Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

BAHASA INDONESIA
TENTANG CERITA FABEL

Disusun oleh :
M. ARFIN SYADZY BAZZANI
Kelas VII H
Nomor Absen : 17

SMP N 1 KEDUNGWUNI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Cerita Gajah, Kerbau dan Harimau

Suatu hari ada seekor kerbau mencari gajah didalam hutan. Kerbau tersebut mencari gajah

untuk menemaninya mencari makanan dihutan. Setelah lama mencari akhirnya kerbau

melihat gajah yang sedang berjalan. Gajah tersebut mau menemani kerbau untuk mencari

makanan, tetapi sebelum bertemu gajah sang kerbau menemui harimau terlebih dahulu.

Sang kerbau juga meminta harimau untuk menemaninya mencari makanan dihutan dan

harimau menerima ajakannya. Setelah kerbau mengumpulkan gajah dan harimau. Kemudian

mereka berusaha melakukan perburuan makanan bersama. Mereka berusaha menangkap

hewan hewan lain dan merebut makanan hewan lain juga. Ketiga hewan itu bekerja sama

untuk memburu makanan dihutan.

Hewan hewan tersebut mulai dari pagi sampai sore mencari makanan. Mereka berhasil

menangkap hewan lain dan merebut makanannya. Berbagai jenis makanan dikumpulkan

mulai dari buah buahan sampai hewan hewan hidup. Harimau menunjuk kerbau untuk

membagi makanannya. Kerbau tersebut menghitung banyaknya makanan dan membagi tiga

dengan adil. Sang harimau merasa tidak adil dan marah, akhirnya ia menerkam kerbau dan

tumpukan makanannya menjadi bertambah. Setelah itu harimau menunjuk gajah untuk

membagi makanannya. Akhirnya karena harimau merasa masih kurang akhirnya ia juga

menerkam gajah. Harimau tersebut serakah karena merasa kekurangan makanan dan

menerkam kedua temannya tadi.

Pesan moral dari contoh cerita fabel : jangan memiliki sifat serakah dan kurang agar tidak

dijauhi oleh orang lain. Karena pada suatu hari kita akan membutuhkan bantuan orang lain

juga. Namun pada akhirnya orang lain tidak mau untuk membantu kita.
Cerita Semut dan Belalang

Di musim panas yang hangat dan cerah sedikit menggoda Belalang untuk memainkan biola
kesayangan sambil bernyanyi dan menari. Hampir setiap harinya itulah yang dilakukan
belalang. Ia tidak terpikir untuk melakukan aktifitas lainnya seperti bekerja atau bersiap untuk
mengumpulkan bekal musim dingin.

Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak belalang bahwa musim panas yang sedang
dinikmatinya sekarang sudah akan berakhir. Musim panas yang membuatnya ceria sudah
akan berganti ke musim dingin, dimana hujan akan turun dengan lebat disertai suhu udara
yang sangat rendah.

Disaat belalang sedang asiknya bermain biola, dia melihat semut yang sedang giat melewati
rumahnya. Belalang yang masih riang tersebut ingin mengajak semut bermain bersama dan
semut pun diundangnya untuk bersenang-senang ke kediaman belalang.

Tak disangka belalang ternyata semut menolak undangan belalang dengan santun, semut
berkata pada belalang, “ Maaf Belalang, aku masih ingin bekerja untuk bekal di musim dingin.
Aku harus mengumpulkan cadangan makanan yang banyak serta memperbaiki tempat
tinggal agar lebih hangat.”

“Berhentilah memikirkan hal yang tidak penting semut, mari kita bernyanyi dan bersenang-
senang, ayolah nikmati hidup kita”, Sanggah belalang. Belalang pun masih dengan
kebiasaannya untuk bersenang-senang tanpa memikirkan apapun.

Tidak disangka musim panas berakhir jauh lebih cepat dari pada biasanya. Belalang yang
terbiasa gembira lantas panik bukan main. Ia tidak memiliki persediaan makanan yang cukup
ditambah rumahnya yang rusak dan tidak layak huni karena diterjang badai.

Dengan harapan tinggi dan lunglai belalang menuju rumah semut dan meminta bantuan
untuk diperbolehkan tinggal bersama dan meminta makan. Mendengar permohonan tersebut
semut menjawab, “Maafkan aku belalang aku tidak bisa membantumu, rumahku terlalu
sempit untukmu, dan bekalku hanya cukup untuk keluargaku saja”.
Belalang akhirnya pun meninggalkan rumah semut dengan rasa menyesal dan sedih. Dalam
hati ia bergumam, “Andai saja aku mengikuti nasihat semut saat itu untuk bekerja keras, pasti
saat ini aku bisa kenyang dan tidur nyenyak di dalam rumah”.

Pesan moral dari cerita fabel ini : Gunakan waktumu sebaik baiknya untuk hal yang
bermanfaat, karena apa yang terjadi esok hari kita tidak pernah tahu.
Cerita Gagak dan Elang

Pada suatu hari di hutan lereng gunung, ada seekor burung gagak yang sedang mencari
makan. Burung gagak itu memiliki anak namanya Raga, seekor anak burung gagak yang
sangat periang dan pantang menyerah. Kemanapun orang tuanya pergi, Raga selalu ikut dan
membantu mencari makanan.

Ke esokan hari, Ibu Raga keluar ingin mencari makanan, Raga waktu itu yang masih tertidur
tiba-tiba terbangun. “Ibu mau kemana?” tanya Raga.
“Ibu mau mencari makanan untuk keluarga kita ”jawab Ibu gagak.
“Raga ikut, bu. Raga ingin mencari cacing kesukaan Raga” pinta Raga.
“Iya nak, tapi kamu harus tetap waspada, jangan jauh-jauh dari ibu” ucap ibu gagak.
“baik bu” jawab Raga.

Padi itu mereka terbang ke arah timur, mereka turun dari sawah-kesawah untuk mencari tikus
sawah. Raga dengan cerdiknya mendapatkan banyak cacing sawah. Namun tiba-tiba dari
atas ada seekor elang yang juga mencari makan, elang itu memang terkenal sering merebut
makanan gagak. Ketika gagak ingin menerkam seekor tikus, tiba-tiba elang menyahutnya dari
atas.

“Hai elang, mengapa kamu suka merebut makananku?” bentak gagak.


“Kamu sangat lamban gagak, siapa cepat dia dapat” ejek elang.
“mengapa kamu tidak mencari makanan sendiri, dasar pengganggu” ucap gagak.
Sementara itu, Raga yang melihat ibunya sedang kesal sama elang, tiba-tiba terbang ke atas
kemudian turun menyahut kembali seeokor tikus dari tangan di elang.
“Hey, anak gagak. Apa yang kamu lakukan?, kembalikan makananku” teriak elang.
“Aku hanya merebut kembali makanan ini dari ibuku, aku tidak mencuri dari kamu” ucap
Raga.
“Dasar gagak kecil, cepat kembalikan” ucap elang tampak marah.
“Tidak, ini adalah milik kami, kamu yang mencarinya dan kamu telah mencurinya dari kamu”
jawab Raga. Ibu gagak hanya terdiam, ia sangat bangga sekali memiliki anak yang
pemberani dan cerdik. Elang yang mulai tampak kesal, tampak sudang bersiap-siap
menyerang gagak.
“Aku tidak takut sama kamu, selama kami benar” ucap Raga.
“Baiklah kalau itu mau mu, sekarang rasakan pembalasanku” teriak Raga.
Tiba-tiba ibu gagak menyela, tak ingin anaknya dalam masalah, ibu gagak langsung
menghadang.
“Apa kamu tidak malu elang?, beraninya sama anak kecil” ejek ibu gagak.
“Kalau kamu pemberani, hadapi aku” tambah ibu gagak.
“Kalian berdua maju semuanya, aku tidak takut” ucap elang.
Disaat elang bersiap-siap menyerang Raga dan ibunya, tiba-tiba rombongan burung gagak
terbang melewati mereka dan berhenti. “Elang, kamu buat masalah lagi?” tanya salah satu
gagak.
Elang hanya terdiam dan kabur karena ketakutan, Raga dan ibunya lega karna elang itu
sudah pergi.
“Terima kasih atas bantuan kalian” ucap ibu gagak.
“Sama-sama, anakmu cukup berani melawan si elang. Aku salut padanya” jawab salah satu
gagak.
“Terima kasih paman, Raga berani jika benar. Itu yang ibu ajarkan” ucap Raga.
Akhirnya rombongan gagak itu pamit ingin melanjutkan perjalanannya. Raga dan ibunya
terbang pulang ke rumah mereka. Ibu bangga sekali Raga kini tumbuh menjadi anak yang
berani dalam kebenaran dan cerdik.
Pesan Moral dari cerita fabel : “Kebenaran harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Kalau tidak maka kebenaran pasti dikalahkan oleh kebatilan.”

Cerita Kuda yang memakai kulit harimau

Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat,
kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu dia terlihat gembira karena tidak
ada petani gandum menjaga ladangnya.

Ketika dia menuju hutan lebat di tengah jalan sang kuda melihat sesuatu dengan heran
seperti sebuah kulit harimau lalu kuda itu mendekatinya dan ternyata memang benar apa
yang dia lihat adalah sebuah kulit harimau yang tidak sengaja ditinggalkan oleh para
pemburu harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit harimau itu dan ternyata pas ditubuhnya.

Lalu terlintas di benak kuda itu untuk menakuti hewan-hewan hutan yang melewati dirinya,
kuda itu bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Tempat itu harus terlihat gelap dan
sering dilalui oleh beberapa hewan hutan. Akhirnya dia menemukan semak-semak yang
cukup gelap untuk bersembunyi dan kuda itupun masuk ke semak-semak dengan
menggunakan kulit harimaunya, di semak-semak kuda itu bersembunyi menunggu hewan
hutan yang melewatinya dan tidak lama kemudian beberpa domba gunung berjalan ke arah
dirinya kuda itu kini bersiap-siap untuk meloncat.

Ketika domba-domba itu melewati kuda yang sedang bersembunyi kuda itu meloncat ke arah
domba-domba itu dan serentak domba-domba itu berlarian kesana kemari mereka ketakukan
dengan kulit harimau yang di pakai oleh kuda itu. Sang kuda hanya tertawa setelah domba-
domba itu berlarian dia amat senang sekali menjaili domba-doma itu.

Lalu sang kuda kembali bersembunyi kedalam semak-semak dia menunggu hewan lain
datang melewati semak-semak itu dari kejauhan terlihat seekor tapir berjalan sambil
mengunyah sesuatu dimulutnya, tapir itu berjalan dengan sangat lambat mendekati semak-
semak namun ketika kuda itu meloncat ke arah tapir itu sang tapir terkejut dan lari
sekencang-kencangnya menghindari menghindari kuda yang memakai kulit harimau itu. Sang
kuda kini semakin senang mengganggu hewan-hewan lainnya dan dia kembali ke semak-
semak itu menunggu hewan lain untuk dia kagetkan.

Kini sang kuda menunggu lebih lama dari biasanya namun hal itu tidak membuatnya bosan
tiba-tiba seekor kucing hutan berlari sambil membawa seekor tikus dimulutnya. Kucing itu
tidak melewati semak-semak kucing itu hanya duduk menyantap tikus yang ia tangkap di
dekat pohon besar, melihat hal itu sang kuda berinisiatif untuk mengagetkannya dari arah
belakang. Kuda itu keluar dari semak-semak dan berjalan dengan hati hati agar lebih dekat
dengan sang kucing ketika sudah sangat dekat dengan sang kucing, kuda itu mengaum
seperti halnya seekor harimau namun kuda itu tidak sadar bahwa suara aumannya bukanlah
suara harimau melainkan suara seekor kuda, mendengar hal itu sang kucing menoleh ke
belakang dan dia melihat kuda itu dengan kulit harimau namun bersuara kuda.

Hal itu membuat sang kucing tertawa terbahak-bahak “Apabila aku melihatmu memakai kulit
harimau itu aku akan lari ketakutan tapi auman suaramu itu tetap bukan suara harimau
melainkan suara seekor kuda”.
Pesan Moral dari cerita fabel : Kuda yang memakai kulit harimau ini adalah sepandai-
pandainya kita berpura-pura maka suatu saat akan terlihat juga kebohongannya. Kejujuran
merupakan kata yang paling indah di dunia ini.

Cerita Buaya yang Serakah

Pada pinggiran sebuah sungai, hidup seekor buaya yang tengah kelaparan. Ia tidak
memakan apapun selama tiga hari. Dan kini perutnya sangat lapar dan jika ia tidak makan,
maka bisa-bisa mati. Ia pun kemudian masuk ke dalam sungai dan berenang di dalamnya
untuk menemukan makanan.

Akhirnya, sang buaya melihat ada seekor bebek yang tengah berenang. Ketika sang bebek
tahu sedang diincar oleh buaya, ia pun akhirnya menepi. Melihat bebek yang hendak
dimangsa tersebut kabur, akhirnya buaya pun mengejarnya dan alhasil bebek tertangkap
olehnya.

Sembari menangis ketakutan sang bebek berkata, “Ampun buaya, lepaskanlah aku.
Dagingku hanya sedikit. Mengapa engkau tidak memangsa kambing saja di hutan”. Sembari
menunjukkan taring tajamnya, sang buaya berkata,”Baiklah kalau begitu antarkan aku ke
tempat persembunyian kambing di hutan sekarang”.

Kemudian tidak jauh dari tempat itu, ada lapangan hijau dimana banyak kambing yang
sedang mencari rumput untuk dimakan. “Pergi sana, aku akan memangsa kambing saja”.
Akhirnya bebek merasa sangat senang dan berlari dengan kecepatan yang penuh.

Buaya pun akhirnya mendapati seekor anak kambing yang berhasil ia tangkap sesudah
beberapa lama. Karena saking takutnya, anak kambing tersebut berkata,”Tolong jangan
makan aku. Aku masih sangat kecil sehingga dagingku tidaklah banyak. Mengapa engkau
tidak memakan gajah saja yang dagingnya lebih banyak dariku. Aku akan mengantarmu
kesana”.
“Baiklah, antarkan aku kesana sekarang juga!” Pinta gajah. Akhirnya, buaya diajak ke tepian
danau yang sangat luas oleh anak kambing tersebut. Dan benar saja, di sana sudah ada
anak gajah yang besar. Akhirnya, buaya langsung mengejar dan kemudian menggigit kaki
anak gajah tersebut. Namun, kulit gajah sangat tebal sehingga itu tidak dapat melukainya.
Anak gajah pun berteriak dan meminta tolong kepada sang ibu. Sedangkan buaya terus saja
berusaha untuk menjatuhkan gajah tersebut. Namun sayangnya tidak bisa. Mendengar
teriakan sang anak, sekumpulan gajahpun akhirnya mendatangi dan menginjak buaya hingga
ia tidak bisa bernapas.

Akhirnya, sang buaya tetap saja tidak mampu melawan karena ukuran ibu gajah yang amat
besar. Belum lagi ia dalam keadaan lemas karena belum makan. Setelah itu, buaya pun mati
karena sudah kehabisan tenaga.
Cerita Fabel Kera yang Banyak Akal

Dalam seminggu terakhir, musim hujan telah datang. Kawanan kera yang tinggal di lereng
gunung tentu saja merasa bimbang. Mereka kebingungan akan mencari tempat berteduh
yang aman dimana. Mereka tahu persis bahwa lereng gunung yang mereka tempati sudah
gundul dan bisa-bisa longsor karena terus terguyur hujan.
Di dalam hutan lereng gunung tempat kera berada, hidup juga seekor ular piton yang cukup
besar. Ia adalah seekor pemangsa yang sangat hebat. Ia pun membuat sebuah sarang di
pohon yang suah ditebang. Ia hidup sepi menyendiri dan menanti sesuatu untuk kemudian
dimangsa.
Ketika musim lapar, ular piton yang memiliki warna cokelat tersebut akhirnya keluar dari
sarang. “Hari ini mendung bahkan mulai gerimis. Tentu saja sebentar lagi akan hujan lebat.
Aku sangat suka karena di saat seperti ini akan banyak makanan yang bisa ku mangsa”
Gumam si piton.
Ular piton mengetahui bahwa ketika hujan turun, hewan yang ada di lereng gunung akan
mencari tempat untuk berteduh, kadangkala di bawah pohon, kadangkala di goa sebagai
tempat mereka untuk bersembunyi. Selain berteduh dan menunggu hujan reda, tidak ada
yang bisa mereka lakukan.
Piton pun mulai mengendus aroma daging dari mangsanya. Akhirnya, piton melihat ada
seekor kera yang masih mungil sedang menggigil dan berteduh di bawah pohon aren. Ia
bergumam, “Asik, ini bisa menjadi santapan siang”. Bahkan ia sudah membayangkan
kelezatan tubuh kera yang pasti renyah itu.
Sesudah itu, ia mencoba mencari strategi untuk menyergap sang kera supaya bisa tepat
sasaran. Ketika sudah dekat dengan sang kera, si piton mendapati bahwa kera tersebut
sedang merintih seolah sedang kesakitan. Ular piton pun berubah fikiran. Dalam hati ia
bertanya, “Ah sakit apa sih dia?”.
Piton pun kembali mendekati kera yang sedang merintih dan menggigil sendirian. “Hai kera,
kenapa kamu menggigil? Apa kamu sedang sakit demam?” Tanya piton sembari
menampakkan diri di hadapan kera mungil itu.
“Piton, kau benar-benar membuatku merasa kaget. Hujan-hujan begini kau mau kemana?”
Tanya kera balik. “Aku Cuma mau lewat saja. Aku sangat suka dengan hujan karena aku bisa
bermain air. Kau tadi belum menjawab pertanyaanku” Tambah piton.
“Kakiku sakit. Tadi aku terkena jebakan di hutan semacam jebakan tikut, untungnya aku
berhasil melepaskan diri” Rintih sang kera.
“Lukamu lumayan parah. Darah di kakimu masih banyak. Jika tidak dibersihkan bisa
membusuk” Tammabh piton.
“Benar sekali. Akan muncul banyak kuman. Dan sepertinya tubuhku dipenuhi dengan kuman.
Sebentar lagi aku akan membusuk. Kenapa kau tidak memakanku saja. Makan aku saja.
Cepat” Ujar kera.
Piton sangat bingung karena di satu sisi dia sedang dalam keadaan lapar dan di sisi yang lain
ia merasa jijik dengan kuman yang ada di tubuh kera. Ia pun mengaku tidak tega jika harus
memakan kera. Padahal sebenarnya dia tidak mau kuman yang ada di tubuh kera hinggap di
tubuhnya.
“Baiklah aku akan membersihkan lukaku dan mencari air sungai terdekat” pamit kera.
“Baik, kamu teang saja. Sekalipun engkau sudah kembali sehat, aku tetap saja tidak akan
memburumu” Tambah piton.
Akhirnya ular piton pun pergi lebih dulu meninggalkan sang kera yang mungil yang cerdik
akalnya. Di dalam hati, sang kera tertawa berbahak-bahak karena ia bisa menyelamatkan diri
dari ancaman sang ular dengan sangat mudah. Ia tidak menyangka sekalipun tampang sang
ular menyeramkan, namun masih bisa berbyat baik juga. Pantas saja jenis ular ini sering
diburu manusia dan dijadikan hewan peliaraan.

Cerita Fabel Kelinci dan Anjing Petani

Pada salah satu perkebunan jaging yang luas ada seekor anjing petani yang tengah mencari
kelinci berkeliaran untuk kemudian ia mangsa. Ketika masih muda, anjing tersebut memang
dilatih untuk mmapu mengejar hewan yang mengganggu perkebunan jagung milik petani.

Daun jagung milik petani tersebut kerap dimakan oleh kelinci sehingga tanamannya tidak bisa
tumbuh dengan baik. Selain itu, juga menyebabkan hasil panen menjadi berkurang. Karena
itulah petani meletakkan anjing tersebut di perkebunan.

Di suatu pagi, sang anjing yang baru saja terbangun dari tidur mengelilingi kebun sambal
mengendus bau hewan yang lain. Penciuman dari anjing tersebut sangatlah tajam bahkan
bisa mendeteksi bau kelinci dari jarak yang cukup jauh.

Akhirnya, sang anjing menelusuri bau tersebut dan ditemukanlah kelinci yang tengah asik
memakan pucuk jagung muda milik petani. Ketika jarak mereka sudah sangat dekat, akhirnya
sang anjing mengejar kelinci tersebut dengan cepat. Namun, karena sang kelinci memiliki
indera pendengaran yang sangat peka, maka dia bisa tahu gerak gerik sang anjing.

Akhirnya dengan cepat sang kelinci melompat sangat jauh. Anjing itu terus mengejar kelinci
dan kelinci semakin menjauh. Namun, sang anjing tidak menyerah karena kemampuannya
untuk mengejar mangsa sangat tinggi. Namun, tetap saja kelinci berhasil menghindari kejaran
anjing tersebut hingga akhirnya anjing pun menyerah dan berhenti mengejar kelinci.

Ternyata, peristiwa tersebut dilihat oleh burung gagak yang tengah bertengger di pohon yang
daunnya tidak begitu lebat. Ketika anjing tersebut melewati pohon, gagak bertanya kepada
anjing, “Ternyata seekorn kelinci bisa lari lebih kencang dibanding anjing”.

Lalu anjing pun menjawab, “Apakah engkau tidak melihat perbedaan yang amat mencolok di
antara aku dengan kelinci tersebut?” Gagak menimpal,”Aku tidak melihat perbedaan tersebut.
Memangnya perbedaan apakah yang engkau maksudkan?”

Anjing pun menjawab,”Aku lari untuk menangkap makanan, sementara kelinci berlari untuk
mempertahankan hidupnya. Suatu keinginan bisa berpengaruh untuk kerasnya suatu usaha”.
Cerita Fabel Rusa dan Kura-Kura

Pada zaman dahulu, hidup seekor rusa yang amat pemarah dan juga sombong. Ia bahkan
kerap meremehkan kemampuan hewan yang lain. Suatu ketika sang rusa berjalan di pinggir
danau. Ia tidak senjaga berjumpa dengan kura-kura yang tampak mondar mandir saja.
Melihat hal itu, sang rusa pun bertanya, “Kura kura, apa yang tengah engkau lakukan?”
Mendengar itu, sang rusa tiba-tiba marah, “Kau jangan berlagak. Kau hanya mondar mandir
dan berlagak mencari sumber kehidupan”.

Kura-kura pun berupaya untuk menjelaskan akan tetapi rusa tetap saja marah. Rusa juga
mengancam akan menginjak tubuh kura-kura. Akhirnya, kura kura merasa jengkel dan
menantang rusa untuk adu kekuatan dari betis kaki mereka.

Mendengar tantangan tersebut, tentu saja rusa amat marah. Akhirnya, ia minta kepada kura-
kura untuk menendang betisnya terlebih dahulu. Namun, kura-kura tidak mau dan menjawab,
“Apabila aku yang menendang betismu lebih dulu, tentu saja engkau akan jatuh dan tidak
sanggup membalasku”.

Akhirnya, rusa semakin marah dan melakukan ancang-ancang untuk menendang kura kura.
Namun, kura-kura segera memasukkan kaki-kakinya ke dalam tempurung. Akhirnya, rusa
menginjak tempurung dengan kuat dan itu menyebabkan kura-kura tertimbun di tanah.

Kura-kura pun berusaha keluar. Dan sesudah seminggu berlalu, ia berhasil keluar dari tanag
dan mencari rusa. “Bersiaplah rusa, kini aku yang saatnya menendang”. Mendengar itu,rusa
hanya memandang remeh kemampuan yang dimiliki oleh kura-kura. “Kerahkan saja semua
kemampuan yang engkau miliki untuk menendang betisku. Ayolah jangan ragu”.

Kura-kura pun bersiap dan mengambil ancang-ancang tempat tinggi. Kemudian, ia pun
menggelindingkan tubuhnya. Dan ketika sudah hampir mendekati tubuh rusa, ia pun
menaikkan tubuhnya sampai melaayng. Ternyata kura-kura mengincar hidung sang rusa.
Dengan sangat keras, akhirnya tempurung kura ura berhasil menyebabkan hidung sang rusa
putus. Dan akhirnya ia pun mati.
Cerita Fabel Semut dan Merpati

Pada suatu ketika di musim panas, ada gerombolan semut yang berjalan dan membawa
makanan di atas kepala meeka. Mereka terlihat sangatlah kompak. Pemimpin mereka
memberkan aba-aba ketika harus melangkah dan berbelok. Semut tersebut selalu mengikuti
petunjuk sang pemimpin hingga tibalah mereka di sarangnya.

Sesudah meletakkan hasil bawaaan, mereka berpisah untuk menjalankan tugas lain. Ada
salah satu semut yang masih muda. Ia penasaran dengan dunia yang ada di luar sarangnya.
Ia pun akhirnya izin kepada pemimpin untuk pergi dan melihat-lihat dunia luar. Pemimpin pun
menjawab,

“Anakku, apabila engkau hendak pergi untuk jalan-jalan, boleh saja. Namun engkau harus
hati-hati karena di luar sarang ini dunia amat luas dan juga kejam” Pesan pemimpin tersebut.
Sesudah menyiapkan bekal, semutpun pamit kepada pemimpin, “Pak pemimpin, aku akan
pergi sekarang juga”. Pemimpin menjawab, “Hati-hati di jalan dan cepatlah pulang”.

Tak jauh dari sarang, ada sungai yang airnya sangat jernih. Karena ingin tahu, semut muda
pun berjalan menelusuri lembah. Ia memanjat pohon dan juga rerumputan berkali-kali. Ia
berjalan dengan tak kenal lelah. Ia pun melihat mata air jernih dan mendatanginya untuk
minum.

Ketika dekat dengan mata air tersebut, ia bingung karena letak mata airnya lebih tinggi
dibandingkan tanah tempat ia berpijak. Ia pun naik ke atas batang rumput. Saat hampir
berhasil, ia terpeleset dan jatuh ke dalam mata air.

Ketika ia sedang kesulitan bangun, ada seekor merpati yang hendak menyelamatkannya.
Merpati tersebut mengambil daun di pohon sampai jatuh di dekat semut muda. Dengan susah
payah, semut muda segera naik ke atas daun. Ia pun berterima kasih kepada burung merpati.
“Hai burung merpati, aku berterima kasih karena engkau telah menyelamatkanku” Kata semut
muda. Merpati pun menjawab, “Iya sama sama semut, apa yang sedang engkau lakukan di
sini?”
“Aku tengah jalan-jalan untuk melihat dunia di luar sarang semutku” Jawa semut.
Ketika mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba ada bahaya yang tengah mengintai. Ada
seorang pemburu yang hendak menembak merpati. Merpati pun langsung bergegas terbang
dan meninggalkan semut sendirian.

Menyaksikan kejadikan itu, akhirnya semutpun berlari kea rah pemburu dan menggigit
kakinya. Akhirnya, penburu tersebut merintih kesakitan. Merpati berkata,”Terima kasih semut
karena engkau sudah menyelamatkanku”.

“Sama-sama burung merpati, engkau tadi juga menyelamatkan nyawaku” jawab semut.
Akhirnya mereka pun segera berpisah.
Cerita Fabel Seekor Rubah dan Bangau

Pada suatu hari ada seekor rubah tengah jalan-jalan di sekitar hutan. Ia kemudian berfikir
bahwa hari ini cuaca cerah dan ia bisa pergi memancing. Kemudian, ia pun mempersiapkan
alat untuk memancing dan segera bergegas menuju telaga yang ada di tengah hutan.

Saat tiba di telaga, ia mendapati ada burung bangau di sana sedang seberang. Ia pun
menyapa sembari mengeluarkan pancingnya, “Hai bangau, apa yang sedang kau lakukan?”
Rubahpun membayangkan bahwa ia akan memperoleh ikan yang banyak untuk makan
malamnya.
Bangau pun menjawab, “Aku sedang berenang sambil menikmati air telaha yang sejuk
membasahi buluku” Jawab bangau sembari menggepakkan sayapnya.

Rubah pun mulai memancing danj tak lapa kemudian pancingnya bergetar. Ia pun bergegas
menarik pancingnya dan menyaksikan seekor ikan di sana. Dengan penuh suka cita ia
berkata, “Asyik aku akan pesta besar nanti malam. Bangau, apakah kamu mau makan malam
di tempatku?” Tanya rubah sambil membereskan alat memancingnya.
Bangau pun mengiyakan ajakan rubah. Dan tepat di waktu makan malam, bangau datang ke
rumah rubah, “Tok…tok…tok!!”

Sembari membuka pintu rumahnya, rubah berkata “Silahkan masuk!”. Mereka pun duduk di
meja makan yang sudah tertata rapi. Bangau merasa amat lapar karena aroma masakan
yang mengundang selera. “Baunya sangat harum, tentu saja rasanya enak”.

Akhirnya makanan dihidangkan. Tubah memasak sup ikan dan meletakkannya di mangkuk
kecil. Menyaksikan hal tersebut, bangau sedih karena paruhnya yang panjang tentu saja ia
tidak bisa memakan sup di mangkuk kecil tersebut.
Akhirnya, sang bangau hanya metatap dan berdiam. Melihat hal itu, rubah bertanya, “Bangau
kenapa kamu tidak makan? Kamu tidak suka?”
“Paruhku panjang sehingga tidak bisa dipakai untuk memakan sup di mangkuk kecil tersebut”
Jawab bangau.

Rubah pun menjawab, “Maafkan aku bangau, namun yang ku punya hanya mangkuk kecil ini.
Tapi kamu tidak perlu bersedih karena aku sudah menemukan jalan keluar.”

Akhirnya, rubahpun mengambil sebuah rantang dan mengisinya dengan sup sampai penuh.
“Ini bawalah rantangnya pulang dan kamu bisa menikmati makan malam di rumahmu.” Ujar
rubah. Kemudian, bangau pun menjawab, “Terima kasih rubah, kamu baik sekali. Besok
giliran aku yang akan mengundangmu makan malam di rumah”.

Anda mungkin juga menyukai