadi,
kalau Anda tertarik untuk membeli "kesabaran" Anda hanya akan mendapatkan "benih kesabaran." Karena
itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut
sampai ia menghasilkan buah kesabaran.

Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut mengandung sejumlah persoalan yang harus Anda pecahkan.
Hanya bila Anda mampu memecahkan persoalan tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual di
toko itu juga bermacam-macam tingkatannya. "kesabaran tingkat 1," misalnya, berarti menghadapi
kemacetan lalu lintas, atau pengemudi bus yang ugal-ugalan. "Kesabaran tingkat 2" berarti menghadapi
atasan yang sewenang-wenang, atau kawan yang suka memfitnah. "Kesabaran tingkat 3", misalnya, adalah

- 17 -
menghadapi anak Anda yang terkena autisme.

Menu yang lain misalnya "bersyukur."

"Bersyukur tingkat 1" adalah bersyukur di kala senang, sementara "bersyukur tingkat 2" adalah bersyukur di
kala susah.

"Kejujuran tingkat 1," misalnya, kejujuran dalam kondisi biasa, sementara "kejujuran tingkat 2" adalah
kejujuran dalam kondisi terancam.

Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di "Toko Kebahagiaan".

Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya sesuai dengan kualitas karakter yang
ditimbulkannya. Yang termahal ternyata adalah "kesabaran" karena kesabaran ini merupakan bahan baku dari
segala macam produk yang dijual di sana.

Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, "Apa yang kita peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang
kita hargai. Hanya harga yang mahallah yang memberi nilai kepada segalanya. Tuhan tahu bagaimana
memasang harga yang tepat pada barang-barangnya."

Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda. Kita akan bersahabat dengan
masalah. Kita pun akan menyambut setiap masalah yang ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap
masalah senantiasa terkandung "obat dan vitamin" yang sangat kita butuhkan.

Dengan demikian Anda akan "berterima kasih" kepada orang-orang yang telah menyusahkan Anda karena
mereka memang "diutus" untuk membantu Anda. Pengemudi yang ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan
yang sewenang-wenang adalah peluang untuk membentuk kesabaran. Penghasilan yang pas-pasan adalah
peluang untuk menumbuhkan rasa syukur. Suasana yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk
menumbuhkan konsentrasi. Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah peluang untuk menumbuhkan
perasaan kasih tanpa syarat. Orang-orang yang menyakiti Anda adalah peluang untuk menumbuhkan kualitas
rela memaafkan.

Sebagai penutup marilah kita renungkan ungkapan berikut ini: "Aku memohon kekuatan, dan Tuhan
memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuatku kuat. Aku memohon kebijaksanaan, dan Tuhan memberiku
masalah untuk diselesaikan. Aku memohon kemakmuran, dan Tuhan memberiku tubuh dan otak untuk
bekerja. Aku memohon keberanian, dan Tuhan memberiku berbagai bahaya untuk aku atasi. Aku memohon
cinta, dan Tuhan memberiku orang-orang yang bermasalah untuk aku tolong. Aku mohon berkah dan Tuhan
memberiku berbagai kesempatan. Aku tidak memperoleh apapun yang aku inginkan, tetapi aku mendapatkan
apapun yang aku butuhkan."

jalan menuju sukses


Seorang eksekutif muda bertemu dengan seorang guru di sebuah jalan raya.

Ia bertanya, "Guru, yang manakah jalan menuju sukses?"

Sang guru terdiam sejenak. Tanpa mengucapkan sepatah kata, sang guru menunjuk ke arah sebuah jalan.

Eksekutif muda itu segera berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru. Ia tak mau membuang-buang
waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa saat melangkah tiba-tiba ia berseru, "Ha! Ini jalan
buntu!" Benar, di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia terpaku kebingungan,
"Barangkali aku salah mengerti maksud sang guru."

Eksekutif muda itu berbalik menemui sang guru untuk menanyakan sekali lagi, "Guru, yang manakah jalan
menuju sukses."

Sang guru menunjuk ke arah yang sama.

Eksekutif muda itu berjalan ke arah itu lagi. Namun yang ditemuinya tetap saja sebuah tembok yang
menutupi jalan. Ia merasa dipermainkan.

Dengan penuh amarah ia menemui sang guru, "Guru, aku sudah menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui
adalah sebuah jalan buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju sukses? Kau
jangan hanya menunjukkan jari saja, tetapi bicaralah!"

- 18 -
Akhirnya sang guru berbicara, "Di situlah jalan menuju sukses. Hanya beberapa langkah saja di balik
tembok itu."

Renungan : Keberhasilan seringkali tak tampak karena ia bersembunyi di balik kesulitan. Cuma orang-orang
yang mampu mendaki "tembok" itulah yang akan menemui keberhasilan.

persaudaraan rusak karena harta


Dua bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka yang seorang telah menikah dan
memiliki sebuah keluarga besar, yang lainnya masih lajang. Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu
membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.

Pada suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang
kami peroleh, aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Karena itu, setiap malam ia mengambil
sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya dilumbung milik saudaranya.

Sementara itu, saudara yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, "Tidak adil jika kami membagi rata
semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku dimasa tua nanti,
sedangkan saudaraku tidak memiliki siapapun dan tidak seorangpun akan peduli padanya pada masa
tuanya." Karena itu, setiap malam iapun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya
di lumbung milik saudara satu-satunya itu.

Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu masing-masing, sementara padi mereka
sesungguhnya tidak pernah berkurang. Hingga suatu malam keduanya bertemu dan barulah saat itu mereka
tahu apa yang telah terjadi. Merekapun berpelukan.

Moral of this story: Jangan biarkan persaudaraan rusak karena harta, justru pereratlah persaudaraan tanpa
memusing-kan harta. Harta mampu membutakan mata hati dan membuat persaudaraan menjadi kacau.
Milikilah harta secukupnya saja dan janganlah berlebihan.

Hidup bukanlah sebuah VCD PLAYER


Cerita Motivasi ini adalah "kisah nyata" yang pernah terjadi di Amerika. Seorang pria membawa pulang truk
baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain.

Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke
truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores.

Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai
hukuman. Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit. Walaupun dokter
telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal.
Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.

Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan
polos ia berkata, "Papa, aku minta maaf tentang trukmu." Kemudian, ia bertanya, "tetapi kapan jari-jariku
akan tumbuh kembali?"

Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.

Renungkan cerita di atas! Berpikirlah dahulu sebelum Anda kehilangan kesabaran kepada seseorang yang
Anda cintai. Truk dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti seringkali tidak dapat
diperbaiki.

Terlalu sering kita gagal untuk membedakan antara orang dan perbuatannya, kita seringkali lupa bahwa
mengampuni lebih besar daripada membalas dendam. Orang dapat berbuat salah. Tetapi, tindakan yangkita
ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya. Tahan, tunda dan pikirkan sebelum mengambil
tindakan. Mengampuni dan melupakan, mengasihi satu dengan lainnya.

Ingatlah, jika kau menghakimi orang, kau tidak akanada waktu untuk mencintainya waktu tidak dapat
kembali....

- 19 -
Hidup bukanlah sebuah VCD PLAYER, yang dapat di backward dan forward.
HIDUP hanya ada tombol PLAY dan STOP saja.
Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat membayangi kehidupan kita kelak.

Yang menjadi sebuah inti hidup adalah "HATI" Hati yang dihiasi belas kasih dan cinta kasih. CINTA
KASIH merupakan nafas kehidupan kita yang sesungguhnya.

Tersentuhkah hati anda?

Kalau YA, artinya Anda masih mempunyai HATI. Forward lah Post Bulletin ini. Pengalaman orang lain
dapat menjadi hikmah bagi kita dan jangan sampai kesalahan orang lain kita ulangi juga.

Kalajengking
Ada seorang pendeta India yang melihat seekor kalajengking mengambang berputar-putar di air. Ia
memutuskan untuk menolong kalajengking itu keluar dengan mengulurkan jarinya, tetapi kalajengking itu
menyengatnya. Orang itu masih tetap berusaha mengeluarkan kalajengking itu keluar dari air, tetapi binatang
itu lagi-lagi menyengat dia.

Seorang pejalan kaki yang melihat kejadian itu mendekat dan melarang orang India itu menyelamatkan
kalajengking yang terus saja menyengat orang yang mencoba menyelamatkannya. Tetapi orang India itu
berkata, "Secara alamiah kalajengking itu menyengat. Secara alamiah saya ini mengasihi. Mengapa saya
harus melepaskan naluri alamiah saya untuk mengasihi gara-gara kalajengking itu secara alamiah
menyengat saya?"

Jangan berhenti mengasihi, Jangan menghentikan kebaikan anda, Bahkan meskipun ketika orang-orang lain
menyengat Anda.

"hidup harus berarti buat banyak orang"


Disuatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu
drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat
sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan disebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta.

Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil
membagikan bungkusan tersebut, ia menyapa akrab setiap orang, dari Tukang koran, Penyapu jalan, Tuna
wisma sampai Pak polisi.

Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si
anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? "kalau dia berjualan apa mungkin seorang
tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau..??", untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti
si anak kecil tersebut sampai disebrang jalan, setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak
berbincang-bincang. De, "boleh kakak bertanya ? silahkan kak, kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan
ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?, oh… itu bungkusan nasi dan
sedikit lauk kak, memang kenapa kak!", dengan sedikit heran, sambil ia balik bertanya. "Oh.. tidak!, kakak
Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab
dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?" Lalu, Adik kecil ini mulai bercerita, "Dulu !
aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan
belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak
makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim
hujan kami sering kehujanan, apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih, namun setelah
ibu ku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Maka dari itu ibu selalu
mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu, jadi kalau saat ini kita diberi
rejeki yang cukup, kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka. Yang ibu ku selalu katakan "hidup harus
berarti buat banyak orang", karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa,
hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita, kalau hari ini
kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang, kenapa kita harus tunda. Karena menurut
ibuku umur manusia terlalu singkat, hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok
kita dipanggil Sang Pencipta, "Apa yang kita bawa"?". Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati ku, saat
itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah
yang tidak ada gunanya, dibandingkan adik kecil ini.

- 20 -
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal
seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Yah, Tuhan, Ampuni aku,
ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.

Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada Mu lah yang dapat mengiringiku masuk ke
Surga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyak ku.

(Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia
tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala
sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.)

Lakukanlah perkara-perkara kecil, dengan membagikan cerita ini kepada semua orang, semoga hasil yang
didapat dari hal yang kecil ini berdampak besar buat banyak orang.

Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih
payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil
sport, keluaran terbaru dari ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda
ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya
sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun
berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya
itu dia ceritakan keteman-temannya.

"sebaik-baik manusia
adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain”
Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan
dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa
dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan, Bukan sebuah kunci ! Dengan hati
yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya.

Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah kitab suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir
indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak,
"yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku
?" lalu dia membanting kitab suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa,
hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang
cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan
dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal
sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia
berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu.
Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari
wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah
meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu.
Sang anak disuruh menghadap jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua
harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih,
mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelak
terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri
semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan kitab suci itu, masih
terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.

Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut kitab suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman
pertama kitab suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "sebaik-baik manusia adalah mereka yang
paling bermanfaat bagi orang lain. Dan tuhan maha kaya dari segala apa yang ada di dunia ini" selesai dia
membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang kitab suci itu. Dia memungutnya, Sebuah kunci
mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia
idamkan ! Dia membuka halaman terakhir alkitab itu, dan menemukan di situ terselip stnk dan surat-surat
lainnya, namanya tercetak di situ.

- 21 -
Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu. Dia berlari menuju
garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun
mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil
sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil
dan melongok ke dalam.

Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada
sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping
mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin
diobati.

Senyum, Salam, Sapa


Kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah kisah yang cukup sederhana, Berawal dari Sebuah Sapaan.
Ini adalah cerita motivasi singkat dari salah satu sahabatku, sebut saja Bunga (bukan nama sebenarnya). Dia
menceritakan sebuah pengalaman menarik tentang sahabatnya yang “selalu” mendapatkan keberuntungan.
Aku merasa sedikit heran, mengapa dia selalu beruntung? Demi menghilangkan rasa penasaran dan
kegelisahan, maka cobalah sobat ikuti cerita singkat berikut ini.

"Ga usah" jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus itu terus terang menghadirkan tanda tanya
dalam hatiku, "kenapa dia tidak mau menerima ongkos itu ?". Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu
memulai aksi yang baru, menghampiri gerobak pedagang air tebu.

Bapak itu buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta. Rupanya si
bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan hari ini saja, seakan-akan setiap hari selalu ada orang
baik untuknya.

Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam istirahat, seorang ibu yang biasa
mengusung dagangannya dari blok ke blok kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, "nih
satu buat kamu" sambil membawa dua bungkus tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya sambil tersenyum kepada
si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.

Belum lagi, minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke tangannya. Aku berusaha
sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya. Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak
cantik, tidak terlalu berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya .. aku mulai
menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku.

Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan. Anehnya, dia tidak pernah kehabisan
bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak
ngobrol. Begitu juga wajah pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya. Aha
! aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya.

Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas, tapi juga dari fakultas lainnya.
Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli dagangan si ibu.

Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu memberi gratisan kepadanya
"ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku mendengar jawaban kenek itu "Wah, ga sebanding mba’ dengan
jajan yang selalu diberinya untukku".

Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku sudah menemukan
jawabannya. Seperti kata seorang guru "Orang mendapatkan bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa
yang diberikannya." Yah, sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita. Keramahtamahan dan
kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya yang lain. Semuanya
berawal dari sebuah sapaan.

Sobat, sebenarnya untuk mendapatkan kebahagiaan tidaklah sesulit yang dibayangkan. Orang selalu berfikir
dengan memiliki banyak harta, pasti gembira dan bahagia, sehingga kita berlomba menumpuk sebanyak-
banyaknya harta. Tetapi ternyata untuk memperoleh kegembiraan dan kebahagiaan, bukan resep itu yang
paling mujarab, tetapi cukup dengan tidak serakah dan memiliki harta secukupnya saja. Namun perbanyaklah
untuk saling sapa dan beramahtamahlah dalam pergaulan.

- 22 -
Papan Nama
Berbagi Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "Disini
Jual Ikan Segar"

Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.

"Mengapa kau tuliskan kata DISINI ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan
DISANA?"

"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN
SEGAR".

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.

"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan
segar, bukan ikan busuk?"

"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN"

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata
JUAL? bukankah semua orang sudah tau kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?"

Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN"

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke empat, yang juga menanyakan tulisannya :
"Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging?"

"Benar juga" pikir sipenjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.

Renungan: Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita takkan mendapatkan apa-apa! Lakukanlah
segalanya sesuai dengan apa yang telah ditentukan, jangan bersikap mubazir dan sia-sia. Kita kadang selalu
tidak sadar dengan apa yang telah kita lakukan, padahal sebenarnya apa yang telah kita lakukan tersebut
adalah sia-sia. Jika kita ingin lebih berguna untuk orang lain, maka jangan sungkan dan jangan segan untuk
di kritik.

Lompatan Belalang
Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yang cerdik. Belalang muda ini adalah belalang yang
lompatannya paling tinggi di antara sesama belalang yang lainnya. Belalang muda ini sangat membanggakan
kemampuan lompatannya ini. Sehari-harinya belalang tersebut melompat dari atas tanah ke dahan-dahan
pohon yang tinggi, dan kemudian makan daun-daunan yang ada di atas pohon tersebut. Dari atas pohon
tersebut belalang dapat melihat satu desa di kejauhan yang kelihatannya indah dan sejuk. Timbul satu
keinginan di dalam hatinya untuk suatu saat dapat pergi ke sana.

Suatu hari, saat yang dinantikan itu tibalah. Teman setianya, seekor burung merpati, mengajaknya untuk
terbang dan pergi ke desa tersebut. Dengan semangat yang meluap-luap, kedua binatang itu pergi bersama ke
desa tersebut. Setelah mendarat mereka mulai berjalan-jalan melihat keindahan desa itu. Akhirnya mereka
sampai di suatu taman yang indah berpagar tinggi, yang dijaga oleh seekor anjing besar. Belalang itu
bertanya kepada anjing, "Siapakah kamu, dan apa yang kamu lakukan di sini?"

"Aku adalah anjing penjaga taman ini. Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing terbaik di desa
ini," jawab anjing dengan sombongnya.

Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi, "Hmm, tidak semua
binatang bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa mengalahkanmu. Aku
menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling tinggi diantara kita."

"Baik," jawab si anjing. "Di depan sana ada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah yang bisa
melompati pagar tersebut."

Keduanya lalu berbarengan menuju ke pagar tersebut. Kesempatan pertama adalah si anjing. Setelah
mengambil ancang-ancang, anjing itu lalu berlari dengan kencang, melompat, dan berhasil melompati pagar

- 23 -
yang setinggi orang dewasa tersebut. Kesempatan berikutnya adalah si belalang muda. Dengan sekuat tenaga
belalang tersebut melompat. Namun, ternyata kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi
pagar tersebut, dan kemudian belalang itu jatuh kembali ke tempatnya semula. Dia lalu mencoba melompat
lagi dan melompat lagi, namun ternyata gagal pula.

Si anjing lalu menghampiri belalang dan sambil tertawa berkata, "Nah, belalang, apa lagi yang mau kamu
katakan sekarang? Kamu sudah kalah."

"Belum," jawab si belalang. "Tantangan pertama tadi kamu yang menentukan. Beranikah kamu sekarang jika
saya yang menentukan tantangan kedua?"

"Apa pun tantangan itu, aku siap," tukas si anjing.

Belalang lalu berkata lagi, "Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat di tempat.
Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, tapi diukur dari lompatan yang
dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya."

Anjing kembali yang mencoba pertama kali. Dari hasil lompatannya, ternyata anjing berhasil melompat
setinggi empat kali tinggi tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang. Lompatan belalang hanya setinggi
setengah dari lompatan anjing, namun ketinggian lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali
tinggi tubuhnya. Dan belalang pun menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing
menghampiri belalang dengan rasa kagum.

"Hebat. Kamu menjadi pemenang untuk perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya belum ada. Kita masih
harus mengadakan lomba ketiga," kata si anjing.

"Tidak perlu," jawab si belalang. "Karena, pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang kita
adakan adalah mereka yang menentukan standar perlombaannya. Pada saat lomba pertama kamu yang
menentukan standar perlombaannya dan kamu yang menang. Demikian pula lomba kedua saya yang
menentukan, saya pula yang menang." "Intinya adalah, kamu dan saya mempunyai potensi dan standar yang
berbeda tentang kemenangan. Adalah tidak bijaksana membandingkan potensi kita dengan yang lain.
Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi yang kamu miliki, kamu bisa melampaui standar dirimu
sendiri. Iya nggak sih?"

Cerita sederhana di atas pernah membuat saya malu pada diri sendiri. Betapa sering saya membanding-
bandingkan diri saya dengan orang lain. Membandingkan antara profesi saya dengan profesi si Anu, antara
pendapatan saya dan pendapatan si Banu, antara mobil saya dengan mobil si Canu, antara kesuksesan saya
dengan kesuksesan si Danu, dan seterusnya. Hasilnya? Ada kalanya muncul perasaan-perasaan negatif,
seperti iri hati atau kecewa pada diri sendiri, yang menganiaya rasa syukur atas kehidupan. Namun kala yang
lain muncul juga semacam motivasi untuk bisa lebih maju dan berusaha lebih tekun agar bisa melampaui
orang lain (pesaing?).

Belakangan, saya menemukan cara bersaing yang lebih cocok untuk diri sendiri. Saya mulai mengukur
kemajuan saya tahun ini berdasarkan prestasi saya tahun kemarin. Saya tetapkan bahwa tahun ini saya harus
lebih sehat dari tahun kemarin; pendapatan dan sumbangan tahun ini diupayakan lebih tinggi dari tahun lalu;
pengetahuan yang disebarkan tahun ini ditingkatkan dari tahun silam; relasi dan tali silahturahmi juga
direntangkan lebih lebar; kualitas ibadah diperdalam; perbuatan baik dipersering; dan seterusnya. Dengan
cara ini, saya ternyata lebih mampu mengatasi penyakit-penyakit seperti iri hati, dengki, dan rasa kecewa
pada diri. Berlomba untuk memecahkan rekor pribadi yang baru, melampaui rekor yang tercapai di masa
lalu, ternyata menimbulkan keasyikan dan rasa syukur yang membahagiakan.

Mungkin benar kata orang bijak dulu: kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain, melainkan
kemenangan atas hawa nafsu diri sendiri. Setujukah?

Kesombongan
Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk
bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya
bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan
banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka
pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena
itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

- 24 -
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul
tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih
rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan
lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih
bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong
karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena
kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya
dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal
ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara
bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat
terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu,
kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra
kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita
kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala
permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan
kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita
perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian
kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan
tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak
akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah
"tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau
ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata
adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah
musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan
kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang
mendalam.

Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.
Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?

Kotak Sabun, Pensil dan Cermin


Cerita Motivasi kali ini saya akan bercerita tentang Kotak Sabun, Pensil dan Cermin. Seringkali kali kita
terkecoh saat menghadapi suatu masalah, dan walaupun masalah tersebut mudah untuk dipecahkan, namun
pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah kadang menjadi terlalu rumit.
Seprti halnya yang terjadi pada kasus berikut ini.

Kasus 1
Salah satu dari kasus yang ada adalah kasus kotak sabun yang kosong, yang terjadi di salah satu perusahaan
kosmetik yang terbesar di Jepang. Perusahaan tersebut menerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan
bahwa ia telah membeli kotak sabun (terbuat dari bahan kertas) kosong. Dengan segera pimpinan perusahaan
menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun
yang telah dipak ke departemen pengiriman. Karena suatu alasan, ada satu kotak sabun yang terluput dan

- 25 -
mencapai bagian pengepakan dalam keadaan kosong.

Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan segera, para teknisi
bekerja keras untuk membuat sebuah mesin sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh
dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak
tersebut tidak kosong. Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan pun
tidak sedikit.

Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia
tidak berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda. Ia membeli sebuah
kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis
pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang melewati kipas angin
tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan, karena kotak sabun
terbuat dari bahan kertas yang ringan.

Kasus 2
Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka
tidak bisa berfungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena. Untuk
memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu dekade dan 12 juta dolar. Mereka
mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik,
dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik
beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius.

Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia? Mereka menggunakan pensil!

Kasus 3
Suatu hari, pemilik apartemen menerima komplain dari pelanggannya. Para pelanggan mulai merasa waktu
tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen itu. Dia (pemilik)
mengundang sejumlah pakar untuk memecahkan masalah ini. Satu pakar menyarankan agar menambah
jumlah lift. Tentu, dengan bertambahnya lift, waktu tunggu jadi berkurang. Pakar lain meminta pemilik untuk
mengganti lift yang lebih cepat, dengan asumsi, semakin cepat orang terlayani. Kedua saran tadi tentu
memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Tetapi, satu pakar lain hanya menyarankan satu hal, "Inti dari keluhan pelanggan anda adalah mereka
merasa lama menunggu". Pakar tadi hanya menyarankan untuk menginvestasikan kaca cermin di depan lift,
agar pelanggan teralihkan perhatiannya dari pekerjaan "menunggu" dan merasa "tidak menunggu lift".

Moral cerita ini adalah sebuah filosofi yang disebut KISS (Keep It Simple Stupid), yaitu selalu mencari
solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya. Cobalah menyusun
solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, kita
harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah.

Yakinlah Anda Bisa

Ingatlah ketika Anda masih kecil, dan mencoba belajar berjalan. saya yakin anda mengalami seperti ini :

Pertama Anda harus belajar untuk berdiri: sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh, jatuh lalu kembali
berdiri. Anda kadang tertawa serta tersenyum, tapi dilain waktu anda menangis dan meringis karena sakit.
Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam diri Anda bahwa Anda akan berhasil, apa pun dan
bagaimanapun. Anda punya motivasi dalam diri Anda.

Setelah banyak berlatih akhirnya Anda mengerti bagaimana keseimbangan diri Anda, sebuah persyaratan
untuk kejenjang berikutnya. Anda menikmatinya dan seolah-olah punya kekuatan baru, punya motivasi baru.

- 26 -
Anda akan berdiri dimana Anda suka – di tempat Anda, di sofa, di pangkuan ibu Anda, Bapak anda, atau pun
seseorang.

Itu adalah waktu yang menggembirakan – Anda melakukannya! Anda dapat mengontrol diri Anda. Anda
tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilan Anda. Sekarang – langkah berikutnya – berjalan. Anda
melihat orang lain melakukannya – ini keliatannya tidak terlalu sulit – hanya memindahkan kaki Anda saat
Anda berdiri, kan?

Salah – ternyata lebih kompleks daripada yang Anda bayangkan. Anda berurusan dengan rasa frustasi. Tapi
Anda terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai Anda tahu bagaimana berjalan. Anda
selalu ingin kedua tangan anda diberi pegangan saat berjalan.

Jika orang melihat Anda berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka akan memberi
semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah bisa berdiri”. “pandainya anakku,
pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicu Anda; dorongan itu menambah rasa percaya diri
Anda. Dorongan itu memotivasi Anda

Namun meski begitu, Andapun mencoba berjalan saat tak ada yang melihat Anda, saat tak ada yang
bersorak-sorai? Setiap peluang ada, Anda berlatih untuk berjalan. Anda tidak bisa menunggu seseorang untuk
memotivasi Anda untuk mengambil langkah-langkah berikutnya. Anda belajar bagaimana untuk memotivasi
diri sendiri.

Jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini.

Ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika kita mau dan bersedia
melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika kita belajar berjalan. Kita tidak perlu
menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita perlu memotivasi diri kita sendiri.

Jika Anda sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan gamang. Maka Anda
membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam hidup Anda yang telah lewat – Lihatlah
prestasi Anda, tidak peduli prestasi besar atau prestasi kecil – atau saat-saat dimana Anda bertemu dengan
tantangan dan menemukan cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat anda menghadapi
permasalahan yang sedang anda hadapi.

Fokus pada semua hal yang Anda pikir Anda tidak bisa lakukan, kemudian lakukanlah. Lihatlah buah hati
anda. Mereka tidak pernah menyerah. Dan mereka yakin serta percaya terhadap anda, bahwa anda mampu
dan bisa. Mereka percaya di dalam semua kehidupan Anda!

Sekarang Anda harus percaya pada diri Anda! Yakinkan pada hati Anda Bahwa Anda pasti bisa.

“Ingat, hari ini adalah hari terbaik dalam hidup Anda, milikilah masa depan yang indah, dengan membuat
perubahan hari ini!

Kisah Perjuangan Hidup Anak Pembuat Batubata

Jono, seorang bocah pinggiran kota yang rela melepas 'dunianya' hanya untuk membantu orangtua. Setiap
hari jono membantu mengankut dan menjemur batubata. Ya, pekerjaan orangtua jono hanyalah pengrajin
batubata kecil. Anak sekecil jono terpaksa mengerjakan pekerjaan orang dewasa, tidak disuruh, tapi ia tak
tega melihat ayahnya bekerja sendirian.

Bocah sekecil itu sanggup meninggalkan masa kacilnya yang seharusnya menikmati indahnya masa kekanak-
kanakan. Jono selalu terlihat riang ketika membantu ayah. Tapi, kita tidak tahu apakah jono benar-benar
periang, ataukah jono menyembunyikan rasa sedihnya agar ayah dan ibu tidak ikut sedih. Bocah sekecil ini

- 27 -
sudah mampu memiliki rasa prihatin terhadap orang tua. Sudahkan kita memiliki rasa belas kasihan
terhadap orang tua kita ? jawabnya ada dalam diri kita masing-masing.

Jono si kecil yang tak tega melihat ayahnya bekerja sendiri ikut membantu menyusun dan memindahkan
bata. Mirisnya, pekerjaan ini tidak dilakukan di hari libur, jono ternyata tak bersekolah. orangtua jono tak
sanggup membiayai jono agar tetap duduk di bangku sekolah.

Jono terpaksa membantu orang tuanya di saat teman sebayanya mengenyam pendidikan di sekolah. disaat
teman sebayanya bercanda bersenang-senang menikmati masa kanak-kanak. Pemerintah semestinya harus
lebih tanggap dengan masalah-masalah seperti ini.

Kita menyadari bahwa menuntut ilmu sangat penting dimulai dari dini hari, apa jadinya jika masa kanak-
kanak diisi dengan pekerjaan yang tidak seharusnya dikerjakan. Jono adalah seorang bocah yang cukup
tangguh, saya sempat kagum dengannya, dalam usia yang sungguh-sungguh sangat muda, masih bocah
malahan, naum telah dapat membantu penderitaan orang tuanya.

Saya merasa malu dengan diri sendiri, yang sampai saat ini masih membutuhkan bantuan dari orang tua.
Semoga cerita singkat ini mampu mengubah hidup kita agar bisa berfikir lebih dewasa lagi, selalu
menghargai jerih payah kedua orang tua, tidak melawan dengan nya, selalu bersikap ramah dan tidak
membantah atau membentak.

- 28 -
Kekuatan seorang Wanita
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ....
Kekuatan seorang Wanita adalah.
Bukan terletak pada Kariernya, Jabatannya, Profesinya ..
Bukan pada kekuasaannya, Pendidikannya, Gelar-gelarnya ..
Bukan pula terletak ketika dia menjadi Polisi, Tentara, Atlet, dll

Akan tetapi, Kekuatan Seorang wanita,


adalah ketika ia menjadi Seorang istri.
Dan menjadi seorang Ibu

Ketika dia Menjadi Seorang Istri ..


Ketika dia "melepaskan" Keluarga yang sudah membesarkannya ...
Ketika dia "melepaskan" teman-temannya, sahabat-sahabatnya ...
Ketika dia "melepaskan" para mantan kekasihnya ...
Ketika dia "melepaskan" kariernya, posisinya, Jabatannya ...
Ketika dia "melepaskan" Hal-hal yang dulu disukainya ...

- 29 -
Malah memilih untuk melakukan pekerjaan rumah tangga ...
Mencuci baju dan menyeterika ..
Mengelap dan membersihkan perabotan ..
Menyapu dan mengepel lantai ..
Mengosek WC, dan lain-lain ..

Membuat tangannya yang halus lentik menjadi agak kasar dan berkuku pendek ...
Belajar memasak, yang kadang baru dilakukan seumur hidupnya ..

Ketika dengan sabar, "Makan hati" melihat kemalasan suaminya ..


Ketika dengan sabar, berusaha memahami mertua, ..
Hanya untuk bersama suaminya ..
Membangun Keluarga Baru yang Mandiri ..

Ketika dia menjadi Seorang Ibu .


Ketika bersusah payah untuk hamil ..
Ketika berbahagia mengetahui dirinya hamil ..
Ketika mulai mengalami mual dan "morning sickness" ..
Ketika memaksakan minum susu, walaupun tidak suka ..
Menjaga pikiran dan perkataanya, biar tidak "kualat" ..

Ketika kakinya mulai bengkak, bahkan Varises ..


Ketika Wajahnya mulai berjerawat dan hidungnya membesar ..
Ketika tubuhnya mulai membengkak dan susah bergerak ..
Ketika bersusah-payah mengandung bayinya selama 9 bulan lebih..

Akan tetapi dia tetap berusaha melakukan pekerjaan rumah tangga


Bahkan tetap "melayani" suaminya yang kadang tak tahu diri ...
Ketika mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelahiran sang bayi Baju, botol susu, ranjang, bedongan,
peralatan mandi, kamarnya, dll ...

Ketika Ketakutan waktu mau melahirkan atau karena mau dioperasi Cesar ...

Ketika kedinginan sampai giginya gemeletuk karena ketakutan mau dioperasi ..

Ketika berusaha bangun secepatnya, ..


sambil menahan sakit karena luka bekas operasi ...

Ketika berusaha memerah susu dan menyusui sampai sakit, ..


karena keluar susunya sedikit ..
Bahkan sampai puting susunya lecet dan berdarah ...

Ketika kurang tidur, karena selalu bangun tengah malam untuk menyusui .. Maupun untuk membersihkan
tahi dan kencing waktu mengganti popok ...

Ketika tetap menggendong bayi sampai tidur ..


walaupun dirinya sendiri lelah karena kurang tidur ...

Ketika bersusah payah memberikan makanan yang bergizi dan susu yang mahal ..

Ketika menghemat uang belanja pribadi, untuk kebutuhan keluarga


Ketika dengan sabar, mengajarkan anak berjalan, mengajak main,menggendong anak kemana-mana ..

Mengantarkan anak sekolah ..


Mencarikan dan membelikan mainan untuk anak ..
Semua dilakukan untuk keluarga ..
Bahkan sampai melupakan diri sendiri....

Dan ketika anak-anaknya sudah besar ..


Dia harus melepaskan mereka ..
Agar mereka bisa berkembang dan berkeluarga sendiri ..

Dan diapun kembali kepada suaminya ..


Yang sudah mulai tua, buncit dan membotak ..
Hanya untuk setia sampai mati ..

- 30 -
Dalam susah maupun senang, kaya maupun miskin ..
Sehat maupun sakit, waras maupun gila ..
Sampai Maut memisahkan mereka ...

Hormati dan Hargailah para Wanita ...


Karena tanpa mereka, tidak ada satupun Manusia yang dilahirkan!....

Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. .. AAMIIN ..

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~o~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan
kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...


Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

Sampaikan Pesan Ummi Pada Abimu


Sobat pembaca yang saya banggakan, kali ini saya akan coba untuk berbagi artikel yang saya temukan
disebuah catatan sahabat saya irzapulungan mengenai sebuah kisah singkat yang sangat menggugah hati.
Sampaikan Pesan Ummi Pada Abimu, judul cerita inspirasi kali ini mungkin terdengar biasa saja, namun
setelah sobat membacanya mungkin akan tergugah hatinya. Ambillah hikmah dari cerita singkat ini.

Sampaikan Pesan Ummi Pada Abimu


Ahmed putraku

Ummi tak tahu kenapa pagi ini kau bersikeras pergi ke pasar untuk belanja dapur kita, dimana biasanya
Ummi yang melakukannya katamu, "Biar Ummi di rumah, Ummi mengaji saja di kamar biar Ahmed yang
pergi ke pasar sekali ini saja."

Kau sangat bersikeras Ahmed putraku. Ummi tak ada prasangka padamu lelaki kecilku yang dibanggakan
Abimu juga aku, lalu kau pun pergi membawa keping logam tersisa untuk ditukar dengan apa saja sekedar
hidup hari ini. Ummi lalu kembali larut dalam ayat Quran cinta kita kemudian mendadak suara langit
menggelegar.

Pesawat dari neraka datang lagi, diikuti dentum keras terdengar serasa dekat di telinga Ummi. Lalu tiba-tiba
saja Ummi merasa khawatir denganmu, lalu bergegas keluar rumah seperti para tetangga Ummi mencari tahu
apa yang telah terjadi semua berlari ke arah pasar tempat kau pergi, Ahmed putraku.

Lalu ummi melihatmu terkapar di jalan diantara raga-raga tak bergerak lainnya, kau sekarat disana.
Tanganmu saja yang bergerak.

Ahmed putraku,
Ummi spontan membopongmu mencari pertolongan. Di mulutmu hanya ada suara, suara yang sangat kita
kenal "Allah! Allah! Allah! Allah!"

Lirih Lemah. Tapi menembus kuat hingga langit tertinggi dan Allah ternyata memberi cinta di pagi ini
padamu, juga pada Ummi, lalu kubisikkan kata di telingamu, "Putraku tersayang, sampaikan pesan Ummi
pada Abimu di syurga bahwa Ummi akan lanjutkan perjuangan kalian, Ummi akan teruskan perlawanan
kalian. Selamat jalan Ahmed anakku terkasih. Selamat jalan syahidku cintaku. Ternyata Allah telah
memanggilmu pagi ini. Biarkan Ummi menangis terakhir kalinya mengantarmu pergi ke taman kehidupan

- 31 -
sebenarnya dimana Abimu menunggu di pintu gerbangNya. Tunggu Ummi ya nak, tunggu. Kita kelak akan
bersama lagi seperti dulu. Laailahailallah Muhammadarrosulullah. Innalillahi wa innailaihirojiuuuwn."

Filosofi Menangis
Ketika manusia dilahirkan dari perut ibunya, tindakan pertama yang dilakukanya adalah menangis. Ini adalah
satu aktivitas yang sangat penting baik bagi bayi maupun bagi keluarga yang sedang menerima kehadiran
anggota baru keluarganya. Menangis selanjutnya menjadi aktivitas rutin si anak jika ia membutuhka sesuatu.
Manangis adalah satu-satunya cara bayi untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berada disekitarnya.
Ketika ia merasa tidak nyaman karena ompolnya, ia akan menangis sejadi-jadimya agar si ibu mendatanginya
dengan penuh cinta dan membersihkan kotoran yang ada dalam popoknya.

setelah popok diganti dengan yang beersih ia akan diam dan tidur nyenyak. Ketika lapar dan haus pun
demikian. Ia akan melakukan itu (menangis) untuk mengatakan bahwa "ibu, aku tidak merasa
aman/nyaman". Yah, kira-kira itulah bahasa terjemahanya.

Seiring berjalanya waktu si bayi sudah bisa berdiri dan berkomunikasi. Namun apakah potensi menangis
sudah hilang? Tidak. Ia masih menyimpanya. Dan akan menggunakanya ketika sensor ketidaknyamanan
anak tersebut berkedip. Ketika terjatuh, atau diniaya orang yang lebih besar, ia akan melakukan itu. Namun
pengendalianya sudah teratur. Ia tidak akan menangis sebagaimana ia dahulu waktu bayi. Ia akan menangis
jika memang sudah tak ada lagi jalan lain untuk meluapkan kesedihan dan kejengkelanya dalam hal-hal
tertentu.

Lebih dari itu, menangis akan menjadi sebuah senjata yang luar biasa bagi kaum hawa dalam menaklukkan
pasanganya. Namun ini adalah bahasan lain tentang the power of women tears.

Manusia dewasa hanya akan menangis ketika emosional terdalamnya tersentuh. Perubahan perilaku ini tidak
hanya dipengaruhi oleh umur dan kedewasaanya, namun lebih pada kemapuannya untuk menganalisa
masalah dengan membedakan antara emosional yang menuntut meneteskan air mata denganyang tidak.

Namun diantara tangisan yang paling bermakna adalah tangisan sebagai rekasi terhadap kejadian yang
menimpa orang lain disekitarnya. Disinilah, air mata menjadi berharga. Karena air mata tidak dikeluarkan
untuk dirinya; Bukan karena dirinya terancam atau merasakan kepiluan emosional. Namun tangisan dan air
mata ini ditujukan untuk orang lain yang ada disekitarnya sebagai cara dia untuk meluapkan rasa kasih pada
kaum lemah dan perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan yang sedang dilihatnya.

Ketika melihat seseorang disiksa atau dizalimi, dikedalaman hati manusia akan terasa pedih, hati terasa
penuh, dada terasa sesak dan air mata menggenang di pelupuk mata. Inilah tangisan yang menggugah hati,
dan menimbulkan efek positif. Efek positif yang dimaksud adalah kesadaran akan hakikat manusia yang
senantiasa membenci kejahatan dan membela yang lemah. Tanpa tangisan, manusia tak lebih dari sekawanan
binatang yang biasa-biasa saja ketika melihat kawannya diterkam dan dimakan oleh predator lain.

Namun tangisan terhadap Imam Husein bukan sekedar kasihan terhadap imam husein yang sedang teraniaya.
Namun tangisan terhadap Imam Husein dalah symbol perlawanan terhadap segala macam bentu kezaliman
dan pengkhianatan. Tangisan untuk Imam Husein adalah bentuk Tawalli dan tabarri. Artinya bahwa mereka
yang tidak meneteskan air mata untuk Imam Husein, maka ia pasti tidak akan tergugah hatinya ketika melihat
penindasan dan kezaliman. Mengapa? Karena Imam Husein adalah ukuran kebenaran. Imam Husein adalah
symbol kebenaran dan keadilan. Jika imam dilawan, maka sudah pasti lawanya adalah kejahatandan
kezaliman. Karena tidak mungkin kebenaran melawan kebenaran.

Apalagi Imam sebagai kebenaran sedang dihancurkan, maka bagaimana mungkin manusia berakal akan
tinggal diam dan bersikap acuh melihat peristiwa agung ini. Nabi Ayyub as menangis sampai buta matanya
hanya karena ditinggal anaknya, padahal ia tahu bahwa anaknya masih hidup. Namun adakah manusia yang
mengaku umat nabi saw kemudian acuh dengan penganiayaan yang dilakukan terhadap cucu nabinya? Sudah
pasti, manusia itu sudah menukar harga dirinya sebagai manusia dengan sesuatu yang jauh lebih rendah dan
hina. Wallahu a‟lam. Sholawat!!!

- 32 -
Pentingnya Merokok :

1. Membantu program pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk Indonesia yang sudah terlalu
banyak;
2. Bisa berperan aktif dalam menyibukkan petugas pemadam kebakaran;
3. Membantu mensukseskan program KB (karena bisa menyebabkan gangguan kehamilan dan janin);
4. Asapnya bisa mengusir nyamuk sekaligus istri, anak, dan teman-teman;
5. Membantu meningkatkan produksi obat batuk;
6. Memperkaya pendapatan pabrik rokok;
7. Menjalin hubungan persahabatan dengan dokter spesialis jantung, paru-paru, dan kanker;
8. Menambah penghasilan tukang pembuat peti mati dan gali kubur.

Tidak Menunda Untuk Berbuat Baik


Berbuat baik kepada siapa pun dan apa pun di dunia ini mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan ke dalam
hati. "Your own soul is nourished when you are kind; it is destroyed when you are cruel. – hatimu akan
berbunga ketika Anda berbaik hati; tetapi kebahagiaan itu akan lenyap ketika Anda berbuat jahat," kata
King Solomon. Sebaliknya, kejahatan hanya mendatangkan kecemasan, kesedihan, dan rasa tidak nyaman
lainnya.

Berikut ini kisah tentang seorang pria peruh baya yang cukup sukses berbisnis bahan-bahan kebutuhan
pokok. Setiap hari ia selalu mendapatkan omzet penjualan sangat besar. Tetapi ia mempunyai sifat sombong,
menang sendiri, dan tidak segan mencelakai orang lain jika berselisih paham atau bersaing dagang
dengannya. Hal itu membuat pria tersebut ditakuti sekaligus dibenci orang.

Suatu saat ia mendatangi seorang peramal untuk menerka seberapa besar keberuntungan yang akan ia peroleh
di tahun-tahun berikutnya. Tetapi peramal tersebut justru mengungkapkan bahwa pria itu tidak akan dapat
bertahan hidup lebih dari 47 tahun. Pria yang saat itu berusia 44 tahun sangat kesal mendengar ramalan itu,
lalu pergi begitu saja.

- 33 -
Tetapi dalam perjalanan pulang ia terus terngiang semua kata-kata yang dilontarkan oleh sang peramal. Ia
menjadi tidak tenang, lalu mencoba menemui beberapa peramal lain yang tak kalah masyhur pada saat itu.
Berbagai bentuk teknik ramalan, mulai dari membaca garis tangan, fengsui, baguo, bazhi (ramalan waktu
lahir), semuanya mengisyaratkan bahwa usia pria itu tak akan lebih dari 47 tahun.

Meskipun sedih, ia berusaha menerima `kenyataan' bahwa sisa hidupnya hanya 3 tahun lagi. Ia mulai bersiap-
siap menjelang `kematian'.

Berbagai bentuk kebaikan ia laksanakan, berharap dapat membawa amal baik sebanyak mungkin jika harus
meninggal dalam waktu 3 tahun mendatang.

Sejak saat itu ia rajin beramal, membantu orang miskin di sekitar rumahnya. Ia juga tidak segan membagikan
harta bendanya untuk membantu teman-teman maupun kerabat jauh yang membutuhkan bantuan. Hampir
semua orang yang pernah mengenal dirinya dulu merasa heran sekaligus senang atas perubahan drastis
sikapnya itu.

Masa berlalu dan usia pria itu sudah menginjak 47 tahun. Pria tersebut sudah dikenal sangat baik dan
pemurah. Sedangkan bisnisnya sudah jauh lebih besar dibandingkan 3 tahun yang lalu. Anehnya sampai
usianya merangkak masuk ke tahun 50, ramalan dari para peramal kesohor itu tak satu pun terbukti.

"Baiknya kamu datangi peramal-peramal itu. Obrak-abrik saja isi rumah mereka, karena mereka semua
sudah berbohong padamu," celetuk sahabat karibnya bernada kesal.

Ah, tidak perlu itu. Justru aku harus berterima kasih. Karena semua ramalan itu sudah membuatku lebih baik.
Badanku terasa lebih segar, bisnisku lebih maju, pikiranku lebih ringan, dan sangat banyak orang yang baik
padaku dibandingkan 3 tahun yang lalu. Hidupku lebih bahagia sekarang," ucap pria itu tenang.

***

Inti pesan dalam kisah itu mengajak kita berbuat baik kepada siapa pun, apa pun dan kapan pun. Lakukan
kebaikan sesegera mungkin, selagi kita mampu. Berikut beberapa hal mengapa kita sebaiknya tidak menunda
untuk berbuat baik.

Kita tidak pernah dapat menebak apa yang akan terjadi 1 jam lagi, 2 jam lagi, dan seterusnya.

"You and I can never do a kindness too soon, for we never know how soon it will be too late. Saya dan Anda
tak pernah dapat melakukan kebaikan terlalu cepat, karena kita tak pernah tahu bagaimana ukuran terlalu
cepat atau terlambat," Ralph Waldo Emerson.

Jangan menunda bila Anda ingin berbuat baik, karena tanpa kita sadari penundaan itu membuat kita
kehilangan kesempatan. Di masa datang sangat banyak kemungkinan terjadi, misalnya Anda sudah tidak
sanggup melakukannya karena sakit, tua, bangkrut, dan lain sebagainya. Kapan lagi kita dapat menikmati
kebahagiaan dan kedamaian itu, jika kita tidak berbuat kebaikan sedari sekarang?

Kesempatan hidup kita sangat terbatas, sedangkan tanggung jawab yang harus kita kerjakan sangatlah
banyak. Tak seorang pun mengetahui kapan kontrak hidup dengan Tuhan YME akan berakhir. Jika benar-
benar habis masa kontrak usia kita tentu kesempatan untuk berbuat baik juga sudah hilang. Oleh sebab itu,
segera gunakan kesempatan yang Anda miliki untuk berbuat baik dan jangan pernah menundanya lagi.

Selain itu, tak satu pun manusia di dunia ini yang sempurna. Semua manusia tidak luput dari dosa dan
kesalahan, entah yang kita sadari atau tidak. Selayaknya kita mengimbangi dosa dan kesalahan tersebut
dengan perbuatan positif. Kalau kita tidak segera berbuat baik, bisa jadi kita kembali melakukan kealpaan
lagi atau justru terjerembab dalam lingkaran kesalahan.

Berbuat kebaikan dengan penuh kesungguhan pasti menarik kebaikan pula kedalam kehidupan kita. Samuel
Johnson mengatakan, "Kindness is in our power, even when fondness is not. – Kebaikan adalah kekuatan
kita, sedangkan kesenangan itu bukan."

Dalam kisah di atas dikatakan bahwa pria paruh baya tersebut merasa badannya lebih sehat, hati lebih
tentram, dan bisnisnya berkembang pesat setelah ia mengisi hari-harinya dengan perbuatan baik saja. Sangat
banyak manfaat lainnya dari perbuatan baik kita. Semakin cepat kita memulai berbuat kebaikan, semakin
cepat pula kita rasakan semua manfaat tersebut.

- 34 -
Perasaan Bosan
Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan. Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan ‘bosan’, pak tua?"


Pak Tua : "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang
baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."
Tamu : "Kenapa kita merasa bosan?"
Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."
Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"
Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."
Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"
Pak Tua : "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama
rasanya setiap hari?"
Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."
Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun
akan hilang."
Tamu : "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"
Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis
sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan
atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau
dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi. Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"
Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."
Tamu : "Contohnya?"
Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi. Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-
puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaiban pun terjadi. Sampai sekarang
saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya
anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri,
anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu
bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria.Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena
pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal
dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

Kisah 1000 Kelereng

akin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang
pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun
alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di
satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah
menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar
seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di
telpon yang dipanggil “Tom”. Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

“Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup
banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit
kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat”.

Ia melanjutkan : “Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa
yang yang harus kulakukan dalam hidupku”.

- 35 -
Lalu mulailah ia menerangkan teori “seribu kelereng” nya.”Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan
mulai menghiitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan
ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52
dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang
selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting”.

“Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini”, sambungnya, “dan pada
saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup
sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati”.

“Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko,
baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening
besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir
kelereng dan membuangnya”.

“Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada
hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati
waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala
prioritas hidupmu”.

“Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku
tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku
berfikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah meberi aku dengan
sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi”.

“Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan
orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!”

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar ! Untuk sejenak, bahkan
moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk
memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku
naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

“Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan”. “Lho, ada apa ini…?”, tanyanya
tersenyum. “Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial”, jawabku, “Kan sudah cukup lama kita tidak
melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh
beli kelereng.”

Dari setiap satu kelereng yang telah terbuang, apakah yang telah anda dapatkan ?
Apakah ..
Kesedihan
Keraguan
Kebosanan
Rasa marah
Putus asa
Hambatan
Permusuhan
Pesimis
Kegagalan ?

ataukah ..
Kebahagiaan
Kepercayaan
Antusias
Cinta kasih
Motivasi
Peluang
Persahabatan
Optimis
Kesuksesan ?

Waktu akan berlalu dengan cepat. Tidak banyak kelereng yang tersisa dalam kantong anda saat ini. Gunakan
secara bijak untuk memberikan kebahagiaan yang lebih baik bagi anda sendiri, keluarga, dan lingkungan
anda.

Sukses untuk anda !

- 36 -
Kisah Pemberian Petani Kepada Raja
Suatu ketika, hiduplah seorang petani bersama keluarganya. Mereka menetap di sebuah kerajaan yang besar,
dengan raja yang adil dan bijaksana. Beruntunglah siapa saja yang tinggal disana. Tanahnya subur,
keadaannya pun aman dan sentosa. Semuanya hidup berdampingan, tanpa pernah mengenal perang ataupun
bencana.

Setiap pagi, sang petani selalu pergi ke sawah. Tak lupa ia membawa bajak dan kerbau peliharaannya.
Walaupun sudah tua, namun bajak dan kerbau itu selalu setia menemaninya bekerja. Sisi-sisi kayu dan garu
bajak itu tampak mengelupas, begitupun kerbau yang sering tampak letih jika bekerja terlalu lama. "Inilah
hartaku yang paling berharga", demikian gumam petani itu dalam hati, sembari melayangkan pandangannya
ke arah bajak dan kerbaunya.

Tak seperti biasa, tiba-tiba ada serombongan pasukan yang datang menghampiri petani itu. Tampak
pemimpin pasukan yang maju, lalu berkata, "Berikan bajak dan kerbaumu kepada kami. Ini perintah Raja!".
Suara itu terdengar begitu keras, mengagetkan petani itu yang tampak masih kebingungan.

Petani itu lalu menjawab, "Untuk apa, sang Raja menginginkan bajak dan kerbauku? Ini adalah hartaku
yang paling berharga, bagaimana aku bisa bekerja tanpa itu semua". Petani itu tampak menghiba, memohon
agar diberikan kesempatan untuk tetap bekerja. "Tolonglah, kasihani anak dan istriku…berilah kesempatan
sampai besok. Aku akan membicarakan dengan keluargaku…"

Namun, pemimpin pasukan berkata lagi, "Kami hanya menjalankan perintah dari Baginda. Terserah, apakah
kau mau menjalankannya atau tidak. Namun, ingatlah, kekuasaannya sangat kuat. Petani semacam kau tak
akan mampu melawan perintahnya." Akhirnya, pasukan itu berbalik arah, dan kembali ke arah istana.

Di malam hari, petani pun menceritakan kejadian itu dengan keluarganya. Mereka tampak bingung dengan
keadaan ini. Hati bertanya-tanya, "Apakah baginda sudah mulai kehilangan kebijaksanaannya? Kenapa
baginda tampak tak melindungi rakyatnya dengan mengambil bajak dan kerbau kita?" Gundah, dan resah
melingkupi keluarga itu. Namun, akhirnya, mereka hanya bisa pasrah dan memilih untuk menyerahkan kedua
benda itu kepada raja.

Keesokan pagi, sang petani tampak pasrah. Bersama dengan bajak dan kerbaunya, ia melangkah menuju arah
istana. Petani itu ingin memberikan langsung hartanya yang paling berharga itu kepada Raja. Tibalah ia di
halaman Istana, dan langsung di terima Raja. "Baginda, hamba hanya bisa pasrah. Walaupun hamba merasa
sayang dengan harta itu, namun hamba ingin membaktikan diri kepada Baginda. Duli Paduka, terimalah
pemberian ini…."

Baginda Raja tersenyum. Sambil menepuk kedua tangannya, ia tampak memanggil pengawal. "Pengawal,
buka selubung itu!!" Tiba-tiba, terkuaklah selubung di dekat taman. Ternyata, disana ada sebuah bajak yang
baru dan kerbau yang gemuk. Kayu-kayu bajak itu tampak kokoh, dengan urat-urat kayu yang mengkilap.
Begitupun kerbau, hewan itu begitu gemuk, dengan kedua kaki yang tegap.

Sang Petani tampak kebingungan. Baginda mulai berbicara, "Sesungguhnya, aku telah mengenal dirimu
sejak lama. Dan aku tahu kau adalah petani yang rajin dan baik. Namun, aku ingin mengujimu dengan hal
ini. Ternyata, kau memang benar-benar hamba yang baik. Engkau rela memberikan hartamu yang paling
berharga untukku. Maka, terimalah hadiah dariku. Engkau layak menerimanya…."

Petani itu pun bersyukur dan ia pun kembali pulang dengan hadiah yang sangat besar, buah kebaikan dan
baktinya pada sang Raja.

***

Teman, bisa jadi, tak banyak orang yang bisa berlaku seperti petani tadi. Hanya sedikit orang yang mau
memberikan harta yang terbaik yang dimilikinya kepada yang lain. Namun, petani tersebut adalah satu dari
orang-orang yang sedikit itu. Dan ia, memberikan sedikit pelajaran buat kita.

Sesungguhnya, Tuhan sering meminta kita memberikan terbaik yang kita punya untuk-Nya. Tuhan sering
memerintahkan kita untuk mau menyampaikan yang paling berharga, hanya ditujukan pada-Nya. Bukan,
bukan karena Tuhan butuh semua itu, dan juga bukan karena Dia kekurangan. Namun karena sesungguhnya
Tuhan Maha Kaya, dan Tuhan sedang menguji kita semua.

Dan teman, mari kita berikan yang terbaik yang kita punya kepada-Nya. Marilah kita tujukan waktu, kerja
dan usaha kita yang terbaik hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya memang, kita tak akan pernah
menyadari balasan apa yang akan kita terima atas semua itu.

- 37 -
Cukup Sebutir Beras

ina yang sekarang muncul sebagai negara super power dahulunya pernah sangat miskin. Dengan jumlah
penduduk yang berjumlah 1 milyar kala itu bukan barang mudah bagi pemerintah Cina untuk
mensejahterakan rakyatnya. Hutang luar negeri dari negara tetangga terdekat pun menjadi gantungan yaitu
dari negara Uni Sovyet.

Alkisah suatu hari terjadi perselisihan paham antara Mao Zedong pemimpin Cina era itu dengan pemimpin
Sovyet. Perselisihan begitu panas sampai keluar statement dari pemimpin Sovyet, "Sampai rakyat Cina harus
berbagi 1 celana dalam untuk 2 orang pun, Cina tetap tidak akan mampu membayar hutangnya."

Ucapan yang sangat menyinggung perasaan rakyat Cina itupun disampaikan Mao kepada rakyatnya dengan
cara menyiarkannya lewat siaran radio, penghinaan dari pemimpin Sovyet itu, secara terus menerus dari pagi
hingga malam ke seluruh negeri sambil mengajak segenap rakyat Cina untuk bangkit dan melawan
penghinaan tersebut dengan cara berkorban.

Ajakan Mao kepada rakyatnya adalah menyisihkan 1 butir beras, ya, hanya 1 butir beras untuk setiap anggota
keluarga, setiap kali mereka akan memasak. Jika 1 rumah tangga terdiri dari 3 orang maka cukup sisihkan 3
butir beras. Beras yang disisihkan dari 1 Milyar penduduk Cina tersebut, tidak dikorupsi tentunya akan
menghasilkan 1 milyar butir beras setiap hari.

Hasilnya dikumpulkan ke pemerintah untuk dijual. Uangnya digunakan untuk membayar hutang kepada
negara pemberi hutang, yang telah menghina mereka. Akhirnya Cina berhasil melunasi hutang mereka ke
Sovyet dalam waktu yang sangat cepat.

Keterhinaan yang mendalam telah membangkitkan rasa nasionalisme Cina untuk bangkit melawan hinaan
tersebut dengan tindakan nyata, bukan hanya tindakan seremonial, pidato atau upacara di stadion besar.

Kiranya kisah di atas bisa dijadikan contoh bagi bangsa kita yang tengah terpuruk di antara bangsa-bangsa
sekitarnya. Potensi manusia Indonesia yang demikian besar selama ini tidak menjadi kekuatan bahkan
sebaliknya menjadi beban karena mereka tidak dipimpin oleh pemimpin yang tepat. Kita sering silau oleh
hal-hal besar namun seringkali mengabaikan kekuatan dari hal kecil namun dilakukan dengan sepenuh hati.
Sebutir padi sehari bisa membalik keadaan terhina menjadi terangkat. Maukah kita?

(Kisah di atas diceritakan langsung oleh seorang pengusaha Indonesia yang kerap kali berkunjung ke negara
Ci

Sukses dan Arogansi

Seorang CEO dari perusahaan Fortune 100 mengatakan, "Success can lead to arrogance. When we are
arrogant, we quit listening. When we quit listening, we stop changing. In today's rapidly moving world, if we
quit changing, we will ultimately fail." (Sukses bisa membuat kita jadi arogan. Saat kita arogan, kita berhenti
mendengarkan. Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti berubah. Dan di dunia yang terus berubah
dengan begitu cepatnya seperti sekarang, kalau kita berhenti berubah, maka kita akan gagal).

Pembaca, itulah sisi negatif dari kesuksesan, yakni arogansi. Arogansi muncul saat seseorang merasa diri
paling hebat, paling luar biasa, dan paling baik dibandingkan dengan yang lainnya. Penyakit mental ini bisa
menjangkiti apa dan siapa saja, mulai dari organisasi, produk, pemimpin, sampai orang biasa. Khusus pada
tulisan ini, kita akan membicarakan soal manusianya.

Orang sukses lalu bersombong ria sebenarnya patut disayangkan. Bayangkan saja, saat berjuang keras
menggapai kesuksesan, mereka begitu terbuka untuk belajar. Mereka mau mendengarkan. Mereka mau
berjerih payah, berani hidup susah, dan mengorbankan diri. Bahkan, mereka tampak sangat 'merakyat'
hidupnya. Akan tetapi, itu dulu. Sayang sekali, saat kesuksesan datang, mereka lupa diri. Mungkin dia akan
berkata, "Saya sudah berhasil mencapai yang terbaik. Sekarang, Andalah yang harus mendengarkan saya.
Saya tidak perlu lagi mendengarkan Anda."

Hal itu diperparah lagi ketika mereka dikelilingi oleh para 'yes man' yang tidak berani angkat bicara soal
kekurangan orang ini. Hal ini membuat orang itu semakin 'megalomania', pongah, angkuh, dan egois. Ia
terbelenggu oleh kesuksesannya sendiri. Ia tidak pernah belajar lagi.

Saya teringat dengan seorang klien saya. Sebagai seorang pebisnis, dia menceritakan susah payahnya
membangun bisnisnya. Cerita yang mengharukan sekaligus heroik ketika dia harus tidur di kolong jembatan
saat tiba di Jakarta ketika remaja. Dengan susah payah dia merangkak dari bawah untuk bertahan hidup.
Menikah tanpa uang sepeser pun. Hidup di rumah kontrakan kecil. Akan tetapi, dia tidak patah arang. Dia

- 38 -
mengamati cara kerja orang sukses, mencontoh, dan memodifikasi sendiri produknya. Sekarang, dia pun
berjaya. Tiga pabrik besar ada di genggamannya.

Namun, sayang sekali. Perusahan itu sedang diterpa badai masalah internal. Pemicunya tak lain adalah sikap
pemimpin yang arogan. Dia otoriter dan antikritik. "Kalau saya bisa, kalian juga harus bisa," katanya pongah.
Dia pun menolak ide-ide baru. Dia mengelola perusahaan dengan serampangan. Turn over karyawan pun
tinggi. Sisanya hanya kelompok para 'penjilat' yang tidak berani melawan. Dia menginginkan anak buahnya
di-training. Padahal, dia sendiri yang perlu up date diri dengan training.

Arogansi bisa menghampiri siapa saja. Termasuk seorang pendidik, guru, dosen, yang tiap hari memberi
suatu bagi orang lain. Saat menjalani kursus panjang di Inggris, saya pernah mendengar kisah tentang
seorang trainer yang begitu arogan. Dia sempat membuat banyak orang berdecak kagum. Buku-buku best
seller pun lahir di tangannya. Akan tetapi, arogansi membuatnya 'dibuang' dari komunitas di negaranya.
Celakanya, sang trainer menyalahkan para rekannya. Dia pun dikelilingi oleh mereka yang selalu berkata 'ya'
padanya.

Dari situ, kita belajar banyak untuk hati-hati. Kesuksesan jangan membuat kita arogan dan cenderung self
centered serta tidak mau mendengarkan orang lain. Dunia begitu mengenal sosok Mao, Hitler, ataupun
Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah menuju pucuk kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk
perubahan di masyarakatnya. Idealisme mereka sangat luar biasa. Orang pun dibuatnya kagum. Namun,
mereka lupa daratan ketika sukses. Mereka memonopoli kebenaran tunggal alias antikritik dan
antipembaruan. Mereka memimpin dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya. Begitu
juga dalam sejarah bisnis. IBM yang begitu besar dan terkenal pernah mengalami kemerosotan saat arogansi
membekap sikap dan pikiran para pemimpin mereka.

Terjebak retorika

Namun, itulah yang terjadi apabila orang berhenti belajar dan merasa diri sudah selesai. Tanpa dia sadari,
lingkungannya terus belajar, berinovasi, dan berkembang. Sementara, dia mandek di posisinya. Akibatnya,
kue kesuksesan yang dia peroleh lama-kelamaan menjadi basi. Tanpa sadar, kompetitor mereka bergerak
jauh meninggalkan dirinya di belakang. Mereka terjebak dalam retorika, kalimat, jurus yang itu-itu saja alias
usang. Arogansi telah menutup hati dan pikirannya untuk kreatif menemukan jurus dan tip-tip baru
mempertahankan sekaligus mengembangkan kesuksesannya. Di sinilah, arogansi berujung pada malapetaka
dan kehancuran.

Jadi, bagaimanakah tipnya agar kesuksesan kita tidak berubah menjadi arogansi? Saya menyebut tip ini
dengan kata AWAS! Pertama, Aware (sadar) dengan sikap dan tingkah laku kita selalu. Meskipun sudah
sukses, kita perlu memberi waktu untuk menyadari sikap dan perilaku kita di mata orang lain. Selalulah sadar
apakah nada dan ucapan serta tindak tanduk kita sekarang semakin membuat banyak orang lain terluka?
Apakah kita masih tetap menghargai orang lain? Apalagi orang-orang yang telah turut membawa Anda ke
level sukses sekarang, apakah Anda hargai? Jangan sampai, tatkala masih bersusah payah, kita begitu respek,
tetapi setelah sukses justru mencampakkan mereka.

Kedua, Waspadai umpan balik yang hanya menghibur kita tetapi tidak membuat kita belajar lagi. Hati-hati
dengan orang di sekeliling kita yang hanya mengatakan hal bagus, tetapi tidak berani memberikan masukan
yang baik. Kadang, masukan negatif juga kita perlukan demi perkembangan, sesukses apa pun kita.

Ketiga, Awasi dan peka dengan perubahan yang terjadi. Dalam buku Who Moved My Cheese disimpulkan
bahwa kita harus selalu mencium keju kita, apakah sudah basi ataukah mulai diambil orang lain. Kita pun
harus terus mencium dan peka bagaimana orang lain mengembangkan dirinya serta bisa jadi ancaman bagi
kita. Jangan pula merasa diri paling hebat dan lupa belajar.

Keempat, Sopan dan rendah hati untuk belajar dari orang lain. Ada banyak artis yang ketika belum terkenal
sikapnya ramah dan baik. Namun, setelah sukses, ia menjadi sangat sombong, angkuh, ketus, dan bersikap
antisosial.

Nah pembaca, semoga tulisan ini menginspirasi Anda untuk meraih sukses sejati. Kesuksesan yang membuat
Anda tidak arogan. Baiknya kita tutup tulisan ini dengan kalimat kuno yang seringkali sudah kita dengar.
Saya hanya mengingatkan kita sekali lagi, "Di atas langit masih ada langit yang lain".

Sumber: Sukses dan Arogansi oleh Anthony Dio Martin

- 39 -
Semangkuk Bakso

Dikisahkan, biasanya di hari ulang tahun Putri, ibu pasti sibuk di dapur memasak dan menghidangkan
makanan kesukaannya. Tepat saat yang ditunggu, betapa kecewa hati si Putri, meja makan kosong, tidak
tampak sedikit pun bayangan makanan kesukaannya tersedia di sana. Putri kesal, marah, dan jengkel.

"Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Sudah tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh
keterlaluan," gerutunya dalam hati. "Ini semua pasti gara-gara adinda sakit semalam sehingga ibu lupa
pada ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!"

Ditunggu sampai siang, tampaknya orang serumah tidak peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberi
selamat, ciuman, atau mungkin memberi kado untuknya.

Dengan perasaan marah dan sedih, Putri pergi meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong dan pikiran
yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan. Saat melewati sebuah gerobak penjual bakso
dan mencium aroma nikmat, tiba-tiba Putri sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di
atas semangkuk bakso.

"Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam," sapa si tukang bakso.

"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.

"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin mi bakso yang super enak."

Putri pun segera duduk di dalam.

Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, "Lho, kenapa menangis, neng?" tanya si abang.

"Saya jadi ingat ibu saya, bang. Sebenarnya... hari ini ulang tahun saya. Malah abang, yang tidak saya
kenal, yang memberi saya makan. Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan
kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang."

"Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis. Lha,
padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng
pernah terharu begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel lho."

Putri seketika tersadar, "Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?"

Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Putri bergegas pergi. Setiba di rumah,
ibunya menyambut dengan pelukan hangat, wajah cemas sekaligus lega, "Putri, dari mana kamu seharian
ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Putri, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua
makanan kesukaan Putri. Putri pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu."

"Ibu, maafkan Putri, Bu," Putri pun menangis dan menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat Putri
semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya.
Ternyata ibu Putri membuatkan pesta kejutan untuk putri kesayangannya.

=====================================================

Saat kita mendapat pertolongan atau menerima pemberian sekecil apapun dari orang lain, sering kali kita
begitu senang dan selalu berterima kasih. Sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang
diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah menjadi kewajiban orangtua untuk
selalu berada di posisi siap membantu, kapan pun.

Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak mengerti anak
sendirilah, atau dilanda perasaan sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri sendiri. Maka untuk
itu, kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis
dengan keluarga, orangtua, saudara, dan dengan masyarakat lainnya. Sumber Andri Wongso

Saringan Tiga Kali

Di jaman Yunani kuno, Dr. Socrates adalah seorang terpelajar dan intelektual yang terkenal reputasinya
karena pengetahuan dan kebijaksanannya yang tinggi. Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan
berkata, "Tahukah anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman anda?" "Tunggu
sebentar," jawab Dr. Socrates. "Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya ingin anda melewati sebuah

- 40 -
ujian kecil. Ujian tersebut dinamakan Ujian Saringan Tiga Kali."

"Saringan tiga kali?" tanya pria tersebut. "Betul," lanjut Dr. Socrates. "Sebelum anda mengatakan kepada
saya mengenai teman saya, mungkin merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan
menyaring apa yang akan anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai Ujian Saringan Tiga Kali."

Saringan yang pertama adalah KEBENARAN. "Sudah pastikah anda bahwa apa yang anda akan katakan
kepada saya adalah benar?" "Tidak," kata pria tersebut,"sesungguhnya saya barusaja mendengarnya dan
ingin memberitahukannya kepada anda". "Baiklah," kata Socrates. "Jadi anda sungguh tidak tahu apakah
hal itu benar atau tidak."

Sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu : KEBAIKAN. "Apakah yang akan anda katakan kepada saya
mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?" "Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk". "Jadi,"
lanjut Socrates, "anda ingin mengatakan kepadasaya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak
yakin kalau itu benar."

Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya, yaitu : KEGUNAAN. "Apakah apa yang anda ingin
beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?" "Tidak, sungguh tidak,"
jawab pria tersebut. "Kalau begitu," simpul Dr. Socrates, "jika apa yang anda ingin beritahukan kepada
saya… tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada
saya ?"

Sebuah panah yang telah melesat dari busurnya dan membunuh jiwa yang tak bersalah, dan kata-kata yang
telah diucapkan yang menyakiti hati seseorang, keduanya tidak pernah bisa ditarik kembali. Jadi sebelum
berbicara, gunakanlah Saringan Tiga Kali.

Bangkitlah Saudaraku

Suatu ketika, ada salah seorang sahabat yang memulai khotbahnya dengan mengeluarkan selembar uang
seratus ribu rupiah yang baru. Kemudian dia bertanya "Siapa diantara kamu yang mau uang ini, jika
diberikan ikhlas padamu?" Langsung saja yang mengangkat tangan banyak sekali.

Katanya lagi "Ya, ini akan saya berikan, tapi sebelumnya biar saya melakukan hal ini". Sahabat tersebut
meremas uang kertas seratus ribu rupiah itu, menjadi gulungan kecil yang kumal.

Kemudian dia buka lagi ke bentuk semula : lembaran seratus ribu rupiah, tapi sudah kumal sekali. Lalu dia
bertanya "Siapa yang masih mau uang ini?" Tetap saja banyak yang angkat tangan, sebanyak yang tadi.

"Oke, akan saya kasih, tapi biarkan saya melakukan hal ini". Dia menjatuhkan lembaran uang itu ke lantai,
kemudian ia injak-injak pakai sepatunya yang habis berjalan di tanah becek sampai tidak karuan bentuknya.
Dia tanya lagi "siapa yang masih mau?" Tangan-tangan masih saja terangkat. Masih sebanyak tadi.

"Nah, sahabatku, sebenarnya aku dan kamu sudah mengambil satu nilai yang sangat berharga dari
peristiwa tadi. Kita semua masih mau uang ini walau bentuknya sudah tidak karuan lagi. Sudah jelek, kotor,
kumal, tapi nilainya tidak berkurang, tetap seratus ribu rupiah. Sama seperti kita. Walau kamu tengah jatuh,
tertimpa tangga pula, tengah sakit, tengah hancur pula, atau kamu gagal, tidak berdaya, terhimpit, dan
merasa terhina, kecewa dan terkhianati, atau dalam keadaan apapun, kamu tetap tidak kehilangan nilaimu...
karena kamu begitu berharga. Jangan biarkan kekecewaan, perasaan, ketakutan, sakit hati, menghancurkan
kamu, harapanmu, atau cita-citamu."

"Kamu akan selalu tetap berharga, bagi dirimu, bagi diriku, bagi sahabatmu, bagi sahabat yang lain dan
kamu tetap sama dimata Allah. Dia, Tuhanmu, akan berlari mendekatimu, jika kamu berjalan menuju-
Nya. Aku pun sahabatmu akan melakukan hal yang sama, karena fitrah setiap diri kita akan mulia jika
mencoba mendekati sifat-sifat Allah kita. Disanalah nilai dirimu berada."

Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar...


Wallahu'alam bish showab
Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh

- 41 -
30 Hari Sebelum Ajal: Sweet Memory

Cobalah renungkan sejenak dalam kehidupan Anda sebuah memory terindah, sambil mengenang masa
terindah tersebut. Misalnya masih teringat olehku suatu kenangan terindah sewaktu aku masih bersamanya,
sewaktu aku masih menjalani hidup penuh dengan kebahagiaan, sewaktu cinta itu masih ada bersamanya,
masih melekat erat dan masih memberikan senyumnya padaku. Marilah kita ber-nostalgi sejenak sambil
mengenang pada saat ketika kita khusus bangun tengah malam, hanya untuk melihat acara yang kita suka.

Pada umumnya orang senang mengenang kembali masa remajanya atau pada saat usia puber. Mengenang
Date yang pertama dimana kita nonton atau makan bareng. Renungkanlah oleh Anda ketika masa pacaran
pertama di sekolah/kuliah atau pada saat pergi liburan keluar kota.

Sweet Memory tidak harus selalu ada kaitannya dengan pacaran, misalnya bisa juga pada saat kita pertama
kali mengendarakan motor/mobil atau pada saat kita pentas atau pada saat merayakan pesta HUT ataupun
pesta perkawinan dll-nya. Sweet Memory tidak tergantung dari usia buktinya mang Ucup masih mengalami
banyak sekali Sweet Memories setelah usia kepala enam.

Sayangnya Sweet Memories ini tidak bisa diulang balik, karena kita tidak bisa memutar balik jam waktu.
Mungkin pada saat tersebut kita pernah merasakan sakitnya, karena merasa dihianati, tetapi kalau
direnungkan kembali, lebih banyak masa indahnya daripada sakitnya oleh sebab itulah kita senang
mengingatnya kembali. Pengalaman negativ seseorang akan lebih mudah dan lebih cepat terlupakan, karena
kita lebih senang mengingat hal-hal yang menyenangkan dan positive.

Menurut Profesor Wildschut dari Universitas Southampton, cara terbaik dan termudah untuk mengurangi
beban stress kita ialah dengan cara "Mimpi Mundur" atau mengingat kembali masa-masa indah; diwaktu
yang lampau atau dalam istilah kerennya bersnostalgian. Hal ini tidak perlu kita lakukan secara nyata; cukup
apabila kita bisa mengenang kembali semuanya di dalam otak kita.

Berdasarkan hasil penelitian ternyata 79% dari manusia di kolong langit ini minimum seminggu sekali secara
langsung atau tidak langsung di ingatkan kembali akan masa lampaunya. Misalnya melalui musik, film,
lokasi atau bertemu dengan orang-orang tertentu, bahkan dari wangi parfum pun orang bisa teringat kembali
akan masa lampaunya.

Pada jaman dahulu kita belum memiliki keinginan untuk barang-barang konsumen seperti sekarang ini.
Hidup kita dahulu jauh lebih sederhana dan jauh lebih bersahaja, tapi kita merasa lebih bahagia.

Pada saat itu kita masih bisa menikmarti kasih sayang ibu kita 100%, sebab seorang ibu, mengemban
tugasnya sebagai ibu 100% jadi tidak hanya sekedar 10% seperti saat sekarang ini, karena harus membantu
sang suami mencari uang. Cobalah lihat keluarga mana yang masih bisa melaksanakan budaya makan bareng
seluruh keluarga ?

Semakin tua seseorang semakin banyak pulalah ia membicarakan mengenai masa lampaunya. Semakin tua
seseorang semakin ia merasakan kesepian. Dengan bernostalgi kita bisa merasakan kembali bagaimana
dahulu kita dikasihi maupun dihargai. Maklum pada saat tersebut, kita masih gagah, muda, cantik dan
ganteng dibandingkan dengan sekarang dimana rambut sudah mulai rontok dan beruban, wajahpun sudah
penuh dengan keriput. Jadi wajarlah apabila kita lebih senang mengenang akan masa emas atau masa jaya
kita diwaktu muda.

Sweet Memories adalah miliki kita satu-satunya yang paling indah yang tidak akan hilang dimakan waktu
dan tidak bisa diambil oleh siapapun juga. Sweet Memories ini sudah menjadi bagian dari hidup kita yang
dibawa ke manapun kita pergi. Percayalah pada saat Anda sedang merasa duka dan tidak tahu lagi apa yang
harus Anda lakukan, selainnya berdoa, usahakanlah untuk mengingat kembali kenangan indah Anda. Pasti ini
akan bisa menghibur Anda !

Semoga melalui tulisan ini saya bisa membangkitkan kembali Sweet Memories Anda. Melalui Sweet
Memories ini; secara tidak langsung otak kita bisa liburan/istirahat sejenak dari segala macam stress maupun
problem sehari-hari kita, bahkan bisa membuat panjang umur. Sumber

Tersenyumlah

Tertawa yang wajar itu laksana "balsem" bagi kegalauan dan "salep" bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat
kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia. Bahkan Rasululah Muhamad sendiri
sesekali tertawa hingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti
tentang penyakit jiwa serta pengobatannya.

- 42 -
Tertawa merupakan puncak kebahagiaan, titik tertinggi keceriaan dan ujung dari rasa suka cita. Namun
demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana di katakan dalam pepatah "janganlah engkau
banyak tertawa, sebab tertawa itu bisa mematikan hati" jadi tertawalah tapi yang sewajarnya saja.

Pada dasarnya islam sendiri di bangun atas dasar prinsip-prinsip keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam
hal akidah, ibadah akhlak maupun tingkah laku. Maka dari itu ilsam tidak mengenal kemuraman yang
menakutkan, dan juga tertawa yang lepas dan tak beraturan. Akan tetapi islam senantiasa mengajarkan
kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.

Orang yang mudah tersenyum dalam menghadapi hidup ini bukan saja bisa membahagiakan diri sendiri
tetapi juga bisa membahagiakan orang lain. Jadi jangan sampai kita selalu bermuram durja dan muka masam
karena semua itu adalah cermin dari jiwa yang galau dan. Pikiran yang kacau.

Andai saja saya di suruh untuk memilih antara harta yang banyak atau kedudukan yang tinggi dengan jiwa
yang tenteram damai dan selalu tersenyum, maka pastilah saya memilih pilihan yang kedua yaitu jiwa yang
tenteram dan selalu tersenyum. Sebab apa artinya harta yang banyak bila wajah selalu cemberut? Apa artinya
kedudukan yang tinggi bila jiwa selalu merasa cemas? Inggatlah bahwa harta yang banyak serta kedudukan
yang tinggi belum tentu bisa membuat hidup menjadi tenteram dan damai.

Senyuman tidak akan ada artinya bila tidak berasal dari hati yang tulus dan ikhlas, jadi selalu berusahalah
untuk tersenyum dengan tulus jika bertemu seseorang . bahkan jika anda bertemu dengan orang yang paling
anda benci sekalipun anda mesti tersenyum dengan begitu kebencian di antara kalian akan segera sirna
dengan sendirinya.

Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan ini, meraka hanya membuka matanya untuk
mencari uang serta kedudukan belaka. Maka meskipun mereka berjalan dan melewati sebuah taman yang
indah, burung-burung yang berkicau dengan riang, serta bunga-bunga yang bermekaran , mereka sama sekali
tidak tertarik dengan semua keindahan itu.

Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian murah selain rasa keputusasaan. Maka jika anda
menginginkan senyuman , Tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah rasa keputusasaan. Percayalah
kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan bisa didapatkan oleh siapapun, asal kita mau berusaha dan berdoa
dengan semaksimal mungkin. Karena itu biasakan pikiran anda agar selalu menatap masa depan dengan
tenang karena akan ada kebaikan dan harapan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Jika anda merasa bahwa anda di ciptakan hanya untuk meraih hal-hal yang kecil, maka andapun hanya akan
medapatkan yang kecil-kecil saja. Tapi sebaliknya bila anda yakin dan percaya bahwa diri anda diciptakan
untuk mengapai hal-hal yang besar, maka niscaya anda akan memiliki semangat dan tekad yang besar pula
dan dengan semangat dan keyakinan tersebut anda akan bisa mendapatkah hal-hal yang besar.

Setiap kali melihat kesulitan, jiwa seseorang yang tenang dan murah senyum justru akan menikmati kesulitan
itu dengan memacu diri untuk mencari ide yang bisa digunakan untuk menyelesaikan kesulitannya. Berbeda
dengan jiwa yang tidak tenang dan selalu risau, setiap kali di hapadkan dengan kesulitan maka dia akan
segera meningalkannya dan melihat kesulitan tersebut sebagai masalah yang sangat besar dan sangat susah
untuk di cari jalan penyelesaiannya.

Sungguh kita sangat butuh dengan senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang
menawan, jiwa yang lembut serta pembawaan yang tidak kasar . sungguh jika kita bisa memiliki sikap dan
sifat di atas maka siapapun yang kita kenal akan suka dengan kehadiran kita. Dan mereka yang anda jumpai
bisa membuat diri dan jiwa anda menjadi sangat tenang.

Tanganmu Bergetar Ibu

Tahun yang lalu, ketika ibu saya berkunjung, ia mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia
membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang
lain, meskipun itu ibu saya. Saya bukanlah orang yang sabar. Tapi, kami putuskan juga berangkat ke pusat
perbelanjaan tersebut. Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita. Dan ibu saya mencoba
gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah, gelisah, dan ibu
mulai frustasi.

Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, ibu mencoba satu stel gaun biru yang cantik, terdiri dari
tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya. Dan karena ketidaksabaran saya, maka
untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian. Biar semuanya cepat
beres. Saya melih at bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah mencoba untuk mengikat
talinya.

- 43 -
Ternyata, Tuhan..., tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi. Dan ibu dia
tidak dapat menalikan gaun itu. Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang begitu
dalam kepadanya. Dada saya sesak, napas aya panas. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air
mata yang keluar tanpa saya sadari. Saya terisak.

Setelah mendapatkan ketenangan, saya kembali masuk ke kamar ganti, dan menahan tangis melihat gemetar
tangan ibu, membantunya mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan ibu membelinya.
Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan
saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian
tersebut, dan ter bayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Tangan yang
gemetar....

Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju,
membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah
menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya. Kemudian pada sore harinya, saya
pergi ke kamar ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya.... Dan yang membuatnya terkejut.

Saya mengatakan pada ibu, kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini. Saya sangat
bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata baru, betapa bernilai dan
berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu
hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri, keindahan tangan Ibu....

Hati Seorang Ayah

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya
sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai
suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-
merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya
sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : "Aku
tidak mengerti."

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya
tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya
mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya,
membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya : "Ibu mengapa wajah ayah
menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian
tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga
itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara
yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu
rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga
dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman
teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya
dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan
keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia
mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya
dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah
kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi

- 44 -
keluarganya dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan
membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan
kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya,
didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya
melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat
dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila
saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama
saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk
memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap
Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani dan bersama-sama menghadapi
perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap
kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta
saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki- laki itu senantiasa berusaha sekuat daya
pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia dan
BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang
bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta
segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang
penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh
laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia dan Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu
dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan
mencium telapak tangan Ayahnya. "AKU MENDENGAR dan MERASAKAN BEBANMU, AYAH."

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat
menandingi keindahan tangan Ayah...

"With Love to All Father"

JIKA KAMU MENCINTAI Ayah mu / sekarang merasa sebagai AYAH KIRIMLAH CERITA INI
KEPADA ORANG LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN
ENYAYANGI AYAHNYA dan Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah.

Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya....

Kisah Sedih Si Pencuci Piring

Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung? Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu
detik-detik memadu kasih. Meski lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir
pun. Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini. Mungkin orang tua si gadis
yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan
perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu
pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari
putranya. "Aih, pasti segagah kakeknya," impinya.

Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan, itu nampak dari senyum,
canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan kerabat
orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga
besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta
pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni
tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang
menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop
yang tertutup rapat.

- 45 -
Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau
pun ada, mungkin mereka yang sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit
hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung. Namun tetap saja tak terlihat di
pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru
saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati
ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria
lain.

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya
tukang pembawa piring kotor yang pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus
sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh ribu rupiah yang diterima setelah semua
tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti.

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di pesta itu. Mereka memang tak
terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari
keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung,
atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta.
Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor.
Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari
sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat
dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih
bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan
daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat
membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di
tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap.

Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang
berpakaian bagus di pesta itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua
bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak
jauh dari tempat pesta itu. Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak
yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu.

Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak cukup kalimat "Mohon Doa
Restu" dan "Selamat Menikmati" yang tertera di dinding pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar
"Terima Kasih untuk Tidak Mubazir"

Bocah Pembeli Es Krim

Minggu siang di sebuah mal. Seorang bocah lelaki umur delapan tahun berjalan menuju ke sebuah gerai
tempat penjual eskrim. Karena pendek, ia terpaksa memanjat untuk bisa melihat si pramusaji. Penampilannya
yang lusuh sangat kontras dengan suasana hingar bingar mal yang serba wangi dan indah.

"Mbak sundae cream harganya berapa?" si bocah bertanya.

"Lima ribu rupiah," yang ditanya menjawab.

Bocah itu kemudian merogoh recehan duit dari kantongnya. Ia menghitung recehan di tangannya dengan
teliti. Sementara si pramusaji menunggu dengan raut muka tidak sabar. Maklum, banyak pembeli yang lebih
"berduit" ngantre di belakang pembeli ingusan itu.

"Kalau plain cream berapa?"

Dengan suara ketus setengah melecehkan, si pramusaji menjawab, "Tiga ribu lima ratus".

Lagi-lagi si bocah menghitung recehannya, "Kalau begitu saya mau sepiring plain cream saja, Mbak," kata
si bocah sambil memberikan uang sejumlah harga es yang diminta. Si pramusaji pun segera mengangsurkan
sepiring plain cream.

Beberapa waktu kemudian, si pramusaji membersihkan meja dan piring kotor yang sudah ditinggalkan
pembeli. Ketika mengangkat piring es krim bekas dipakai bocah tadi, ia terperanjat. Di meja itu terlihat dua
keping uang logam limaratusan serta lima keping recehan seratusan yang tersusun rapi.

- 46 -
Ada rasa penyesalan tersumbat dikerongkongan. Sang pramusaji tersadar, sebenarnya bocah tadi bisa
membeli sundae cream. Namun, ia mengorbankan keinginan pribadi dengan maksud agar bisa memberikan
tip bagi si pramusaji.

Pesan moral yang dibawa oleh anak tadi : setiap manusia di dunia ini adalah penting. Di mana pun kita wajib
memperlakukan orang lain dengan sopan, bermartabat, dan dengan penuh hormat.

Harga Sebuah Baju

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan
usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard
University.Mereka meminta janji.

Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga
tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut. "Beliau hari ini sibuk," sahut sang
Sekretaris cepat. "Kami akan menunggu," jawab sang Wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan
patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak.

Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang
Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia
pasti tidak punya waktu untuk mereka.

Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa
tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.

Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia
sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan.
Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkah?" tanyanya, dengan
mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. "Nyonya," katanya
dengan kasar, "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal.
Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan."

"Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat, "Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami
ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang
mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung?! Kalian
perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari
mereka sekarang.

Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan,"Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai
sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?"

Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland
Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka
mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang
tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.

Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Catatan :

- 47 -
Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang
disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, acap
menipu.

Kisah Uang Rp 1.000 Vs Rp. 100.000

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda.

Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali ke luar dari
PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik..

Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet
seseorang dalam kondisi yang berbeda.

Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :

"Ya, ampiiiyuunnnn, dari mana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, kok kamu udah lusuh
banget? Kumal, kotor , lecet dan bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama
keren kan. Ada apa denganmu?"

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang
perjalanannya, uang seribu berkata :

"Ya, beginilah nasibku, kawan. Sejak kita ke luar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang
bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet
tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan
kotoran ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku
nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari
sana saya hijrah ke 'baluang' Inang-inang. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau,
kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas."

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:

"Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita
keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke
dompet seorang wanita cantik. Hmmm, dompetnya harum sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-
pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil
mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang
bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan, aku jarang lho ketemu sama teman-
temanmu."

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu
selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga
daripada kamu!"

"Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.

"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain.
Hampir setiap minggu aku mampir ditempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana."

Si Tukang Kayu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kontruksi real estate. Ia
menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan
kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat
dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada si
tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk miliknya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia
merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia
mengerjakan proyek itu. Ia Cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

- 48 -
Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus
mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahan itu datang melihat rumah yang dimintainya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah
pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu" katanya "hadiah dari kami". Betapa terkejutnya si tukang
kayu. Betapa malu dan menyesal. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan
rumah untuk dirinya, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal
di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan
cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik.
Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir
perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam
sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadari sejak semula, kita akan menjalani hidup
ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkanlah rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan,
mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya
mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari
itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.

Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat dari sikap dan pilihan yang kita
perbuat di hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk
dalam barisan kemenangan.

Maafkan Aku Kawan

Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan
salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-
kata, dia menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang
yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil
diselamatkan oleh sahabatnya.

Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: HARI INI, SAHABAT
TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau
menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?" Temannya sambil tersenyum menjawab,
"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang
berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus
memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."

---
Cerita di atas, bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca dibanding diterapkan. Begitu mudahnya kita
memutuskan sebuah pertemanan 'hanya' karena sakit hati atas sebuah perbuatan atau perkataan yang
menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. Sebuah sakit hati lebih perkasa untuk merusak dibanding
begitu banyak kebaikan untuk menjaga. Mungkin ini memang bagian dari sifat buruk diri kita.

Karena itu, seseorang pernah memberitahu saya apa yang harus saya lakukan ketika saya sakit hati. Beliau
mengatakan ketika sakit hati yang paling penting adalah melihat apakah memang orang yang menyakiti hati
kita itu tidak kita sakiti terlebih dahulu. Bukankah sudah menjadi kewajaran sifat orang untuk membalas
dendam? Maka sungguh sangat bisa jadi kita telah melukai hatinya terlebih dahulu dan dia menginginkan
sakit yang sama seperti yang dia rasakan.

Bisa jadi juga sakit hati kita karena kesalahan kita sendiri yang salah dalam menafsirkan perkataan atau
perbuatan teman kita. Bisa jadi kita tersinggung oleh perkataan sahabat kita yang dimaksudkannya sebagai
gurauan.

Menabur dan Menuai

Pada suatu hari seorang pemuda sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong.
Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang.

- 49 -
Semakin bergerak malah semakin dalam ia terperosok. Pemuda yang pertama tadi hendak sekuat tenaga
memberikan pertolongannya. Dengan susah payah pemuda yang terperosok itu dapat diselamatkan. Pemuda
yang pertama tadi memapah pemuda yang terperosok itu pulang ke rumahnya.

Ternyata si pemuda kedua ini anak orang kaya. Rumahnya sangat bagus, besar dan mewah luar biasa. Ayah
pemuda ini sangat berterimakasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya dan hendak memberikan
uang, tetapi pemuda pertama tadi menolak pemberian tersebut. Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesame
manusia menolong orang lain yang sedang dalamkesusahan. Sejak kejadian ini mereka menjalin
persahabatan.

Si pemuda pertama adalah seorang miskin sedangkan pemuda kedua adalah anak seorang bangsawan kaya
raya. Si pemuda miskin mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter, namun ia tidak memiliki biaya untuk
kuliah. Kemudian ada seorang yang murah hati yang mau memberikan beasiswa untuknya sampai akhirnya
meraih gelar dokter. Orang ini tak lain adalah ayah pemuda yang ditolongnya tadi.

Tahukan anda nama pemuda miskin yang akhirnya menjadidokter ini? Namanya Alexander Flemming, yang
kemudian menemukan obat penisilin. Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke
medan perang ia terluka parah sehingga menyebabkan demam yang sangat tinggi karena infeksi. Pada waktu
itu belum ada obat untuk infeksi semacam itu. Para dokter mendengar tentang penisilin penemuan
dr.Flemming dan mereka menyuntik dengan penisilin yang merupakan penemuan baru itu. Apa yang terjadi
kemudian? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda dan si pemuda itu akhirnya sembuh!

Tahukan anda siapa nama pemuda pemuda itu? Namanya adalah Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris
yang termasyhur itu. Dalam kisah ini kita dapat melihat hukum menabur dan menuai. Flemming menabur
kebaikan dan ia menuai kebaikan pula. Cita-citanya terkabul untuk menjadi dokter. Flemming menemukan
penisilin yang akhirnya menolong jiwa Churcill. Tidak sia-sia bukan beasiswa yang diberikan ayah Churcill?

Tuhan dan Tukang Cukur

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si
tukang cukur mulai memotong rambut konsumenny a dan mulailah terlibat pembicar aan yang mulai
menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan
beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang, "Saya tidak percaya Tuhan itu ada".

"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen.

"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak
akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan
membiarkan ini semua terjadi."

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang
panjang, berombak kasar, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, "Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG
CUKUR."

Si tukang cukur tidak terima, "Kamu kok bisa bilang begitu ??". "Saya disini dan saya tukang cukur. Dan
barusan saya mencukurmu!"

"Tidak!" elak si konsumen. "Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan
rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", si konsumen menambah kan.

"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur.

"Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si
tukang cukur membela diri.

- 50 -
"Cocok!" kata si konsumen menyetujui. "Itulah point utama-nya! Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA
ADA ! Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU
MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."

Si tukang cukur terbengong !!!

Surga di Bumi

Saat kecil pemuda ini seperti anak normal lainnya. Dia tumbuh pun seperti anak lainnya. Namun beberapa
bulan terakhir saat dia telah tumbuh menjadi remaja pemuda ini mendapatkan kejutan. Dia mengidap
penyakit Leukimia, itu pun baru ia ketahui saat dia tidak sadarkan diri setelah jam pelajaran olahraga usai.
Saat itu dia dilarikan ke rumah sakit. Di rumah sakit itulah dia diberitahu oleh dokternya bahwa dia
mengidap Leukimia. Pemuda ini pun terkejut, namun seketika dia meminta tolong kepada dokter tersebut
merahasiakan penyakitnya itu bahkan tidak kepada orang tuanya juga yang kebetulan sedang dinas ke luar
negeri.

Pada awalnya dia merasa putus asa, karena dia tahu hidupnya tak akan lama lagi. Walau begitu dia pandai
sekali merahasiakan penyakitnya itu kepada orang lain termasuk sahabat karibnya sendiri. Hari demi hari
terus ia lalui, dia merasa bosan akan hidupnya. lalu ia berpikir “mengapa aku begini terus, ajalku sudah
dekat. Kenapa aku tak melakukan sesuatu yang berguna sebelum ajal menjemputku.” Setelah itu dia
mulai menulis karya-karya yang buat dia sedikit melupakan penyakit yang dia derita.

Pada suatu hari, saat dia sedang menulis sebuah novel tentang kisah hidupnya sendiri di taman tempat dia
sering menulis. Muncullah seorang gadis yang berlarian dari kejauhan sambil menutup matanya dan
menyenggol pemuda ini yang kebetulan sedang membawa minuman. Pemuda ini lalu marah-marah pada
gadis ini. Saat kedua tangan gadis dilepasnya dari wajah yang sedari tadi ditutupnya itu pemuda ini pun
terkejut. Karena gadis itu sedang menangis. Bukan karena dimarahi oleh pemuda ini. Namun pada saat itu
pula gadis ini telah diputuskan oleh pacarnya. Tanpa menghiraukan keterkejutan pemuda ini gadis ini berlari
lagi.

Kejadian itu membuat pemuda ini sedikit heran dengan gadis ini. Karena memang pemuda ini tipe orang
yang cuek. Namun, tak disangka kejadian di taman itu adalah awal dari rentetan pertemuan yang tak diduga
berikutnya antara pemuda dan gadis ini. Pada awalnya mereka saling benci. Namun, lama kelamaan perasaan
benci itu hilang menjadi sebuah persahabatan. Diam-diam pemuda ini menyukai gadis ini. Namun pada saat
itu dia tidak berani mengungkapkannya dia takut setelah mengatakan perasaan ini kepada gadis ini.

Gadis ini akan menjauhinya dan tak lagi bersamanya. Karena pemuda ini merasa gadis ini adalah surga di
bumi baginya sebelum ajal menjemputnya. Pemuda ini malah memilih untuk mengungkapkan perasaannya
lewat novel yang sedang dikarangnya.

Gadis ini pun sebenarnya punya perasaan yang sama pada pemuda ini. Namun, hal yang sama juga
membayangi gadis itu. Terlebih, orang tua si gadis berniat menjodohkannya dengan lelaki pilihan orang
tuanya. Lelaki yang dimaksud itu adalah sahabat baik pemuda ini juga. Namun ketiganya sama-sama tidak
mengetahui hal tersebut.

Suatu hari dokter yang merawat pemuda ini, memberitahunya bahwa segala usaha telah dilakukannya.
Namun, tidak mendapatkan hasil apa pun. Dokter ini pula bilang bahwa hidupnya tinggal beberapa minggu
lagi. Mendengar hal tersebut pemuda ini terkejut. Lalu dia buru-buru menyelesaikan novel yang dia tulis
tersebut. Saat naskah novel tersebut selesai dia berniat membawanya ke penerbit. Di tengah perjalanan
sambil memegang erat naskah tersebut dia mengobrol dengan sopir taksi yang ditumpanginya.

Setelah pembicaraan beberapa lama sopir taksi itu keheranan karena penumpangnya itu tak menyahut
padahal dia sedang menceritakan sebuah lelucon. Lalu sopir tersebut memberhentikan taksinya untuk
memeriksa penumpangnya itu. Pada awalnya, sopir itu mengira penumpangnya itu tertidur. Dibangun-
bangunkannya si pemuda tersebut namun tak ada respon sama sekali. Lalu sopir tersebut memeriksa denyut
nadinya masih berdetak. Namun terasa lemah, dengan hati yang gusar sang sopir lalu menghidupkan mesin
mobilnya dan menancapkan gas menuju rumah sakit.

Pada hari itu pula di rumah sahabat baik pemuda ini sedang berlangsung upacara pertunangan. Gadis yang
akan ditunangkan ini adalah gadis yang disukai oleh pemuda ini. Setelah beberapa lama acara pertunangan
berlangsung tibalah saatnya acara tukaran cincin. Namun, sahabat pemuda ini nampak gusar karena sahabat
baiknya belum datang juga. Tadi dia berjanji setelah dari penerbit akan langsung menuju acara pertunangan
tersebut. Tapi hal itu tak terjadi hingga detik-detik terakhir menuju acara tukaran cincin. Lelaki itu ingin
sahabatnya bisa melihat acara pertunangan tersebut. Lalu lelaki itu menelpon sahabatnya tersebut karena

- 51 -
sebelumnya sms yang dikirim tidak ada balasan.

Di rumah sakit sopir taksi yang tadinya menancap gas cepat-cepat untuk menolong pemuda itu sedang
menunggu di luar ruangan kamar rumah sakit. Karena para dokter sedang memeriksa pemuda ini. Semua
barang-barang yang dibawa pemuda ini termasuk naskah novelnya untuk sementara di bawa sopir taksi
tersebut. Karena pada saat itu tidak ada orang terdekat dan keluarga si pemuda. Terdengar deringan HP dari
atas bangku tempat barang-barang pemuda ini ditaruh oleh sopir taksi tersebut.

Sopir taksi itu pun mencari-cari suara tersebut. Deringan pertama dia tak berani untuk mengangkatnya. Lalu
terdengar bunyi deringan lagi. Hingga dua kali. Lalu sopir taksi itu memberanikan diri untuk mengangkatnya.
Terdengarlah suara laki-laki yang mengaku sahabat baiknya pemuda ini saat ditanya oleh sopir taksi tersebut.
Lalu sopir taksi tersebut menceritakan semua yang terjadi kepada lelaki tersebut.

Mendengar berita tersebut, lelaki yang berada tersebut terkejut dan tak menghiraukan apapun yang terjadi di
sekelilingnya. Lelaki itu pun bergegas ke rumah sakit yang diberitahukan kepadanya oleh sopir taksi tersebut.
Tanpa diketahuinya dari belakang gadis itu pun mengikutinya. Karena sebelumnya, pada saat perbincangan
di telepon gadis ini mendengar nama orang yang tidak asing lagi di telinganya. Gadis ini penasaran, lalu
membuntuti calon tunangannya tersebut.

Sesampai di rumah sakit lelaki itu bertemu sopir taksi yang diajaknya bicara ditelepon tadi. Kembali sopir
menceritakan sekali lagi apa yang dialami pemuda ini dan dirinya untuk memperjelas. Setelah selesai
berbincang sopir taksi tersebut kemudian menyerahkan barang-barang yang dimiliki pemuda ini. Lalu sopir
taksi ini mohon diri untuk pamit. Di sisi lain, gadis itu bersembunyi sambil mendengarkan pembicaraan
antara lelaki dan sopir taksi mendadak terkejut mendengar semua itu. Kemudian dengan berlinang air mata
menghampiri lelaki itu. Gadis ini mulai bercerita kepada lelaki itu. bahwa sebenarnya dia tahu pemuda yang
sedang di pembaringan itu.

Beberapa hari pun berlalu, lelaki itu masih tetap menunggu dengan sabar sahabatnya itu bersama gadis ini.
Pemuda itu belum sadarkan diri. Kata dokter pemuda ini perlu perawatan intensive. Dokter pun
membeberkan semua yang dirahasiakannya bersama pemuda ini, bahwa pemuda ini mengidap penyakit
Leukimia kepada lelaki dan gadis ini. Mereka berdua shock, tangisan pun mewarnai gadis ini mendengar hal
tersebut.

Tepat pada hari selasa yang mendung saat gadis itu sendiri menunggu, karena lelaki itu sedang mencari
makanan di kantin rumah sakit. Gadis ini melihat naskah novel yang berada di atas meja disamping pemuda
ini terbaring. Naskah itu ditaruh oleh lelaki itu di tempat tersebut. Karena rasa penasaran gadis ini mulai
mengambil dan membacanya. Butuh waktu yang lama membaca novel tersebut hingga selesai. Malam pun
tiba gadis itu yang sedari tadi terus menangis karena membaca naskah tersebut.

Akhirnya gadis ini tahu perasaan pemuda itu terhadapnya. Ternyata anggapannya salah, cintanya tidak
bertepuk sebelah tangan. Lalu secara spontan gadis ini memeluk pemuda ini yang masih terbaring. Mendadak
tidak diketahui oleh gadis ini, pemuda ini tersadar. Lalu pemuda ini membalas pelukan itu. Gadis ini sedikit
terkejut, kemudian gadis ini melihat Pemuda ini.

Pemuda ini hanya tersenyum lemah lalu bicara “Ternyata kau telah membacanya, maafkan aku selama ini
memendam perasaan ini. Aku tak ingin kau kecewa, aku tak selamanya ada untukmu. Hanya dengan tulisan
itu aku bisa mengungkapkannya dan hanya dengan ini mungkin cintaku akan abadi.” Setelah berkata hal
tersebut nafas pemuda ini mulai terasa pelan. Sensor jantungnya pun menunjukkan penurunan.

Kemudian pemuda ini menutup matanya sambil tersenyum. Pelukan pemuda ini mulai melonggar. Gadis ini
merasakan keganjilan itu. Gadis ini mulai memeriksa sensor jantung pemuda ini. Yang tadi menurun kini
hanya terlihat garis lurus. Kembali gadis ini menangis. Seiring dengan itu hujan pun mulai turun di luar
rumah sakit, seakan-akan langit pun ikut menangis.

Sebatang Bambu

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi
menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon
bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu, "Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air
yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"

Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau,Tuan. Tapi ceritakan apa

- 52 -
yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu."

Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang
indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu.
Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang
sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah
selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah
sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur."

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam….., kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku
akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang
cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti
tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat
penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"

Petani menjawab, "Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua ini karena aku memilihmu justru karena
engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."

Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna ketimbang batang bambu
yang lain. Inilah aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki."

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman
rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh
dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yang sarat, mungkin Tuhan sedang
memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa.

Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi
maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk
menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?

Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, "Inilah aku, Tuhan…perbuatlah sesuai dengan yang Kau
kehendaki."

Karena Kamu Tulang Rusukku

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu,
bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong
percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.

Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?


Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat
bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua
pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit
di hati.

Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan
muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup
mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian
dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas.

Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia
berteriak, "Kamu nggak cinta lagi sama aku!" Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara
spontan balik berteriak, "Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!" Tiba-tiba Dara
menjadi terdiam ,

Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang
telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah,
ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan
mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. "Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku

- 53 -
pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."

Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara
pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka
yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk
kembali, Dara tak menunggunya.

Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya.
Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu.
Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah
dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?


Dara : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita,
belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
"Good bye...."

Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi,
Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah
karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

"Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali
adalah fatal"

Sobat, kita selalu tidak menyadari bahwa mereka yang selalu dekat dengan kita sebenarnya lebih
memberikan kasih sayang yang cukup besar, tapi kita selalu tidak menyadari akan hal itu. Kita selalu mencari
dimana letak kebahagiaan yang sebenarnya kebahagiaan itu sendiri ada disekitar kita. Semoga cerita singkat
ini mampu membuka hati kita agar bisa sadar akan besarnya rasa kasih sayang.

Sebuah Koin Penyok

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa.
Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya
sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi
kebutuhan pokok keluarganya, sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli
barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin
bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa
penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,”
gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun
mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu
senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini.
Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa
membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk
menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut
dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih
melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan
pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat
ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang
sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu
tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

- 54 -
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah
barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si
wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita
menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke
pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan
menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak,
mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau
baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang
kutemukan tadi pagi”.

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

Kejadian ini sungguh sangat simple dan singkat, kita selalu mengeluh dengan apa yang telah kita dapatkan,
kita selalu merasa tidak puas. Semua rezeki dan harta kita sebenarnya telah ditentukan, hanya saja kit a yang
harus berusaha untuk mencarinya. Kita menyadari bahwa dengan bekerja keras kita akan mendapatkan apa
yang kita inginkan. Allah selalu memberikan jalan dari hal-hal yang tidak kita duga sebelumnya, mustahil
namun terbukti. Semua itu sebenarnya diluar nalar kita, namun kita harus selalu bersyukur dengan apa yang
telah Dia berikan kepada kita.

Kawan, Guncangkanlah !

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan
selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun. Jadi, tidak akan ada
gunanya lagi menolong si keledai. Ia pun mengajak para tetangga untuk membantunya. Mereka membawa
sekop dan mulai menyiramkan tanah ke dalam sumur. Biarlah sumur itu menjadi kuburan si keledai, pikir
petani tua itu.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis, meringkik penuh kengerian.
Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Tak ada suara apa pun. Setelah
beberapa sekop tanah lagi dituangkan, dan tak ada lagi suara apa pun, karena penasaran, si petani
melongokkan kepala. Dan ia tercengang melihat apa yang terjadi.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu
yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke
bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai
terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si
keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!

***

Kawan, kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran.
Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dan lainnya) adalah dengan menguncangkan segala
tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari "sumur" tadi dengan
menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari "sumur"
yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah! Never give up! Guncangkanlah hal negatif
yang menimpa dan melangkahlah naik!

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :

1. Bebaskan dirimu dari kebencian;


2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan;

- 55 -
3. Hiduplah sederhana;
4. Berilah lebih banyak;
5. Berharaplah lebih sedikit;
6. Tersenyumlah;
7. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum.

Sedikit Renungan Buat Kita Yang Masih Muda

Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha
bersama dengan teman-temannya. Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan
lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian dalam hidupnya.

Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada
seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.

Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang
opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.

Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang. Sejak masa muda saya
menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-
anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah
yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.

Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan Biaya
yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga
dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba
istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia
karena sakit yang sangat mendadak. Lalu sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para
pembantu kami karena anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena mereka sudah
mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya
setiap saat saya memerlukan nya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba
anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh
saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga
tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya
ikut dengan anak saya yang sulung.

Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah
tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah
saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita
idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti,
mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya
mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya
makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para
pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya
dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain
karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang
saya dapatkan?

Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan
bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman
untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya
apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya
besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua
saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka

- 56 -
ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung
disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat - sahabat yang mengasihi saya tapi tetap
saya merindukan anak-anak saya.

Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa.

Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman
saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua
kesibukan hidup kita.

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ? Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan
Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.

Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih
sayang orang tua.

When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!

Love your parents in anyway they are...

Nelayan dan Orang Kaya

Ada seorang kaya berjalan-jalan ke pantai dan melihat seorang nelayan sedang duduk bersantai di pasir
sambil menghisap rokok. Ia pun menghampiri dan bertanya "mengapa engkau tidak pergi mencari ikan?"

Nelayan itu menjawab "untuk apa? hasil tangkapanku kemarin cukup untuk membiayai keluargaku untuk
seminggu ini".

Orang kaya itupun berkata "tetapi kalau engkau pergi mencari ikan lagi tentu engkau akan mendapatkan
uang lebih dan bisa digunakan untuk membeli jala baru yang lebih besar sehingga hasil tangkapanmu pun
dapat bertambah banyak"

Nelayan itu bertanya "untuk apa?"

Orang kaya itu semakin gusar dan berkata "dengan hasil tangkapan yang lebih banyak maka penghasilanmu
pun akan bertambah dan kau bisa membeli perahu baru yang lebih besar"

Nelayan itu kembali bertanya "untuk apa?"

Orang kaya itu menjawab lagi "tentu dengan perahu yang lebih besar kau bisa berlayar lebih jauh dan
mencari ikan lebih banyak dan uangmu bertambah"

Kembali nelayan itu bertanya "untuk apa?"

Orang kaya itu menjawab lagi "dengan uang itu engkau bisa membeli perahu lain dan menyewakannya
kepada nelayan lain sehingga kau mendapat uang"

Untuk kesekian kalinya nelayan itu berkata "untuk apa?"

Dan dengan penuh kejengkelan orang kaya itu berkata dengan suara agak kencang "tentu kau akan menjadi
kaya dan bisa menikmati hidupmu seperti aku"

Nelayan itu tersenyum lalu berkata "kau pikir apa yang sedang aku lakukan?"

Moral cerita ini menurut saya : kadang-kadang banyak di antara kita yang terobsesi dengan uang uang dan
uang. Memang kita hidup di dunia butuh uang. Tapi uang cuma sarana. Jangan sampai uang menjadi tujuan
akhir dari semua yang kita lakukan dengan kerja keras.

Banyak sekali saya kenal orang yang workaholicnya terlalu gila-gilaan sampai tidak bisa menikmati hidup.
Be realistic la. Uang tidak akan kamu bawa keliang kubur. Anda mengumpulkan uang susah-susah sampai
banyak tapi Anda tidak pernah menikmatinya. What a dumbass for me..

- 57 -
Orang sukses bukan tidak pernah gagal, melainkan mereka tidak pernah menyerah. Sikap tersebut
memerlukan mentalitas yang gigih. Kegigihan adalah salah satu unsur kehidupan yang sangat penting bagi
kita. Sebagian besar orang-orang yang sukses memiliki mental seperti itu.

Contoh, Laksamana Peary baru berhasil mencapai Kutub Utara setelah berupaya 8 kali. Sementara Thomas
Alfa Edison melakukan eksperimen 1.000 kali sebelum berhasil menemukan bola lampu dan 1.000 paten
terbanyak sepanjang masa. John Creasey ditolak 743 kali oleh penerbitnya, sebelum berhasil menerbitkan
560 judul buku, yang telah terjual lebih 60 juta kopi. Begitupun yang terjadi pada Albert Einstein, Abraham
Lincoln, dan lain sebagainya. Mereka tidak memiliki kelebihan khusus kecuali kegigihan.

Presiden USA ke 30, Calvin Coolidge mengatakan, "Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat
menggantikan kegigihan. Bakat? Sudah sangat umum orang yang tidak berhasil karena ia hanya
mengandalkan bakat. Kecerdasan? Sangat banyak orang yang cerdas tetapi tidak punya apa- apa.
Pendidikan yang tinggi? Di dunia ini sangat banyak orang terlantar yang berpendidikan cukup tinggi.
Kegigihan dan tekad kuat saja yang memiliki kekuatan besar."

Ketika kita memutuskan untuk tetap melanjutkan upaya hingga tercapai tujuan, itulah kegigihan. Meskipun
tidak mudah memilikinya, tetapi kehidupan ini sendiri sebenarnya dapat membentuk kegigihan kita.
Sehingga tak menutup kemungkinan kitapun memiliki sikap mental yang gigih dan menjadi salah satu dari
orang-orang sukses di dunia.

Langkah yang dapat kita tempuh untuk membangkitkan mentalitas kegigihan kita adalah membaca dan
mendengar kisah tentang bagaimana orang-orang sukses di dunia mengatasi berbagai rintangan sampai
akhirnya mereka berhasil menjadi pemenang. Bila kita mengorek informasi lebih jauh tentang perjuangan
mereka, kita akan mendapati bahwa mereka tak jauh berbeda dengan kita. Jika kita memiliki kualitas
kegigihan seperti mereka, berarti kitapun mampu melakukan sesuatu yang luar biasa.

Memiliki target yang jelas dan terukur juga dapat membangkitkan kegigihan. Ketika segalanya berjalan sulit
atau tantangan semakin besar, baiknya fokuskan pada target yang ingin kita capai. Orang yang sukses pasti
memiliki kreatifitas untuk menciptakan alternatif-alternatif mengatasi kesulitan di tengah proses pencapaian
tujuan. Target yang jelas merupakan sumber kreatifitas, keberanian dan energi untuk tetap gigih berupaya.

Melakukan visualisasi akan sangat mempengaruhi semangat dan suasana hari-hari kita. Caranya adalah
mengosongkan pikiran terlebih dahulu. Kemudian pejamkan mata, dan lihatlah diri kita sejelas-jelasnya.
Misalnya melihat diri kita mendapatkan sebuah penghargaan, lalu diminta memberikan kata sambutan di
panggung sebagai seorang ilmuwan yang telah menemukan tehnologi terbaru dan efektif memajukan hasil
pertanian 100 kali lipat.

Kemudian kita juga akan melihat disana kita berbicara dengan percaya diri dan profesional serta memberikan
inspirasi kepada banyak orang yang menghadiri acara tersebut. Bayangkan bagaimana seumpama kita nanti
benar-benar mengalaminya. Melakukan visualisasi sesering dan sejelas mungkin seperti itu dapat
membangkitkan tekad kita untuk melakukan langkah-langkah yang luar biasa. "Ingatlah selalu bahwa tekad
Anda untuk sukses adalah lebih penting daripada apapun," terang Abraham Lincoln.

Auto-suggestion atau afirmasi adalah melakukan ulangan dengan menulis atau mengucapkan sebuah harapan
secara berulang-ulang. Misalnya menyatakan, "Aku akan selalu menyambut hari baru dengan penuh
semangat dan senyum yang paling manis. Aku akan menikmati setiap tantangan." Itu hanya sebuah contoh
afirmasi, dan semua orang bisa menuliskan atau mengucapkan harapan yang positif sesuai keinginan masing-
masing untuk meningkatkan kegigihan.

Melakukan auto-suggestion atau afirmasi bagi orang lain yang tidak mengerti tujuan yang hendak kita capai
mungkin akan menganggap kita gila. Tetapi menurut Albert Cray, "Salah satu penentu sukses yang umum
adalah membiasakan diri melakukan hal-hal yang tidak dilakukan oleh orang-orang yang gagal." Karena
auto-suggestion atau afirmasi dengan disertai keyakinan terbukti sangat berpengaruh terhadap pikiran dan
kegigihan kita dalam melakukan langkah-langkah yang mendekatkan diri terhadap target yang ingin kita
capai.

Lingkungan terdiri dari orang-orang, dan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegigihan
seseorang. Hyman Rickover mengatakan, "Great minds discuss ideas, average minds discuss events, small
minds discuss people. – Orang-orang yang hebat mendiskusikan ide-ide, orang-orang biasa-biasa saja
mendiskusikan situasi, orang-orang hidupnya susah akan cenderung membicarakan tentang kekurangan
orang lain."

Kita harus pandai dan berhati-hati memilih komunitas, karena kekeliruan memilih dapat menyebabkan
semangat kita turun drastis. Sebaliknya semangat atau kegigihan kita akan terpacu bila kita dikelilingi dengan

- 58 -
orang-orang yang berpikir dan memiliki kebiasaan positif. Mereka terdiri dari orang-orang yang memiliki
semangat luar biasa untuk lebih baik dan kemauan belajar yang tinggi.

Seorang yang sukses pasti memiliki program dan target kerja. Ia akan menyukai tantangan yang akan
membawanya kepada kemenangan yang ia harapkan. Menghadiahi diri sendiri berdasarkan hasil tentu akan
memacu kegigihan kita mewujudkan target yang lebih besar. Misalnya untuk pencapaian target jangka
pendek kita nonton film terbaru atau belanja baju baru di pusat perbelanjaan.

Sedangkan untuk prestasi jangka menengah kita sengaja mempersiapkan sebuah liburan ke luar kota selama
2-3 malam. Kitapun perlu memanjakan diri, misalnya melakukan wisata ke luar negri dan lain sebagainya
setelah berhasil melampaui tantangan yang melelahkan untuk mencapai target jangka panjang.

Secara garis besar, kita harus belajar dari kehidupan yang terus berputar. Memang banyak diantara kita yang
jatuh. Tetapi bila kita memilih untuk menang, sebenarnya mahkota kesuksesan itu berada sangat dekat
dengan saat kita memulai. Jadi meskipun kecepatan kita rendah dalam menciptakan kemajuan, pastikan
untuk tidak pernah menyerah dan tetap gigih melangkah.

Permennya Lupa Di Makan

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah
lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama. Uniknya,
di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa.
Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk
mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop
lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia
simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-
permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang
dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat
Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk
sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah
permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau
kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi.

Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak
permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa
terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan
cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya." "Kenapa kamu
memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita panjang lebar
kepada Bob. "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri
dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang
lucu. Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop
yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya
dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu
ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya
sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang
bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak
bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali
perjalanannya.

** -- **

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan
menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan

- 59 -
permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut
kepada para klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya
sudah menikah... nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih
mencintai saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah
sangat besar... "

Pemikiran 'nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat 'sekarang'. Semuanya itu supaya kita bisa
mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa 'nanti' bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal tersebut,
ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa 'nanti' bahagia. Ritme
kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa 'nanti' bahagia itu. Ritme
hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang
membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon
bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam
bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti
sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran, memelankan ritme makan kita,
memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan
tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak
detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari
kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih
bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

Seorang Nenek dan Seliter Minyak Goreng

Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu,
tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk
disebelahnya, di atas sebuah metromini yang menuju ke stasiun KA. Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk,
dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai, berkelok-
kelok.

Hmm... dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana. Saya pun
menjawab mau kuliah, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya.

Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia
tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu.

Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat
cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya. Dia berkata, cucunya sangat senang kalau
digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung
buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa mendapatkan minyak dan
tepung gratis.

Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela berpanas-
panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam
sekali.

Saya teringat pada Ibu. Tuhan memang Maha Bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya. Sudah beberapa
saat sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu
saja. Mungkin, karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua urusan kuliah. Sering saat pulang ke rumah,
saya menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak pagi.

Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di tempat
lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa
bersalah sekali. Saya bisa rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah
dimasaknya buat saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya
buat saya.

Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti, mengolah semua
masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama seperti dia merawat dan mengasihi saya.
Menyentuh dengan lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil.

- 60 -
Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya
keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang
diberikannya. Karena saya yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. Saya percaya, itulah yang
dapat saya berikan sebagai penghargaan buatnya. Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa.
Saya ingin membahagiakan Ibu. Terima kasih Nek.

Pengorbanan dan Penantian

Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria & wanita yang saling mencintai. Mereka
selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari
senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar dengan pandangan kagum
dan doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain.

Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di
atas ranjang pasien berapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di
depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadar sedikit pun. Malamnya ia
tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis
sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah
menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada
suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu ia memutuskan memberikan
kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya.

Tuhan bertanya kepadanya: "Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk
menukarnya?"

Si wanita tanpa ragu sedikit pun menjawab: "Ya."

Tuhan berkata: "Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji
menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?".

Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan tekad yang pasti menjawab: "saya bersedia!"

Hari telah terang. Si wanita telah menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada
Tuhan, lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman. Bahkan ia sedang
berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya, sebab ia tak bisa masuk ke
ruangan itu. Dengan disekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri. Beberapa
hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang
wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana.

Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan tidak beristirahat. Ia terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya,
begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu
bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? Hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk.
Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yangg sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau
tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut. Lalu untuk terakhir kali, ia terbang dan hinggap di atas bahu
sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan
mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak
boleh di ketahui oleh sang kekasih. Sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat didengar oleh
kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah
yang jauh dengan membawa harapan.

Dan waktu berganti. Tibalah musim semi yang kedua. Sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang
kembali mencari kekasihnya yang lama ditinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi
ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam keterkejutanya, sang kupu-kupu nyaris jatuh dari
angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya
lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang.

Orang-orang selalu menceritakan betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya
dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga
melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dahulu kala dan sebagainya.

- 61 -
Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa
wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala hal
yang pernah dimilikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti dengan seorang tokoh wanita
lain, sedangkan ia sendiri selain kadang kala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-
apa.

Musim panas tahun ini sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia
sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dengan
wanita itu, ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat embusan napas dirinya berakhir, karenanya
sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu.

Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya
menandakan semua ini. Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi
mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita,
mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu
yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.

Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang
terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Sang kupu-kupu secara diam-
diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih yang
berada di bawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan: "Saya bersedia menikah dengannya!"

Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke jari wanita itu, kemudian memandangi mereka
berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu. Dengan pedih hati Tuhan
menarik napas: "Apakah kamu menyesal?"

Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya: "Tidak." Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan:
"Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri."

Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya: "Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".

Ada beberapa kehilangan merupakan takdir. Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan
berakhir selamanya. Mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun memiliki seseorang
maka harus baik-baik mencintainya dan menerima dengan apa adanya itulah yang di namakan cinta
sejati.

Sobat pembaca yang saya banggakan, kali ini saya ingin mengulas sebuah artikel yang saya dapatkan dari
saudara saya Ahsan Arif, dalam tertimoninya saya menemukan kalimat yang pada awalnya membuat saya
bertanya-tanya. Mengapa beliau mengatakan bahwa IBU Itu Adalah Seorang PEMBOHONG.

Nah, agar sobat tidak salah pengertian, mari kita simak bersama tentang seorang ibu yang dalam hidupnya
membuat kebohongan.

1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata,
"Cepatlah makan, ibu tidak lapar."
2. Waktu makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tidak suka
daging, makanlah, nak.."
3. Tengah malam saat dia sedang menjaga anaknya yang sakit, Ia berkata, "Istirahatlah nak, ibu masih
belum ngantuk.."
4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk
keperluanmu nak, ibu masih punya uang."
5. Saat anak sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah
tua kita sangat nyaman, ibu sudah terbiasa tinggal di sana."
6. Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil
berkata, "Jangan menangis, ibu tidak apa apa." Ini adalah kebohongan terakhir yang dibuat ibu.

- 62 -
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, ibu selalu menganggap kita anak kecilnya,
mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya.

Semoga semua anak di dunia ini bisa menghargai setiap kebohongan seorang ibu, karena beliaulah malaikat
nyata yang dikirim TUHAN untuk menjaga kita (Love U Mother) Dari Lubuk hati yang paling dalam,
dihadapanmu ya Allah aku bersujud tersungkur memohon padaMU, Muliakan semua IBU yang ada didunia
ini, panjangkan Umurnya, sehatkan Jasmani dan Rohaninya, selamatkan beliau Dunia dan Akhirat,
Terkhusus kepada Ibundaku sendiri. Miss u mom.

TEKA TEKI
Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya, lalu beliau bertanya ( Teka Teki ) :

Imam Ghazali: “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?”
Murid 1: “Orang tua”
Murid 2: “Guru”
Murid 3: “Teman”
Murid 4: “Kaum kerabat”
Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji
Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali: “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”
Murid 1: ” Negeri Cina “
Murid 2: “Bulan”
Murid 3: “Matahari”
Murid 4: “Bintang-bintang”
Iman Ghazali: “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun
kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus
menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran
Agama”.

Iman Ghazali: “Apa yang paling besar didunia ini ?”


Murid 1: “Gunung”
Murid 2: “Matahari”
Murid 3: “Bumi”
Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A‟raf:
179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.”

Imam Ghazali: “Apa yang paling berat didunia?”


Murid 1: “Baja”
Murid 2: “Besi”
Murid 3: “Gajah”
Imam Ghazali: “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab :
72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta
mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut
menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang
amanah.”

Imam Ghazali: “Apa yang paling ringan di dunia ini ?”


Murid 1: “Kapas”
Murid 2: “Angin “
Murid 3: “Debu”
Murid 4: “Daun-daun”
Imam Ghazali: “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah
MENINGGALKAN SHALAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan shalat “

Imam Ghazali: “Apa yang paling tajam sekali didunia ini ?”


Murid- Murid dengan serentak menjawab: ” Pedang “
Imam Ghazali: ” Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena
melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasan saudaranya sendiri.

- 63 -
Sepatu si Bapak Tua

Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota. Saat menginjakkan kakinya ke tangga,
salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari cepat. Bus ini
hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu
yang terlepas tadi. Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan
melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si bapak tua, "Mengapa bapak
melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?" Bapak tua itu menjawab dengan tenang, "Supaya siapa pun
yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."

Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan
keterikatannya pada benda. Ia berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata-mata
karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu -- termasuk mempertahankan apa yang sudah tak bermanfaat lagi -- adalah
akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini
melahirkan keterikatan. Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda
dengan sesuatu itu. Anda bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut.
Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan
sebagian kebahagiaan Anda.

Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal dari pikiran dan paradigma kita yang
salah terhadap harta benda. Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini salah. Harta kita
bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan.
Pertanggungjawaban kita adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan memanfaatkannya.

Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu
ketika akan kembali kepadaNya. Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita: harta benda, kekayaan,
pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk
meneruskan pada siapa saja yang membutuhkannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda. Kalau biasanya Anda
merasa terganggu begitu ada orang yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa bersyukur.
Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi “perpanjangan tangan” Tuhan.
Anda tak merasa terganggu karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah meneruskan “titipan” Tuhan untuk
membantu orang yang sedang kesulitan.

Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan
lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tak pernah berkurang.
Semua orang akan merasa menang, tak ada yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan
konsep ini, semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.

Tapi, bukankah dalam proses memberi dan menerima ada pihak yang akan bertambah sementara pihak yang
lain menjadi berkurang? Kalau Anda berpendapat demikian berarti Anda sudah teracuni konsep Zero Sum
Game yang mengatakan kalau ada yang bertambah pasti ada yang berkurang, kalau ada yang untung pasti
ada yang rugi, kalau ada yang menang pasti ada yang kalah. Padahal esensi hidup yang sebenarnya adalah
menang-menang. Kalau kita memberi kepada orang lain, milik kita sendiri pun akan bertambah.

Bagaimana menjelaskan fenomena ini? Ambilah contoh kasus bapak tua tadi. Kalau ia tetap menahan
sepatunya maka tak ada pihak yang dapat memanfaatkan sepatu tersebut. Kondisi ini adalah kalah-kalah
(loose-loose). Sebaliknya dengan melemparkannya, sepatu ini akan bermanfaat bagi orang lain. Lalu apakah
si bapak tua benar-benar kehilangan? Tidak. Ia memperoleh kenikmatan batin karena dapat memberikan
manfaat bagi orang lain. Betul, secara fisik ia kehilangan tetapi ia mendapatkan gantinya secara spiritual.

- 64 -
Perasaan inilah yang selalu akan Anda dapatkan ketika Anda membantu orang lain: menolong teman yang
kesulitan, memberikan uang pada pengemis di jalan, dan sebagainya. Kita kehilangan secara fisik tapi kita
mendapatkan ganti yang jauh lebih besar secara spiritual.

Sebagai penutup, ijinkanlah saya menuliskan seuntai puisi dari seorang bijak:

Engkau tidak pernah memiliki sesuatu


Engkau hanya memegangnya sebentar
Kalau engkau tak dapat melepaskannya,
engkau akan terbelenggu olehnya.
Apa saja hartamu,
harta itu harus kau pegang dengan tanganmu
seperti engkau menggenggam air.
Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas.
Akulah itu sebagai milikmu dan engkau mencemarkannya.
Lepaskanlah, dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya.

Suara Yang Paling Indah

Seorang tua yang tidak berpendidikan berniat mengunjungi suatu kota besar untuk pertama kali dalam
hidupnya. Dia dibesarkan disebuah dusun terpencil, bekerja keras membesarkan anak-anaknya dan sekarang
menikmati kunjungan pertamanya ke rumah anaknya yang modern.

Suatu hari, sewaktu berjalan-jalan seputar kota, si orang tua mendengar suara yang menyakitkan telinga.
Belum pernah dia mendengar suara yang begitu tidak enak didengar di dusunnya yang sepi dan dia bersikeras
mencari sumber bunyi tersebut. Mengikuti arah suara yang menggangu itu ke sumbernya, dia melihat sebuah
ruangan di dalam sebuah rumah, di mana terdapat seorang anak kecil sedang belajar bermain biola.

"Ngiiiik! Ngoook!" berasal dari nada sumbang biola tersebut.

Saat dia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang dinamakan "biola", dia berpikir bahwa dia tidak akan
pernah mau lagi mendengar suara yang mengerikan tersebut.

Hari berikutnya, di bagian lain kota tersebut, si orang tua ini kembali mendengar sebuah suara yang
mendayu-dayu membelai-belai telinga tuanya. Dia tidak pernah mendengar melodi yang begitu indah di
dusunnya, diapun mencoba mencari sumber suara tersebut. Sampai ke sumbernya, dia melihat sebuah
ruangan depan sebuah rumah, di mana seorang wanita tua, seorang maestro, sedang memainkan sonata
dengan biolanya.

Seketika, si orang tua ini menyadari kesalahannya. Suara tidak mengenakkan telinga yang didengarnya dulu
bukanlah merupakan kesalahan dari sang biola, bukan pula salah sang anak. Itu hanyalah proses belajar
seorang anak untuk bisa memainkan biolanya dengan baik.

Dari pemikirannya yang sederhana muncullah sebuah kebijaksanaan, si orang tua mulai berpikir demikian
pula halnya dengan agama. Sewaktu menemukan seseorang religius yang "bersemangat" (baca: fanatik)
terhadap kepercayaannya, tidaklah benar untuk menyalahkan agamanya. Itu hanyalah proses belajar sang
pemula untuk bisa "memainkan" agamanya dengan baik.

Sewaktu kita bertemu dengan seorang suci, seorang maestro agamanya, merupakan sebuah penemuan indah
yang memberi inspirasi kepada kita untuk bertahun-tahun, apapun agama mereka.

Namun ini bukanlah akhir dari cerita.

Hari ketiga, di bagian lain dari kota tersebut, si orang tua mendengar sebuah suara lain yang bahkan melebihi

- 65 -
keindahan dan kejernihan suara sang maestro biola. Menurut anda, suara apakah itu?

Melebihi indahnya suara aliran air pegunungan, melebihi indahnya suara angin di musim gugur di sebuah
hutan, melebihi suara burung-burung pegunungan yang bernyanyi setelah hujan lebat. Bahkan melebihi
keindahan keheningan pegunungan yang damai di musim salju pada malam hari. Suara apakah yang telah
menggerakkan hati si orang tua melebihi apapun itu?

Itulah suara sebuah orkestra besar yang memainkan sebuah simfoni.

Bagi si orang tua, alasan mengapa itulah suara terindah di dunia adalah, pertama, seluruh anggota orkestra
merupakan maestro alat musiknya masing-masing; dan kedua, mereka telah belajar lebih jauh lagi untuk bisa
bermain bersama-sama dalam harmoni.

"Mungkin ini sama dengan agama," si orang tua berpikir.

"Marilah kita semua belajar dari pelajaran-pelajaran kehidupan dalam inti kesejukkan kepercayaan kita
masing-masing. Marilah kita semua menjadi maestro dalam cinta kasih di dalam agama masing-masing.
Lalu, setelah mempelajari agama kita dengan baik, lebih jauh lagi, mari kita belajar untuk bermain seperti
halnya anggota sebuah orkestra, bersama-sama dengan agama lain, dalam sebuah harmoni!"

Itulah suara yang paling indah.

Kasih Ibu Sang Monyet

Sobat, pernah dengar penggalan lagu ini gak, "Kasih Ibu, kepada beta, tak terhingga sepanjang masa .."
itulah penggalan dari sebuah lagu "Kasih Ibu" yang mungkin pantas dinyanyikan untuk postingan berikut ini.
Kita menyadari bahwa kasih seorang ibu memeng cukup besar terhadap kita, bukan hanya manusia yang
memiliki rasa kasih sayang ini, tetapi seekor binatang ini mampu menunjukkan kasih sayangnya kepada
anaknya.

Saya sempat berfikir, apa yang telah saya berikan untuk ibu yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada
saya. Saya kadang merasa bahwa diri ini selalu dihantui rasa bersalah. Saya selalu ingat pesan ibu waktu saya
akan berangkat merantau ke negeri orang, ibu selalu berpesan "Hati-hati kat jalan, jangan laju-laju naik
honda tu, jangan main hp waktu naik honda, baik-baik dengan abang kat sane ye, rajin shalat dan bedoa .."
itulah sepenggal dari sekian banyak nasehat yang selalu ibu berikan kepada saya. Hal itu tak mungkin akan
terlupakan. Nasehat itu memang simple dan sederhana, namun membawa makna yang begitu besar.

Kadang saya selalu menyepelekan hal kecil tersebut, tapi saya selalu mematuhi apa yang ibu pesankan
tersebut, saya tidak ingin mengecewakan apa yang telah diharapkan beliau terhadap saya. Sobat, berikut ini
ada sedikit cerita pendek yang ingin saya ceritakan kepada sobat pembaca berdasarkan bahasa saya sendiri.
Saya jadi teringat akan besarnya kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.

Kasih Ibu Sang Monyet


Pada suatu hari, seekor monyet dan anaknya pergi mencari makan dan melintasi jalan raya, pada saat itu,
anak monyet yang masih balita terjatuh akibat melanggar sang pengendara motor.

Sang ibu langsung menolong anaknya yang terjatuh tersebut.

- 66 -
Namu, tiba-tiba datang seekor anjing yang berusaha akan memakan anak monyet tersebut.

Sang ibu yang melihat kejadian ini langsung melakukan perlawanan terhadap anjing tersebut, walaupun
secara fikik mungkin sang ibu monyet akan kalah, namun atas dasar "rasa Kasih Sayangnya" maka ia
beranikan diri untuk melakukan perlawanan kepada sang anjing tersebut.

Akhirnya sang anjing lari karena merasa buruannya lebih kuat dan tak mungkin untuk ia kalahkan.

Sobat, kesimpulan dari cerita singkat ini adalah, bahwa kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah
terkalahkan oleh apapun, kasih sayangnya yang cukup besar mampu mengalahkan segala ketakuta yang ada,
kita menyadari bahwa dengan kasih sayang, sega ketakutan dan kelemahan bisa dikalahkan. Oleh sebab itu,
tumbuhkanlah rasa kasih sayang terhadap sesama kita terlebih kepada Sang Pencipta.

Kita harus sentiasa bersyukur atas rasa kasih sayang yang telah diberikan kepada kita, kita tidak akan ada di
muka bumi ini tanpa adanya rasa kasih sayang, percayalah bahwa rasa kasih sayang itu sangat diperlukan
dalam kehidupan ini.

Semoga sobat pembaca masih memiliki rasa kasih sayang yang "cukup" untuk diberikan kepada orang lain.
Semoga ..

- 67 -
Tiga Kakek Jenggot Putih

Minggu pagi ini, cuaca sangat cerah. Ella sekeluarga juga berkumpul sambil menunggu ibu selesai memasak.
Ayah yang sedang membaca koran, tiba-tiba merasakan Ella terdiam lama sambil memandang ke luar
jendela, "Sayang kamu memandang apa di luar sana?" Ella mendekati ayahnya sambil menunjuk ke luar
jendela, "Ayah, ada 3 orang kakek aneh berjenggot putih yang telah lama duduk di luar sana". "Benarkah?",
sahut ayah sambil melihat ke luar jendela sebentar, kemudian berjalan keluar rumah. Tak lama ibu dan Ella
juga mengikuti.

Ayah lalu bertanya kepada ketiga kakek tua itu, "Kakek-kakek, mengapa kalian duduk di sini begitu lama?
Apakah sedang menunggu seseorang?" Salah satu kakek menjawab, "Kami sedang melakukan perjalanan
dan merasa sedikit lelah, oleh karena itu ingin beristirahat di sini sejenak." Kemuadian ibu yang merasa iba
terhadap para kakek tua itu, dengan senang hati mengundang mereka, "Mari silakan masuk ke dalam rumah
kami. Istirahatlah sebentar sambil mencicipi makanan kecil yang baru saya buat." Salah satu kakek itu
menjawab, "Terima kasih banyak, akan tetapi kami tidak bisa bersamaan masuk ke dalam rumah kalian."
"Lho, mengapa?" tanya mereka bertiga serentak.

Kakek tertua menjelaskan, "Karena saya bernama Kasih Sayang, disamping saya bernama Kesuksesan dan
Kekayaan, hanya salah satu dari kami yang bisa masuk ke dalam rumah kalian." Maka akhirnya terjadi
perbedaan pendapat diantara ayah, ibu dan Ella. Ibu memilih duluan, meminta kakek kekayaan untuk masuk
ke rumah, karena dia berdiri disamping ibu. Sedangkan ayah cenderung memilih kakek kesuksesan,
"Menurut saya, lebih baik kakek kesuksesan yang masuk ke dalam rumah kita." Akan tetapi si Ella lebih suka
memilih kakek yang tertua, "Ayah ibu, saya ingin kakek Kasih Sayang saja yang masuk ke rumah kita."

Akhirnya mereka memutuskan mengikuti keinginan Ella. Ayah mempersilakan kakek Kasih Sayang untuk
masuk ke rumah. Ketika kakek Kasih Sayang masuk kedalam rumah, kedua kakek lainnya juga ikut masuk.
Ibu pun bertanya keheranan, "Lho, mengapa kalian bertiga jadi masuk bersamaan?"

Kakek Kekayaan berkata, "Jika kalian mengundang Kekayaan atau Kesuksesan, yang lainnya tentu tidak
akan ikut masuk." Si kakek Kesuksesan menyambung, "Akan tetapi kalau kalian mengundang Kasih
Sayang, kemanapun dia pergi, kami selalu akan mengikutinya." Si kakek Kasih Sayang dengan bijak
mengakhiri, "Karena dimana ada Kasih Sayang maka disana pasti ada Kekayaan dan Keberhasilan."

Sebuah pesan bijak, bahwa apabila dihati selalu ada kasih sayang, maka kekayaan dan keberhasilan akan
selalu menyertainya. (Erabaru.or.id)

Ahli Batu

Hiduplah seorang ahli batu yang sangat terkenal di China. Hasil karyanya tersohor di segenap penjuru negeri.
Batu-batu permata dan intan yang berkilauan itu, dipajang menjadi perhiasan jemari dan kaki para raja.
Hampir semua batu indah di dunia ini, pernah diolah tangannya. Giok, rubi, dan safir, terpajang di segenap
sudut-sudut rumahnya.

Namun, sang ahli sudah sangat tua. Kini, ia berusaha mencari pengganti dan penerus karya-karyanya.
Belasan orang berusaha berguru. Tapi, tak ada yang cocok buat pekerjaan itu. Hingga akhirnya ia
menemukan seorang pemuda yang tampak bersemangat, dan bersedia menjalani ujian.

“Anak muda, ujian pertama ini tidak sulit,” ucap sang ahli membuka pembicaraan. “Mudah saja. Begini, jika
kamu mampu mengambil batu dalam genggamanku, maka kamu layak mewarisi semua ilmuku. Namun, jika
tanganku yang lebih cepat menutup, maka kamu harus mengulang ujian itu besok.” Anak muda itu
mendengarkan dengan seksama. Ia mengangguk pelan, “Baiklah, itu pekerjaan mudah.”

Ujian itu pun dimulai. Sang ahli, meletakkan sebuah batu di atas genggaman. Disodorkannya ke arah muka si
anak muda. “Ayo, ambil”. Hap. Tampak kedua tangan yang beradu cepat. Sang pemuda berusaha meraih batu

- 68 -
dalam gengaman itu. Ah, dia kalah sigap. Tangan sang ahli telah lebih dulu menutup. “Kamu belum berhasil
anak muda. Cobalah besok.” Sang pemuda tampak kecewa.

Keesokan harinya, anak muda itu kembali mencoba. Ujian pun berulang. Lagi-lagi, dia gagal. Gerakannya
masih terlalu lambat. Ia pun harus kembali mengulang ujian itu. Dua, tiga hari dilaluinya, tak juga berhasil.
Sembilan hari telah terlewati, tapi batu itu masih belum berpindah tangan. Pemuda itu mulai tampak putus
asa, dan dia berjanji, kalau besok masih belum berhasil, dia akan berhenti dan tak mau menjadi ahli permata.

Hari penantian itu pun tiba. Keduanya telah duduk berhadapan. Sang ahli bertanya, “Kamu sudah siap?”
Sang ahli meletakkan sebongkah batu di atas gengamannya. Namun, tiba-tiba anak muda itu berteriak, “Hei,
tunggu dulu. Itu bukan batu yang biasa kita gunakan!” Alih-alih meraih batu itu, sang anak muda malah
menanyakan tentang batu. Wajah keheranan itu dibalas dengan senyuman dari sang ahli batu. “Anak muda,
kamu lulus ujian pertama dariku. Selamat!”

***

Hidup di dunia, kadangkala seperti pertunjukan sulap. Apa yang ada di depan mata, seringkali bukan apa
yang kita dapatkan. Harapan yang kita inginkan, acapkali meleset. Banyak yang tertipu, banyak pula yang
salah duga dan salah kira. Sebab, di sana memang penuh kepalsuan.

Teman, sering kita mendengar istilah, siapa cepat dia dapat. Kita pun terpacu untuk sepakat dengan perkataan
itu. Kemudian, segalanya berubah menjadi begitu bergegas. Adu cepat dan adu sigap. Namun, adakah yang
tercepat selalu yang jadi pemenang? Kadangkala jawabannya tidak semudah itu. Saya percaya, tak selamanya
kita memaknai hidup ini dengan cara-cara seperti itu.

Ada kalanya kita perlu bertanya kepada hati tentang makna hidup yang sebenarnya. Setidaknya, kali ini saya
percaya, mereka yang cermatlah yang akan memenangkan pertarungan hidup. Mereka-mereka yang belajar
tentang ketelitianlah yang lulus dari ujian kehidupan. Tak selamanya, si cepat adalah si juara.

Batu dan Bisikan

Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah
Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu.
Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena
berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang
melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak itu yang tampak melintas.
Aah…, ternyata, ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang
dilontarkan seseorang.

Cittt….ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, di mundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu
itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh
orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan
tergesa-gesa. Di tariknya seorang anak yang paling dekat, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil
yang diparkir.

“Apa yang telah kau lakukan!!! Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!”

Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. “Kamu tentu paham, mobil baru

- 69 -
semacam itu akan butuh banyak ongkos di bengkel kalau sampai tergores.” Ujarnya lagi dengan geram,
tampak ingin memukul anak itu.

Sang anak tampak ketakutan, dan berusaha meminta maaf. “Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf.
Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa.” Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon
ampun. “Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….”

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-
mobil parkir tadi. “Itu disana ada kakakku. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat
mengangkatnya, dia terlalu berat. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..”

Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung
itu. “Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi dia terlalu
berat untukku.”

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu
menelan ludah. Segera, di angkatnya anak yang cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu
tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut anak itu. Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu
Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik
saja. “Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatanmu.” Keduanya berjalan beriringan,
meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah
sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Disusurinya jalan itu dengan
lambat, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi
bukanlah hal sepele. Namun, ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan
goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat.

“Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik
perhatianmu.”

***

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di
setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita
memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk
melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu
untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan
bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan “melemparkan batu” buat kita agar kita mau dan bisa berhenti
sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada
yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

Siapa Yang Tak Mati

Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati. Sembari membawa
jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa
menghidupkan kembali anaknya.

Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat
mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan
yang dirasa masuk akal, Sang Guru berujar:

"Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada."

- 70 -
"Itu saja syaratnya?" tanya wanita itu dengan keheranan.

"Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati."

Dengan "semangat 45", wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, "Guru ini
memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!"

Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: "Tolonglah saya. Saya sangat
membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?" "Oh, boleh saja," jawab tuan rumah.
"Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?" "Oh, ada,
paman kami meninggal tahun lalu." Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah
yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya.

Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji
lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya.
"Ayah kami barusan wafat…," "Kakek kami sudah meninggal…," "Ipar kami tewas dalam kecelakaan
minggu lalu…," dan sebagainya.

Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah
kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia
menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan.

Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda
dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih, "Guru, saya akan menguburkan anak saya." Sang Guru hanya
mengangguk seraya tersenyum lembut.

Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu,
tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya?

Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga? Alih-alih berbuat demikian Sang Guru membuat
wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup
yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati?

Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa dukacita mendalam seperti dalam
cerita di atas.

Penderitaan hanya benar-benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan dua hal:

1. Kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita, dan


2. Bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang bersumber dari dalam
diri kita sendiri.

Ketelitian

Di sebuah ruang kuliah, seorang profesor kedokteran memberikan kuliah perdananya. Para mahasiswa baru
itu tampak serius. Mata mereka terpaku menatap profesor, seraya tangan sibuk mencatat.

"Menjadi dokter, butuh keberanian dan ketelitian," terdengar suara sang profesor. "Dan saya harap kalian
dapat membuktikannya." Bapak itu beranjak ke samping. "Saya punya setoples cairan limpa manusia yang
telah direndam selama 3 bulan." Profesor itu mencelupkan jari ke dalam toples, dan memasukkan jari itu ke
mulutnya. Terdengar teriak-teriak kecil dari mahasiswa itu. Mereka terlihat jijik. "Itulah yang kusebut
dengan keberanian dan ketelitian," ucap profesor lebih meyakinkan.

"Saya butuh satu orang yang bisa berbuat seperti saya. Buktikan bahwa kalian ingin menjadi dokter."
Suasana aula mendadak senyap. Mereka bingung: antara jijik dan tantangan sebagai calon dokter. Tak ada
yang mengangkat tangan. Sang profesor berkata lagi, "Tak adakah yang bisa membuktikan kepada saya?
Mana keberanian dan ketelitian kalian?"

Tiba-tiba, seorang anak muda mengangkat tangan. "Ah, akhirnya ada juga yang berani. Tunjukkan pada

- 71 -
teman-temanmu bahwa kau punya keberanian dan ketelitian". Anak muda itu menuruni tangga, menuju
mimbar tempat sang professor berada. Dihampirinya stoples itu dengan ragu-ragu. Wajahnya tegang, dan
perasaan jijik terlihat dari air mukanya.

Ia mulai memasukkan jarinya ke dalam toples. Kepala menoleh ke samping dengan mata yang menutup.
Teriakan kecil rasa jijik kembali terdengar. Perlahan, dimasukkannya jari yang telah tercelup lendir itu ke
mulutnya. Banyak orang yang menutup mata, banyak pula yang berlari menuju kamar kecil. Sang professor
tersenyum. Anak muda itu tersenyum kecut, sambil meludah-ludah ke samping.

"Aha, kamu telah membuktikan satu hal, anak muda. Seorang calon dokter memang harus berani. Tapi
sayang, dokter juga butuh ketelitian." Profesor itu menepuk punggung si mahasiswa. "Tidakkah kau lihat,
aku tadi memasukkan telunjuk ke toples, tapi jari tengah yang masuk ke mulut. Seorang dokter memang
butuh keberanian, tapi lebih butuh lagi ketelitian."

***

Tantangan hidup, kadangkala bukan untuk menghadapi kematian. Tapi, justru bagaimana menjalani
kehidupan. Banyak orang yang takut mati. Tapi, tidak sedikit yang memilih mati ketimbang hidup. Banyak
yang menghabisi hidup pada jalan-jalan tercela. Banyak pula yang enggan hidup hanya karena beratnya
beban kehidupan.

Ujaran profesor itu memang benar. Tantangan menjadi seorang dokter dan sesungguhnya, menjadi manusia
adalah dibutuhkannya keberanian dan ketelitian.

Bahkan, tantangan itu lebih dari sekadar mencicipi rasa cairan limpa di toples. Lebih berat. Jauh lebih berat.
Dalam kehidupan, apa yang kita alami kadang lebih pahit dan menegangkan. Namun, bagi yang teliti, semua
bisa jadi manis, menjadi tantangan yang mengasyikkan. Di sanalah ditemukan semua rasa, rupa dan suasana
yang mendidik. Dan mereka dapat dengan teliti memilah dan memilih.

Teman, hati-hatilah. Hidup memang butuh keberanian. Tapi, akan lebih butuh ketelitian. Cermati langkahmu,
waspadai tindakanmu. Hati-hati saat "mencelupkan jari" dalam toples kehidupan. Kalau tidak, "rasa pahit"
yang akan kita temukan.

Air dan Kopi

Kopi : "Janganlah kamu meremehkan secangkir kopi kecil seperti saya. Hargaku cukup mahal. Orang yang
minum saya mendapatkan hasil menakjubkan. Jiwa mereka jadi enteng dan rasa lelah pun akan hilang
sehingga tidak lagi ngantuk"

Bir : "Mana bisa kopi dibandingkan dengan air seperti saya. Bir adalah minuman terbaik di dunia. Setelah
minum, orang akan menjadi bersahabat dan romantis. Selain itu, bir lebih mahal dari kopi, bisa 8x lipat dari
harga kopi. Belum termasuk tip lho!"

Kopi : "Oke.. Walaupun saya bukan yang terbaik, saya lebih baik dari yang lain. Paling tidak saya harus
bertanya kepada segelas air jernih untuk lebih meyakinkan. Ia hanya minuman gratis di meja ini. Ia tidak
berharga sama sekali. Haha.. Menggelikan!"

Air jernih : "Jangan memandang rendah saya. Walaupun saya lebih tak berharga dibanding kalian dalam
restoran ini, di gurun pasir saya adalah minuman yang paling menyenangkan"

Teh : "Air jernih masuk akal. Ijinkanlah saya, Merk Special teh Oo Long memberikan penjelasan. Di dunia
ini, tidak ada perbedaan nyata atas segala sesuatu yang berharga. Segalanya berharga dan indah apa
adanya. Dalam batas-batas nilai uang, teh yang bagus, seperti diriku berharga Rp.50.000.-/ons. Saya
tidaklah lebih murah dari kalian berdua. Banyak orang tak peduli pada kopi dan bir, tapi mempunyai minat
khusus pada diriku. Dalam menulis dan berpikir, secangkir kopi adalah teman yang baik. Saat bergaul dan
perayaan, segelas bir yang baik akan terasa begitu menyenangkan. Dan untuk menghilangkan haus dan
menambah cairan tubuh, air jernih adalah yang penting sebagai penyelamat hidup. Maka itu, segala sesuatu

- 72 -
di dunia ini memiliki kualitas unik masing-masing. Tak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain.
Bila kamu air, perankanlah air sebaik-baiknya. Bila kamu kopi, perankanlah kopi sebaik-baiknya"

Segala sesuatu adalah diri sendiri, tak perlu memutuskan baik vs buruk. Jika kamu adalah segelas air jernih,
jangan merasa rendah diri. Air mempunyai artinya sendiri ..

Penjudi Yang Sadar

Beberapa waktu yang lalu, saya dikejutkan oleh sebuah telepon yang masuk. Orang di seberang telepon,
mengaku berasal dari sebuah kota di Kalimantan. Yang mengejutkan adalah kisahnya yang dituturkan
dengan penuh nada sesal.

Dari seberang telepon, saya mendengar orang tersebut seperti sedang memendam beban sangat berat.
Suaranya setengah terbata-bata. Dan memang, ternyata ia sedang dalam kekalutan yang sangat hebat.
Bahkan, kekalutannya itu sempat membutakan pikirannya.

Orang itu mengaku sudah dua kali hendak mengakhiri hidupnya. Namun, ia menyebutkan dirinya selalu
terngiang sebuah seminar yang diikutinya beberapa tahun silam. Dalam seminar tersebut, ia mengaku teringat
ucapan-ucapan saya yang membuatnya sempat "terbakar" sehingga punya letupan semangat untuk
melanjutkan hidup.

Dalam dua kali percobaan bunuh dirinya itu, ia merasa ketakutan. Saat itu, ada satu hal yang saya katakan
dengan tegas, "Apakah dengan mengakhiri hidup, masalahmu akan segera terselesaikan? Pasti tidak!
Mungkin apa yang kamu rasakan sebagai masalah di dunia bisa saja akan hilang, tapi 'kehidupan' sesudah
kematian itu justru akan lebih menyakitkan karena perbuatanmu. Dengan bunuh diri, kamu akan mendapat
siksa yang amat pedih di alam baka!"

Saya juga mengatakan, bahwa tidak ada yang bisa mengakhiri hidup kita kecuali Tuhan. Sebab, hanya
Tuhanlah yang berhak mencabut nyawa seseorang. Di seberang, suaranya makin terbata-bata menahan
tangis.

Tak lama, ia lantas mengaku, bahwa dirinya terlahir di tengah keluarga yang berada. Namun, ia terjebak pada
kebiasaan jelek, yakni bermain judi mesin. Ia kalah berkali-kali. Namun, kekalahan tak membuatnya jera,
namun justru membuatnya makin penasaran. Itulah yang menjadikannya bangkrut dan makin terjauh dari
keluarganya. Kegalauan akibat peristiwa itulah yang membuatnya merasa terpuruk hingga akhirnya sempat
memutuskan hendak mengakhiri hidupnya.

Setelah sedikit reda emosinya, saya pun mengatakan, bahwa dirinya memang salah. Namun, tidak ada
kesalahan yang tak bisa diperbaiki jika kita punya kesadaran untuk berubah. Saya katakan kepadanya, bahwa
hal pertama yang harus dilakukannya adalah menghentikan kebiasaan negatifnya, yakni berjudi. Ia harus
mampu benar-benar menjauh dan menahan diri dari setan judi mesin yang masih menggodanya.

Kemudian, saya anjurkan juga padanya untuk meminta maaf kepada orang terdekatnya yakni orangtuanya.
Saya yakin, dengan permintaan maaf yang tulus, mereka akan menerimanya kembali dengan tangan terbuka.

Sebagai manusia yang beragama, saya katakan padanya untuk kembali mendekatkan diri pada Tuhan sesuai
dengan kepercayaannya. Ditambah tindakan nyata untuk menghilangkan kebiasaan buruk, maka saya yakin
ia akan bisa kembali bangkit. Apalagi, disertai dengan unsur think and action yang tepat, akan tumbuh
kekuatan luar biasa yang menggantikan kekalutan dalam diri sehingga ia akan mampu mengatasi semua
masalahnya.

Mendengar semua perkataan tersebut, dari seberang telepon, terdengar suara tangis yang makin terisak.
Namun, kali ini tangisnya mengandung aura yang berbeda. Sebab, tak lama kemudian, ia mengucap kalimat
yang pendek namun tegas, "Saya pasti berubah, Pak."

Pembaca yang budiman,

- 73 -
Memang, dalam hidup ini kita kadang membuat kesalahan. Tapi, dengan sikap yang benar disertai mental
yang kaya dan pikiran positif, adanya kesalahan justru akan membuat kita belajar banyak hal.

Maka, jangan beri kesempatan atau memberi kompromi pada hal yang negatif dan merusak. Jangan sampai
kita terjebak pada hal-hal negatif seperti pergaulan bebas, narkoba, judi, hingga sikap miskin mental seperti
iri, dengki, benci, malas, dan berbagai pengaruh buruk lainnya.

Mari tingkatkan kekayaan mental dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Sebab, sebagai insan beragama, kita
harusnya sadar bahwa apapun yang terjadi pada kita, tak kan terjadi tanpa peran kita sendiri yang
menentukan. Hal ini dikarenakan Tuhan tak kan merubah nasib seseorang, tanpa ia berusaha sendiri untuk
mengubahnya.

Jaga sikap dan mental positif, pupuk semangat kerja disertai perjuangan nyata, maka kita akan jadi insan
yang luar biasa. Dengan think and action, kita tunjukkan bahwa kita mampu terbebas dari belenggu tantangan
dan hambatan sesulit apapun, hingga dapat mewujudkan sukses sejati, karena "Success is My Right"!!!
Andrie Wongso

Roda

Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia, tampak sedih. Tanpa jari-jari yang
lengkap, tentu, ia tak bisa lagi berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika
melintasi hutan. Karena terburu-buru, ia melupakan, ada satu jari-jari yang jatuh dan terlepas. Kini sang roda
pun bingung. Kemana kah hendak di cari satu bagian tubuhnya itu?

Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah ditinggalkannya. Perlahan, di
tapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu diperhatikannya dengan seksama. Setiap benda di amati, dan di
cermati, berharap, akan di temukannya jari-jari yang hilang itu.

Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di tengah padang.
Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan
kerikil-kerikil pualam. Hei, semuanya tampak lain. Ya, sewaktu sang roda melintasi jalan itu dengan laju
yang kencang, semua hal tadi cuma berbentuk titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak istimewa.
Namun kini, semuanya tampak lebih indah.

Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya berupa batang-
batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang dan menyampaikan salam.
Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan
melanjutkan pencariannya.

Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya, lebih terasa menyegarkan. Kuntum-kuntum
yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak
pada sang roda. Sang roda tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam
hormat.

Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya. Kini, semut dan serangga kecil itu, mulai berbaris,
dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang
meriah. Sayap-sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang di tabuh. Mereka saling menyapa. Dan,
serangga itu pun memberikan salam, dan doa pada sang Roda.

Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa-
gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan
ujung yang tajam dari batu yang kerap mampir di tubuh sang Roda. Semua batu dan pualam, membuka jalan,
memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.

- 74 -
Setelah lama berjalan, akhirnya, ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda pun senang. Dan ia berjanji,
tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang dalam melakukan tugasnya.

***

Begitulah hidup. Kita, seringkali berlaku seperti roda-roda yang berjalan terlalu kencang. Kita sering
melupakan, ada saat-saat indah, yang terlewat di setiap kesempatan. Ada banyak hal-hal kecil, yang
sebetulnya menyenangkan, namun kita lewatkan karena terburu-buru dan tergesa-gesa.

Hati kita, kadang terlalu penuh dengan target-target, yang membuat kita hidup dalam kebimbangan dan
ketergesaan. Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam keadaan panik, dan lupa, bahwa di sekitar kita
banyak sekali hikmah yang perlu di tekuni.

Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut dan pualam, kita pun sebenarnya sedang terlupa
pada hal-hal itu. Sobat, coba, susuri kembali jalan-jalan kita. Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang
pernah kita lewati. Runut kembali perjalanan kita.

Adakah kebahagiaan yang terlupakan? Adakah keindahan yang tersembunyi dan alpa kita nikmati?
Kenanglah ingatan-ingatan lalu. Susuri dengan perlahan. Temukan keindahan itu!!

Impian Sejati

Suatu hari, ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua yang bijaksana. Si anak muda bertanya,
"Pak, sebagai seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tentunya anda bisa menjawab semua
pertanyaan saya".

"Apa yang ingin kau ketahui anak muda ?" tanya si orang tua. "Saya ingin tahu, apa sebenarnya yang
dinamakan impian sejati di dunia ini". Jawab si anak muda.

Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan si anak, tapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai. Sampai di
suatu sisi, kemudian mereka berjalan menuju ke tengah laut. Setelah sampai agak ke tengah di tempat yang
lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba mendorong kepada si anak muda ke dalam air.

Anak muda itu meronta-2, tapi orang tua itu tidak melepaskan pegangannya. Sampai kemudian anak muda
itu dengan sekuat tenaga mendorong keatas, dan bisa lepas dari cekalan orang tua tersebut.

"Hai, apa yang barusan bapak lakukan, bapak bisa membunuh saya" tegur si anak muda kepada orang bijak
tersebut. Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan si anak, malah balik bertanya ,"Apa yang paling kau
inginkan saat kamu berada di dalam air tadi ?". "Udara, yang paling saya inginkan adalah udara". Jawab si
anak muda.

"Hmmm, bagaimana kalo saya tawarkan hal yang lain sebagai pengganti udara, misalnya emas, permata,
kekayaaan, atau umur panjang ?" tanya si orang tua itu lagi.

"Tidak .. tidak .. tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini diberikan kepada saya,
tidak ada yang bisa menggantikan udara ketika saya berada di dalam air" jelas si anak muda.

"Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu sendiri kalau begitu. KALAU KAMU MENGINGINKAN
SESUATU SEBESAR KEINGINANMU AKAN UDARA KETIKA KAMU BERADA DI DALAM AIR,
ITULAH IMPIAN SEJATI" kata si orang tua dengan bijak.

Apakah anda saat ini mempunyai impian sejati ? Banyak orang yang mengatakan impian mereka ini, atau itu,
tapi sebagian besar yang mereka sebutkan adalah keinginan belaka, bukan impian. Keinginan sifatnya tidak
mendesak. Kalo bisa dapat syukur, nggak dapat juga tidak apa-apa. Kalo bisa mobil BMW, kalo nggak,
Kijang juga gak apa-apa.

Ada pula orang yang mempersepsikan impian dengan harapan. Keduanya mirip namun berbeda. Harapan

- 75 -
lebih kepada sesuatu di masa depan yang terjadi dengan sendirinya atau atas hasil kerja orang lain. Campur
tangan kita kecil sekali, atau bahkan tidak ada. Impian tidak seperti itu. Apapun yang terjadi, mau tidak mau,
dengan perjuangan sekeras apapun impian itu HARUS tercapai.

Impian terbaik seorang manusia adalah ketika dia berusia dibawah lima tahun. "Saya mau jadi dokter, mau
jadi pilot, mau jadi pengusaha, dll .." bukankah itu yang kerap dikatakan oleh anak-anak anda ?

Sayangnya, begitu mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah, mereka "diharamkan" membuat
kesalahan. Selain itu, mereka juga mulai diajarkan melihat realitas dunia – dari sisi yang negatif.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika, seorang remaja hingga dia berusia 20 tahun, rata-rata
akan menerima 20.000 macam kata "NO". Jangan nakal, jangan main air, jangan kesana,jangan malas,
jangan pergi, dan ribuan kata jangan yang lain. Memang tujuannya baik karena mengajarkan kepada kita agar
dapat hidup dengan baik. Tapi karena terlampau seringnya kata "NO" itu diterima, akan mempengaruhi pula
alam bawah sadar manusia. Sehingga setiap kali kita memikirkan sesuatu yang baru, misalnya impian, yang
pertama kali terlintas di benak kita adalah kata "NO".

Banyak juga orang saat ini apabila ditanya apa impiannya, mereka menjawab tidak tahu. Sungguh malang
nasib orang tersebut, karena orang yang tidak mempunyai impian sebetulnya secara mental mereka sudah
`mati‟. Mungkin orang-2 tersebut menganggap hidup adalah suatu nasib, sehingga sekeras apapun mereka
bekerja atau setinggi apapun impian mereka, namun apabila nasib tidak menghendaki mereka sukses, mereka
tidak akan sukses.

Atau ada pula type orang yang terjebak di dalam "comfort zone", dimana kehidupan mereka saat ini sudah
nyaman, atau setidaknya berkecukupan. Mereka merasa tidak perlu membuat suatu impian yang lebih besar.
Mereka mungkin akan berkata "Ah, buat apa rumah besar-besar .. Bisa ngontrak aja sudah bagus ..".

Type ketiga, ada orang yang SENGAJA tidak mau membuat impian, karena .. malu jika ditertawakan orang
lain, dianggap norak, nggak tau diri, atau bahkan gila. Nah, sebenarnya bukan anda yang norak, tapi karena
hidup kita sudah terlalu penuh dikelilingi oleh orang-orang dengan pikiran negatif, dimana mereka akan
merasa `tidak suka‟ jika ada seseorang yang tadinya setingkat dengan mereka, lalu mau pergi ke tingkat yang
lebih tinggi. Mereka akan berusaha dengan ejekan, sindiran dan usaha-usaha lain agar anda tetap "selevel"
dengan mereka. Kalau anda ingin membuktikan, coba besok pagi di kantor, katakan kepada rekan-2 anda ,
"Saya punya impian untuk jadi orang sukses. Saya akan berusaha keras mencapainya, untuk membawa saya
dan keluarga saya ke tingkat yang lebih baik". Lalu coba lihat .. berapa banyak yang mentertawakan anda ..
Dan coba lihat pula berapa orang yang mendukung anda. Mungkin hampir tidak ada yang mendukung anda.
Masih maukah anda meraih impian tersebut .. setelah anda ditertawakan ..?

Saya yakin kita saat ini masih mampu menciptakan impian-2 kita, asalkan kita mau menghilangkan segala
penghalang di dalam benak kita. Cobalah untuk berpikir bebas, seperti anak berusia 5 tahun. Jangan hiraukan
apa yang dikatakan orang tentang impian anda, tapi berusahalah agar impian itu tercapai.

Memang benar, kita tidak akan bisa mencapai semua impian kita. Tapi tanpa punya impian, anda tidak akan
meraih apa-apa. Ciptakan impian, lakukan kerjanya, dan raih hasilnya !

Hadapilah...

Disuatu masa, di tepian laut dengan ombak yang begitu besarnya. Terlihat sebongkah karang besar yang
menjulang tinggi dengan perkasanya, berdiri kokoh diantara hempasan ombak-ombak laut. Tak jauh dari
sana, terlihat ikan-ikan kecil yang mengelilingi sebongkah karang tersebut, sambil merapat diantara
bongkahan karang tersebut, bertanyalah salah seekor ikan kecil kepada bongkahan karang tersebut,

"Wahai karang besar, setiap hari kau terkena deburan ombak, namun tidak terlihat lelah diwajah mu, malah
dirimu terlihat selalu ceria, apakah rahasia dari semua itu?" Tanya si ikan kecil terheran-heran.

"hahahah.....tentu saja, dengan senang hati aku akan menceritakan kepada mu wahai ikan kecil"

Jawab karang besar tersebut :

"Hadapilah....cukup hadapi dan jangan pernah menghindar......" lanjut si karang besar.

- 76 -
"Apakah kamu tidak takut suatu saat kamu akan hancur akibat deburan ombak tersebut wahai si karang
besar?" Tanya ikan kecil itu lagi.

"Tentu saja ketakutan itu pernah menghampiri ku, namun itu dulu...."

"Sekarang didalam pikiran ku hanya ada satu jawaban apabila deburan ombak itu menghampiri ku yaitu
hadapilah. Dengan pikiran positif dan pengalaman ku selama ini pasti sekuat apapun deburan ombak
menimpahku, diri ku akan sanggup menghadapinya." Lanjut si karang besar menerangkannya.

Mendengar penjelasan si karang besar, si ikan kecil tersenyum puas, hari ini dia berhasil mendapatkan
pelajaran berharga mengenai hidup ini.

---

Seperti yang dialami oleh karang besar, kita juga selalu dihadapi oleh masalah, tekanan, halangan, tantangan
ataupun beban yang begitu besar didepan kita, dan terjadi silih berganti. Sebagai insan yang bijak, alangkah
benarnya prinsip yang di paparkan oleh si karang besar diatas yaitu Hadapilah, kita tidak bisa lari dari
masalah, karena masalah itu akan selalu mengikuti kita dimana pun kita berada.

Hadapilah semua masalah dengan pikiran positif, dengan ilmu yang telah kita peroleh setiap harinya dan
dengan pengalaman yang telah ditaburkan dalam hidup kita, niscaya setiap masalah yang datang pada kita
hanya akan seperti deburan ombak yang mengenai sebongkah karang besar berlalu begitu saja.

Malaikat Pencabut Nyawa

Para malaikat sedang sibuk mengadakan rapat untuk menentukan cara-cara mati yang baru untuk daftar
manusia yang akan mati bulan ini. Tiba-tiba dikejutkan dengan masuknya salah satu asisten pribadi malaikat
pencabut nyawa. "Interupsi…interupsi… yang mulia", teriak sang asisten dengan terengah-engah. "Ada apa
asisten, kenapa engkau menganggu rapat kami", tegur sang malaikat pemimpin rapat merasa terganggu.

"Ada seorang hamba yang seharian berdoa meminta mati hari ini yang mulia", kata sang asisten dengan
muka sangat serius.

"Hah… manusia macam apa yang meminta mati dalam doanya, apakah sudah sedemikian susah hidupnya
?", Tanya sang malaikat dengan penuh tanda tanya.

"Sepanjang yang saya saksikan manusia ini kehidupannya sangat baik yang mulia, harta kekayaannya
berlimpah dan selalu beramal, ilmunya sangat tinggi dan selalu mengajarkannya kepada orang lain, setiap
saat saya dengar dari hatinya mengingat Tuhan dan memohon ampunan tanpa henti. Keluarganya sangat
berbahagia dan membanggakan dirinya dan bersyukur atas keberadaan orang ini.", cerita sang asisten
dengan berapi-api.

"Wah… tapi mengapa orang ini berdoa memohon kematian", renung sang malaikat.

Akhirnya dalam tanda tanya yang besar sang malaikat pemimpin rapat mengutus salah satu malaikat untuk
turun ke dunia dan menanyakan langsung.

"Mohon maaf menganggu waktu anda wahai hamba yang baik", sapa sang malaikat utusan. Dilihatinya
wajah manusia di depannya, seraut wajah yang sangat bersinar. Dari raut wajahnya nampak bahwa orang ini

- 77 -
belum terlalu tua, mungkin sekitar 40 tahun umurnya, sinar matanya pun teduh dan nampak sedikit berkaca-
kaca. "Perkenankan saya bertanya, mengapa kamu memohon mati padahal kehidupan kamu sangat baik ?",
lanjut sang malaikat.

"Wahai malaikat, mengapa aku memohon mati hari ini, karena aku merasa inilah waktu yang tepat untuk
kematianku. Inilah saat terbaik dalam kehidupanku dimana hampir seluruh sendi kehidupanku berada dalam
kebaikan. Hartaku sudah berlimpah ruah, keimananku sedang berada dalam cinta terbesar atas Tuhanku,
kehidupan keluargaku begitu membahagiakan, ibadahku berada dalam kekhusu’kan yang amat
menggetarkan,…………", orang ini terus bercerita tentang semua keindahan kehidupannya seperti air bah
yang datang tanpa berhenti dan membuat sang malaikat terpana karena belum pernah disaksikannya seorang
manusia yang sedemikian hebat mensyukuri kehidupan.

"Wahai malaikat karena itulah aku meminta mati hari ini, karena aku menyaksikan banyak sekali hamba
yang justru menjadi rakus akan kenikmatan yang dia peroleh. Mereka bertambah haus saat berkuasa,
mereka bertambah dahaga saat menjadi kaya raya, mereka semakin terpana atas kehebatannya. Dan aku
menyaksikan bahwa sebagian besar dari mereka mengakhiri kehidupannya dalam kesendirian dan ketidak
berdayaan. Semua teman dan sahabat menjauhinya saat mereka tidak lagi berkuasa dan memiliki pengaruh
yang besar", suara orang ini mantap dan penuh keyakinan.

Perlahan-lahan tangan orang ini menjulur ke depan dan menyentuh bahu sang Malaikat. "Hanya kepada
engkau Tuhan menganugerahkan konsistensi tanpa gangguan apapun, wahai malaikat. Terhadapku Tuhan
memberikan keleluasaan terhadap godaan dan pilihan. Aku tidak yakin apakah aku masih akan bersyukur
pada saat DIA mencabut semua kelimpah ruahan ini."

Sang Malaikat masih saja terpana. Dari singgasanaNYA Tuhan tersenyum menikmati keindahan sang
Hamba. Dengan kuasaNYA Tuhan berbisik kepada sang Malaikat, "Biarkan dia hidup lebih lama lagi
karena Aku masih ingin menikmati keindahannya".

Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.

Kapan Terakhir Anda Mengasah Kapak Anda?

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya.
Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang
pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus
diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si
penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa!
Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu
sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia
hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap
tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil
dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat
mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus
asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang
memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?" "Mengasah
kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga
sore dengan sekuat tenaga," kata si penebang.

"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu

- 78 -
bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama,
menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka,
sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan
tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali
bekerja!" perintah sang majikan.

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan
majikannya untuk mulai mengasah kapak. "Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu" Istirahat bukan
berarti berhenti. "Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu" Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh
lagi.

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam
rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu
istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.
Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan
dan selalu baru!

Seikat Kembang

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum.

Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu
berkata, "Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter
mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"

Penjaga kuburan itu menganggukkan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.

Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga
kuburan itu sambil berkata, "Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali
kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas
makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin
memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."

"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda.
Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh
kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.

"Apa, maaf?" tanya wanita itu dengan gusar.

"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah
melihat keindahan seikat kembang. Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka
yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang
yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-
kembang itu, Nyonya," jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos
penjaga kuburan.

"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas
nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan
membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah
meninggal. Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti
jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia. Sampai
saat ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita
dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"

- 79 -
Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita
terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan,
yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.

Anjing Yang Malang

Kisah ini menceritakan tentang sebuah keluarga petani yang tinggal di sebuah desa. Keluarga petani ini di
karuniakan seorang putri yang masih berumur enam bulan. Mereka juga memelihara seekor anjing yang
sangat mereka sayangi. Anjing itu begitu pintar dan setia kepada majikannya. Ia bisa diandalkan untuk
membantu pasangan petani itu di dalm menjaga sawahnya.

Mereka tidak perlu membuang waktu untuk menjaga burung-burung atau tikus yang akan merusak tanaman
padi, karena si anjing setia akan mengusir burung-burung yang datang untuk melahap padi mereka. Karena
kegesitannya anjing setia itu selalu berhasil menangkap tikus-tikus nakal yang merusak tanaman padi dan
mencabik-cabik tubuh mereka.

Pagi itu si petani bermaksud menjual hasil sawahnya ke kota, tetapi kali ini ia terpaksa harus mengajak
istrinya karena banyaknya hasil sawah yang harus mereka bawa ke pasar. Masalahnya, siapa yang akan
menjaga si kecil yang baru berumur enam bulan itu? “Kan ada si anjing,” kata pak tani kepada istrinya.
Maka berangkatlah suami istri itu ke pasar dan mempercayakan pengawasan bayi mereka kepada si anjing
setia. Toh selama ini kesetiaan dan kepintarannya sudah terbukti.

Setelah semua hasil panennya habis terjual, mereka pun pulang ke rumah. Melihat majikannya datang, dari
kejauhan si anjing menyalak, melompat-lompat sambil berputar-putar seolah ingin memberitahukan kepada
majikannya, “Cepat ke mari, ada sesuatu yang sudah terjadi.” setelah dekat, suami-istri itu pun kaget bukan
kepalang. Betapa tidak, mereka melihat moncong si anjing berlumuran darah. “Pastilah anjing ini sudah
memakan bayi kita.” Jerit istri petani histeris.

Serta merta si pak tani mengambil sebatang kayu, sambil mencaci maki si anjing, “anjing kurang ajar, tidak
tahu diuntung, teganya engkau memakan bayi kami.” Sekuat tenaga si pak tani itu memukulkan kayu ke
kepala anjing tersebut. Anjing itu pun sempoyongan, berteriak lemah dan memandang tuannya dengan mata
sayu, setelah itu ia rebah dan tak bernyawa dekat kaki tuannya.

Suami – istri itu bergegas ke dalam dan di sana mereka melihat bayi kecil mereka sedang tertidur lelap. Di
bawah tempat tidurnya, tampak bangkai ular besar dengan darah yang berceceran di tanah bekas gigitan si
anjing. Suami-istri itu pun duduk terkulai. Penyesalan mendera hati mereka karena telah membunuh anjing
setia yang justru telah menyelematkan nyawa bayi mereka dari serangan si ular besar.

Cerita ini mengajak kita kembali kepada pengajaran firman Tuhan, tentang bagaimana kita harus menguasai
diri sepenuhnya dan tidak cepat terbakar emosi dalam kemarahan. Banyak permasalahan yang timbul
dikarenakan emosi yang tidak terkendali. Mari kita melatih diri untuk mengendalikan emosi, sehingga kita
tidak melakukan tindakan yang bodoh.

Nikmatilah Kopinya, Bukan Cangkirnya

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan
mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain
tentang stess di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan
cangkir berbagai jenis dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan
beberapa lainnya sangat indah dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri
kopinya.

- 80 -
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : “Jika kalian
perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan
yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi
sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih
mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan
sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan
kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."

"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam
masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis
cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi.
Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan
sediakan bagi kita."

Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.

Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi
diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat
perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai
manusia. Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.

Kisah Yang Tak Pernah Berakhir

Di lapangan yang luas, duduklah seorang pemuda, Dandi namanya. Hari itu dia sangat letih sehabis latihan
renang bersama pacarnya. Ya, Dandi sangat suka sekali berenang begitu juga Diah. Setelah mengantarkan
Diah pulang ke rumahnya, Dandi duduk di lapangan. Hal ini sering dia lakukan.

Namun, di hari yang cerah itu suasana menjadi berbeda. Karena biasanya Dandi ke lapangan untuk
mengulangi mimpi-mimpi yang dia rangkai sendiri. Dia seorang pemimpi. Pernah suatu kali dia punya
mimpi untuk membahagiakan orang tuanya. Sayangnya, hal itu belum terwujud sampai saat ini. Dia ingin
sekali melihat orang tuanya bahagia karena dirinya.

Mimpi itu muncul saat dia baru menyadari bahwa banyak pengorbanan yang telah dilakukan orang tuanya
untuk dirinya. Ayahnya seorang pegawai sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia sangat bahagia
memiliki mereka berdua. Apalagi ditambah dengan kehadiran Diah pacarnya.

Sekarang Dandi di lapangan mengingat-ngingat orang-orang yang telah pernah hadir dalam kehidupannya.
"Aku melupakan sesuatu dalam hidupku, yang baru kusadari dalam hidupku ini" ujar Dandi dalam hati. "Aku
melupakan orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku dulu. Mereka memang bukan orang yang luar
biasa. Tapi mereka adalah orang yang istimewa. Kenapa baru aku sadari sekarang ya?" Dandi terus begitu,
memberikan tanya pada dirinya sendiri sampai senja pun datang.

Tidak terasa matahari pun ingin mengucapkan selamat sore dengan perlahan menghilang di ufuk barat. Dari

- 81 -
arah senja muncul sesosok gadis yang menghampiri Dandi. Dia adalah Diah pacarnya Dandi. "Dandi sudah
lama ya disini? Bolehkan aku duduk di sampingmu" kata Diah sambil mulai duduk di sampingnya Dandi.
Lalu Dandi menoleh dan berkata "Lho Diah, kenapa ke sini? Tadi dah keramas khan? Sedikit lama sih, tapi
menyenangkan." Dandi begitu perhatian.

Diah pun menjawab pertanyaan sambil tersenyum "Udah dong sayang, Diah gitu. Owh ya, tadi tante
menghubungi, Diah bilang Dandi belum pulang, jadi Diah kesini. Karena Diah tahu tempat favorit Dandi
khan disini." Diah lalu memandang sekeliling dan melanjutkan pembicaraan. "Dandi lagi mikirin apa?
Kayanya seru gitu, sampai saat aku kesini tadi Dandi tidak memperhatikan?"

"Begini Diah, aku lagi berpikir tentang orang-orang yang pernah dekat Dengan diriku" Diah mengerutkan
wajahnya. Dandi memperhatikan lalu melanjutkan. "Sayang sayang bukannya aku mikirin mantanku.
Maksudku tadi dalam artian luas."

"Memangnya kenapa dengan mereka Dandi?" kata Diah yang sudah tidak cemberut lagi. Diah tertarik
dengan apa yang dipikirkan Dandi.

"Semua yang telah mereka lakukan terhadapku aku rasa demi kebaikanku. Kenapa aku bisa bilang begitu?
Baru aku sadari aku tidak pernah melihat diriku dari sudut pandang mereka. Dulu aku hanya mementingkan
diriku sendiri, tanpa ku tahu bahwa di sekelilingku banyak yang memperhatikan diriku dengan cara mereka.
Terkadang cara yang mereka lakukan bertentangan dengan apa yang biasa kulakukan. Sungguh keliru
pendapatku selama ini."

"Sayang, sudahlah itu sudah menjadi masa lalu. Diah kagum dengan pemikiran Dandi, Dandi bisa
menyadari hal itu. Diah jadi tambah bangga punya pacar seperti Dandi. Kalau sudah Dandi berpikiran
seperti itu sebaiknya Dandi tahu khan apa yang perlu Dandi lakukan?"

"Hari ini, aku akan lebih melihat orang lain dari sudut pandang dirinya Diah. Aku tidak lagi menghiraukan
mereka. Karena mereka yang membuat hidupku berarti. Seperti juga kedua orang tua ku dan Diah sendiri."

"Dandi, jangan berlebihan nanti helmku yang biasa ku pakai tidak muat lagi. Mau tanggung jawab?" Tukas
Diah sambil memecahkan perbincangan serius mereka. "Sayang sepertinya sudah sore sekali, kita pulang
ya?"

"Oh ya juga Diah, mari pulang kalau begitu." Kata Dandi sambil bangkit kemudian menggandeng tangan
Diah.

Dandi lalu mengantar Diah pulang terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya. Rumah Diah tidak jauh dari
lapangan tadi. Keesokan paginya Dandi beraktivitas seperti biasanya. Dandi sudah siap-siap memanasi
motornya. Lalu dia pun berangkat ke sekolah namun sebelumnya Dandi menjemput Diah. Walau sekolah
mereka berbeda Dandi dengan senang hati menjemput Diah.

Hari pun berlalu, Dandi melakukan aktivitas seperti berulang-ulang. Namun, kali ini menjadi berbeda karena
dia sudah menyadari ada hal yang penting dalam hidupnya. Yaitu lebih menghargai orang–orang di
sekelilingnya. Tanpa mereka Dandi tidak bisa berdiri. Hanya dengan seperti itu, hidupnya lebih berarti.

Kisah Kepiting

Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah tahun 2000, saya berkunjung ke kota Pontianak, teman saya
disana mengajak saya memancing Kepiting.

Bagaimana cara memancing Kepiting?

Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, diujung lain tali itu kami
mengikat sebuah batu kecil.

- 82 -
Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju Kepiting yang kami incar, kami
mengganggu Kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar Kepiting marah, dan kalau itu
berhasil maka Kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram, capitnya akan mencengkeram
batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor Kepiting
gemuk yang sedang marah.

Kami tinggal mengayun perlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah kami isi
dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala.

Kami celupkan Kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan
gigitan dan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kami bisa menikmati Kepiting Rebus yang sangat
lezat.

Kepiting itu menjadi korban santapan kami karena kemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yang
kami lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil.

Kita sering sekali melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang,
kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena MARAH

Jadi kalau anda menghadapi gangguan, baik itu batu kecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak, redam
kemarahan sebisa mungkin, lakukan penundaan dua tiga detik dengan menarik napas panjang, kalau perlu
pergilah ke kamar kecil, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air dingin, agar murka anda mereda dan
anda terlepas dari ancaman wajan panas yang bisa menghancurkan masa depan anda.

Nothing Great in the World has ever been accomplished without PASSION

Kisah Alergi Hidup

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya : "Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh.
Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin
mati".

Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit".

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati".

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu sakit. Penyakitmu itu bernama
"Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap
kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan.
Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo.
Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.
Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Usaha pasti ada pasang-
surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu
langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin
mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti
petunjukku", kata sang Guru.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup lebih lama lagi", pria itu
menolak tawaran sang Guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?", tanya Guru.

"Ya, memang saya sudah bosan hidup", jawab pria itu lagi.

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini... Malam nanti, minumlah
separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan
malam kau akan mati dengan tenang".

- 83 -
Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk
memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah
menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh sang Guru
tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai !
Tinggal satu malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak
pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan
kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium
istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu". Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia
ingin meninggalkan kenangan manis.

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi
menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke
rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua
cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin
meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali dan berkata : "Sayang, apa yang terjadi
hari ini ? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang".

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Bos
kita kok aneh ya ?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu
adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya
berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru
sang istri yang memberikan ciuman kepadanya sambil berkata : "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau
selama ini aku selalu merepotkan kamu". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : "Ayah, maafkan kami
semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami".

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan
niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang
telah terjadi dan berkata : "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup
dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka
kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah
lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan.
Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju
ketenangan".

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi
pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian.
Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !

Cinta Tak Harus Sama

"Bu, lapar !", rengek anak kecil yang sedang berada di pangkuannya. Wanita itu menatap dengan lembut
anaknya. Hatinya terasa teriris-iris. Dipandangi gubug reyot tempatnya tinggal, tidak ada sama sekali
makanan yang masih tersisa. Hanya ada air putih yang masih tersisa di dalam kendi tanah diatas meja.

- 84 -
Perlahan diraihnya kendi tanah itu dan mengulurkan kucunya ke mulut anak semata wayangnya. Sang anak
meneguk tiga kali berusaha menghilangkan rasa lapar dengan meminum air.

Anak kecil itu menatap wajah ibunya dengan penuh rasa sayang, seakan ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang sangat dalam. Tangan kecilnya meraih keatas mengusap air mata bening yang keluar dari kelopak
mata ibunya.

"Mengapa ibu menangis", tanya sang anak perlahan.

Wanita itu menghela nafas panjang, dia berfikir tidak mungkin menjelaskan apa yang sedang difikirkannya
kepada anak kecil ini. Ini tentang beban hidupnya yang sangat berat, bahkan dia selalu berusaha tegar
terhadap semua keterbatasan yang dia miliki.

"Tidak apa-apa kok sayang, tidur saja lagi!", ujar sang wanita lembut seakan ingin menciptakan ketentraman
di hati anaknya.

Sang anak menatap lebih dalam ke arah mata ibunya, seakan mencoba mencari tahu alasan mengapa ibunya
menangis.

"Aku tahu beban ibu sangat berat", celetuk polos sang anak yang membuat ibunya sedikit tersentak.

"Aku tahu dengan segala keterbatasan ibu, ibu selalu berusaha untuk mencukupi segala kebutuhanku. Ibu
menjadi buruh mencuci, kadang-kadang ibu mengumpulkan sisa-sisa sampah untuk dijual lagi. Aku tahu ibu
melakukan itu semua agar aku bisa makan", anak kecil itu terus berceloteh untuk membuat ibunya bangga.

"Tapi ibu tidak bisa menyekolahkanmu anakku!", jawab sang ibu dengan penuh penyesalan.

"Ibuku sayang !", kata sang anak sambil bangkit dari tidurnya. Diletakkan kedua tangannya di pangkuan
ibunya seakan ingin memberikan kekuatan kepada orang yang paling dicintainya.

"Ibu tidak menyekolahkanku, tetapi setiap malam ibu mengajariku membaca, berhitung, mengaji, atau
pengetahuan-pengetahuan baru dari kertas koran bekas yang kita kumpulkan. Semakin hari aku semakin
mengerti tentang ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin jauh lebih banyak dari teman-teman sebayaku", jawab
sang anak tulus dan bangga.

"Iya, tapi aku tak mampu menyekolahkanmu di SD di kampung kita. Coba kalau ibu mampu maka kamu
nanti bisa punya ijasah melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan masa depanmu akan lebih baik", sang
ibu menjawab sambil tertunduk seakan merasa telah mengeluh terlalu dalam kepada anaknya.

Sang anak kecil menggeser duduknya tepat dihadapan sang ibu. Dia tersenyum sangat manis, dipijatnya kaki
wanita didepannya. Seorang wanita cantik sebenarnya, tetapi nampak lebih tua dari umur yang sebenarnya,
apalagi dia harus hidup sendiri sepeninggal suaminya.

"Ibuku sayang, dengan semua yang ibu bisa, ibu sudah memberikan yang terbaik untuk kehidupanku. Aku
bersyukur karena mendapatkan limpahan kasih sayang yang tiada tara. Ibu selalu mengajariku semua yang
seharusnya aku tahu. Ibu selalu berada disampingku pada saat aku membutuhkannya. Aku memang ingin
sekolah di SD di kampung kita, tetapi aku lebih ingin mendapatkan cinta yang aku rasakan selama ini. Aku
memang ingin hidup berlimpah ruah seperti anak-anak kecil sebayaku, tetapi aku lebih ingin hidup
disampingmu karena aku selalu mendapatkan limpah ruah kasih sayang yang selama ini aku butuhkan."

Sambil mendekatkan wajah, anak kecil itu melanjutkan perkataannya, "Bu, mencintai tak harus sama,
ketulusan untuk mewujudkan cinta jauh lebih penting dari sekedar menyamakannya dengan kehidupan orang
lain."

Dipeluknya wanita itu dengan penuh kasih sayang, "Tidur lagi yuk, ibu harus istirahat, besok kita janji jam
setengah enam sudah di rumah Pak Hadi untuk mencuci baju"

- 85 -
Anak kecil itu menarik selimut kumalnya sampai ke dada. Membiarkan wanita itu berurai air mata. Tetapi
kali ini bukan karena kesedihan meratapi nasib, justru karena syukur yang amat dalam karena Tuhan
mengirimkan malaikat kecil untuk mendampingi dan memperkuat hidupnya.

Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.

Memancing

Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening
di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati
permainannya.

Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke
sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik
mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat
banyak jumlahnya.

Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi
keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak
mendekatinya, sang paman menyapa duluan.

"Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu
untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.

"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.

"Lho, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing.
Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?"

"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah
Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.

"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan
ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu
alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"

Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama
sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup…
kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan
terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang
paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.

Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah
diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata
kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.

Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya,
"Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?"

Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya
hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian
fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama
dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang
harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu
kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."

Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih kesuksesan kita tidak membutuhkan teori-teori

- 86 -
yang rumit, semua sederhana saja. Sepanjang kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian mampu
memaksimalkan potensi yang kita miliki sebagai modal, terutama dengan menggali kelebihan dan mengasah
bakat kita, maka kita akan bisa mencapai apa yang kita impikan dan cita-citakan. Apalagi, jika semua hal
tersebut kita kerjakan dengan senang hati dan penuh kesungguhan.

Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan kita secara konsisten, maka sebenarnya kita sedang
memupuk diri kita untuk menjadi ahli di bidang yang kita kuasai. Sehingga, dengan profesionalisme yang
kita miliki, apa yang kita perjuangkan pasti akan membuahkan hasil yang paling memuaskan.

Kisah Segenggam Garam

Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki tua yang terkenal saleh dan bijak. Di suatu pagi yang basah, dengan
langkah lunglai dan rambut masai, datanglah seorang lelaki muda, yang tengah dirundung masalah. lelaki itu
tampak seperti orang yang tak mengenal bahagia. Tanpa membuang waktu, dia ungkapkan semua resahnya:
impiannya gagal, karier, cinta dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam
garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia
aduk dengan sendok, tenang, bibirnya selalu tampilkan senyum.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?" pinta Pak tua itu.

"Asin dan pahit, pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah ke tanah.

Pak Tua itu hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat
tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan beriringan, tapi dalam kediaman. Dan akhirnya sampailah
mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, masih dengan mata yang memandang lelaki muda itu
dengan cinta, lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu, diaduknya air
telaga, yang membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air telaga tenang, dia pun berkata,

"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah".

Saat tamu itu selesai meneguk air telaga, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut tamunya.

"Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi.

"Tidak," jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan,
bersimpuh di tepi telaga.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam, tak lebih dan tak kurang.
Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan,
akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu anakku, selalu berasal dari
bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu
merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan:
lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan
itu. Luaskan wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai pandangan hidup yang luas. Kamu akan banyak
belajar dari keleluasan itu."

- 87 -
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasihat.

"Hatimu anakku, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu
menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang
mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar di hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu,
kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya
membawa keresahan jiwa.

Pelajaran Satu Juta Dolar Petey Parker

Seorang sopir taxi telah mengajarkan pada saya bagaimana memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.
Sebuah pelajaran berharga satu juta Dollar. Mungkin anda harus mengeluarkan ribuan Dollar untuk
membayar seorang pembicara profesional dalam sebuah seminar atau pelatihan motivasi bagi karyawan
perusahaan. Tapi kali ini saya hanya cukup mengeluarkan ongkos taxi seharga 12 Dollar saja.

Ceritanya begini : Suatu hari saya terbang ke Dallas untuk menemui seorang klien. Waktu itu sangat sempit,
karena saya harus segera kembali ke airport.

Saya menyetop sebuah taxi. Begitu tiba, dengan segera sopir taxi membuka pintu mobil untuk saya, dan
memastikan bahwa saya telah duduk dengan nyaman di dalamnya.

Begitu ia duduk di belakang kemudi, ia menunjuk sebuah koran Wall Street Journal yang terlipat rapi di
samping saya untuk dibaca. Lalu ia menawarkan beberapa kaset, dan menanyakan jenis musik apa yang saya
sukai. "Wow," saya cukup terperanjat dengan pelayanan yang diberikannya. Saya menoleh ke sekeliling.
Jangan-jangan ada program "Candid Camera" yang ingin menjebak dan mengolok-olok saya. Dengan
penuh penasaran saya memberanikan bertanya pada sopir taxi itu, "Wah, kelihatannya Anda sangat senang
sekali dengan pekerjaan Anda ini. Tentu Anda punya cerita yang panjang mengenai pekerjaan anda ini"

"Anda salah," jawabnya, "Dulu saya bekerja di Corporate America. Tetapi saya merasa lelah karena berapa
pun kerasnya usaha untuk menjadi yang terbaik dalam perusahaan itu, ternyata tidak pernah memuaskan
hati saya. Kemudian saya memutuskan untuk menemukan sebuah ceruk dalam kehidupan saya dimana saya
bisa merasa bangga dan puas karena mampu menjadi diri saya yang terbaik."

"Saya tahu," lanjutnya, "Saya takkan pernah bisa menjadi seorang ilmuwan roket, tetapi saya suka sekali
mengendarai mobil dan memberikan pelayanan pada orang lain. Saya ingin merasa bahwa saya telah
melakukan pekerjaan yang terbaik setiap harinya. Lalu, saya merenungi apa yang jadi kelebihan diri saya,
dan wham.. saya menjadi seorang sopir taxi."

"Satu hal yang saya yakini, supaya saya meraih keberhasilan dalam usaha saya ini, saya hanya perlu
memenuhi kebutuhan penumpang saya. Tetapi agar bisnis saya ini menjadi luar biasa, saya harus melebihi
harapan penumpang saya. Tentu saja saya ingin meraih hasil yang luar biasa, ketimbang yang biasa-biasa
saja."

Waw, sebuah pelajaran nyata yang luar biasa. Menurut Anda, apakah saya memberinya tip besar atas
pelayanan yang diberikannya? Anda salah! Dia adalah kerugian bagi Corporate America, tetapi teman
perjalanan yang baik.

Disadur dari: Petey Parker, A Million Dollar Lesson

Berfokus Pada Kelebihan Diri

“Anak-anak, coba tuliskan tiga kelebihanmu,” kata seorang guru yang hari itu menjadi pembimbing retreat
bagi anak-anak sekolah dasar.

- 88 -
Menit demi menit berlalu namun anak-anak itu seakan masih bingung.

Dengan setengah berakting, sang guru kemudian bersuara keras : “Ayo, tuliskan! Kalau ngga, kertasmu saya
sobek lo.” Anak-anak manis itu seketika menjadi salah tingkah.

Beberapa di antara mereka, memang tampak mulai menulis. Salah satu di antara mereka menulis di atas
kertas, “Kadang-kadang nurutin kata ibu. Kadang-kadang bantu ibu. Kadang-kadang nyuapin adik makan.”

Penuh rasa penasaran, sang guru bertanya kepadanya : “Kenapa tulisnya kadang-kadang?“. Dengan wajah
penuh keluguan, sang bocah hanya berkata : “Emang cuma kadang-kadang, pak guru”

Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang guru kemudian melanjutkan instruksi berikutnya
: “Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga kelemahanmu atau hal-hal yang buruk dalam dirimu.”

Seketika ruangan kelas menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat
tangan dan bertanya : “Tiga saja, pak guru?”. “Ya, tiga saja!” jawab pak guru. Anak tadi langsung
menyambung : “Pak guru, jangankan tiga, sepuluh juga bisa!”.

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap setidaknya ada beberapa hal
penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya, kita sering tidak menyadari apa kelebihan diri kita karena
lingkungan dan orang di sekitar kita jauh lebih sering mengkomunikasikan kepada kita kejelekan dan
kekurangan kita.

Ada seorang pria buta yang bisa bernyanyi dengan nada merdu sempat berkata, “Saudaraku, saya memiliki
dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa
bernyanyi, dan ia memberi saya semangat untuk bernyanyi.” Orang buta ini tidak perduli meski dia memiliki
kelemahan fisik dibanding orang lain, dia hanya memfokuskan pada kelebihannya pada bidang musik dan
menyanyi.

Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell : “Setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka;
tetapi kerap kali kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga kita tidak
melihat pintu yang telah dibuka untuk kita.”

Fokuskan perhatian pada kelebihan kita dan bukan kelemahan kita.

Pohon Apel dan Anak Lelaki

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon
apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di
keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon
apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel

- 89 -
itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main
lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab
anak lelaki itu.

"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut,
"Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau
bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu
memetik semua buah apel yang ada dipohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak
lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main
denganku lagi." kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk
keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku
pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu."
kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.
Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali
lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon
apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku." Kata pohon apel. "Aku
sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar.
Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

- 90 -
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk
membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu
memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak
pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf, anakku," kata pohon apel itu.
"Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit
buah apelmu." Jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata
pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak
memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua
dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk
beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau,
akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di
pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar
pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang
bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya
datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu
ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kamu mungkin
berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi kadang begitulah cara kita
memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan, teman, sahabat & saudara. Dan, yang terpenting:
cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima
kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

- 91 -
Hiduplah Saat Ini!

Pada suatu pagi buta, seorang pemuda mendatangi rumah gurunya yang dikenal bijak di desa itu. Dia
mengetuk pintu rumah dengan keras, sambil suaranya terdengar memanggil-manggil gurunya.

Si guru sambil mengusap matanya dan menahan kuap membuka pintu sambil berkata, "Ada apa anakku?
Pagi-pagi begini mengganggu nyenyak tidurku. Ada sesuatu yang penting?" Pemuda menjawab, "Ampun
guru, maafkan saya terpaksa mengganggu tidur guru. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan." Si guru
kemudian mempersilahkannya masuk ke dalam rumah dan pemuda itu pun segera menceritakan
kegundahannya, yakni semalam dia bermimpi dijemput malaikat dan diajak pergi meninggalkan dunia ini.
Dia ingin menolak tetapi sesuatu seperti memaksanya harus pergi. Saat tarik menarik itulah dia terbangun
sambil berkeringat dan tidak dapat tidur lagi. Timbul perasaan takut dan tidak berdaya membayangkan bila
malaikat benar-benar datang kepadanya.

Si pemuda kemudian bertanya kepada gurunya, "Guru, kapan kematian akan datang kepada manusia?"
Gurunya menjawab, "Saya tidak tahu anakku. Kematian adalah rahasia Tuhan".

"Aaaakh, guru pasti tahu. Guru kan selalu menjadi tempat bertanya bagi semua orang di daerah sini,” desak
si murid. "Baiklah. Sebenarnya rata-rata manusia meninggal pada usia 70 sampai 75 tahun. Tetapi sebagian
ada yang tidak mencapai atau lebih dari perkiraan tersebut." Merasa tidak puas dia kembali bertanya, "Jadi,
umur berapakah manusia pantas untuk mati?" Sambil pandangannya menerawang keluar jendela, sang guru
menjawab, "Sesungguhnya, begitu manusia dilahirkan, proses penuaan langsung terjadi. Sejak saat itu,
manusia semakin tua dan kapan pun bisa mengalami kematian". Si murid bertanya terus, "Lalu, bagaimana
sebaiknya saya menjalani hidup ini?"

Hiduplah Saat Ini


”Hidup sesungguhnya adalah saat ini, bukan besok atau kemarin. Hargai hidup yang singkat ini, jangan sia
siakan waktu. Bekerjalah secara jujur dan bertanggung jawab, usahakan berbuat baik pada setiap
kesempatan. Jangan takut mati, nikmati kehidupanmu! Mengerti?” Dengan wajah gembira si murid berkata,
"Terima kasih guru, saya mengerti. Saya akan belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh, berani
menghadapi hidup ini, sekaligus menikmatinya. Saya pamit guru." Andrie Wongso

Pohon Yang Kehilangan Rohnya

Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar
kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya
sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan
apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.

Inilah yang mereka lalukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya adalah, beberapa penduduk yang
lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.

Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan
berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat
puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya
akan mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga akan mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu

- 92 -
akan mati dan mudah ditumbangkan.

Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa
belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap
mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan mahkluk tersebut kehilangan rohnya.

Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang, apakah yang bisa kita pelajari
dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? O, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah
baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang
mematikan rohnya.

Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda?

Ayo cepat!

Dasar lelet!

Bego banget sih! Begitu aja nggak bisa dikerjakan?

Jangan main-main di sini!

Berisik!

Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati?

Saya nyesal kimpoi dengan orang seperti kamu tahu nggak!

Bodoh banget jadi laki/ bini nggak bisa apa-apa!

Aduuuuh, perempuan kampungan banget sih!?

Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya :

Stupid, soal mudah begitu aja nggak bisa! Kapan kamu mulai akan jadi pinter?

Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal?

Eh tahu nggak? Karyawan kayak kamu tuh kalo resign aku kagak bakal nyesel!

Ada banyak yang bisa gantiin kamu!

Sial! Kerja gini nggak becus? Ngapain gue gaji elu?

Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka, maka
ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa
setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan
roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita
perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.

Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa
yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan
tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan? Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah
dan emosional, menggunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter?
Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka
begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak!

Padahal dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang
dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita
ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh,
berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin
segera membunuh roh orang lain ataupun roh hubungan Anda, selalulah berteriak. Hanya ada 2 kemungkinan
balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan
balik, sebagai balasannya.

- 93 -
Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai, tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai
tujuan kita.

Mereka yang bekerja hanya dengan otak tanpa menggunakan hati nurani mereka, maka ia akan mendapat
teman-teman kerja yang mati hatinya.

- 94 -

Anda mungkin juga menyukai