Anda di halaman 1dari 3

Nama:Tiara parhusip

Cerpen:cinta
Cowo nakal
Pagi ini, suasana kelas 9E masih sama seperti sebelumnya. Teriakan anak perempuan
menggema di sudut kelas.
“Ihh! Adit! Gak usah tarik-tarik rambutku bisa enggak? Sakit tau!” Bentak Clarissa.
“Biarin, itu hobiku kok, kenapa? Masalah?” Ledek Adit.
“Udah deh! Ada Bu Ratna tuh, jangan berisik mulu.” Ucap Sinta menjadi penengah diantara
Clarissa dan Adit.
Bu Ratna masuk dan pelajaran pun dimulai. Kali ini adalah jadwal pelajaran IPA. Pelajaran
yang menurut Clarissa agak susah.
Setelah jam pelajaran selesai, bel istirahat pun berbunyi. Lagi-lagi Adit mengganggu
ketenangan Clarissa. Adit sengaja meminta uang kepada Clarissa secara paksa.
“Ris, minta uang dong. Uang sanguku ketinggalan di rumah.” Ucap Adit memohon.
“Salah sendiri, makannya jadi orang tuh jangan pelupa.” Ledek Clarissa sambil berjalan
menuju kantin.
‘Ris, sebenarnya aku bawa uang kok. Itu cuma alasan aku aja supaya bisa deketin kamu.’
Batin Adit dalam hati.
Kemudian Adit pergi menuju kantin juga. Dia kembali bergerombol dengan teman-teman
satu gengnya. Ia dan teman-temannya sering sekali bersiul ketika ada perempuan cantik
yang lewat di depan mereka.
Kebanyakan anak perempuan merasa risih akan hal tersebut. Adit dan gengnya itu pun
pernah ditegur sekali oleh guru. Namun apalah daya, teguran itu sama sekali tak berarti.
Bel masuk setelah istirahat pun berbunyi. Semua anak masuk ke kelas mereka masing-
masing. Dan kali ini Clarissa masuk ke kelas sedikit terlambat. Ia harus mengambil tugas
yang telah Bu Ani titipkan kepada Guru Piket.
Clarissa memberitahukan kepada temannya, bahwa kali ini Bu Ani tidak bisa masuk ke kelas
karena beliau sedang sakit. Namun, ada banyak sekali tugas yang harus dikumpulkan hari ini
juga.
“Ris, Bu Ani bener-bener gak masuk kan?” Tanya Adit memastikan keadaan.
“Iya bener. Bu Ani lagi sakit.”
“Yes! Main keluar ah.” Ucap Adit berjalan keluar kelas.
Adit sengaja melakukan hal itu, berharap Clarissa akan menghentikan langkahnya. Namun
perkiraan Adit salah. Clarissa sama sekali tidak menghiraukan kemana Adit akan pergi. Ia
hanya sibuk dengan tugas yang telah diberikan oleh Bu Ani.
Akhirnya Adit lelah sendiri. Tak ada kelas yang tak ada gurunya. Ia pun kembali masuk ke
kelas dan melihat suasana kelas. Semua murid asyik mengerjakan tugas yang telah diberikan
oleh Bu Ani.
Adit berjalan menghampiri tempat duduk Clarissa dan Sinta.
“Ris, nanti pulang bareng ya?” Ajak Adit.
“Tumben Dit ngajakin Rissa pulang bareng. Waktu dulu gak sengaja pulang bareng malah
dinakalin.” Ucap Sinta heran dengan perkataan Adit barusan.
“Itu kan dulu. Sekarang beda, lagian yang aku tanya kan Rissa, bukan kamu Sin.”
“Emang kenapa kalau Sinta yang jawab? Dia juga berhak kan, dia juga temenku. Dia juga
boleh ngasih pendapat sesuka dia ke aku.” Jelas Clarissa pada Adit.
“Udah lah, gak usah dibahas. Nanti mau kan pulang bareng sama aku?” Ajak Adit sekali lagi.
“Oke. Aku mau, tapi kalau kamu nakalin aku lagi, awas aja kamu!” Ancam Clarissa.
“Enggak akan.” Jawab Adit singkat, lalu dia berjalan menuju tempat duduknya.
Namun sebelum Adit berjalan terlalu jauh, suara Clarissa menghentikan langkah Adit.
Ternyata Clarissa menanyakan maksud dari kata-kata Adit yang terakhir.
“Maksudnya?” Ucap Clarissa bingung.
“Engga. Bukan apa-apa. Nanti pulang sekolah juga tau sendiri.”
Adit kembali berjalan menuju tempat duduknya. Bel pulang sekolah berbunyi. Clarissa
menepati apa yang ia katakan tadi kepada Adit. Mereka pun pulang bersama.
Di tengah perjalanan, Adit menghentikan sepedanya dan langsung turun dari sepeda.
Clarissa terkejut, mengapa tiba-tiba Adit menghentikan sepedanya. Dan Clarissa pun ikut
menghentikan sepedanya lalu bergegas turun.
“Dit, kenapa kamu berhentiin sepedanya?” Tanya Clarissa bingung.
“Tuh kan, pasti kamu mau nakalin aku lagi.” Lanjut Clarissa dengan berburuk sangka.
“Enggak. Tadi kan aku udah bilang.”
“Lah terus? Kenapa kamu berhenti?” Tanya Clarissa semakin bingung.
“Ris, aku boleh ngomong sesuatu ga?”
“Boleh. Ngomong aja.”
“Jujur aja, selama ini aku nakalin kamu itu buat cari perhatianmu. Supaya kamu ngerespon
kenakalanku dan supaya aku bisa deket sama kamu. Sebenarnya cuma itu alasanku selama
ini nakalin kamu.” Jelas Adit.
“Bisa langsung ngomong ke inti gak?”
“Bisa sih, cuma kamu gak usah kaget.”
“Enggak, santai aja Dit.”
“Ris, aku suka sama kamu. Kamu itu penyemangat hidupku. Aku pengin deket kamu terus.”
Ucap Adit sedikit malu.
“Dit, penyemangat hidupmu yang sebenarnya itu dirimu sendiri. Bukan orang lain, apalagi
aku. Dan kenapa kamu bisa suka ke aku? Emang apa istimewanya aku di matamu?” Ucap
Clarissa tak percaya bahwa Adit menyukainya.
“Aku pengin kaya anak laki-laki yang lain. Mereka bisa diskusi bareng sama kamu, tapi
kenapa aku enggak?”
“Itu karena sifatmu Dit. Kamu itu dari dulu nakal, dan aku juga diskusi pelajaran, bukan
diskusi yang lain.”
“Apa aku bisa kaya anak laki-laki yang lain?”
“Bisa. Asal kamu mau berubah. Kalau kamu emang bener-bener tulus mau berubah, aku bisa
bantu. Tapi kalau kamu berubah cuma buat ndeketin aku, aku gak bisa bantu.”
“Oke Ris. Mulai besok aku gak akan nakal lagi, aku juga gak akan ikut geng itu lagi.”
“Ya udah, kalau kamu emang bener-bener tulus, aku bisa bantu.”
Walaupun perasaan Adit secara halus ditolak oleh Clarissa, tapi Adit tetap merasa senang. Ia
bisa merubah sifat dan sikapnya itu. Ia juga menjadi lebih rajin dan pintar dari sebelumnya.
Adit juga lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Dia sangat senang karena niatnya
menjadikan Clarissa sebagai pacarnya dulu diurungkan.
‘Terima kasih Tuhan. Berkat bantuan bidadari-Mu, aku bisa menjadi seperti ini.’ Batin Adit
dalam hati sambil menatap kertas hasil ujiannya.

Anda mungkin juga menyukai