Anda di halaman 1dari 3

Kisah Tuan Tanah Bongkok

Alkisah. Dahulu kala disebuah desa yang kini dikenal sebagai Kampung Pulo Teluknaga,
tepatnya disebrang eretan anak sungai Cisadane. Tinggalah seorang tuan tanah berwatak
kejam dan tak kenal tolelir dengan oranglain. Ia dikenal dengan sebutan Si Tuan Tanah
Bongkok. Sifatnya yang begitu kejam dan berkuasa dikala itu,menjadikan ia satu-satunya
orang yang paling ditakuti oleh seluruh warga kampung sebrang. Setiap kali ia melewati
perkampungan warga,lalu bertemu dengan siapa saja yang berpapasan dengannya maka
tangan besarnya begitu ringan melayang dan mendarat dipipi orang itu. Kecuali bagi
mereka yang membungkuk. Sedikit ampunan dan belas kasih pasti akan diberi. Semua
warga sudah semakin geram dengan kelakuan Si Tuan tanah kaya yang kejam itu.
Bagaimana tidak,segala hasil panen warga yang sudah susah payah mereka garap dengan
lelah dan cucuran keringat tega ia rampas begitu saja. Suatu sore,seperti kebiasaannya Si
Tuan tanah bersama para jawaranya selalu berjalan-jalan disekitar perkebunan tebu.
Hobinya tidak lain senang mengganggu setiap orang yang dijumpainya. Saat itu tidak ada
seorang pun yang berani melintas dijalan yang biasa dilalui oleh Si Tuan tanah,kecuali
segerombolan anak-anak yang sedang pulang bermain. Tidak sengaja salah seorang dari
mereka yang sedang asyik berlari,menabrak tubuh Si Tuan tanah dari arah belakang.
Alhasil mereka pun tersuruk ke tanah yang lembab sehabis disiram hujan. Mereka semua
terkekeh melihat wajah Si Tuan tanah yang kotor berlumuran tanah. Sambil tertawa
segerombolan anak itu pun berlari meninggalkan Si Tuan tanah. Sayup terdengar dari
kejauhan si anak berkata Maafkan aku tuan. Maaf aku tidak sengaja kehangatan jiwa si
anak rupanya mengusik tampuk kesombongan Si Tuan tanah. Ia mengangap tawa anak
itu seolah seperti ejekan yang memperolok-olok dan merendahkan harga dirinya.
Seketika ia menjadi marah. Pasalnya,selama ini tidak ada seorang pun yang berani
mendekat atau bertanya padanya. Bahkan siapa saja orang yang ditemuinya dijalan,pasti
mereka lari tunggang langgang ketakutan. Awas saja kau bocah kecil. Takkan ku biarkan
kau lolos dari tanganku ! Seru si tuan tanah dalam kobaran emosi yang berapi-api.
Keesokan harinya,Si Tuan tanah datang mengobrak-abrik seluruh isi kampung. Bahkan
tanpa belas kasih ia menyiksa seluruh anak-anak dan para wanita. Para penduduk
kampung pun menjerit histeris ketakutan dipenuhi dengan isak tangis yang memilukan.
Rupanya ia tengah melampiaskan rasa sakit hatinya terhadap anak yang telah
mempermalukan dirinya diwaktu itu. Maka dikerahkannyalah seluruh anak buah dan para
jawara untuk mencari anak itu. Cari anak itu sampai ketemu dan segera bawa
kehadapanku ! Aksi mereka semakin beringas dan membabi buta. Suara keributan
tersebut rupanya terdengar sampai kesudut sebuah rumah yang agak jauh dari pusat
keramaian. Orangtua Si Bocah segera menyadari bahwa aksi amukan dari Si Tuan tanah
itu adalah disebabkan oleh anaknya. Maka mereka pun cepat-cepat menyembunyikan
anak itu. Suasana mencekam semakin menyeruak menyelimuti ketakutan sang Ibu.
Bagaimana ini Pak ? pasti anak kita akan dibunuh. Ibu ngak mau sesuatu terjadi pada
anak kita. Ayo lakukan sesuatu Pak

Langit tiba-tiba saja mendung. Sang Ayah kemudian meminta anak itu untuk pergi
melarikan diri kesebuah tempat yang agak jauh dari perkampungan. Pergilah
Nak,cepat... ! Sebelum Tuan tanah itu datang ke sini. Bersembunyilah didekat sumur tua.
Jika keadaan sudah aman,Bapak akan menjemputmu di sana. Maka berlarilah anak itu
ke luar rumah dengan penuh ketakutan. Dengan segenap tenaga dan susah payah
sampailah ia di dekat sumur tua. Kemudian anak itu mulai bersembunyi. Konon sumur
tua itu,tempat singgah para bidadari untuk mandi dan bermain. Maka dalam keadaan
teraniaya dan diliputi kecemasan yang luar biasa berdoalah anak itu kepada Yang Maha
Kuasa agar diberi perlindungan dari kekejaman Si Tuan tanah. Ajaib. Secepat kilat doa
anak itu pun dikabulkan. Tiba-tiba muncullah para bidadari cantik dari langit,lalu berkata
kepada anak itu Jangan takut wahai bocah kecil...,tangismu telah mengetuk hati
kami,dan bulir airmatamu yang berjatuhan adalah jawaban doa yang akan menolongmu.
Katakan sesuatu,kami akan membantumu. Setengah tidak percaya atas apa yang
dilihatnya,anak itu pun berkata Wahai Bidadari yang baik hati,aku ingin Si Tuan tanah
yang sombong itu merasakan apa yang kami rasakan. Aku ingin kau menghukumnya atas
apa yang telah ia perbuat kepada kami di kampung ini. Bisakah kau menolongku ? Sang
Bidadari cantik itu pun mengabulkan permintaan anak itu. Tentu saja Bocah kecil.
Jangan khawatir,aku akan menolongmu. Seketika langit berubah menjadi semakin gelap.
Tubuh Si Tuan tanah yang sombong itu perlahan-lahan semakin mengecil lalu
membungkuk. Sejak kejadian itu,ia jarang sekali terlihat ke luar rumah. Bahkan tindakan
kasar terhadap warga kampung pun hampir tidak pernah ia lakukan lagi. Ia lebih senang
mengurung diri di rumah. Kesombongan dan keperkasaan tubuh tegapnya yang
gagah,kini telah sirna dengan fisiknya yang membungkuk. Sejak saat itu orang menyebut
dan mengenalnya sebagai Tuan Tanah Bongkok. Agar tidak disebut sebagai orang yang
sombong maka setiap kali bertemu dengan orang yang lebih tua,anak-anak kampung
sebrang selalu memberi penghormatan dengan setengah membungkuk.

Demikian cerita ini. Sikap saling menghormati dan menghargai hak oranglain harus
ditanamkan sejak dini,agar kelak dewasa tidak menjadi manusia sombong dan angkuh
yang bisa merugikan oranglain. Maka Belajarlah menghargai oranglain,seperti kau
menghargai dirimu sendiri

Anda mungkin juga menyukai