Anda di halaman 1dari 5

MERDEKA BERPRESTASI, TALENTA SENI MENGINSPIRASI

Dara

Matahari menancap tinggi dilangit. Sinarnya serasa menggigit kulit, perih rasanya.
Sehingga tak ada celah untuk bersembunyi.
Ditengah keramaian, tak ada seorang pun yang membungkuk untuk seorang anak
berusia 7 tahun yang sedang mengemis meminta sedikit uang untuk mengisi perutnya. Kejam,
tapi itulah kenyataanya.
"Tolooong Pak...” “Tolooong Buk...kasihanilah saya, saya belum makan dari kemarin."
Pinta anak itu sambil menghampiri orang-orang yang lewat. Akan tetapi, itu sia-sia. Orang-
orang itu berlagak seolah mereka tidak melihat sosok kecil yang mati-matian memohon untuk
hidupnya.
Lelah dengan keadaan, akhirnya sang anak menyerah. Dengan perut yang keroncongan
ia berjalan menjauh dari tempat itu. Tanpa sengaja sesuatu menarik perhatiaannya, sebuah
pertunjukkan tari ditaman yang tak jauh dari tempat ia berada. Hasrat ingin mengetahui dan
mencoba terlintas dalam benaknya. Ia bertekat dan berusaha dengan tertatih-tatih sehingga suatu
saat ia dapat menunjukkan sesuatu yang tak kalah menakjubkan dengan apa yang sedang ia
lihat. Ia yakin bahwa bakat yang ia miliki itu mampu membuat semua orang tercengang dengan
penampilannya.
Seketika lamunannya sirna saat terdengar suara lembut yang menyapa. "Kau baik-baik
saja nak?" Tanyanya. Anak itu menoleh lalu mendapati seorang wanita berdiri dibelakangnya.
"Anda siapa?"
"Apa kau mau ikut denganku?" Wanita itu balik bertanya dengan mendekatkan
wajahnya pada si anak. "Aku akan mengubah hidupmu" sambungnya meyakinkan.

Beberapa Tahun berlalu...

Bocah yang dulunya seorang pengemis kini tumbuh menjadi remaja cantik berkat
seseorang yang mau merawatnya. Ia bahkan bersekolah di SMA ternama diBanda Aceh dan
membantu mengelola serta mengembangkan les privat yang didirikan oleh Ibu angkatnya.
"Assalamu’alaikum semua...namaku Dara, aku adalah guru tari kalian" Ucap Dara
dihadapan murid-muridnya yang merupakan siswa Sekolah Dasar. Para siswa bersorak untuk
guru mereka yang muda juga cantik itu, karna hal itulah pipi Dara mulai memerah menahan rasa
malunya.
Anna, sang ibu angkat yang menyaksikannya hanya terkekeh, ia bangga putrinya pandai
mengelola bisnis yang ia bangun selama ini.
"Putrimu manis Bu.." Ujar salah satu guru yang mendampingi para siswa Sekolah Dasar." Ah
itu.. dia memang pintar melakukannya..." Balas Anna." Aku tidak percaya kau mau membuka
les tari di zaman sekarang"
"Apa ada yang salah?" Anna bingung. "Tentu saja tidak!!! Justru ini bagus karena orang orang
mulai melupakan budaya.” Anna mengangguk setuju, Tidak banyak orang yang tertarik pada
budaya di era modern sekarang, para orang tua tidak lagi mengenalkannya sehingga anak-anak
dan remaja lebih candu kegeadget. Buktinya saat survei dilakukan, hanya 5% dari remaja yang
memiliki pengetahuan tentang budaya, selebihnya tidak.
"Aku bangga Putrimu Dara tidak seperti remaja lain." Terimakasih Bu..itu suatu pujian
berharga bagi kami"
Disisi lain, Dara semakin semangat mengajarkan dan menginspirasi anak-anak itu,
dengan postur tubuhnya yang ramping membuat ia sangat lihai saat memberikan beberapa jenis
contoh tari seperti Tari Saman, Tarek Pukat, dan lainnya. Hidupnya kini ia habiskan hanya
untuk budaya karena budayalah yang mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Tak hanya tarian
saja, Dara juga menekuni hobi memasak seperti makanan tradisional. Ia bahkan sesekali belajar
memasak makanan khas dari Aceh seperti Timphan yang berbahan dasar Pisang, Gadis itu
bahkan mampu menghidangkan Timphan kreasi dia sendiri.
Menjelang kelulusan sekolah, Anna dihubungi pihak sekolah. Ia mengatakan bahwa
Dara punya jiwa cinta budaya yang tinggi, bakatnya bahkan tidak diragukan lagi. "Dara menang
disetiap lomba yang diikutinya Bu..banyak orang yang mengakui kemampuannya" Ujar Ami
sang guru seni.
"Terimakasih Bu..saya juga bangga punya anak sepertinya. Apa ada hal lain yang ingin
ibu sampaikan?" Tanya Anna ramah.
"Nama dara terkenal di forum sekolah serta dibeberapa pentas seni yang diadakan
didaerahnya, sehingga ada seniman yang memerhatikannya. Beliau hendak menawarkan Dara
melanjutkan pendidikannya disalah satu universitas diJakarta" Jawab Ami menjelaskan.
Mendengar itu, Anna sangat bahagia. Ia sangat berterimakasih dan ingin secepat
mungkin menemui putrinya. Dari kejauhan ia memanggil putrinya. “Dar...Dara...” Anna
memanggilnya.
"Ada apa Ibu?" Tanya Dara melihat Ibunya masuk."Begini sayang, apa kamu ingin
melanjutkan dan mengasah kemampuanmu lagi?"
Ekspresi Dara langsung berubah serius, ia perlahan berjalan mendekat kearah sang Ibu
dan bertanya apa ibu nya sedang bercanda. Dengan cepat Anna menggeleng menghapus semua
kebingungan Putrinya. "Ibu pasti bercanda" Seru Dara tak percaya. "Untuk apa ibu melakukan
nya? Gurumu menghubungi ibu tadi." Sontak Gadis itu terdiam, matanya juga tidak berkedip.
"Kau tidak menyukainya ya?" Tanya Nyonya Anna sedikit kecewa. "Aku tidak...aku tidak ingin
menundanya lagi ibuuuuuuuuu"
Kini Dara sudah lulus dari sekolahnya dan hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu ibu
dan anak itu. Dara akan berangkat keJakarta ditemani seorang wanita yang merupakan Bibinya.
Tangis haru memenuhi hari itu, Anna menangis sambil memeluk tubuh sang Putri membuat
tetangga yang ada disana juga ikut sedih. "Selamat menempuh pendidikanmu nak." Tangis
Nyonya Anna mengusap usap kepala Dara yang dipeluknya.
"Terimakasih ibu mau merawat ku, aku tidak akan pernah melupakan kasih sayang yang
ibu berikan. Aku berjanji akan tekun demi mimpiku dan membahagiakanmu ibu" Balas Dara
sembari menangis juga.
"Saatnya pergi Dar.." Ucap sang bibi yang dari tadi menunggu.
Akhirnya Anna melepas pelukannya dan menyapu air mata yang ada dipipi Putrinya.
"Pergilah."
Sambil menangis gadis itu mengangguk dan mulai berjalan kearah sang bibi sampai
tautan tangannya dengan sang ibu lepas. Dalam hatinya ia bertekad untuk kembali dengan
segala prestasi dan membuat ibunya bangga.
Mobil yang dinaiki Dara pun berangkat. Anna kembali menangis mengingat setelah ini
ia akan sendiri dirumah sehingga para tetangga yang baik mulai menenangkannya.
"Dara..." Panggil sang bibi lirih. Dara yang dipanggil pun menoleh kearah wanita yang
sedang mengemudi itu. "Iya bi?
"Kau tau Jakarta itu apa?" Tanya sang bibi. "Apa maksudmu bibi? Jakarta adalah ibu
kota Indonesia " Jawab Dara polos. Sang bibi terkekeh mendengarnya. "Apa yang ingin kau
katakan bi?"
"Jakarta itu adalah kota besar, siapapun bisa berubah disana. Bibi tidak ingin
mengatakan ini didepan ibumu tapi tolong jangan lupa jati diri dan tujuan mu" Ujar Sang bibi
menasehati.
"Baiklah bi, aku akan mengingatnya." Serasa mimpi, Dara kini menginjakkan kakinya di
kota Jakarta. Ia langsung disambut oleh seniman yang sangat menyukai bakatnya dari sebelum
ia lulus SMA. Keduanya saling membalas senyum kemudian berjabat tangan. "Jadi dimana
keponakanku akan tinggal?" Sela Sang bibi yang datang dengan membawa koper miliknya.
"Tentu saja Nyonya, beasiswa ini bukan main-main untuk mahasiswa bertalenta tinggi
seperti Dara, ia layak menempati tempat yang terbaik" Balas sang seniman yang bernama
David.
Setelah 1 jam berkendara, ketiga insan itu kini berada di depan asrama yang merupakan
tempat tinggal Dara. Kedatangannya menarik perhatian mahasiswa lain karena penampilan Dara
memang mencerminkan seseorang dari Aceh. Ya, dia memakai gamis dan kerudung yang besar.
"Ini kunci kamarmu nanti, kau bisa mencarinya sendiri bukan?" Tanya David sambil
menyodorkan sebuah kunci kecil dari tangannya.
"Terimakasih..." Balas Dara sedikit menundukkan kepalanya. "Haruskah bibi temani?"
Tanya Sang bibi menepuk pundak Dara. Gadis itu menggeleng, sudah cukup bibinya
membantu. Sekarang waktunya ia mandiri.
"Terimakasih bibi...tolong sampaikan pada ibuku bahwa aku tinggal ditempat yang
aman." Pinta Dara. "Tentu saja nak!! Kejarlah mimpimu, jangan lupa tunjukkan bakat mu agar
murid lain tidak memandangmu sebelah mata. Hubungi bibi kapanpun kau butuh"
"Assalamualaikum..." Ucap Dara saat membuka pintu kamarnya. Benar saja sesuai
dugaan, dia pasti akan memiliki teman dalam satu kamar. Ada dua ranjang disana, akan tetapi ia
belum melihat siapapun kecuali barang-barang yang belum dibereskan disana.
"Permisi ada orang ??" Seru Dara mulai masuk kedalamnya. Diwaktu yang bersamaan,
keluarlah seorang gadis dari dalam kamar mandi membuat Dara kaget setengah mati. Dia adalah
Sari, Gadis asal Jawa. Keduanya berteriak membuat para penghuni disamping mereka
penasaran. Namun tak lama kemudian teriakan mereka mulai mereda dan dilanjutkan dengan
tawa.
"kowe mesti konco sak kamarku" Ujar Sari tersenyum. "Mmaaf aku tidak mengerti"
Balas Dara. "Ohh maafkan aku haha..."
Keesokannya hari pertama kuliah. Terlihat Sari dengan ciri khasnya yang petakilan
masuk kekelas bersama Dara. Seketika Semua mata langsung tertuju kepada dua gadis itu.
Tentu saja itu adalah hal yang baru bagi dara, ia merasa tidak nyaman jika diperhatikan terus
menerus.
"Apa ada yang salah denganku?" Pikirnya dalam hati sembari memperbaiki rok yang ia
kenakan.
Kelas dimulai, Dara fokus mendengar penjelasan dari dosennya. Namun siapa sangka,
seorang senior menarik perhatiannya. Angel namanya, ketua sanggar seni yang dikagumi Dara.
Waktu cepat berlalu, Gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk menyapa. "Permisi..."
Seru Dara menghampiri Angel dan genknya. Berpikir akan diperlakukan baik, Dara malah
mendapatkan perlakuan sebaliknya. Mereka menertawakan penampilan Dara yang mereka
anggap kuno dizaman sekarang. "Siapa ini? Apa kau tersesat Nona?" Ujar Angel mengejek
gadis asal Aceh itu.
"Bebegini, aku ingin berteman" kata Dara gugup. Sontak semua tertawa. "Gayamu ini
kuno sekali, kau tidak cocok bersama kami." Ujar salah satu teman Angel. Bingung, Darapun
melihat penampilannya sendiri lalu kepenampilan kelompok itu. "Mereka benar... aku sangat
bertolak belakang" Batinnya.
Esok harinya, Dara sedang bersiap-siap untuk ikut kelas lagi bersama Sari. Kali ini
Gadis asal Aceh itu sedikit lama membuat sari menunggunya didepan pintu.
"Dara cepetan nanti kita terlambat." Teriak Sari mulai kelelahan berdiri. "Sebentar........"
Tak lama kemudian, Dara keluar. Seketika mata Sari melotot ketika melihat Penampilan
yang tak biasa. Dara memakai celana Jeans dipadukan dengan kemeja beserta fasmina "Apa
yang terjadi padamu?" Tanya gadis itu.
"Baguskan?" Balas Dara tersenyum. Sari masih tak percaya dengan matanya. saat
mereka berjalan menuju kelas Sari sibuk berpikir. Ia ingin berpendapat namun tak mau
menyakiti temannya. “Penampilan itu buruk sekali.” Gumam sari dalam hati.
Saat Dara pergi menemui Angel lagi, ia sempat ditertawakan. Namun, Angel
menghargai niat serius Gadis itu. Ia menyuruh teman-temannya untuk diam dan memperbaiki
penampilan Dara. "Oke, ini lumayan." Seru Angel.
Tak butuh waktu lama, Dara langsung diajak bergabung dan belajar dance kekinian
bersama mereka. Semua menyenangkan hari itu, namun Dara lupa, ia mengabaikan Sari
temannya. "Apa kau masih mau berteman dengannya Dar?" Tanya Angel dengan menunjuk Sari
yang sedang presentasi didepan kelasnya.
"Tentu, dia sahabatku." Jawab Dara. "Kamilah sahabatmu, lihat dia!! Siapa yang mau
mengenakan rok seperti itu disini? Memalukan!!"
"Tttapi.."ucapannya terpotong karena Angel menyelanya."Shtt... Kau harus lupakan dia
dan berteman dengan kami semua"
Malam harinya, Dara pulang keasrama dimana saat itu Sari terlihat sedang belajar di
ranjangnya. "Kau pulang telat lagi Dar" Ujar gadis itu. "Heum..." Balas Dara sambil
merebahkan tubuhnya dikasur. "Jangan langsung tidur, mandi dulu sana" Seru Sari.
Seakan enggan Darapun beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan
dirinya.setibanya dikamar mandi iapun tercegang menatapi dirinya.
"Jujur ini sangat melelahkan, ini bukan diriku" Ucapnya lirih. Ia menghela nafas dan
mulai menghapus make up diwajahnya. Sambil melakukan hal itu Dara teringat ucapan sang
bibi. Ia kecewa pada dirinya sendiri. "Apa yang akan Ibu katakan saat melihatku nanti"
Setelah mandi, ia berdiri menatap Sari yang sedang berlatih Tari Jaipong dari kejauhan.
Itu membuatnya sesak karena ia sudah mengabaikan teman sebaiknya.
"Kau sedang apa Sar?" Tanya Dara. "Aku berlatih untuk tampil di acara festival Seni
kampus kita, Pak David memintaku tampil diacara tersebut." Jawab Sari tanpa menghentikan
gerakan nya. "Wah benarkah? Kau hebat sekali" ucap Dara kagum.
"Haha ini bukan apa-apa, apa kau mau ikut denganku?" Dara terdiam, ia malu karena
walaupun ia mengabaikan Sari gadis itu tetap baik padanya. "Oh kau tidak suka ya?" Tanya Sari
lagi. "Maafkan aku Sari, aku hanya ingin kelihatan keren, tapi malah mengabaikanmu" Jawab
Dara menunduk. "Hey jangan hiraukan aku, aku baik-baik saja. Tapi Dar, kau keren apa
adanya.” Balas Sari sambil menepuk pundak Dara.
Seminggu berlalu, Dara banyak menghabiskan waktu dengan Sari sehingga ia jarang
bertemu dengan Angel. Beberapa kali ia dihubungi gadis itu tapi enggan meresponnya.
Hari itupun tiba, banyak mahasiswa berbondong-bondong untuk melihat berbagai
pertunjukan di acara Festival kampus. Angel dan genknya juga hadir untuk menampilkan tari
yang mereka latih selama ini.
"Dimana Dara?" Tanya Angel. Tak lama kemudian, gadis itu datang. Akan tetapi
penampilannya membuat Angel dan Genk tidak bisa berkata apa-apa. "Apa maksudnya ini?"
Angel tak terima melihat Dara mengenakan pakaian adat Aceh. "Maafkan aku senior, tapi
bersama kalian aku kehilangan jati diriku. Aku tidak bisa tampil bersama kalian hari ini" Kata
Dara menundukkan kepalanya lalu pergi mencari Sari.
Angel dan klubnya tampil, banyak orang bersorak membuat gadis itu percaya diri bisa
membuat Dara menyesal telah keluar dari anggotanya. Akan tetapi, siapa sangka saat Dara dan
Sari naik ke panggung, semua sorot kamera mengarah pada mereka. Bagaimana tidak, itu
adalah tarian Kolaborasi Aceh dan Jawa. Penampilan mereka begitu memukau membuat para
penonton terhipnotis dengan penampilan mereka.
"Apa ini? Mereka tidak bersorak sekencang ini saat kita tampil" Ujar Angel kesal.
"Mungkin Dara memang sudah keren dari dulu." Sela salah satu anggota genk.
"Diam!!!" Angel berdecak kesal lalu pergi dari sana dengan menghentakkan kakinya.
Kepergian Angel yang marah-marah disaksikan Dara dari atas panggung, keningnya
mengernyit, sedih namun ia lega telah mengakuinya.
Beri tepuk tangn yang meriah untuk kedua penari kolaborasi Jawa dan Aceh
Ada yang ingin kalian utarakan? tanya pembawa acara.
Sari tersenyum tipis, dengan jahilnya ia sengaja mendorong pelan tubuh dara ke depan.
“Siapa namamu Nona?”
“Cihh dasar Sari...”ketus Dara dalam hati sambil menatap sinis Gadis Jawa itu.
“Semangat kancaku...”balas Sari dengan senyum semringai andalannya.
Karna itu, tak mungkin Dara menolak microfon yang sudah disodorkan untuknya.
Dengan menghirup nafas dalam-dalam, tangan Dara pun terangkat dan mengambil microfon
dari tangan sang pembawa acara.
Sorakan dan riuh tepukan tangan kembali menyelimuti Dara. Hal itu membuat
kepercayaan dirinya semakin meningkat.
‘’Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh...’ Ujar Dara mengawali pidatonya.
‘’wa’alaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh...’’ Jawab para Penonton
Perkenalkan saya Dara Ahya, saya ingin mengucapkan Terima kasih kepada teman-
teman yang telah memberikan respon positif kepada kami, jujur ini sangatlah berharga karena
berkat ini semua saya sadar telah melakukan kesalahan besar dengan menganggap Budaya itu
kuno dan tidak keren, Tapi temanku Sari membuatku menangkis pikiran itu. Aku melupakan
janji yang kubuat kepada Ibuku dan aku malah mendapat pelajaran dari pengalamanku yang
bahkan belum lama berada disini. Memang tidak salah menyukai budaya luar, justru itu bagus
untuk pengetahuan. Namun, janganlah sampai kita lupa bahwa kita juga memiliki budaya
sendiri yang tak kalah menarik. Jika orang luar negeri saja menyukainya, mengapa kita sebagai
pemiliknya malah menganggapnya kuno? Karena itu ayo!!! ubah cara pandang kita jangan
sampai budaya dan keberagaman hilang dari muka bumi. Sebelumnya, aku bukanlah siapa-siapa
melainkan hanya seorang pengemis yang kemudian dirawat Ibuku dan mengenal semua Budaya
yang menakjubkan ini. Bagiku, budaya bukan hanya sekedar bagian dari negara tapi budaya
lebih daripada itu hingga bisa menyelamatkan hidup seseorang.
Ucapan Dara membuat semua orang menangis terharu termasuk Pak David yang selaku
penyelenggara Acara tersebut. “Ugh... pidato ini mengandung bawang yaaa..Hiks...” seru
seorang mahasiswa sambil menyeka air mata di pipinya.
“Intinya aku berterimakasih kepada orang-orang yang yang telah membantuku selama
ini, kepada kak Angel juga. Walaupun singkat, nyatanya merekalah pemeran utama yang
membuatku sadar.”
Angel yang sedang marah menoleh ke arah Dara yang sedang bicara itu. Pipil matanya
perlahan membesar karena saling bertatapan dengan gadis aceh itu.
“Terimakasih kak Angel” Seru Dara. Karena itu semua orang ikut melihat ke arah Angel
yang berdiri di tengah-tengah kerumunan, hal itu membuatnya malu sehingga pipinya jadi
merah.

Anda mungkin juga menyukai