Anda di halaman 1dari 8

ARTI SAHABAT

Kata “sahabat” berasal dari “sahiba” yang berarti menyertai. Dengan kata lain, sahabat
adalah orang yang selalu menyertai kita didalam kehidupan. Ikatan sebuah persahabatan bahkan
lebih erat dibandingkan dengan pasangan hidup dilihat dari sudut pandang yang berbeda
tentunya. Sahabat tentunya tidak akan menjerumuskan kita ke jalan yang salah. Kata “sahabat”
hanya pantas di katakana kepada seorang yang bersama kita disaat suka maupun duka dan
seorang yang menuntun kita ke jalan yang baik bukan yang salah. Persahabatan tidak
memandang kasta atau derajat seseorang karena pertemanan tidak dilihat dari sananya melainkan
dari seberapa kuat mereka bertahan bersama kita yang berada di saat susah maupun senang.
Ini adalah kisah remaja SMA yang berada dalam lingkaran persahabatan di masa modern
ini, akankah dari mereka semua akan terus bersama? Atau mungkin salah satu dari mereka akan
merasa bosan?
Akan ku ceritakan pada kalian tentang ARTI SAHABAT yang sebenarnya ini kisahku
yang akan penuh suka dan duka.

***
Di pagi yang cerah di Sekolah Menengah Atas diwilayah Jakata yang menjadi sekolah
internasional school, terdapat di kelas XI IPS 3 sebuah ikatan persahabatan yang beranggota
Kamila : perempuan yang mungkin di cap berandal di sekolah dan perempuan yang paling
berpengaruh di sekolah karena orang tuanya merupakan donatur terbesar. Tisa : perempuan
dengan segala kepolosannya dan cewek paling pendiam namun dia k-pop lovers sekali berbicara
tentang k-pop hmm jangan ditanya kata pendiam dalam dirinya seketika hilang. Genta : cowo
yang di cap di kelas paling banyak pelanggaran dan dia adalah paparazzi di kelas karena semua
aib yang di kelas dia yang ngumpulin.

Kamila : “OYYY SEMUA SAPA UDAH BIKIN PR SENI BUDAYA LIAT DONG!!”
Genta : “Woy biasa aja dong masih pagi teriak – teriak aja lo mil”
Kamila : Huuu sewot aja lo upil. TISA MY HONEY LO UDAH BUAT KAN?”
Tisa : “Udah mil sini kalo mau liat”
Kamila : “Uwww thankyou baby”
Ira : “Tisa lo gak cape apa dimanfaatin ama Kamila?
Wendah : “Iya Tis dia itu datang Cuma saat perlunya doang kalo dia udah gak perlu lo gak bakal
dianggep”
Kamila : “Maksud lo berdua apa kalo sirik bilang !”
Wendah : “Kita sirik sama lo? Gak level”
Kamila : “Yaudah kalo gak level ngapain lo ngurusin hidup gue toh ini yang ngejalanin gue
bukan lo berdua”
Ira : “Macem – macem ya lo!”
Kamila : “APA!”
Kring…kring…kring
Kamila : “Mampus gue belom bikin pr lagi. Awas ya lo berdua liat aja nanti”
Wenda dan Ira : “Rasain lo”
Tiba – tiba Pak Santo guru mata pelajaran seni budaya plus kepala sekolah datang dengan kayu
di tangannya.
Genta : “Berdiri, beri salam”
Seluruh siswa : “Selamat pagi pak”
Pak Santo : “Baik selamat pagi semua. Jadi apa sekarang ada yang tidak masuk?”
Wendah : “Nihil pak”
Pak Santo : “Sebelum melanjutkan materi keluarkan buku pr kalian dan kumpulkan ke depan”
Semua siswa langsung mengumpulkan pr tersebut kecuali Kamila.
Pak Santo : “Siapa yang belum mengumpulkan tugas?”
Kamila : “Maaf pak saya”
Pak Santo : “Kamila kamu lagi kamu lagi, kamu itu gak ada kapok – kaponya ya. Baju gak
dikancingin tidak pakai dasi, kamu niat sekolah gak!?
Wendah : “Orang kaya dia mana niat sekolah pak, yang ada dipikirannya cuma ngehamburin duit
orang tuanya.”
Kamila : “Heh upil nyamber aja lo kayak gerebeg yang ditanya siapa yang jawab siapa”
Pak Santo : “Sudah – sudah kalo kamu terus begini bapak akan panggil orang tua kamu”
Kamila : “Jangan dong pak. iya pak saya minta maaf udah gak buat”
Pak Santo : “Sekarang kamu ke lapangan hormat bendera sampai jam pelajaran saya selesai”
Kamila : “Yah pak masa iya saya dijemur dibawah sinar matahari yang panas gini sih pak”
Pak Santo : “Kamu mau saya tambah hukumannya?!”
Kamila : “Ehh enggak jangan pak iya saya siap”
Akhirnya Kamila pergi ke lapangan dengan persaan hati yang campur aduk disatu sisi ia merasa
kesal karena harus berjemur di panasnya matahari di sisi lain ia senang karena ia terbebas dari
guru yang sangat menyebalkan itu. Di bawah tiang bendera terdapat tiga lelaki yang sedang
hormat dengan gaya coolnya siapa lagi kalau bukan Devan, Raka, dan Adit, cowo bad boy yang
selalu jadi incara guru.
Devan : “Loh mil lo dihukum?”
Kamila : “Iya nih”
Raka : “Kok bisa emang lo bikin salah apa?”
Kamila : “Biasa lupa bikin pr gue”
Adit : “Heran gue ada aja cewe model kaya lo, biasanya cewe identik rajin, pinter ehh ini malah
kebalikan”
Kamila : “Ya jangan sama – samain lah, gue ya gue”
Raka : “Cabut yuk”
Devan : “Yuk”
Adit : “Ikut yuk mil”
Kamila : “Emm gimana ya ntar gue dicariin Pak Santo lagi”
Devan : “Udah lahh gak usah dipikirin, nikmati masa SMA”
Akhirya Devan dkk dan Kamila kabur dari hukuman, ternyata tujun mereka adalah kantin.
Sesampainya disana mereka langsung duduk dikantin Pak Toha dan memesan makanan.
Devan: “Pak seperti biasa 4 yo”
Pak Toha: “Siap…kabur lagi dari hukuman?”
Raka: “Yoi pak, biasanya….”
Akhirnya makanan mereka pun sudah siap lalu mereka mulai memakannya. Tak selang berapa
lama bel istirahat berbunyi. Datangah Ira dan Wendah dari arah pintu kantin. Mereka berdua tak
sengaja melihat Kamila bergabung dengan Devan dkk.
Ira: “Wen, itu bukannya Kamila ya? Kok dia bisa sama Devan dkk ya?”
Wendah: “Iya ya…si badgirl itu ngapain sih deket-deket sama Devan. Kurang asem kali”
Ira: “Tau nih, sok cantik kali. Cantikan juga lo kemana-mana
Lalu Ira dan Wendah berjalan menuju tempat dimana Devan dkk dan kamila duduk
Wendah: “Hai Dev…”
Devan: “Hai Wen…”
Wendah: “Boleh gabung?”
Adit: “Boleh lah, dengan senang hati malahan”
Raka: “Yoi..sekalian ajak Ira juga. Ya kan Dev”
Devan: “Iya”
Kemudian Wendah pun duduk disamping Devan dan Ira disamping Raka
Kamila: “Ehkm, gue ke kelas dulu ya”
Adit: “Lah? Kok cepet, belom bell oh”
Kamila: “Gue mau buat pr, gak mau lagi gue kena hukuman”
Setelah Kamila pergi, suasana berbubah menjadi awkard. Selang 2 menit akhirnya Raka
bersuara.
Raka: “Ehm, Dev..”
Devan: “Apaan?”
Devan pun menoleh ke Raka dan dibalas bahasa isyarat oleh Raka dengan mengendikkan
dagunya. Seakan mengerti, langsung saja Devan menjalankan aksinya.
Raka: “Dev, gimana biaya pengobatan Papa lo?”
Devan;”Hm, udah ada duitnya cuma kurang lagi 3 juta”
Adit: “Buset dah banyak amat mana punya gue uang sebanyak gitu”
Raka: “Lah gue apalagi, bekel aja paling mentok 35 ribu”
Wendah: “Kalo boleh tau lo ada masalah apa, Dev?”
Devan: “Papa gue udah 5 hari di opname dan sekarang hari terakhir di rumah sakit. Gue harus
lunasin pembayarannya. Gue udah bayar setengah dan sisanya kurang lagi 3 juta. Kalo gue gak
bayar bakal di tuntut ke polisi”
Wendah: “Oh gitu…ehm gimana kalo gue yang kasih lo pinjaman 3 juta”
Devan: “Serius lo mau ngasih gue pinjaman”
Wendah:” Iya Dev..”
Devan: “Makasih ya”
Devan, Raka, dan Adit pun tersenyum penuh arti. Akhirnya rencana mereka berhasil
memanfaatkan Wendah, karena mereka tahu bahwa Wendah menyukai Devan. Dan mereka juga
tahu Wendah akan melakukan apapun untuk orang yang disukainya.
Keesokan harinya, Devan dkk berkumpul dimarkas, markas mereka berada digudang sekolah.
Mereka bertiga sekarang sedang bolos pelajaran dikrenakan sedang pesta sabu-sabu. Mereka
memilih digudang sekolah karena tempat ini sangat jarang dilewati oleh siapapun karena
menurut rumor yang beredar digudang tersebut sering terdengar suara tawa yang mengerikan.
Raka: “Haha…si Wendah mau-mau aja diporotin dasar cewek bodoh”
Adit: “Tau nih, bisa jadi umpan tu si Wendah”
Disaat mereka sedang tertawa menikmati sabu-sabu, tak sengaja Kamila melewati gudang itu.
Ya…saat ini ia sedang menjalani hukuman karena tidak buat pr. Kamila harus membersihkan
kamar mandi yang berada didekat gudang itu. Saat Kamila menuju gudang samar-samar ia
mendengar suara tawa beberapa orang. Dengan penasaran Kamila mengintip dari celah jendela
dan betapa kagetnya ia melihat Devan dkk, lalu ia beniat untuk menguping pembicaraan mereka.
Devan: “haha…bener banget tuh, gak perlu susah-susah buat beli ni sabu-sabu. Tinggal
berdrama didepan Wendah uangnya langsung ada didepan mata”
Setelah mendengar apa yang diucapkan Devan, Kamila sangat kaget mengetahui Devan dan
temannya menjadi pengonsumsi narkoba. Ia kira senakal nakalnya Devan ia tidak mendekati
barang haram itu ternyata dugaannya salah. Segera ia menjauh dari tempat itu menuju kelas dan
menemui Wendah.
Kamila: “Wen, ikut gue bentar”
Wendah:”Apaan sih datang-datang mai narik aja”
Kamila: “Plis ikut gue bentar”
Akhirnya Wendah mengikuti Kamila dan disusul oleh Ira, Tisa, dan Genta. Ternyata Kamila
mengajak Wendah ke belakang perpus
Kamila: “Wen lo harus jauhin Devan”
Wendah: “Maksud lo apaan nyuruh gue jauhin Devan?”
Kamila: “Devan gak baik buat lo Devan itu udah rusak”
Wendah: “Apa? Lo bilang Devan udah rusak? Gak baik? Lo sendiri gimana? Ngaca dong”
Genta: “Mil, kenapa lo tiba-tiba bilang Devan gal baik? Lo sendiri juga sering sama dia”
Tisa: “Iya Mil, coba lo jelasin ke kita semua ada apa sebenernya”
Ira: “Alah palingan itu akal-akalannya dia biar Wendah menjauh dari Devan. Secara dia kan juga
suka sama Devan, jadi ya dia pake cara jelek-jelekin Devan lah biar Wendah bisa jauh sama
Devan.”
Kamila: “Jaga ya ucapan lo, senakal-nakalnya gue. Gue masih bisa bedain mana baik mana
buruk”
Wendah: “Yaudah jelasin kenapa lo bilang Devan Gak baik?”
Kamila: “Karena Devan itu pengonsumsi narkoba, Wen”
Genta, Tisa, & Ira: “Apa!!”
Ira: “Lo kalo ngomong jangan ngawur. Kita semua tau Devan dkk itu nakal tapi mereka pasti gak
melakukan hal kotor itu”
Wendah: “Gue yang deket sama Devan aja gak pernah liat dia ngalamin gejala-gejala yang
biasanya dialami penarkoba lain”
Kamila: “Tapi gue bicara fakta”
Tak mau mendengar omongan kamila mengenai Devan ia pun segera meninggalkan tempat itu
Genta: “Yaudah biarin dia pergi gimana kalo kasus ini kita pecahin sama-sama. Ira lo mau kan
kerjasama dengan kita untuk ngebongkar kedoknya Devan dkk. Ini juga demi Wendah sahabat
lo”
Ira: “Hmm, kalo demi Wendah gue mau”
Kemudian mereka mulai menyusun rencana untuk membongkar kedok Devan. Keesokan
harinya di jam pulang sekolah Genta dan Kamila segera menuju gudang yang merupkan markas
Devan dkk mereka berdua bertugas untuk merekam kegiatan Devan dan kawannya yang akan
jadikan barang bukti. Sedangkan Tisa dan Ira bertugas membawa Wendah ke taman belakang
sekolah.
Devan: “Guys besok gue bakalan acting didepan Wendah lagi, soalnya stok sabu kita udh mau
habis”
Raka:”Okelah sebagusnya lo aja yang penting gue sama Adit dapat bagian”
Adit: “Yoi brah”
Kamila: “Bener kana pa gue bilang, Ta”
Genta: “Iya Mil, gue juga gak nyangka, ayo kita kasih bukti ini ke Wendah”
Mereka kemudian menemui Wendah, Tisa, dan Ira di taman belakang sekolah
Wendah:”Mau apa lagi lo dating ngajak gue ketemuan? Mau ngejelekin Devan lagi?”
Ira: “Wen, Kamila ngajak lo ketemuan buat ngasih bukti”
Wendah: “Mana buktinya?”
Kamila langsung memberikan bukti rekaman kepada Wendah. Setelah menontonnya Wendah
membekap mulutnya sendiri karena tidak percaya bahwa orang yang selama ini ia sukai tega
memanfaatkannya dan mengonsumsi narkoba.
Kamila: “Lo percaya kan sama gue? Gue gak mungkin asal bicara kalo gak ada bukti”
Wendah mengangguk lemah
Tisa: “Yaudah besok kita kasih bukti itu ke kepala sekolah biar Devan dkk di DO dan dibawa ke
tempat rehabilitasi”
Mereka semua menyetujui pendapat Tisa. Besoknya Kamila serta teman-temannya menemui
kepala sekolah untuk memberikan bukti itu.
Genta: “Pagi pak Rahmat”
Pak Rahmat: “Pagi, loh ada apa ini rame-rame kesini”
Genta: “Begini pak saya dan yang lainnya mau memberitahukan bahwa ada beberapa siswa
bapak melakukan perbuatan tak baik disekolah ini. Mereka mengonsumsi narkoba di gudang
sekolah”
Pak Rahmat: “Ada buktinya? Bapak tidak percaya kalo tidak ada bukti?
Kamila: “Ini pak buktinya”
Kamila langsung memperlihatkan rekaman itu kepada kepala sekolah
Pak Rahmat: “Tolong panggil anak itu ke ruangan saya sekarang”
Genta: “Baik pak”
Genta dan Kamila segera memanggil Devan dkk. Setelah sampai diruangan kepala sekolah
Devan, Raka dan Adit diintrogasi oleh Pak Rahmat dan mengakui perbuatannya.
Pak Rahmat: “Kalian ini masih muda, bapak kira kalian hanya nakal biasa tetapi kalian jadi
pengonsumsi narkoba. Kalian sudah membuat malu nama sekolah. Mulai hari ini bapak akan
keluarkan kalian dari sekolah dan akan mengirim kalian ke tempat rehabilitasi”
Karea sudah terbukti berslah Devan dan temannya tidak mamu mengelak lagi. Segera pak
Rahmat melaporkan perbuatan siswanya ke pihak berwajib. Setelah di bawa ke yang berwajib
Kamila, Genta, Tisa, Wendah dan Ira segera keluar dari ruang kepala sekolah dan berjalan
menuju taman belakang.
Wendah: “Ehkm, Mil. Makasih ya lo udah nyelamatin gue dari jalan yang salah. Maaf selama ini
mungkin gue selalu bersikap gak baik sama lo”
Kamila: “Iya sama-sama. Seperti apa yang gue bilang senakal-nakalnya gue. Gue masih bisa
bedain mana baik mana buruk”
Wendah: “Iya mil, dan untuk yang lain juga makasih ya udah nolongin gue”
Ira: “Sama-sama Wen, lo kan sahabat gue”
Genta: “Iya sama-sama, berarti sekarang kita temenan”
Kamila, Tisa, Wendah, dan Ira: “TEMENAN”
Akhirnya kisah mereka dihiasi dengan gelak tawa pertemanan.

Anda mungkin juga menyukai