U
G
A
S
BAHASA INDONESIA
Sudah dua hari ini Ica merasa gelisah. Ica juga menolak ajakan Ratih
untuk jajan dikantin. Alasannya, masih kenyang.
“Kamu kenapa sih Ca, kan kita sudah janjian mau pulang bareng, sama
Rinda juga ?” Kejar Ratih, ngos-ngosan.
“Tidak, aku hanya sakit perut. Aku duluan ya” Ica berlari
meninggalkan Ratih yang bengong melihatnya.
*
Uuh, Mengapa harus dia yang melihat itu? Mengapa dia mau berjanji
untuk menjaga rahasia itu? Ica sungguh menyesal.
Ah, Ica tak ingin persahabatannya dengan Ratih hancur. Ica menyukai
dan menyayangi Ratih. Ratih anak yang baik, tidak seperti Rinda.
“Ica, sedang apa? Tiba-tiba Mama muncul dari balik pintu kamar Ica.
“Ica, kalau kamu ada masalah, kamu bisa ceritakan kepada Mama.
Mama akan dengarkan dan semoga Mama bisa membantu”
“Kamu ini, bagaimana Mama mau marah kalau ceritanya saja Mama
tidak tahu” Mama tersenyum.
“Tapi ini tentang rahasia teman Ica Ma, Ica sudah berjanji untuk
menjaganya” Ica tidak berani menatap Mama.
“Hmmm, baiklah... Tapi kenapa kamu jadi gelisah begitu? Apa rahasia
itu adalah tentang sesuatu yang salah?” Mama mengelus kepala Ica.
Ica tidak menjawab.
“Tapi... Ica tidak sengaja melihatnya Ma” Rasanya Ica ingin menangis.
“Pertama kali, Rinda mengambil buku tulis, saat penjaga kantin sedang
mengambil uang kembalian. Yang kedua Rinda mengambil penggaris
dan yang ketiga Rinda mengambil beberapa buah penghapus, seperti
ini” Ica memberikan penghapus yang disimpan dipunggungnya kepada
Mama.
“Rinda tahu Ica melihatnya. Lalu dia mengajak Ica kebelakang kelas
dan memaksa Ica mengambil penghapus ini. Rinda juga bilang Ica
tidak boleh bilang siapa-siapa, ini rahasia. Kalau Ica mengatakannya
kepada orang lain, Rinda akan mengajak Ratih untuk tidak berteman
lagi dengan Ica” Ica menangis terisak-isak.
“Sekarang kamu tidak perlu khawatir, nanti Mama akan menelpon wali
kelasmu agar beliau bisa menasehati Rinda, dan Mama akan meminta
agar ini dirahasiakan dari teman-teman kamu yang lain”.
Sejak saat itu, Ibu Kepiting sadar, memang sudah menjadi ketentuan
Tuhan bahwa kepiting selalu berjalan ke samping. Tak ada kepiting
yang bisa berjalan lurus. Ibu Kepiting menyadari kesalahannya. Ia pun
meminta maaf kepada anaknya.
“Jadi selama ini cara jalanku sudah benar ya, Bu.” tanya Anak
Kepiting.
Ibu kepiting mengangguk-angguk. Ia masih menahan rasa sakit akibat
terjatuh menimpa batu.
Ada seorang gadis kecil yang miskin. Ia tak memiliki apa pun selain
pakaian serta penutup kepala yang ia kenakan.
Gadis kecil itu sedang membawa sepotong roti. Roti itu ia dapatkan
dari seseorang yang kasihan kepadanya.
Hari ini udara cukup dingin. Untunglah gadis itu memiliki jaket tebal
yang dipakainya. Gadis kecil itu bertemu dengan anak sebayanya.
Anak yang sebaya dengannya itu menghampiri si gadis kecil.
“Bolehkah aku meminta makananmu? Perutku sangat lapar,” ucap anak
kecil itu.
“Oh, tentu saja,” jawab si Gadis Kecil.
Gadis kecil itu memberikan rotinya kepada anak kecil tersebut.
Padahal, ia juga sangat lapar.
“Aku masih bisa menahan lapar. Sementara sepertinya anak kecil itu
sudah sangat kelaparan. Kalau aku tak memberikan makananku, pasti
dia akan sangat menderita,” gumam gadis kecil itu.
Gadis itu kembali berjalan lagi. Ia bertemu dengan nenek yang
kedinginan. Ia merasa iba dengan nenek itu. Nenek itu tak
mengenakan jaket.
“Bolehkah aku minta jaketmu? Aku sangat kedinginan.” ucap si nenek.
Gadis kecil itu lalu melepaskan jaketnya. Ia memberikan jaket itu
kepada si nenek yang kedinginan.
“Pakailah, Nek,” ujar gadis kecil itu.
“Kau sungguh baik. Semoga Tuhan selalu melindungimu,” ucap si nenek.
Kini, gadis kecil itu merasa kedinginan dan lapar. Namun, ia tak
menghiraukan itu. Ia berjalan menuju hutan. Barangkali di hutan ada
buah-buahan yang bisa ia makan.
Gadis kecil itu bertemu dengan anak laki-laki. Anak laki-laki itu
mendekatinya.”Bolehkah aku meminta tutup kepalamu? Aku sangat
kedinginan,” ucap anak laki-laki itu.
Gadis kecil itu melepaskan tutup kepalanya, lalu memberikannya
kepada anak laki-laki itu. Kini lengkap sudah apa yang ia rasakan,
yakni kedinginan dan kelaparan.
Malam pun tiba. Gadis kecil melihat cahaya bintang yang bertaburan
di langit. Tiba-tiba, tubuh gadis kecil itu bercahaya, menyerupai
cahaya bintang. Olala… lihatlah, baju gadis kecil itu berubah menjadi
emas. Bahkan dari atas langit, banyak emas yang bertaburan.
Sungguh senang hati gadis kecil itu. Ia lalu mengambil emas yang
jatuh dari langit. Semenjak kejadian itu, gadis kecil berubah menjadi
gadis yang kaya raya. Namun, ia tetap baik hati dan suka menolong
sesamanya.