Anda di halaman 1dari 4

Jujur Itu Hebat

Suasana kelas lengang. Tak seorang pun siswa kelas empat SD Merdeka berada
di kelas. Semua sibuk bekerja bakti. Hari Jumat tiba, maka kegiatan kerja bakti pun
dilaksanakan dengan suka cita. Selepas senam, semua siswa segera bekerja sama
membersihkan lingkungan sekolah. Ada yang menyapu halaman, membersihkan
rumput, dan ada pula yang menata kelas. Semua bekerja dengan riang.
Tiara, ketua kelas empat, sibuk menata taman bersama Ema, Ardi, dan
beberapa teman lainnya. Ruang kelas mereka telah bersih dan rapi sedari tadi. Kursi
maupun meja belajar berjajar lurus dan teratur. Lantai kelas pun terlihat mengkilap
tak berdebu. Kini, mereka sibuk di halaman sekolah.

Melihat kelas lengang, Andre, salah satu siswa kelas tersebut bergegas masuk
ke kelasnya.

“Mumpung sepi, aku mau beroperasi, ah. Siapa tahu ada tambahan uang saku.”
Andre, si anak pendiam ini memiliki kebiasaan buruk. Dia suka mencuri uang milik
temannya. Termasuk hari itu. Melihat ada kesempatan, Andre bergegas
menggeledah tas teman-teman. Dari tas milik Ema, dia berhasil mendapatkan uang
lima ribu rupiah.

“Wah lumayan, nih. Bisa buat beli jajan banyak ini nanti.” Andre tersenyum
lebar. Aksinya kali ini berhasil lagi. Dia segera lari, keluar dari kelas agar teman-
temannya tidak curiga.

***

Suara tangis Ema menggegerkan kelas empat. Tiara dan beberapa teman lain
segera mengerubutinya.

“Uang sakuku hilang, Ra. Bagaimana ini? Aku enggak bisa jajan nanti.” Ema
tampak sangat sedih.

“Diperiksa dulu, Ma! Siapa tahu hanya terselip.” Tiara berusaha menghibur
sahabatnya itu.

“Sudah, Ra! Uangku tadi aku taruh di dalam kotak pensil ini. Sekarang hilang!”
Ema tersedu-sedu, menangisi uang saku dari hasilnya menabung hilang tak berbekas.
Ema dibantu Tiara dan beberapa teman lain sempat memeriksa laci dan lantai
di bawah meja. Siapa tahu uang Ema tercecer. Hasilnya nihil. Tak ada uang yang
tercecer. Mereka juga sempat menanyai beberapa teman lain. Namun, tetap saja,
mereka tidak menemukan uang Ema.

“Sudahlah, Ma, ikhlaskan saja. Hari ini kamu jajan sama aku saja,” hibur Tiara.

“Terima kasih, Ra. Aku bawa bekal juga, kok. Uang itu, rencananya mau aku
pakai untuk mengisi kotak infak juga,” terang Ema.

“Ra, Ma, sebenarnya, beberapa hari yang lalu uangku juga hilang tapi aku diam
saja,” kata Ardi tiba-tiba.

“Hah …!” Tiara dan Ema kaget. “Mengapa kamu enggak lapor, Ar?” tanya Tiara.

“Aku tak tahu harus bagaimana waktu itu. Makanya aku diam saja.”

“Berarti memang ada pencuri di kelas ini. Buktinya sudah ada dua kali peristiwa
kehilangan. Huh!” Tiara bersungut-sungut kesal.

Mengetahui ada beberapa kali kasus kehilangan di kelasnya, Tiara segera


melapor kepada Bu Olivia. Beliau adalah wali kelas empat. Tiara mengajak serta Ema
dan Ardi, agar laporannya semakin kuat. Dia merasa prihatin, kelas yang dia ketuai
sering mengalami kehilangan.

Bu Olivia merasa kaget menerima laporan dari Tiara. Beliau sedih, telah terjadi
peristiwa kehilangan, bahkan telah berkali-kali. Namun, beliau berusaha
menenangkan anak didiknya tersebut.

“Kalian harus tetap tenang, ya. Jangan menunjukkan kegalauan kalian di kelas.
Ibu akan mengatasi masalah ini. Kalian jangan membuat kelas menjadi gaduh karena
peristiwa ini. Kalian mengerti?” Bu Olivia meyakinkan murid-murid kesayangannya
tersebut.

***

Semua siswa telah siap mengikuti pelajaran. Waktu istirahat telah selesai, kini
saatnya Bu Olivia masuk ke kelas empat. Kegiatan belajar berjalan seperti biasa, tak
ada hal yang istmewa. Tiara, Ema, dan Ardi juga terlihat tenang. Namun, hati
mereka masih kesal mengingat peristiwa kehilangan yang baru saja terjadi. Bu Olivia
pun demikian, beliau tetap tenang. Beliau tetap tersenyum ramah kepada semua
siswa di kelasnya. Setelah memeriksa kehadiran anak didiknya, beliau memulai
pelajaran.

“Hari ini, Ibu akan menceritakan kisah seekor lebah. Kalian siap, anak-anak?”

“Siap … Bu Guru!” Teriakan penuh semangat menggema di kelas itu.

Bu Olivia memulai ceritanya. Cerita itu diawali oleh seekor lebah kecil yang
bertugas mengumpulkan madu. Lebah kecil itu menimbun madu hasil kerja kerasnya.
Padahal madu tersebut seharusnya dikumpulkan bersama dengan milik anggota
keluarga lainnya. Si lebah berpikir bahwa dengan menimbun madu hasil usahanya, dia
akan menjadi kaya. Kebutuhan hidupnya bakal tercukupi. Maka, dia berbohong dan
hanya menyetor sedikit madu saja.

Malang bagi si lebah kecil ini. Tampungan madunya terlalu sempit. Banyak madu
tumpah dan diketahui kawanan semut. Akhirnya si lebah diserang kawanan semut.
Madunya habis dijarah oleh para semut tersebut. Ia melapor kepada bapak dan
ibunya, bahwa ia telah menimbun banyak madu. Namun, kawanan semut telah
menjarahnya sampai habis. Ia menyesal dan tak akan mengulangi kesalahannya lagi.

Agar anak-anak lebih memahami maksud cerita tersebut, Bu Olivia menjelaskan


bahwa sikap jujur itu sangat penting. Bahkan, ada pepatah yang mengatakan bahwa
jujur adalah mata uang yang berlaku di mana saja. Barang siapa yang berbuat tidak
jujur, akan mengalami kesulitan seperti yang dialami si lebah. Semua siswa
terkesima menyimak dongeng Bu Olivia.

Tak terkecuali Andre. Dia bahkan mendadak merasa bersalah. Dia takut
kejahatannya selama ini akan terbongkar. Dia juga khawatir jika akan tertimpa
masalah seperti si lebah. Dalam hati, dia ingin meminta maaf kepada teman-
temannya, tapi dia takut. Keringat dingin mendadak mengucur deras dari tubuhnya.
Beruntung, bel tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi. Semua siswa bersiap-
siap untuk pulang. Rasa takut itu tidak diketahui teman-temannya.

***

Siang itu, Andre tidak langsung pulang. Dia berlari ke kantor hendak menemui
Bu Olivia. Dengan perasaan takut, dia mengakui semua perbuatannya selama ini.

“Astagfirullah … sekarang kamu sudah sadar akan kesalahanmu, kan, Nak?”


tanya Bu Olivia dengan lemah lembut.
“Sudah, Bu. Saya minta maaf, tapi saya malu sama teman-teman, Bu.” Andre
hanya bisa menunduk. Linangan air mata menetes, tanda sesal yang teramat sangat.
“Saya akan kembalikan semua uang yang saya curi, Bu.”

“Syukurlah, Nak. Perbuatan jujur selalu akan berbuah manis. Percayalah itu.
Ibu juga akan merahasiakan hal ini. Ibu tidak akan mengatakan bahwa kamu adalah
orang yang telah mengambil uang milik teman-temanmu. Yang harus kamu lakukan,
jangan pernah mengulangi perbuatan buruk itu, ya. Kamu janji, Nak?”

“Iya, Bu. Saya janji. Terima kasih dan mohon maaf, ya, Bu.”

Esok harinya, Bu Olivia menyampaikan bahwa uang–uang yang sempat hilang


telah dikembalikan. Si pengambil uang telah mengakui kesalahannya. Dia juga
berjanji tak akan mengulangi perbuatan buruknya itu. Siapa dia? Bu Olivia
merahasiakannya. Yang jelas, semua masalah telah selesai. Siswa kelas empat tak
perlu takut lagi uangnya akan hilang. Andre merasa sangat bahagia, kebiasaan buruk
yang selama ini dia lakukan, berhasil dia hentikan. Bahkan kesalahannya yang lalu,
tidak diketahui oleh teman-temannya. Dia tidak perlu merasa malu. Dia bersyukur
ada Bu Olivia yang sangat pengertian.

Dua pelajaran penting yang dia petik adalah sikap jujur yang harus selalu
dilakukan. Pelajaran keduanya adalah merahasiakan keburukan dan kejahatan orang
lain. Jangan malah mengumbarnya. Dia berjanji, akan terus melakukan dua pelajaran
penting itu dalam kehidupannya.

Profil penulis:

Murwantara adalah seorang guru yang memiliki hobi menulis. Puisi, cerpen, dan
beberapa true story telah berhasil dihasilkannya. Baginya, menulis adalah sarana
menyampaikan ide, gagasan, bahkan ajakan kepada orang lain dengan cara yang
santun. Menulis juga merupakan sarana mencurahkan isi hati saat tak ada orang
yang mau mendengarkan curahan perasaannya. Jika ingin berkomunikasi bisa melalui
fb: Wawan Murwantara, IG: wawan_murwantara, atau email:
wawanmurwantara86@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai