Anda di halaman 1dari 4

Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia sedang banyak dibicarakan oleh

masyarakat, tidak hanya Indonesia tapi juga dunia berkat dibangunnya Sirkuit
Mandalika (Pertamina Mandalika International Street Circuit). Sirkuit
mandalika digadang-gadang menjadi sirkuit terindah karena lokasinya berada
di Kawasan pantai selatan Lombok yang terkenal akan pesona yang sangat
memukau di antaranya Panatai Kuta, Seger, dan Tanjung Aan. Pantai-pantai
indah ini memiliki hamparan pasir yang bersih dan putih. Serta garis pantai
yang  bergelombang, dengan jajaran terumbu karang yang sehat. Dari sini
juga, pengunjun dapat menikmati suasana sunset yang romantis.

Namun, dibalik nama sirkuit mandalika tersebut dan  keindahan itu semua
terdapat sebuah legenda yang tak kalah menarik yang dapat kita temui di
pulau Lombok, yaitu Legenda Putri Mandalika.

Alkisah, Pada zaman dahulu kala ada kerajaan yang bernama kerajaan
“Sekar Kuning” dari Negeri Tonjeng Beru. Kerajaan Sekar Kuning dipimpin
oleh seorang raja yang bernama Raden Panji Kusuma, terkenal dengan
sebutan nama Raja Tonjeng Beru dan permaisurinya bernama Dewi
Seranting. Raja Raden Panji Kusuma atau dikenal dengan sebutan Raja
Tonjeng Beru adalah raja yang arif bijaksana rakyatnya hidup makmur,
sejahtera. Kerajaan tersebut sangatlah tentram dengan rakyat yang juga
makmur. Suatu hari Ratu Dewi Seranting, melahirkan seorang anak yang
berparas cantik dan diberi nama Putri Mandalika.

Putri Mandalika tumbuh menjadi gadis yang sopan, santun, ramah, lembut.
Bila berpapasan dengan rakyatnya putri selalu menyapa dengan ramah dan
santun. Keluhuran jiwanya, kemurahan hatinya dan kecantikannya membuat
Putri sangat disayang sama semua rakyatnya. Berita tentang kebaikan
hatinya dan cantik parasnya pun tersebar sampai keberbagai kerajaan
sehingga pangeran–pangeran dari berbagai kerajaan menginginkan Putri
Mandalika untuk dipersunting dan akan dijadikan sebagai permaisuri di
kerajaannya.
Karena banyak yang melamar Putri Mandalika, akhirnya sang Raja
menyerahkan keputusan tersebut kepada sang Putri sendiri. Setelah itu, Putri
Mandalika memutuskan bersemedi untuk mencari petunjuk dari apa yang
terjadi. Sepulangnya bersemedi, Putri Mandalika mengundang seluruh
pangeran dan pemuda pada tanggal ke 20 bulan ke 10 pada penanggalan
sasak (masyarakat yang mendiami pulau Lombok disebut sebagai
masyarakat suku sasak). Putri mengundang semuanya untuk berkumpul di
pantai Seger (dekat Pantai Kuta, Lombok) pada waktu pagi buta sebelum
adzan subuh berkumandang.

Replika
Putri Mandalika (sumber : kompas.com)

Pada tanggal dan tempat yang telah diputuskan oleh Putri Mandalika,
berkumpulah seluruh pangeran, pemuda dah bahkan rakyat kerajaan
tersebut. Mereka terlihat memadati pantai Seger. Seketika matahari mulai
terbit, Putri Mandalika beserta Raja, Ratu, dan para pengawalnya datang
menemui seluruh undangan. Pada waktu itu Putri Mandalika terlihat sangat
cantik dibalut dengan busana indah yang terbuat dari sutera. Putri Mandalika
beserta pengawalnya naik ke atas bukit Seger dan mengucapkan beberapa
patah kata yang ditujukkan oleh seluruh tamu undangan. Isi ungkapan Putri
Mandalika kurang lebih berisi bahwa Putri Mandalika hanya ingin melihat
ketentraman dan kedamaian di pulau Lombok tanpa adanya sedikitpun
perpecahan didalamnya. Sang Putri menyadari jika ia menerima satu atau
sebagian lamaran akan terjadi perpecahan atau perselisihan diantara mereka
yang tidak ia terima. Untuk itu sang Putri berencana menerima semua
lamaran yang ditujukan kepadanya. Serentak seluruh tamu undangan yang
terdapat di pantai tersebut bingung dengan perkataan Putri Mandalika.
Kemudian tiba-tiba sang Putri menjatuhkan dirinya ke dalam laut dan seketika
hanyut di telan ombak. Para rakyat dengan sigap menceburkan diri ke laut
untuk menyelamatkan Putri Mandalika. Tetapi sang Putri hilang tanpa ada
tanda-tanda sedikitpun.

Nyale, cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika (Sumber: Kompas.com)

Tak lama kemudian muncul binatang kecil-kecil yang yang sangat banyak dari
laut. Binatang tersebut ternyata sebuah cacing panjang yang kemudian
cacing tersebut diberi nama nyale dan dipercaya oleh masyarakat bahwa
cacing tersebut merupakan jelmaan Putri Mandalika. Hingga dikemudian hari
berkembang sebuah upacara adat Nyale yang menjadi tradisi masyarakat
Lombok. Tradisi ini dilakukan setahun sekali pada sekitar bulan Februari –
Maret.

Warga berburu nyale di Pantai Seger, Lombok Tengah, NTB, dalam Festival Pesona Bau Nyale
(sumber: Kemenparekraf)

Anda mungkin juga menyukai