Seorang menteri di benua Keling, Megat Nira namanya telah pergi membawa
diri ke negeri Masulipatam, sebab malu alah bermain catur dengan seorang
hulubalang di hadapan majlis rajanya.
Pada masa isterinya hampir akan bersalin, maka diketahuilah oleh Megat Nira
daripada beberapa alamat yang disaksikannya, bahawa ia akan memperolehi
seorang anak yang amat bijaksana. Hal ini terbukti apabila Isma Yatim
diserahkan mengaji kepada seorang mualim bernama Sufian dengan cepat
dapat ia mengarang hikayat, mula-mulanya hikayat untuk kanak-kanak,
kemudian dikarangkannya pula hikayat-hikayat yang mengandungi tamthil
ibarat untuk menambah akal dan menyukakan hati segala golongan orang
ramaia hingga termasyhurlah kebijaksanaannya ke seluroh negeri itu.
Tatkala beramah mesra dengan seorang nakhoda yang datang daripada negeri
asing ke negeri Indera-Patani, Isma Yatim telah menerangkan kepada nakhoda
itu enam syarat yang harus diketahui oleh dagang sebagai membalas budi, maka
nakhoda itu telah menghadiahkan pakaian yang indah-indah kepada Isma
Yatim, demikian juga sebuah chanda-peti permainan ajaib yang didapatnya di
pulau Mutia Langkawi untuk dipersembahkan kepada raja. Di dalam peti itu
ada dua buah permata Nila Kendi namanya. Sebuah daripada permata itu jika
diletakkan di atas talam nescaya keluar dua ekor merak yang pandai berpantun
dan berseloka; sebuah lagi permata itu jika diletakkan di atas geta keemasan
akan keluar seorang puteri yang amat cantik parasnya. Dengan kebijaksanaan
Isma Yatim, akhirnya puteri yang bernama Ratna Kendi Maheran Langkawi
dari permata Nila Kendi itu menjadi isteri raja.
Apabila terbit ancaman tentera Raja Rum Safar dan akan melanggar negeri itu
maka Isma Yatim telah dinaikkan pangkatnya daripada jawatan bendahari
menjadi panglima perang, dan dengan kebijaksanaannya tentera-tentera musuh
itu dapat dikepungnya; tetapi kemudian kedua pihak itu telah mengikat
persahabatan. Isma Yatim telah pula diangkat memegang jawatan perdana
menteri.
Puteri Indera, permaisuri raja, mendapat tahu bahawa Puteri Ratna Kendi
Maheran Langkawi telah hamil, maka khuatirlah ia kiranya bertambah-tambah
kasih raja akan puteri itu, lalu difitnahkan oleh permaisuri, dikatakannya puteri
itu hendak meracun baginda. Oleh terlalu murkanya.maka raja pun menyuruh
bunuh tuan puteri itu; tetapi dengan kebijaksanaan Isma Yatim, yang
melindungi puteri itu, iaitu disembunyikannya di dalam rumah di tengah-
tengah sebuah kebun.
Raja telah menyesal oleh menghukum bunuh tuan puteri itu dengan tiada usul
periksa lagi, maka ketika itu baharulah Isma Yatim menerangkan rahsia bahawa
perintah baginda itu sesungguhnya tidak dijalankan. Puteri Ratna Kendi
Maheran Langkawi bersama-sama Dewi Rum yang lahir dalam persembunyian
itu, telah di sambut kembali ke istana dengan segala keraian.
Apabila raja telah mangkat maka puteri baginda itulah naik takhta kerajaan
dengan geIaran Mengindera Seri Bulan di-Semudera Negara, di-bawah
pimpinan dan didekan kedua ibu suri serta Perdana Menteri Isma Yatim. Pada
masa memimpin tuan puteri itu memerentah kerajaan banyak-lah nasihat dan
kias ibarat yang amat berharga diberi oleh Isma Yatim. Akhir-nya tuan puteri
itu berkahwin dengan Indera Mempelai, putera Raja Shahdon Mengindera.
UNSUR INSTRINSIK
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata
orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini,
karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam
dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan
serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun
sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya,
hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu.
Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini.
Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3) hamba hendak bawa tuan hamba
kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka
turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka
kata Bedawi itu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu,
hamba seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu.
Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi
itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si
Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka
kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya
dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk
ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan
hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah
katanya akan perempuan itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan
hamba itu."
Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun
berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan
istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup
melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena
dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang
lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia
kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu
maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun
datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Istri siapa
perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba
pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba."
Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba."
Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba."
Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh
Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka
kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah perempuan itu
istrimu?"
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi
pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah
suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, Jika sungguh
istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu
perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk
jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu.
Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu
sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka
dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat
duduknya
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan
salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya.
Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan
Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka
disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu.
Nilai moral :
Janganlah sekali-kali kita memutar balikkan fakta, mengatakan bahwa yang salah
itu benar dansebaliknya, karena bagaimanapun juga kebenaran akan
mengalahkan ketidak benaran.
Nilai social budaya :
Sebuah kesalahan pastilah akan mendapat sebuah balasan, pada hikayat ini
diterangkan bahwa seorang yang melakukan keslahan seperti berbohong maka
akan did era sebanyak seratus kali. (Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan
Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.)
Kepengarangan :
Hikayat mashudulhakk ini dari salah satu naskah lama (Collectie v.d. Wall)
dengan diubah di sana-sini setelah dibandingkan dengan buku yang diterbitkan
oleh A.F. v.d. Wall (menurut naskah yang lain dalam kumpulan yang
tersebut).Dalam Volksalmanak Melayu 1931 (Balai Pustaka) isi naskah yang
dipakai v.d. Wall itu diringkaskan dan sambungannya dimuat pula, dengan
alamat "Masyudhak".. Dinantinya.
ASAL MULA SELAT BALI (CERITA RAKYAT BALI)
Dahulu kala hiduplah seorang Brahmana benama Sidi Mantra yang sangat
terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru memberi hadiah harta dan
seorang istri yang cantik. Sesudah beberapa tahun menikah, mereka mendapat seorang
anak laki laki yang diberi nama Manik Angkeran.
Manik Angkeran bertumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan pandai,
namun Ia suka berjudi. Dia sering kalah dan terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan
orang tuanya, terkadang Ia pun berhutang. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik
Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan
berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, Hai,
Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang
bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau memberi sedikit
hartanya.
Setelah itu, Manik Angkeran tidak tinggal diam, Ia mencari tahu dari mana
Ayahanya mendapatkan harta tersebut. Tidak lama kemudian, Manik Angkeran tahu
bahwa harta tersebut didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai
ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan
mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.
Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan
gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga
mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, Akan kuberikan harta
yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan
berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma.
Melihat kematian anaknya, Sidi Mantra pun menjadi sangat sedih. Ia pun segera
mencari Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dapat hidup kembali. Naga
Besukih mengabulkan permohonan tersebut dengan syarat Sidi Mantra mau
mengembalikan ekor Naga Besukih seperti sediakala. Lalu dengan kesaktian, Sidi
Mantra ekor Naga kembali seperti semula. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia
minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi nya lagi. Sidi Mantra tahu bahwa
anaknya sudah bertobat tetapi dia memutuskan untuk tidak hidup bersama lagi.
Kamu harus memulai hidup baru , kata Sidi Mantra. Dalam sekejap mata dia
lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar
sehingga menjadi laut. Dengan kesaktian, Sidi Mantra membuat garis yang mernisahkan
dia dengan anaknya. cerita ini yang menggaris besari asal mula selat bali, sekarang
tempat itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali, .
UNSUR-UNSURNYA :
plot:alur mundur
-konon kisah ini sewaktu pulau jawa dan pulau bali masih belum terpisah.
Manik angkeran=licik---paragraf13-14