Anda di halaman 1dari 9

NASKAH

Cast:

 Aida Putri Namira


 Aisyah Rania Putri
 Cut Fitria Az-Zahra
 Fairuzzia Ramadhani
 Fathia Zuhaira
 Fatin Azkia
 Iklima ramadhani
 Khamsatil Uchra
 Najwa Asyifa
 Najwa Saleh
 Nayla Risqiya Magfira
 Salsa Ulfiandani
 Shabira Azfa Ruhama
 Suci Maulidya Roessady
 Syarifah Nayla Zaskiya

Naskah:
Gadis desa, cantik rupanya, manis tutur katanya, baik dan pintar kalau orang cerita, nyaris sempurna
kalau dibicarakan. Memang “Gadis” namanya, anak bungsu dari 2 bersaudara dan dicintai kedua
orang tua. Tapi, benarkah sesempurna itu kah hidupnya? Kalau begitu kita lihat kisahnya..
SCENE 1
(Diluar rumah)
Panas terik matahari tak menghentikan langkah Gadis untuk sekedar membawakan makan siang orang
tuanya di sawah.

Gadis: “PAK, BUK, SINI NEDUH DULU KITA MAKAN”


Bapak: “aduh kamu nggak perlu repot-repot dek, rumah kita nggak sejauh itu.”
Gadis: “gapapa toh, sekali-sekali gadis bawakan makan. Ngak ngerepotin kok”
Ibuk: “udah ah, nggak baik berantem depan rezeki. Makasih ya adek.. ”
Bapak: (mendengus) “dasar, mama sama anak sama aja. Nggak mau ngalah”
Gadis: “jangan sok merasa tersakiti gitu dong pak, nggak asik ah”
Ibuk: “bapakmu dari dulu memang gitu, susah sendiri sama perasaannya”
Mereka terus bercanda hingga tak sadar hari hampir senja, mereka membersihkan piring-piring dan
peralatan sawah dan siap untuk pulang. Tak perlu waktu lama untuk sampai kerumah mereka, tapi
ditengah jalan Gadis melihat teman-temannya dan langsung menghampirinya.
Gadis: HEI CAH!
Laras: “aduh gadis, melengking banget suaranya”
Malya: “laras…macem baru kenal gadis aja, diatuh kalau udah senang, suaranya juga ikutan naik”
Dita: “dari mana nih manis~~ buru-buru amat”
Gadis: “kalian tuh yang biasanya berisik, aku mah kalem kalem bae. Aku baru dari sawah”
Laras: “tadi siang nganter makan siang ya ke sawah? Pantas aja bawa bawa piring”
Gadis: “iya tuh tau, eh eh mau Gadis mau tanya pendapat kalian. Menurut kalian tentang kuliah ke
kota gimana?”
Malya: “Kuliah ya? Hmm… jarang sih orang di kampung kita ada yang mikir buat kuliah, kamu tau
sendiri kan kondisi kita gimana.”
Dita: “kalau aku terserah kamu aja, kalau kamu mau tinggal silahkan, kalau kamu mau pergi silahkan.
Asal kamu sanggup uang dan iman aja sih. Sek penting kalau pulang bawa oleh-oleh”
Laras: “kamu yakin? Coba pikir-pikir dulu deh Dis, bukannya aku ngga dukung kamu tapi kuliah
untuk orang-orang seperti kita tu berat loh”
Gadis: “iya aku paham, cuman coba kalau dipikirkan keuntungan desa kita kalau banyak orang yang
kuliah?”
Laras: “kita semua sempat berpikir begitu juga gadis, tapi coba kamu pikir juga keluargamu”
Gadis: “itu udah kupikirkan beribu kali laras dan aku merasa kalau aku mampu mampu saja”
Malya: “baiklah kalau kamu mampu, tapi…coba, pikir lagi”
Gadis: (terdiam sebentar) “nanti, nanti pasti akan ku pikirkan lagi. Makasih ya, aku sayang kalian
semua. Dada~~” (pergi)
Mendengar semua perkataan teman-temannya ada benarnya, Gadis merasa kalau impiannya ini terlalu
egois karna pasti akan merepotkan orang tuanya. Tapi apakah dia memang harus menyerah sekarang?
Ah lebih baik dia pulang dulu dan bertanya

SCENE 2
(Didepan rumah)
Gadis melihat sesosok orang yang terlihat familiar di depan rumahnya, butuh beberapa detik sebelum
akhirnya dia siap memanggil sosok itu dengan senang
Gadis: “KANG MAS!”
Putra: “dalem dek, akhirnya pulang kamu. Dari mana aja?”
Gadis: “maaf mas, tadi adek ketemu sama temen-temen sebentar. Kok nggak masuk dulu? Buru-buru
kah?”
Putra: “gapapa, mas cuma mau antar makanan tadi. Yaudah, mas pulang dulu ya, udah cukup kok liat
kamu baik-baik aja”
Gadis: (mengenggam lengan baju putra {NGGAK MAU TAU NI HARUS ADA}) “eh mas putra,
tuggu dulu bentar. Mau nanya, kalau misalkan adek….kalau misalkan adek mau kuliah menurut mas
gimana?”
Putra: “ya silahkan, mas gapapa asalkan kamu tau cara jaga diri dan jaga keimananmu disana. Impian
kamu bagusloh gak salah, tpi sebelum tanya mas, kamu udah tanya ke orang tua?”
Gadis: “e…belum”
Putra: “kalau gitu tanya dulu dong, dimana-mana izin orang tua itu nomor 1 loh, kamu mah ada aja”
Gadis: “iyaloh mas adek paham, mungkin besok ya adek tanya”
Putra: “apapun impianmu pasti mas doain yang terbaik, udah masuk gih. Kalau kamu udah masuk
baru mas pulang”
Gadis: “yaudah kalau gitu, malem kang mas putra” (masuk rumah)
Putra: “selamat malam dek gadis” (pergi)
SCENE 3
(Sawah)
Bulan berganti bintang, pagi-pagi sekali bapak dan ibuk sudah siap dengan peralatan bekerjanya.
Ibuk: “gadis ikut yuk, udah lama ngga liat kamu turun ke sawah“
Gadis: “ngga dulu deh buk, gadis dirumah aja”
Ibuk: “ayo dong, kamu jangan dirumah aja. Sesekali kamu harus lihat yang hijau-hijau”
Gadis: “yauda, sebentar gadis siap-siap”
Selama disawah, pikirannya tidak bisa fokus. Haruskah dia melakukan pekerjaan yang dia tidak suka
hanya karna paksaan ekonomi? Gadis tak ingin garis keluarganya hanya terus-terusan menjadi petani,
jadi ia bertekad untuk mengubah nasib keluarganya.

SCENE 4
(di rumah)
Malamnya, Gadis siap untuk berbicara dengan orang tuanya. Dia suguhkan teh hangat di depan
orangtuanya. Semangatnya tadi menciut ketika berhadapan langsung dengan bapakya, ia tak tau
respon seperti apa yang akan diberikan. Dengan tarikan nafas panjang, dia mulai..
Gadis: “pak,buk. Gadis mau kuliah, sebelum kalian bilang apa-apa, iya gadis udah mikir ini matang-
matang dan menurut gadis kalau gadis udah siap. Gadis ngga mau kita tu gini-gini aja, setidaknya ada
salah satu dari kita ada yang membuat perubahan. Jadi tolong pikir-pikir tentang keputusan Gadis”
Bapak: “kita akan baik-baik aja walau kamu nggak kuliah, tuh kakak kamu nggak kuliah dan lihat,
kita ngga kenapa-kenapa”
Ibuk: “kamu yakin mau kuliah? Kota itu tempatnya jauh dan berbahaya untuk perempuan seperti kita.
Nanti kamu sendiri disana, ibu bukannya nggak percaya dengan kamu tpi ibu khawatir kalau ada apa-
apa kamu mau minta tolong siapa?
Gadis: “Gadis punya teman disana, Gadis pasti bisa jaga diri disana, tolong kasih kesempatan
seenggaknya buat dicoba”
Bapak: (mengusap punggung ibu) “baiklah, akan coba bapak pikirkan. Sekarang kamu lebih baik
tidur. Sana masuk kamar”
Gadis: “tolong ya pak,buk” (pergi)
SCENE 5
(kamar gadis)
Obrolan tadi sudah cukup membuat gadis senang, setidaknya bapaknya mau untuk sekedar
memikirkannya dulu. Tak ingin membuat orang taunya kecewa, ia menyambar buku-buku pelajaran
yang ada dikamarnya. Hinga terdengar sebuah ketukan di pintu kamrnya
Gadis: “masuk”
Kakak: “kakak dengar pembicaraan tadi, untuk apa kuliah? Memang nya kamu bisa?”
Gadis: “ya namanya usaha, kita ngga tau hasilnya gimana. Kenapa kakak nanyanya gitu”
Kakak: “impian mu boleh sampai keluar negeri. Tpi ingat sadar diri, kita tuh orang biasa. Kalaupun
kita bisa kuliah, jangan berharap terlalu banyak dan jangan egois”
Gadis: “egois? Maksud kakak ngomong gitu apa?”
Kakak: “coba kamu pikir, kuliah nggak murah apalagi masalah biaya hidup dikota sana. Bapak ibuk
udah cukup lelah kerja dari pagi sampai sore, jadi tolong pikirkan posisi mereka disini. Paham
kamu?”
Gadis: “iya kak”
Kakak: “baguslah kalua otakmu cukup buat paham kata-kata mudah ini. Tidur sana, udah malam”
(pergi)
Pedih rasanya mendengar perkataan kakaknya, Gadis menyeka air matanya dan kembali belajar. Jika
memang impian nya ini egois, maka ini akan menjadi permintaan terkahirnya
SCENE 6
(depan rumah)
Gadis: (lagi nyapu halaman)
Dita: (merangku gadis) “rajin banget pagi-pagi, pasti nanti mau jalan-jalan ya”
Malya: “hush jangan ganggu gadis dita, mukanya udah kusut tuh. Kenapa kamu dis?”
Laras: “udah ngomong dengan bapak ibuk ya, apa kata mereka?”
Gadis: “Sebenarnya sebelum ngomong dengan mereka, aku udah daftar dan tes online. Gadis belum
bilang soal ini, kata waktu bicara soal kulian katanya pikir-pikir dulu, atau kayaknya lebih baik aku
ngga pernah minta“”
Laras: “cepet banget nyerah, lebih lama aku pacaran sama mantan aku loh.”
Malya: “kuliah itu memang berat buat orang-orang kayak kita. Tapi gaada salahnya mencoba”
Dita: “impianmu ya tentang kamu, kalau nyerah cuman karna satu atau 2 orang aja, lebih baik jangan
pernah bermimpi. Punya niat baik itu bagus, tapi usahanya kalau sekadar minta-minta lebih baik
berhenti”
Malya: (berbisik ke gadis dan laras) “dita kalau udah bijak aneh ya”
Laras: “iya, mana mukanya sok iya lagi”
Dita: “HEH AKU DENGAR YA! GAASIK”
Putra: (datang) “permisi~ boleh jemput dek gadisnya?”
Laras: “walah walah kang mas nya udah datang, silahkan silahkan.”
Malya: “aduh yuk kita pergi jangan jadi nyamuk”
Dita: “heh putra! Tolong jaga gadis ya, jangan sampek dia lecit sedikit pun” (pergi)
Gadis: “jangan dipikirin kata mereka”
Putra: “iya nggak kok, jadi kita jalan-jalannya”
Gadis: “jadi jadi~~ ayok!” (jalan)
Putra: “sapunya ditinggalin dulu cantik”
Gadis: “mas putra ngga bilang dari tadi, dah yuk”
5 menit pertama hanya diisi keheningan, gadis hanyut dalam pikirannya dengan wajah agak cemberut.
Tak ingin jalan-jalan sore ini hanya saling diam-diaman, putra berusaha mencairkan suasana.
Putra: “nanti kalau cemberut gitu cantik nya kurang loh”
Gadis: “berarti aku ngga cantik lagi dong”
Putra: “mas bilang cantik nya kurang, bukan hilang. Kamu mah selalu cantik”
Gadis: “ih mas ah gombal!”
Putra: “tapi sekarang serius, kenapa nih cantiknya mas cemberut hmm?”

Gadis: “mas, ingat sama rencana kuliah aku? Sebenarnya aku udah daftar sebelum aku nanya
pendapat kamu sama bapak ibuk. ”
Putra: “bandel, trus gimana selanjutnya? ”
Gadis: “kata mereka pikir-pikir dulu. Tapi mungkin kalau Gadis tunjukin hasil kelulusannya mereka
akan berubah pikiran.”
Putra: “pikiran orang ngga bisa ditebak dek, mas percaya kalau kamu bisa, percaya banget malahan.
Tapi ini orangtua mu, lebih baik jujur atau kamu harus siap untuk ambil langkah mundur”
Gadis: “mas ada benarnya, mungkin nantik ya mas”
Putra: “yaudah sekarang kita jalan-jalan, kita doakan yang terbaik buat kamu”
Gadis: “buat kita mas”
Putra: “iya dek”
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Hari pengumuman kuliah sudah keluar, tak butuh waktu
lama bagi Gadis mengetik identitas dirinya dan masuk ke laman situs kampus. Tak kuasa menahan air
mata, ia pun berlari keluar ia hampiri orang tuanya.

Gadis: “p-pak, b-b-buk, g-gadis…”


Ibuk: “gadis kenapa sayang?”
Gadis: “gadis l-lulus!!”
Bapak: “lulus?? Maksud kamu lulus apa??”
Kakak: “lulus kuliah, dia sudah daftar online dari berminggu-minggu yang lalu”
Gadis: “kakak kok tau?”
Kakak: “kamu ngomong dengan kawan-kawan mu di depan rumah, kamu pikir kakak tuli hah?”
Bapak: “sudah! Jangan bertengkar dulu, gadis jelasin”
Gadis: “gadis nunggu berita kelulusan karna kalau hasilnya bagus, kalian bisa menerimanya dengan
bagus. Jadi..Gadis boleh kan? Kuliah?”
Bapak: “kamu yakin nak? ”
Ibuk: “iya gadis, ibuk khawatir melepasmu di kota orang.”
Gadis: “pak,buk, tolong percaya gadis untuk hai ini. Gadis pasti dapat teman disana, gadis juga akan
sering berkabar kok.”
Ibuk: “yaudah, kami gimana kamu aja kami cuman bisa mendukung”
Bapak: “kamu siap siapkan aja barangmu, sisanya ayah yang urus ya. Pinter banget anak bapak”
Kakak: “bapak..”
Bapak: “nggak apa-apa kak”
Malam itu di tutup dengan pelukan hangat dari keempatnya, tak dapat dipungkiri betapa bahagianya
Gadis malam itu. Tak perlu waktu lama baginya untuk mengabari teman-temannya baik yang di desa,
apalagi yang diluar kota dan, pasti pacarnya juga. Pada saat ini, dia pikir tak ada yang dapat merusak
rencananya.
SCENE 7
Keesokan harinya bapak dan ibu pergi ke sawah seperti biasanya. Tiba-tiba orang tua dari sahabatnya
menghampiri mereka berdua.
Ibu mayla : “ibuknya gadis, apa kabar bu? Sibuk ya akhir akhir ini?”
Ibuk : “sehat toh buk, liat aja masih bisa kerja.”
Ibu laras : “Saya denger-denger buk, anak-anak kita udah mau pada lulus SMA”
Ibuk : “Iya buk. Nggak kerasa ya, mereka udah pada gedek-gedek”
Ibu dita : “Nanti makin banyak nih, yang ngebantuin kita di sawah”
Ibuk Mayla : “Tapi buk, kata anak saya si gadis mau kuliah ke kota ya?
Bapak : “Gimanasih buk, omongan anak-anak kok dipercaya” (Bapak menyela ibuk yang ingin
menjawab)
Ibuk : “Iya buk, bener kata suami saya” (Ibuk menjawab dengan nada ragu-ragu)
Ibu laras : “ Oalah, kirain saya beneran”
Ibu dita: “Kalau misalnya beneran gimana?”
Ibu laras : “iya buk, anak-anak kan sering main bareng. Pasti kata anak Buk Mayla bener!”
Bapak : “Udah ah buk, udah cukup gosipnya. Yuk kita focus kerja aja”
Ibu mayla : “Ah lagi asik-asik gini, si bapak udah ngajak kerja” (Jawab Buk Mayla dengan nada
jutek)
Ibu dita : “iya buk, nantik keburu panas”
Ibu dan Bapak: “ yaudah yuk buk, mari kita mulai kerja”
Sementara di rumah Gadis menelpon temannya di kota, yaitu teman yang dikenal saat ia ikut
olimpiade ke kota. Ia berniat memberitahu bahwa dia sudah lulus universitas di kota dan menanyakan
keadaan disana.

Gadis: “Halo teman-temankuuu. Kalian tau nggak, ada berita bagus looohh”

Lucy : “Halo gadis, apa kabar? Nelpon-nelpon udah bawa berita aja niihh”
Asha : “Iya niihh, nanya kabar dulu kek”
Gadis : “Yaudah, jangan ribut-ribut. Kalian tu apa kabar?
Lucy : “Naahh, gitu dong. Kabar kami baik kok”
Gadis : “Sekarang kalian udah mau nggak dengerin beritaku?”
Asha : “Oh iya, apa beritamu?”
Gadis : “Aku lulus universitas di kota. Akhirnya kita bisa ketemu langsung!”
Lucy dan Asha : “Beneran?!”
Gadis : “Iya dong, masa boong. Aku juga mau nanya-nanya keadaan di kota sama kalian”
Asha : “Oiya! Di deket rumahku ada kosan khusus cewek yang harganya terjangkau”
Lucy : “Lumayan sihh, nanti kita bisa berangkat kuliah bareng”
Gadis : “Waahh, boleh tuh. Nanti aku minta nomer ibuk kos-nya ya”
Asha : “Okee”

Hari keberangkatan tiba, senyumnya tak luntur dari kemarin. Ini kali pertamanya ia akan naik pesawat
dan ia agak gugup karena orangtuanya tak bisa mengantarnya. Tapi beda halnya dengan sang pacar,
yang selalu menemani si Gadis kemanapun ia pergi.
Mereka terdiam, sedih akan berpisah
Hingga tanpa sadar..
Gadis: “HEY PENCURI!!”
Menyadari hal itu, sang pacar dengan sigap mengejar si pencuri. Namun sayangnya si pencuri lolos
tanpa jejak
Pencuri: (menarik) “LEPASIN! ATAU TIDAK NYAWAMU YANG KENAPA-NAPA”
(menodongkan pisau)
Putra : “GAK AKAN KULEPAS”
Pencuri: “ARGH RIBET!” (mendorong putra dan lari)
Gadis: “gimana ini, 20 menit lagi pesawatnya berangkat. Aku udah janji buat mereka bangga”
(menangis) “i-ingat kata putra, lebih baik jujur. Jadi lebih baik aku pulang dulu” (pergi)
Gadis pulang dengan isak tangis yang tersisa dan ketika sampai dirumah tangisnya pecah dan
langsung memeluk ibunya. Heran kenapa anaknya kembali lagi kerumah, ibuk pun bertanya..
Ibuk: “gadis kok disini? Ada yang ketinggalan? Eh kamu kok nangis??”
Gadis: “t-tas ku di curi, pesawatnya udah berangkat dan kita ngga mungkin beli tiket lagi.”
Ibuk: “maaf ya, maaf keluarga kita ngga semampu itu. Mungkin takdirmu memang disini aja ya
gadis? Temani ibuk dan bapak disini ya”
Gadis: (mengangguk) “iya aku disini aja”
Ibuk: “udah, cuci tangan sama kakinya dulu, ganti baju nanti lukanya ibuk obati”
Esoknya, bagai tak pernah terjadi apapun gadis beraktivitas seperti biasa dan pekerjaan rumah
lainnya. Ketika sedang membereskan dapur ia tak sengaja melihat benda yang familiar dengannya,
ketika ia mendekatinya alangkah terkejutnya ia ketika..
Gadis: “ini kan…IBUK BAPAK!”
Bapak: “apasih gadis, kok beris-”
Gadis: “kenapa tas gadis ada disini? Tas gadis dicuri tapi kok ada disini?”
Ibuk: “ibuk juga nggak tau gadis”
Gadis: “KAKAK!”
Kakak: “apasih berisik banget pagi-pagi”
Gadis: “kenapa tas gadis ada disini? Ini pasti ulah kakak kan? Ayo ngaku, karna cuman kakak yang
protes masalah kuliah ku! Ayo ngaku!”
Kakak: “hah aku? Lancang ya kamu nuduh nuduh gini? Sebenci apapun aku dengan masalah
kuliahmu, aku terlalu malas untuk berbuat hal yang tidak berguna seperti itu!”
Gadis: “trus kalau bukan kakak ya pasti si pencuri itu ada hubungannya dengan kakak!”
Kakak: “kamu kalau dibilangin ngeyel ya! Sudah aku bilang kalau itu bukan aku”
Bapak: “SUDAH DIAM!...bapak, bapak yang nyuruh orang untuk curi tas kamu supaya kamu
kelewatan pesawatnya. Karna nggak mau, bapak belum siap untuk kepergian kamu. Kota itu tempat
yang keras, bapak ngga bisa membayangkan kamu disana. Maafin bapak Gadis” (terduduk)
Gadis: “kenapa bapak? Kenapa nggak dari dulu bapak bilang, dulu gadis masih bisa berhenti kalau
memang bapak sama ibuk nggak setuju. Tapi sekarang? Usaha gadis udah sejauh ini, gadis belajar
keras supaya gadis dapat beasiswa ini dan bapak baru bicara sekarang? Niat ku baik pak, tulus ingin
membantu desa kita. Kenapa gini pak, buk…”
Ibuk: “gadis, dengarin dulu penjelasan kami”
Gadis: “penjelasan apa lagi buk? Semua udah jelas dan aku ngga punya harapan lain selain berakhir
disini!” (pergi)
Kakak: “HEH GADIS! TUNGGU”
Bapak: “udah kak, biarkan saja. Ini memang salah bapak”
Ibuk: “salah kita pak”
Hari-hari pun berlalu dengan Gadis yang lebih banyak diam walau pelan-pelan dia sudah
mengikhlaskan semuanya. Dan sekarang ia kembali membantu orangtuanya disawah. Hingga…
Gadis: “handphone-ku kok berisik banget dari tadi?....IBUK BAPAK, GADIS BISA KULIAH!!”
Ibuk: “kok bisa nak? Kamu daftar di kota mana?”
Gadis: “kota yang sama kok buk, aku dapat kesempatan gelombang ke-2. Besok aku tes tulis online.
Bapak ibu, aku minta doa dan restunya sekali lagi. Bapak nggak perlu khawatir, aku dapat beasiswa
full”
Bapak : “baiklah nak, bapak dan ibuk izinkan. Bapak doain yang terbaik untuk kamu. Kalau udah
disana, jaga diri ya nak.”
Gadis : “iya pak, inshaallah.”
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai