Anda di halaman 1dari 6

ANJING DAN KUCING

Di sebuah hutan hiduplah seekor anjing dan seekor kucing. Anehnya mereka tidak
pernah bertengkar. Tetapi bersahabat dekat, ringan sama di jinjing berat sama di pikul.
Pada suatu hari si kucing hampir masuk jurang datanglah si anjing untuk menolong si
kucing dengan segala upayahnya si anjing akhirnya si kucing selamat.

Mereka saling tolong menolong dan bantu membantu, mereka selalu bermain
bersama-sama. Hanya saja mereka terlalu bersahabat dan banyak hewan-hewan yang
lain selalu iri terhadap persahabatan mereka, hewan-hewan yang lain selalu berusaha
untuk menjahilinya walaupun terlalu beresiko dan banyak halangannya.

Pada waktu di hutan rimba datang gerombolan serigala yang sangat disegani. Di
malam hari yang gelap gulita sang kucing yang sedang mencari makan di hutan
dihadang oleh gerombolan serigala dan sang kucing di kejarnya sampai hampir masuk
jurang. Untung saja sang kucing tersangkut di batang pohon, serigala yang melihat
sang kucing hampir masuk jurang tertawa terbahak-bahak lalu pergi begitu saja.

Kemudian datang oleh sang anjing sedang lewat dilihatnya sang kucing sedang
tersangkut di ranting pohon di tepi jurang dan meminta tolong, sang anjing berbuat
sesuatu dia mencari ranting yang panjang dan kuat untuk menolong sang kucing tetapi
kayu yang di dapatnya belum cukup panjang. Dengan segala upaya anjing akhirnya di
berhasil juga menemukan ranting yang cukup kuat untuk menolong sang kucing yang
sedang kesulitan dan menyelamatkan nyawanya yang hampir hilang saat dia
terjerumus dan hampir masuk jurang.

Disaat yang bersamaan gerombolan serigala datang untuk mengambil mayat kucing
ternyata mayatnya sudah tidak ada lagi hilang entah kemana. Akhirnya Sang kucing
sangat berterima kasih sekali kepada si anjing yang telah menolongnya dan mereka
kini hidup berdampingan.

SINGA DAN NYAMUK


Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Karena perutnya
sudah kenyang, ia pun tertidur. Di tengah-tengah tidurnya yang pulas seekor nyamuk
terbang mengelilingi sang raja hutan tersebut.

Si nyamuk hendak mengisap darah singa itu. Suara nyamuk yang mendengung

membuat singa terbangun.. Ia merasa terusik dengan si nyamuk.

”Mmhhh... Awas kau nyamuk! Kau sudah mengganggu tidurku. Singa berusaha
menangkap si nyamuk tapi dengan gesitnya si nyamuk bisa menghindar. ”Kau
menyombongkan dirimu sebagai raja binatang. Tetapi aku tak takut padamu,” ejek
Nyamuk.

1
Singa marah sekali. Sementara itu nyamuk mencari kesempatan untuk menggigitnya.
Mengakulah kalah, Taring dan cakarmu yang tajam itu pun tak mampu menyakiti
diriku. Nah sekarang giliranku,” kata nyamuk lagi. Kemudian ia mengembangkan
sayapnya sambil mengepak-ngepakkannya dengan dahsyat.

Tak lama, nyamuk-nyamuk lain berdatangan.

”Pasukan serbu....” teriaknya. Kawanan nyamuk pun segera menyerbu. ”Tolong...”


teriak Singa sembari menggaruk wajahnya. Karena tak tahan, Singa melompat ke
sungai untuk mengompres wajahnya yang bengkak. ”Sekarang akuilah kekalahanmu,”

seru Nyamuk. Lalu ia terbang dengan congkaknya.

Tiba-tiba ia terjerat ke dalam sarang laba-laba. Ia berusaha keras untuk meloloskan


diri. Tetapi laba-laba itu dengan cepat menyerang dan membunuhnya. ”Oh, tak pernah
kubayangkan aku akan mati oleh makhluk sekecil ini setelah berhasil mengalahkan
Singa si Raja hutan,” tangisnya..

Pesan moral : Jangan pernah menganggap suatu hal yang kecil dapat dengan mudah
dilakukan. Dan jangan pernah merasa sombong dengan keberhasilan melakukan
sesuatu hal yang besar.

AYAM YANG PANDAI BERKELAHI


Pada tempat pertenakan ayam di kebun pak Mamat, ada dua ekor ayam yang satu
ayam jantan dan yang satu lagi betina dan mempunyai anak yang masih kecil dan di
beri nama toya artinya tongkat atau dapat diartikan sebagai senjata.

Pada pagi hari ayam jantan berkokok tanda hari sudah pagi, dan pak Mamat memulai
kegiatannya. Pagi-pagi setelah mandi membersikan kandang ayam dan memberi
makannya. Setelah selesai pak Mamat pun memasak makanannya sendiri karena
belum mempunyai istri. Makanan yang dimasaknya lumayan enak. Selesai makan pak
Mamat pergi ke tempat

kerjanya di kebun kopi. Disana tanahnya luas jadi banyak pekerjanya disana.
Pulangnya pak Mamat dari tempat kerjanya ia memberi makan ayamnya lagi Pak
Mamat adalah orang yang rajin bekerja, tidak memandang cuaca walaupun hujan pak
Mamat masih bekerja, dengan mantel dan topinya pak Mamat pergi ke tempat
kerjanya.

Walaupun Pak Mamat selalu sibuk dia tidak lupa memberi makan dan membersikan
kandang ayamnya. Dengan begitu ayamnya pun cepat besar, setelah besar pak Mamat
mencoba melepaskannya dan membiarkan berkeliaran karena ayamnya sudah jinak,
pagi keluar dan malamnya kembali masuk kandang.

2
Ayam pak Mamat suka bermain dengan ayam tetangga dan sering pula berkelahi dan
selalu menang, melihat anak ayam pak Mamat selalu menang ia mencoba untuk
mempertandingkannya dengan ayam milik orang lain ternyata menang juga. Dan pak
Mamat mengikuti pertandingan ayam jago yang sesungguhnya. Setelah beberapa
pertandingan ayam pak Mamat memenangkannya dan mendapat juara pertama, ia
mendapatkan uang sebesar lima juta rupiah.

Kerena ayam pak Mamat selalu menang dalam pertandingan banyak orang-orang
kaya mau membelinya tetapi pak Mamat tidak mau menjual ayamnya. Sebab ayam
inilah yang telah menjadikannya orang yang terkenal dan ayamnya ini di besarkannya
dari kecil dan di beri makan dengan hasil kerja kerasnya pak Mamat di kebun kopi.

Pak Mamat menjadi terkenal karena ayamnya, teknik yang digunakan ayamnya untuk
bertanding tidak terlalu bagus tapi kekuatan yang digunakan ayamnya adalah ucapan
terima kasih kepada tuannya yang telah memberi makan dia dari kecil hingga
sekarang ini.

Pak Mamat menjadi orang yang kaya tetapi tidak pernah sombong setiap orang
kesusahan dia selalu menolongnya dan tidak pernah meminta imbalan. Pak Mamat
mendapatkan kekayaan dari ucapan terima kasih dari ayamnya, yang telah
membesarkan dan memberi makan dia hingga sekarang.

BURUNG HANTU YANG PINDAH KE TIMUR


Di sebuah desa yang kecil yang terletak di sebelah barat pulau Irian Barat, di hutan
yang tidak begitu sepi, terdapatlah seekor burung merpati berjumpa dengan seekor
burung hantu yang juga belum lama dikenalnya. Burung hantu tersebut mau pergi dan
kemudian berpamitan kepada burung merpati.

“Mau kemana?” tanya burung merpati

“Saya mau pindah ke timur,”jawab burung hantu

“Mengapa?”tanya burung merpati.

“Karena orang-orang tidak suka dengan suaraku yang parau ini,”kata burung hantu.

“Ooo..itu masalahnya. Kamu pindah kemanapun, orang tidak akan menyukai kamu.
Kamu rubah saja suaramu menjadi jauh lebih bagus, maka pasti orang-orang akan
menyukaimu.” kata burung merpati.

Nah, dari cerita ini, dapat diambil hikmahnya bahwa yang paling utama adalah kita
mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu, sebelum mengubah orang lain. Mau
mengubah orang lain kan susah, yang paling mudah dilakukan adalah mengubah diri
sendiri. Ketika diri kita berubah, orang lain pun akan berubah terhadap kita.

3
Semoga sedikit cerita hikmah berikut memberi manfaat bagi semua. Mungkin ini
hanya sebuah cerita dongeng, namun ketika saya membacanya, terasa sekali manfaat
cerita dongeng ini.

BERMALAM DI HUTAN
Matahari mulai terbenam ketika Pak Reo sedang membereskan peralatan pancingnya.
Singa jantan yang rajin itu telah menghabiskan waktu seharian dengan memancing di
telaga yang terletak di tengah hutan.

Ikan ini begitu besar!, Reno, anakku pasti senang!” seru Pak Reo gembira. “Lihat
Reno! Ayah dapat ikan besar!” teriak Bu Reo, yang sedang menggiring itik ke
kandang. “Wow besar sekali ikannya!” teriak Reno kegirangan. Singa kecil itu
memang suka sekali makan ikan. Ibu segera membawa ikan ke dapur untuk dimasak.

“Ah, andai aku juga bisa memancing ikan sendiri,”pikir Reno. Tanpa
sepengetahuan orangtuanya, Reno segera mengambil peralatan pancing ayahnya.
“Kalau ayah bisa mendapat ikan besar, mengapa aku tidak?” kata Reno pada dirinya
sendiri. Lalu ia pergi menuju telaga di hutan, walaupun belum tahu tempatnya. Di
tengah perjalanan, Reno bertemu dengan Paman Kambing yang sedang asyik memetik
mangga di pinggir jalan. “Hallo Reno, sore-sore mau pergi ke mana?” sapa Paman
Kambing ramah. Tapi Reno hanya menundukkan kepala dan tidak menjawab sapaan
Paman Kambing. “Huh, tidak sopan!” gerutu Paman Kambing kesal. “Disapa baik-
baik, kok diam saja. Tersenyum pun tidak! Benar-benar keterlaluan!”

Hari semakin gelap. Tapi Reno terus berjalan. Yang dipikirkannya hanya ikan dan
ikan. “Wow, pasti asyik kalau dapat mancing ikan yang lebih besar dari milik ayah,”
pikir Reno. Sementara itu, kedua orangtua Reno belum mengetahui bahwa anaknya
telah pergi meninggalkan rumah. “Reno di mana, Bu?” tanya pak Reo. Istrinya yang
sedang memasak ikan terkejut. “Lho, bukankah tadi bersama Ayah?” Bu Reo balik
bertanya. “Tidak,” jawab Pak Reno sambil menggelengkan kepala. “Aduh, di mana si
Reno? Hari sudah malam, tidak seharusnya ia bermain di luar rumah.” Singa betina
itu bingung memikirkan anak kesayangannya. “Sudahlah, Bu,” kata Pak Reo
menenangkan. “Lebih baik kita segera mencarinya. Lagipula, Reno sudah besar. Nanti
pasti pulang sendiri.”

Bagaimana nasib Reno? Kasihan anak singa itu tersesat di tengah hutan. Dia
tidak tahu jalan ke arah telaga. “Letak telaga di mana sih?” pikir Reno bingung.
“Aduh, sudah malam dan gelap lagi. Aku di mana sekarang?” Ternyata binatang
malang itu kini berada di bagian hutan yang belum pernah dijelajahinya. Reno takut
sekali. Dia mulai menyesali perbuatannya. “Ah, kalau saja aku tadi bertanya ke
Paman Kambing, mungkin aku tak akan tersesat.”

Malam semakin larut. Yang terdengar hanya bunyi jangkrik yang bernyanyi di
kesunyian malam. Reno semakin takut dan bingung. Kakinya terasa pegal. Dan
perutnya keroncongan karena lapar. “Klepak! Klepak! Klepak!” tiba-tiba
terdengar suara kepakan sayap. Reno terkejut sekali. Dia mendongakkan kepalanya.
Oh, ternyata ada seekor burung yang hinggap di atas pohon, tak jauh dari tempatnya

4
berdiri. “Apakah kau bernama Reno, anak Pak Reo?” Tanya burung itu. “Sepertinya
kita pernah bertemu kan?” Reno merasa lega, karena tak lagi sendirian di hutan. Singa
kecil itu lalu menerangkan apa yang dialaminya. “Hmm, sebaiknya kau bermalam saja
di hutan,” saran si burung. “Tapi jangan khawatir. Aku akan menemanimu tidur
malam ini. Dan besok, kau pasti kuantar pulang.” Akhirnya anak singa itu tertidur di
bawah pohon dengan beralas dedaunan.

Di rumah, Pak Reo dan istrinya masih bingung dimana harus mencari anak
kesayangannya. Mereka telah mencari ke mana-mana tapi belum juga ketemu.
“Bagaimana ini, Yah? Reno belum kembali,” kata Bu Reo dengan sedih. “Reno,
pulanglah Nak. Ibu sayang padamu.” Pak Reo berusaha menenangkan
istrinya.”Sudahlah, Bu. Kita tak mungkin mencari Reno saat gelap begini. Semoga
besok Reno bisa pulang dengan selamat.”

Pak Reo menutup pintu dan jendela rumah, lalu keduanya berdoa bersama dan
menunggu datangnya pagi dengan berbaring di depan perapian. Dalam tidurnya
di tengah hutan, Reno bermimpi bertemu dengan seorang kakek. Orang tua itu terlihat
pintar dan bijaksana. “Reno cucuku,” suara kakek itu terdengar lembut. “Tahukah apa
yang kau lakukan? Kau begitu egois, hanya memikirkan dirimu sendiri. Pertama, kau
pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Kedua, kau tidak sopan karena tidak peduli
pada binatang lain yang menyapamu. Dan ketiga, kau malu bertanya hingga tersesat
di tengah hutan. Itu tidak baik, cucuku, kau harus mengubah sifat-sifatmu yang buruk
itu.”

“Kukuruyuk! Kukuruyuk!” sayup-sayup terdengar suara ayam jantan berkokok. “Cicit


cuwit…! Cicit cuwit…!” suara kicau burung saling bersahutan, menyambut
datangnya pagi hari. Reno terbangun mendengar kicauan merdu itu. “Ah, nyenyak
sekali tidurku,” kata Reno sambil meregangkan kaki dan badannya. “Tapi semalam
aku mimpi bertemu dengan seorang kakek.” Singa kecil itu kembali berbaring sambil
memikirkan mimpinya. “Hmm, apa yang dikatakan kakek itu memang benar,” kata
Reno pada dirinya sendiri.

“Betapa buruknya kelakuanku. Aku egois, hanya memikirkan diri sendiri. Aku begitu
ingin mendapatkan ikan besar, sampai melupakan segalanya. Aku harus mengubah
sikapku yang jelek ini.”

“Selamat pagi, Reno,” sapa burung yang tidur di atas pohon. “Oh, selamat pagi,
Burung,” sahut Reno terkejut. Reno segera bangkit berdiri. “Sudah siap untuk pulang?
Ayo, kuantar kau pulang.” Burung yang baik hati itu terbang mengepakkan sayapnya.
Reno berlari-lari mengikuti di bawahnya. Betapa senang hatinya! Beberapa ekor
burung turut terbang mengikuti mereka. Binatang-binatang hutan yang melihat
rombongan itu tertarik. Mereka lalu berlari mengikuti Reno dan teman-
temannya.

“Itu rumahmu, Reno!” teriak si burung sambil menunjuk dengan sayapnya. Singa
kecil itu berlari mendahului teman-temannya. Ternyata orangtua Reno sudah
menunggu di depan rumah. “Oh, Reno anakku saying,” kata Bu Reo gembira sambil
memeluk anaknya. “Maafkan Reno, Bu,” jawab Reno dengan nada menyesal. “Reno
telah menyusahkan Ayah dan Ibu.” “Benar kan Bu omonganku. Anak kita pasti
kembali!” kata Pak Reo gembira. “Hei kalian teman main Reno, ya? Ayo masuk dulu,

5
kalian pasti lapar.” kata bu Reo. Sebagai tanda terimakasih, Bu Reo menjamu
binatang-binatang itu dengan memasak makanan yang lezat.

Pesan moral : Janganlah bersikap egois dan tidak mempedulikan lingkungkan


sekitar, karena akan merugikan diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai