Anda di halaman 1dari 25

SKRIPSI DRAMA BAHASA INDONESIA

FIRASATKU

Jalan K.H. Mustofa 1, Kota Banjar Jawa Barat Indonesia

Kode Pos 46311/Telepon (0265) 741192

Website http://sman1banjar.sch.id/
Tema : Cinta

Judul : Hitam Putih Hidup

Sinopsis :

Semenjak bertemu dengan Tharieq, hidup Adisty berubah total. Kini Adisty lebih
semangat dalam belajar, lebih peduli pada penampilan, dan lebih dewasa. Namun, setelah
Adisty tau kedekatan Tharieq dengan Ainnur hatinya hancur berkeping-keping. Adisty jadi
sulit melakukan aktivitas sehari-harinya. Tiap kali sendiri, dia selalu melamun. Hal itu
membuat sahabat-sahabatnya merasa terganggu, terutama Saiful yang sudah lama
menunggunya. Sahabat-sahabat nya berencana akan mencomblangkan Adisty dengan Saiful.
Hidupnya perlahan berubah menjadi lebih indah kembali. Namun, apa yang terjadi setelah
Adisty mengetahui perasaan Tharieq selama ini padanya? Lalu bagaimana hubungan Tharieq
dengan Ainnur?

Penokohan :

 Adisty
Gadis cantik dengan sikapnya yang ramah, lemah lembut, cukup dewasa, sehingga
banyak orang yang suka padanya.
 Ainnur
Gadis manis, sikapnya sedikit judes, karena memiliki penyakit yang sangat parah
perilakunya kekanak-kanakkan, dia selalu menghitung hari dan menunggu kapan ajalnya
akan menjemput.
 Dina
Salah satu sahabat dari Adisty, mereka sudah bersahabat sejak kecil. Dina ini orangnya
baik, tegas, dewasa, dan cukup menarik. Dia menyukai hal-hal yang rumit.
 Dita
Gadis dewasa yang satu ini adalah salah satu sahabat kecil Adisty. Orangnya ramah,
cantik, paling suka mencari-cari kesibukan.
 Saiful
Pemuda ini cinta mati banget sama Adisty, dia sudah ngejar-ngejar Adisty dari kelas 7
SMP sampai kelas XI SMA sekarang ini. Dia rela melakukan apa saja untuk Adisty. Dia
selalu bersabar menunggu Adisty meski sudah ditolak ratusan kali.
 Tharieq
Pemuda tampan ini banyak digemari para wanita. Sikapnya yang cool membuat para
wanita yang melihatnya langsung tergila-gila padanya. Pemuda ini baik hati dan suka
menolong sesamanya.
 Yudha
Pemuda yang satu ini adalah sahabat Saiful, dia memiliki sifat yang baik hati, tampan.
Yudha adalah lelaki yang playboy! Namun dibalik itu semua dia sangat peduli terhadap
orang lain, termasuk sahabatnya.

Segmen 1
Sore itu, ketika Adisty, Dina, dan Dita pulang sekolah, seperti biasa mereka selalu
pulang bersama. Namun tiba-tiba, ketika Adisty akan menyeberang jalan sebuah motor
dengan kecepatan tinggi melesat ke arahnya.
Dina dan Dita : ”Adisty!!!!!”
Adisty : “Aaaaaaaa!!!” (Menutup kedua matanya)
Namun beruntung! Motor itu tepat berhenti sebelum menabrak Adisty. Perlahan Adisty
menurunkan kedua tangan yang menutup matanya. Seseorang itu membuka helmnya, Adisty
terpana melihatnya. Seakan hanya ada mereka berdua disana.

Saiful : “Adisty!!!” (Menghampiri Adisty, dan menggoyang-goyangkan tubuhnya)


“Kamu gak apa-apa? Gak ada yang luka kan?”

Adisty : (Menggelengkan kepalanya, kemudian menatap pria yang hampir


menabraknya itu kembali)

Saiful : “Heh! Kalau bawa motor tuh pelan-pelan napa!”

Tharieq : (Mengampiri Adisty) “Kamu gak apa-apa? Ada yang luka? Perlu ke rumah
sakit?”

Adisty : (Terdiam)
Tharieq : (Terheran-heran) “Kalau begitu boleh aku minta nomor handphone-nya?”

Mata Adisty berubah menjadi bulat hitam. Mendengar itu, telinga Saiful terasa panas.
Saiful sudah bersiap-siap akan menyemburnya dengan kalimat-kalimat pedas. Namun Adisty
lebih dulu memotongnya.

Adisty : “Oh, boleh banget.”

Saiful : (Terdiam kaget)

Yudha : (Menepuk-nepuk pundak Saiful)

Dina dan Dita : (Tersenyum-senyum)

Tharieq : (Mengeluarkan handphone) “Oh ya, kalau begitu berapa nomornya?”

Adisty : (Meraih handphone Tharieq, dan memasukkan nomornya. Kemudian


memiscall nomornya sendiri) “Oh ini nomor kamu? Ok. Kalau terjadi apa-
apa padaku, aku akan menghubungimu!”

Tharieq : “Haha, bukannya kau baik-baik sajakan?” (Handphone Tharieq berbunyi.


Kemudian mengangkat telepon) “Ah, maaf. Aku kesana sekarang.”
(Kemudian pergi).

Adisty : “Hey! Nama kamu siapa? Hey!”

Dita : “Sudalah Disty, ayo pulang.”

Dina : “Iya, udah sore tau.”

Saiful : “Jangan hiraukan lelaki itu! Ada aku disini.” (membenarkan kerah)

Yudha : Bener tuh kata Epul! Iya kan cewe-cewe?

Dina : Oh no, ini anak mulai lagi.

Dita : Kami udah tau kamu siapa. Udah, kami gak bakal terjebak lagi kayak dulu.

Yudha : Yah, terserah. (Mengangkat kedua tangan)

Saiful : (Menggelengkan kepala)

Melihat itu, Adisty, Dina, dan Dita bertatapan sesaat, kemudian.


A, D, D : “Ieeeuuwww!!!” (Sambil pergi meninggalkan Saiful dan Yudha)

Segmen 2

Di tempat lain, Tharieq terlihat terburu-buru. Kini dia sudah sampai di rumah yang
ditujunya.

Tharieq : (Nafas tersengal-sengal) “Maaf, tadi ada kejadian.”

Ainnur : (Manyun) “Kejadian apa? Alasan!”

Tharieq : “Kenapa gak percayaan banget sih?”

Ainnur : (Manyun) “Maaf ya, aku selalu merepotkanmu. Selama ini, aku selalu
membuatmu susah, dan...”

Tharieq : “Kamu ngomong apasih? Jangan ngomong kayak gitu! Aku kan udah bilang,
aku akan selalu jagain kamu. Ngerti?”

Ainnur : (Menundukkan kepalanya, kemudian Menatap Tharieq dalam-dalam) “Itu


janji persahabatan kita kan?!” (Tersenyum terpaksa, dan mengajak janji
kelingking)

Tharieq : (Tersenyum, menyambut janji kelingking Ainnur) “Jadi, sekarang kita mau
kemana?”

Ainnur : (Tersenyum)

Segmen 3

Keesokkan harinya di sekolah, Adisty terlihat sangat bahagia.

Dita : “Senyum-senyum mulu. Kenapa?”

Dina : “Jangan bilang....”

Adisty : “Aku akan bilang, kalau cowo yang kemarin itu nelepon aku tadi malem!”
(Tersenyum bahagia).

Dina dan Dita : “Hah?”

Saiful yang baru datang langsung menyembur.


Saiful : “Apa? Cowo itu minta dihajar!”

Yudha : “Ayo, hajar aja!”

Adisty : (Ngejitak kepala Saiful dan Yudha) “Kalau iya, awas aja!”

Dina : “Kok bisa?”

Adisty : (Mengangguk-ngangguk) “Dia itu orangnya baik banget ternyata. Tau gak,
ternyata dia juga seangkatan loh sama kita. Dan tau gak, dia bilang
sekolahnya baru aja pindah kesini.”

Dita : “Maksudmu? Ke sekolah kita?”

Adisty : (Mengangguk) “Dia bilang, dia baru aja pindah kesini. Dia itu orang
Bandung.”

Tiba-tiba Tharieq dan Ainnur muncul di hadapan mereka. Tharieq tersenyum pada
mereka. Adisty menyambut senyumannya dengan semangat.

Dina : (Menyenggol Adisty pelan) “Itu, cewe itu siapa?”

Adisty : (Terdiam sejenak) “Mungkin dia adiknya.”

Yudha : “Tapi, cewe itu lumayan.”

Saiful : (Mendorong Yudha) “Play boy dasar!”

Yudha : “Hey, sakit tau!”

Dita : (Menggelengkan kepala) “Kau emang gak pernah berubah, sekali play boy
tetep play boy. Lihat Saiful, dia setia sama Adisty.”

Yudha : “Eh, kenapa? Cemburu yaaaa?” (Nada menggoda)

Dita : “Ih!”

Semua : (Tertawa)

Segmen 4

Tharieq dan Ainnur ternyata masuk ke kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA 3.
Ainnur : “Senengnya bisa sekelas sama kamu.”

Tharieq : (Tersenyum. Kemudian melihat Adisty dan tersenyum padanya)

Adisty : (Membalas senyuman Tharieq)

Saiful : (Kesal, mendekati Tharieq dan Ainnur) “Ekheemm, murid baru harus ikut
peraturan di kelas ini.”

Ainnur : “Eh, peraturan apa?”

Dina : “Setauku, kita gak punya peraturan di kelas ini. Ngaco kamu!”

Saiful : “Sekarang peraturannya ada.”

Adisty : (Mendekati Saiful, dan menariknya jauh dari Tharieq dan Ainnur) “Kamu,
jangan menimbulkan masalah!”

Saiful : “Apa sih? Emang bener kok ada peraturannya.”

Adisty : “Kalau kamu ganggu mereka lagi, aku gak pernah mau kenal sama kamu
lagi.”

Tharieq : “Kenapa? Ada masalah?”

Adisty : (Tersenyum) “Eh, ngga kok.”

Ainnur : “Lalu, kenapa kalian bersikap aneh seperti itu?”

Yudha : “Mereka selalu seperti itu.”

Dina : (Menyenggol Yudha)

Dita : “Ngaco banget kamu.”

Yudha : “Duh cantik, sakit tau disenggol.”

Dina : (Memutar kedua bola matanya)

Ainnur : (Mengangkat alis) “Dasar aneh! Udah ah, Oik, ayo pergi!”

Adisty : “Oik?”

Ainnur : “Itu nama panggilan!” (Menarik Tharieq pergi)


Tharieq : (Pergi dengan sekali-kali melihat ke arah Adisty)

Segmen 5

Sorenya, seperti biasa Saiful dan Yudha selalu bermain terlebih dahulu sebelum pulang.

Saiful : “Sial! Sial! Sial! Tuh cowo minta dihajar!”

Yudha : “Hey, sudalah. Sudah kubilang lupakan Adisty. Banyak cewe cantik dan baik
di dunia ini, bro!”

Saiful : “Gak bisa! Aku udah cinta mati banget sama dia. Kamu tau kan, aku udah
suka sama dia sejak kapan?!”

Yudha : (Mengangguk-ngangguk) “4 tahun, bukan waktu yang sebentar. Aha! Aku


punya ide! Sini!” (Yudha membisikkan sesuatu pada Saiful)

Saiful : “Tapi..”

Yudha : “Gak apa-apa. Coba aja dulu. Eh ngomong-ngomong cewe yang sama Oik itu
adiknya? Apa kembarannya?”

Saiful : Tau ah, peduli amat!

Segmen 6

Keesokkan harinya, sepulang sekolah.

Adisty : Gawat! Mereka pasti udah ninggalin deh.” (Menemukan kertas, heran) “Ikuti
tanda panah ini ya Adisty!” (Mengikuti jejak) “Apaan sih ini?” (Adisty pun
sampai di panah yang terakhir) “Saiful?”

Saiful : “Aku gak tau harus gimana lagi. Ini udah kesekian kalinya aku nembak
kamu, tapi kamu selalu aja nolak aku. Untuk kali ini, aku akan bertanya lagi
padamu. Apa kamu mau jadi pacar aku?”

Adisty : (Terkejut, dan tak bisa berkata apa-apa)

Saiful : (Putus asa) “Aku tau, kamu suka sama anak baru itu kan? Tapi kamu masih
baru kenal dia beberapa hari yang lalu kan?”

Adisty : (Termenung) “Aku...”


Saiful : “Kini, bisa kah kamu nerima aku?”

Tiba-tiba Tharieq muncul di hadapan mereka.

Tharieq : “Hey, kalian liat Ainnur gak?”

(Adisty dan Saiful terkejut)

Saiful : “Disaat begini!” (Menepuk jidat)

Tharieq : “Disaat begini? Wah, kalian lagi ngapain? Ya ampun, sorry! Ga sengaja.”

Ainnur : “Oik?! Aku tungguin dari tadi juga, kenapa lama banget? Ayo pulang!”

Tharieq :” Eh Ainnur. Aku nyari-nyari kamu juga.”

Ainnur : “Hah? Kita kan..”

Adisty : “Oh iya, sahabat-sahabat aku juga pasti udah nungguin. Daah”. (Lari)

Ainnur : “Kamu lagi ngapain? Kamu..nembak cewe itu? Eh siapa sih namanya,
euuu..Adisty, nah iya Adisty. Kamu nembak dia?”

Saiful : (Diam)

Yudha : (Menghampiri Saiful) “Gagal ya? Sabar bro! Masih banyak cewe di dunia ini.
Ya salah satunya yang ada di sini sekarang.” (Melirik ke arah Ainnur)

Ainnur : (Terkejut)

Tharieq : (Menghela nafas) “Malesin disini, ayo pulang!”

Ainnur : (Mengangguk)

Segmen 7

Di depan gerbang, Dita dan Dina sudah menunggu Adisty.

Dina : “Kenapa lama banget?”

Adisty : “Maaf.”

Dita : “Wajah kamu kenapa pucet gitu?”


Adisty : (Menggelengkan kepala)

Dita : “Sakit?”

Adisty : (Menggelengkan kepala)

Dina : “Bohong! Udah, sekarang kita pulang dulu. Kamu istirahat, nanti kita
callingan ya. Kamu cerita ada apa.”

Adisty : (Menganggukkan kepala)


Segmen 8

Di rumah Ainnur tampak kebingungan.

Ainnur : “Dia..kenapa jadi beda gini? Dia kenapa sih sebenernya? Aku, kenapa jadi
ngerasa takut gini? Oiiikkkk. Apa dia suka sama cewe itu? Bm jangan ya?
Aahh betein!” (Melihat foto Oik) “Kamu..jangan pergi ninggalin aku. Kamu
udah janji sama aku.” (Tersenyum pahit) “Aku takut bila tanpamu.”
(Memegang jantungnya yang tiba-tiba terasa sakit)

Segmen 9

Di rumah Adisty tampak gelisah.

Adisty : “Cinta itu aneh. Kenapa aku bisa suka sama Oik? Ah bukan, Tharieq. Udah
jelas ada orang yang tulus sayang sama aku. Tapi kenapa aku malah suka
sama yang lain? Kenapa gak bisa suka sama orang yang suka sama aku
aja?!” (Termenung)

Segmen 10

Adisty dan Ainnur sangat bingung dan kecewa. Keesokkan harinya, Ainnur dan Adisty
tampak begitu lemas.

Tharieq : “Hmm, cimolnya enak nih. Mau gak?”

Ainnur : (Menggeleng lemas)

Tharieq : “Kamu kenapa? Sakit?”

Ainnur : “Aku lagi pengen sendiri. Kamu bisa pergi dulu gak?”

Tharieq : “Loh kok gitu? Udah aku bilang, kalau ada masalah cerita aja.”

Ainnur : “Pliiss.”

Tharieq : (Terdiam sebentar, namun akhirnya menurut dan pergi meninggalkan Ainnur
sendiri)
Ainnur : (Tampak gelisah) “Duh, kenapa aku malah nyuruh dia pergi sih? Ah!”

Segmen 11

Di sisi lain, terlihat Adisty bersama kedua sahabatnya.

Adisty : (Terlihat sangat murung)

Dita : “Udah, ini bukan salah kamu kok.”

Dina : “Iya, masalah hati itu emang rumit. Kamu jangan sedih gitu dong.”

Adisty : “Ngga, hanya saja aku takut. Aku takut, dia selalu ngehubungi aku hampir
tiap hari. Aku takut dibuat melambung tinggi, kemudian setelah itu
dihempaskan begitu saja ke bumi. Kan sakiiitttt banget.”

Dita : “Sabar sayang, kami selalu ada di sampingmu kok.”

Dina : “Nih, aku kasih tau. Kalau dia jodoh kamu pasti ga bakal kemana kok.”

Dita : “Bener kata Dina, tenang aja ok!” (menepuk pundak Adisty)

(Tiba-tiba Saiful muncul)

Yudha : “Halo cewe-cewe.” (Tebar pesona)

Dina : (Memutar kedua bola matanya)

Dita : “Halo juga.”

Saiful : “Halo Adisty.”

Adisty : (Tersenyum)

(Terlihat Ainnur sedang memperhatikkan mereka)

Ainnur : (Mengepalkan tangan, dan menggigit bibirnya)


Segmen 12

Sepulang sekolah, Ainnur menemui Adisty.

Ainnur : “Siapa yang ngehubungin tiap malam?

Adisty : “Hah? Apa maksudmu?”

Ainnur : “Sudalah, disini hanya ada kita berdua. Jujur aja kali!”

Adisty : “Kamu, tau dari mana?”

Ainnur : “Gak penting aku tau dari mana? Siapa yang ngehubungin kamu tiap malem?
Saiful? Atau Oik?”

Adisty : “Kamu...”

Ainnur : “Eh, dari mana Oik dapet nomor kamu?”

Adisty : (Terdiam sejenak) “Kamu kenapa? Kamu sebagai adiknya takut ya kakak
kamu berhubungan sama orang yang baru dia kenal?”

Ainnur : (Terkejut) “Adik? Aku bukan adiknya! Aku sahabat dia!”

Adisty : (Terkejut) “Hah?”

Ainnur : “Dia, dia berjanji akan menjagaku selamanya. Aku, aku suka padanya. Jadi
kumohon jangan ganggu hubungan kami.” (Mata mulai berlinang air mata)

Adisty : (Wajah kecewa) “Mana mungkin aku bisa deket sama Tharieq. Mana
mungkin dia menghubungiku, dia kan gak tau nomor handphoneku.”

Ainnur : (Terdiam) “Oh, bagus deh.” (Pergi meninggalkan Adisty)

Adisty : (Termenung, sedih)

Tak lama Dina mengahampiri Adisty.

Dina : “Kamu kenapa lagi? Udah jangan terlalu dipikirin. Oh ya, Dita katanya ada
kumpulan pramuka. Jadi kita pulang duluan aja.”

Adisty : “Aku, udah nyakitin perasaan Saiful. Dan kini, aku gak mau nyakitin
perasaan Ainnur.”
Dina : (Termenung, tak mengerti) “Maksudnya?”

Adisty : “Dina, Ainnur itu bukan adik atau saudara kembarnya Tharieq. Dia itu
sahabatnya Tharieq.”

Dina : (Terkejut) “Jangan bercanda! Mana mungkin mereka bisa pindah dari
Bandung ke Banjar bersama-sama!”

Adisty : (Menggelengkan kepala) “Barusan, Ainnur bilang untuk jangan dekat-dekat


dengan Tharieq. Dia gak tau, kalau Tharieq selalu menghubungiku tiap
malam. Tapi dia curiga kalau kami ada hubungan.”

Tharieq : (Muncul dengan wajah khawatir) “Adisty, kamu kenapa?”

Dina : “Menjauh!”

Tharieq : “Apa yang salah? Adisty, kamu jangan bikin aku cemas, plis!”

Adisty : “Aku gak apa-apa. Kamu pergi aja.”

Dina : “Dengar dia bilang apa? Pergi!”

Tharieq : “Kenapa kamu sama Ainnur mendadak jadi aneh gini sih?”

(Adisty dan Dina hanya terdiam)

Adisty : “Pergi.” (Nada lemas)

Tharieq : “Aku pergi. Tapi, jika ada apa-apa bilang padaku.”

Adisty : “Kita ini jarang banget ngobrol di sekolah, tapi kenapa kau begitu peduli
padaku sekarang?”

Tharieq : (Tak mendengar, dan hanya pergi)

Dina : “Dasar cowo aneh!”

Adisty : (Diam, lemas)


Segmen 13

Dita : Aku mau Adisty kayak dulu. Selalu ceria.

Dina : Aku juga sama, tapi kita harus gimana?

Dita : Aku gak tau. Aku juga bingung.

Dina : Andai aja ada sesuatu yang...

Dita : Dina! (Menepuk Dina)

Dina : Hmm?

(Dina dan Dita saling bertatapan dan mengangguk mantap dan senyum mereka
mengembang)

Dita : Cepetan! Aku sibuk nih, banyak urusan lain.

Dina : (Memutar kedua bola matanya) Sabar!

Segmen 14

Saiful dan Yudha seperti biasa sedang nongkrong sesudah pulang sekolah.

Yudha : “Masih lama gak? Aku harus ngejemput cewe aku nih.”

Saiful : “Idih, belagu banget. Cewe yang mana sekarang?”

Yudha : “Ituloh, Mona. Cewe cantik anak kelas 9 SMP.”

Saiful : “Ya ampun, nasib kamu emang beruntung ya. Ya meski kamu gak terlalu
cakep dan play boy, tapi banyak cewe yang nempel sama kamu.”

Yudha : “Gue ganteng kali. Nah, lu makanya, jangan stuck di Adisty dong! Tapi, tetep
meski gue play boy. Cewe yang gue sayang cuma 1. Ah udah ah, mau jemput
Mona dulu nih. Bye!” (Pergi)

Saiful : (Diam, kemudian terdengar handphonenya berbunyi) “Halo? Hah?


Ketemuan? Sekarang? Di tempat itu. Ok, dah.”

Saiful segera pergi ke tempat pertemuan yang sudah dijanjikannya dengan seseorang di
telepon.
Dina : “Lama banget sih.”

Saiful : “Ya elah, cuma 20 menit doang nunggu.”

Dita : “Tetep aja lama! Aku kan jadi harus membatalkan urusanku yang lain.”

Saiful : “Dasar cewe sibuk. Udah ah, kalian mau ngomong apa sih?”

Dina : “Ok, langsung ke intinya aja. Kami pengen nyomblangin kamu sama Adisty."

Saiful : “Hah? Beneran? Kalian gak lagi bercanda kan?”

Dita : “Ya ngga lah. Kami gini, karena kami mau Adisty bahagia.”

Segmen 15

Semua terasa membingungkan. Cinta tak seindah yang dipikirkan, bahkan untuk
menjaga perasaan sendiri pun terasa sulit, bagaimana dengan menjaga perasaan orang lain.
Keesokkan paginya, Ainnur menemui Tharieq.

Tharieq : “Mau bicara apa?”

Ainnur : (Menundukkan kepala)

Tharieq : “Kamu di rumah baik-baik aja kan? Bibi jaga kamu dengan baikkan? Ah
kamu, udah aku bilang jangan ikut pindah ke Banjar. Lagian, aku di Banjar
cuma 1 tahun kok.”

Ainnur : “Dan selama 1 tahun itu kita gak bakal ketemu!”

Tharieq : “Nur..”

Ainnur : “Iik, plis denger aku. Aku udah memikirkan ini sampai-sampai aku gak bisa
tidur.”

Tharieq : (Diam tak mengerti)

Ainnur : “Kamu tau kan, aku gak mau dipisahin sama kamu.”

Tharieq : “Karena kamu butuh aku, karena aku sahabat kamu.”


Ainnur : “Bukan hanya karena itu, tapi.. aku..selama ini..(Mengepalkan kedua tangan)
Gak tau kenapa aku berani bilang ini, tapi sesudah kita bersahabat selama 7
tahun, apa kamu gak ada rasa sedikitpun padaku?” (Mulai menangis)

Tharieq : “Ainnur..”

Ainnur : (Menutup mulut) “Maaf” (Kemudian lari meninggalkan Tharieq)

Segmen 16

Tharieq : “Ainnur!” (Mengejar Ainnur. Mencari-cari Ainnur)

Ainnur : (Di suatu tempat) “Memalukan! Memalukan! Kenapa aku malah bilang
gitu?!” (Menangis)

Tharieq : “Ainnur!”

Ainnur : (Terkejut)

Tharieq : “Kamu belum denger jawaban aku.”

Tanpa mereka sadari, Adisty sedang mendengar percakapan mereka.

Tharieq : “Aku, aku sayang sama kamu juga Nur. Ayo kita jadian.”

Ainnur : (Terkejut) “Kamu gak bohong?”

Tharieq : (Diam sejenak, kemudian tersenyum) “Tentu, kenapa mesti bohong?”

Ainnur : (Senyuman yang mengembang)

Tharieq : “Jadi, mulai hari ini. Kita pacaran.”

Ainnur : “Oik!!!” (Tersenyum bahagia)

Segmen 17

Dari jauh terlihat Adisty begitu lemas.

Dita : (Menepuk pundak Adisty)

Adisty : (Terkejut) “Ya ampun, kirain siapa.”

Dita : “Habis, kamu aneh banget sih. Lagi liat apa sih?” (Mencoba mengintip)
Adisty : “Eh, ngga kok. Ayo pergi.”

Dita : “Loh kok? Kamu pucet gitu wajahnya.”

Adisty : (Menarik tangan Dita)

Segmen 18

Di kelas.

Adisty : “Apa? Kalian pengen aku jadian sama Saiful?”

Dina : “Kami cuma ngasih saran. Coba lihat dia, Saiful itu kan baik, pinter, cakep,
lucu, jago main basket, drummer. Ga perfect gimana coba?”

Adisty : “Kalian lagi nyoba nyomblangin aku?”

Dita : “Ngga, maksud kami. Kami gak mau kamu sedih trus. Coba deh buka
lembaran baru.”

Adisty : “Menurut kalian aku akan bahagia dengan dia?”

(Dina dan Dita mengangguk mantap)

Adisty : “Ngga! Kalian salah, mana mungkin aku jadian sama orang yang gak aku
cinta.”

Dina : “Tapi..”

Adisty : (Terlihat berfikir, murung) “Tapi..mungkin aku harus mencobanya.”

Dita : “Hah?”

Adisty : “Aku bakal jadian sama Saiful.”

Dina : “Kenapa tiba-tiba?!”

Adisty : “Kenapa? Jawaban ini kan yang kalian pengen.”

Dita : “Kamu gak terpaksakan? Maaf, kami jadi kekanak-kanakkan gini. Tapi,
semua ini kami lakukan karena kami sayang kamu.”

Adisty : “Mana Saiful? Aku mau ngomong.”


Tiba-tiba Saiful muncul di hadapan mereka, dengan wajah yang sangat bahagia.

Saiful : “Aku denger semuanya. Jadi, kita jadian dong sekarang?”

Adisty : (Tersenyum dan mengangguk)

Saiful : “Yuhuuuuuuu!!! Aku, pasti bisa buat kamu bahagia. Yes yes” (Menari-nari
bahagia)

Yudha : “Wah selamat bro!”

Ainnur dan Tharieq muncul dan melihat sikap Saiful yang aneh seperti itu.

Ainnur : “Ful, kamu kenapa?”

Yudha : “Eh hai Nur, ini nih Saiful udah jadian sama Adisty.”

Ainnur : “Beneran? Selamat deh ya.”

Adisty : “Selamat juga ya, kalian udah jadian.” (Tersenyum pahit)

Semua terkejut mendengar ucapan Adisty.

Tharieq : “Kamu.. tau darimana?”

Adisty : (Kebingungan)

Ainnur : “Ah udalah jangan terlalu dipikirin. Bagus ada yang tau kita jadian.”
(Menarik Tharieq pergi)

Dina dan Dita menatap curiga pada Adisty. Namun Saiful tetap menari-nari saking
bahagianya.

Adisty : (Bingung)

Segmen 19

Mulai saat itu, kehidupan Adisty dan Tharieq benar-benar berubah. Mereka tak pernah
lagi saling berhubungan lagi, walau hanya di social media pun. Kini mereka benar-benar
terpisah jauh. Perlahan hati Adisty yang terluka mulai sembuh. Ternyata Saiful benar-benar
membuat Adisty bahagia. Namun, tetap saja hati Adisty tidak bisa berpaling pada Saiful, dia
masih mencintai Tharieq.
Tharieq : “Aku senang kau bahagia, Adisty.” (Dari jauh, Tharieq memperhatikan
Adisty)

(Tiba-tiba Ainnur muncul)

Ainnur : “Hey Oik, lagi apa?”

Tharieq : “Ngga, eh gimana orang tua kamu?”

Ainnur : (Menggelengkan kepala) “Kupikir setelah aku berada jauh dari mereka,
mereka akan peduli dan mencemaskanku. Tapi nyatanya...” (Mulai
menangis, dan rasa sakit di jantungnya terasa)

Tharieq : “Ainnur!” (Panik)

Ainnur : (Tersenyum pahit) “Ngga apa-apa.”

Tharieq : “Udah aku bilang ke rumah sakit!”

Ainnur : “Nanti, kan bentar lagi ada libur 2 hari tuh. Nanti aku ke Bandung, check up.
Anter aku yah.”

Tharieq : “Duh, Ainnur. Sekarang aja!”

Ainnur : “Makasih udah cemas. Tapi beneran aku gak apa-apa. Bahkan orang tuaku,
gak tau aku sakit parah gini. Setiap mau cerita, pasti mereka selalu sibuk dan
gak ada waktu.” (Tersenyum pahit)

Tharieq : “Ainnur!”

Ainnur : “Aku gak apa-apa, lihat aku bisa senyum kan.” (Tersenyum pahit)

Tharieq : “Minggu ini, kita pergi ke Bandung!”

Ainnur : (Mengangguk seraya tersenyum pahit)

Segmen 20

Malam itu, Tharieq benar-benar merasa kesepian.

Tharieq : “Sms, jangan, sms, jangan. Aahh, Adisty, kau membuatku gila! Ah tidak!
Aku udah punya Ainnur, tapi aku.. gak pernah punya rasa padanya. Dia udah
aku anggap adik aku sendiri. Apa dia akan terluka jika tau yang sebenernya?
Tapi, aku bener-bener gak bisa bohongin perasaan sendiri.”

Segmen 21

Esoknya, Tharieq mengajak Adisty mengobrol.

Adisty : “Mau ngomong apa?”

Tharieq : “Ini penting, dan ini juga mengganggu.”

Adisty : “Ngomong apasih aku gak ngerti?”

Ainnur yang melihat kejadian itu langsung mendengar percakapan mereka. Hatinya
terasa sakit, hancur, ingin menangis.

Tharieq : “Aku, aku gak bisa bohongin perasaan aku sendiri. Ini mungkin konyol, kita
baru kenal, kita udah punya pacar, tapi..aku dari dulu sebenernya suka sama
kamu!”

Adisty : (Terkejut) “Kamu ngomong apasih?”

Tharieq : “Bagaimanapun aku berusaha, aku tetep nganggap Ainnur itu sebagai sahabat
aku, dan dia udah aku anggap sebagai adik sendiri.”

Adisty : (Mendorong Tharieq) “Jahat!!!”

Segmen 22

Ainnur yang mendengar itu tak dapat menahan rasa sakit di jantungnya, nafasnya mulai
terasa sesak pula. Kepalanya pening, air mata berjatuhan di pipinya. Tanpa sadar Ainnur
menyenggol sesuatu dan jatuh pingsan. Tharieq dan Adisty yang mendengar suara itu
langsung menghampiri sumber suara. Mereka berdua terkejut melihat Ainnur yang pingsan.
Akhirnya Ainnur dibawa pulang.

Tharieq : “Maaf, aku malah bilang gitu Nur. Kamu pasti sakit banget denger
semuanya.”

Adisty : “Tentu saja! Kenapa kamu gak bilang kalau dia punya penyakit jantung? Dan
kenapa kamu gak bilang kalau dia selalu kesepian? Orang tua apa itu yang
menelantarkan anaknya?”
Tharieq : “Jangan bilang gitu! Meski begitu, Ainnur sayang banget sama orang
tuanya.”

Adisty : “Aku tau. Bagaimanapun seorang anak akan sayang pada orang tuanya.
Gimana orang tuanya? Mau kesini?”

Tharieq : (Mengangguk) “Mungkin mereka sedang dalam perjalanan. Mereka pasti


terkejut banget denger Ainnur punya penyakit jantung.”

Adisty : “Mereka gak tau?”

Tharieq : (Menggelengkan kepala) “Penyakit itu sebenernya turunan dari neneknya.”

Adisty : (Terkejut)

Tharieq : “Adisty?”

Adisty : “Hmm?”

Tharieq : “Jadi kamu beneran gak punya perasaan apa-apa sama aku?”

Adisty : “Aku..sebenernya..aku juga suka kamu semenjak kita pertama ketemu. Tapi,
aku liat kedekatan kamu sama Ainnur. Jadi aku...”

Tharieq : “Oh begitu, aku juga suka padamu sejak pertama kita bertemu dan sampai
sekarang.”

Adisty : “Benarkah?”

Tharieq : (Mengangguk) “Lalu kenapa kamu jadian sama Saiful?”

Adisty : (Menundukkan kepala) “Karena aku, ingin membuka hidup baru. Aku lelah,
dan saat itu aku benar-benar marah melihat kamu jadian sama Ainnur. Jadi..”

Tiba-tiba terdengar suara Saiful.

Saiful : “Oh, begitu?”

Adisty : (Terkejut) “Saiful? Dina? Dita? Yudha? Kalian disini juga?”

Saiful : “Kenapa? Terkejut?”

Adisty : “Ngga, hanya saja..”


Tharieq : “Jangan salah paham!”

Saiful : “Kalau gitu, kita putus!” (Pergi)

Adisty : “Saiful!”

Yudha : “Kalian tuh gak punya hati apa hah?! Saiful, tunggu!” (Pergi)

Dita : “Adisty.”

Ainnur terbangun dari tidurnya.

Ainnur : “Kalian disini?”

Tharieq : “Ainnur, kamu baik-baik aja?”

Ainnur : (Tersenyum tipis) “Aku bermimpi, untuk melepaskanmu Ik. Kamu sayang
sama Adisty kan?”

Tharieq : (Terdiam)

Ainnur : “Aku..ikhlas kok, asal kamu bahagia. Aku pengen lihat kamu bahagia disini.
Jadi, aku harap kamu bisa jadian sama Adisty.” (Menangis)

Tharieq : “Kamu ngomong apasih?”

Ainnur : “Adisty, jaga Oik baik-baik. Meski dia kelihatannya cool, tapi terkadang dia
itu kayak anak-anak, nyebelin, dan suka main mata sama cewe. Jadi hati-hati.
Tapi meski begitu, dia orangnya setia dan rela berkorban.”

Adisty : “Ainnur..” (Mulai menangis)

Dina dan Dita mendekati mereka.

Ainnur : “Aku tau kamu baru putus sama Saiful kan? Oh ya, Dina, Dita, jaga Adisty
dan Oik ya. Bila mereka berantem, bantu mereka akur.”

Dina : “Ba, baik.” (Mulai menangis)

Dita : (Mulai menangis)

Tharieq : “Ayo pergi ke rumah sakit. Oh ya, ayah dan ibu kamu lagi perjalanan ke
Banjar loh. Jadi kamu harus bertahan.” (Menahan tangis)
Ainnur : (Tersenyum tipis) “Oh ya, bilang pada ayah dan ibu, aku sangat sayang pada
mereka. Aku tau mereka sangat menyayangiku, dan selalu mengabulkan apa
yang aku inginkan, yaa meski waktu mereka sangat jarang untukku. Bilang
pada mereka, aku rindu mereka.” (Kemudian tersenyum pahit) “Kini, sudah
berakhir.” (Kemudian, matanya pun tertutup dan badannya lemas)

Dita : (Memeriksa detak jantung di tangan, menutup mulut) “Gak mungkin.”

Tharieq : (Terkejut) “Ainnuurrrrr!!!” (Menangis)

Segmen 23

Semua yang disana, ikut menangis. Sedih, melihat kejadian yang baru saja terjadi.
Akhirnya, setelah beberapa bulan berlalu. Tharieq dan Adisty jadian, mereka benar-benar
bahagia. Sedang Saiful, kini sepertinya mulai mendekati Dina.

Saiful : “Mau aku traktir makan?”

Dina : “Duh, apaan sih ah.”

Saiful : “Oh, atau mau aku anter pulang.”

Dina : “Oh My God!”

Segmen 24

Yang pasti kini semuanya baik-baik saja.

Tharieq : “Ainnur kau benar, ayah dan ibu kamu sangat sayang padamu. Mereka
menyesal karena dulu terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Mereka benar-
benar merasa bersalah. Tapi ketahuilah, mereka selalu mengucapkan
namamu dalam do’a mereka. Itu kata mereka. Bagaimanapun, orang tua
selalu menyayangi anaknya, dan anak selalu menyayangi orang tuanya. Dan
aku juga, sebagai sahabatmu. Aku menyayangimu.”
Monolog

Dita : (Melihat Saiful yang menggoda Dina) “Sepertinya Saiful akan mengejar Dina
sampai bertahun-tahun, huh cepet banget sih move on nya tuh anak. Tapi,
Adisty dan Tharieq? Akhirnya mereka bisa bersama, aku jadi ikut bahagia.
Dan Ainnur, semoga kau bahagia di atas sana ya. Kami merindukanmu. Nah
jadi, akhirnya semua sudah berakhir. Hidup ini memang tak selalu indah, tapi
kita harus mensyukurinya. Hitam putih hidup ini, kita harus hadapi itu
semua. Jadi, semangat ya! Terima kasih sudah menonton, dadaaahh.”

~TAMAT~

Anda mungkin juga menyukai