Anda di halaman 1dari 12

PUTRI TANGGUK

Dahulu kala, ada sebuah negeri yang bernama Negeri Bunga yang berada di kecamatan
Danau Kerinci. Di sana hiduplah seorang perempuan bernama Putri Tangguk dan suami beserta
ketujuh anaknya. Putri Tangguk dan suaminya bekerja sebagai petani. Setiap hari, Putri Tangguk
dan suaminya bekerja membajak sawah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mereka
bekerja sampai lupa untuk mengurusi anak-anaknya dan juga berhubungan dengan keluarga
mereka. Putri Tangguk menyadari bahwa ia pun harus mengurusi anak-anaknya serta
keluarganya.
Putri Tangguk mengatakan kepada suaminya bahwa mereka harus bekerja sampai gudang
persediaan padi mereka penuh sehingga mereka tidak perlu bekerja selama persediaan masih
cukup. Ia mengatakan kepada suaminya demikian dan suaminya pun menyetujui. Mereka pun
mulai bekerja untuk memenuhi gudang persediaan padi mereka.
Suatu hari Putri Tangguk sedang berjalan ke sawah bersama dengan suami beserta
ketujuh anaknya. Jalan sedang licin karena hujan yang turun. Putri Tangguk pun terpeleset. Ia
marah dan memaki jalanan tersebut. Sepulang dari sawah, Putri Tangguk menabur padi di
jalanan tersebut agar jalanan tersebut tidak licin.
Setelah hari itu, gudang persediaan penuh oleh padi dan Putri tangguk juga suaminya
tidak perlu bekerja karena persedian padi yang cukup. Ia pun bekerja menenun kain untuk
mengisi waktu kosongnya sambil mengurusi anak-anak dan keluarganya. Namun, hari seperti ini
itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, ketujuh anak Putri Tangguk merengek karena kelaparan.
Putri Tangguk kemudian pergi untuk memeriksa persediaan padi yang ada di gudang. Ia terkejut
dan panik saat mengetahui bahwa persediaan padi sudah tidak ada di gudang. Ia tidak habis pikir
karena seharusnya persediaan padi tersebut cukup untuk waktu yang lama.
Sepulangnya dari gudang, ia melintasi jalan di mana ia membuang padi agar jalan
tersebut tidak licin. Ia ingat bahwa ia seharusnya tidak melakukan itu. Saat malam hari tiba, Putri
Tangguk bermimpi ia berjumpa dengan seseorang laki-laki tua. Laki-laki itu mengatakan bahwa
Putri Tangguk beserta keluarganya akan hidup sengsara karena ia telah membuang padi di jalan.
Putri Tangguk terbangun dari mimpinya lalu menangis. Ia menyesali perbuatannya.
LEGENDA DANAU KACO

Legenda Danau Kaco Alkisah di sebuah daerah di kaki Gunung Kerinci berdiri sebuah
kerajaan yang dipimpin Raja Gagak. Raja Gagak dikaruniai seorang putri yang cantik jelita
bernama Putri Napal Melintang. Kecantikan sang putri tersohor ke penjuru negeri, sehingga
banyak pemuda yang datang untuk meminangnya. Pemuda yang datang pun bukan orang
biasa, namun juga para pangeran yang ingin mengambil hati Putri Napal Melintang agar mau
menjadi permaisuri. Putri Napal Melintang tidak dapat memilih siapa pria yang beruntung
meminangnya sehingga menyerahkan semua keputusan tentang jodohnya kepada sang ayah.
Tanpa diketahui siapapun, Raja Gagak pun telah jatuh cinta karena terus melihat
kecantikan anaknya sendiri. Raja Gagak yang tak ingin Putri Napal Melintang dipinang oleh
orang lain mulai mencari alasan dengan membuat sebuah sayembara untuk memilih calon
menantunya. Pangeran yang membawa harta yang paling banyak akan direstui Raja Gagak
untuk meminang Putri Napal Melintang. Tentu hal ini disambut dengan antusias oleh para
pangeran, mereka berbondong-bondong datang menyerahkan berbagai hantaran berupa emas
dan permata untuk Putri Napal Melintang.
Tanpa mereka ketahui, Raja Gagak ternyata sangat tamak dan ingin menguasai semua
harta dan Putri Napal Melintang untuk dirinya saja. Namun seiring berjalannya waktu para
pangeran terus bertanya tentang nasib pinangan dan hantaran yang telah diterima oleh Raja
Gagak. Raja Gagak pun kebingungan menjawab hal itu dan menjadi panik serta ketakutan. Ia
tidak mau jika harus kehilangan harta dan Putri Napal Melintang yang sangat dicintainya.
Raja Gagak pun gelap mata, keserakahan membuat Raja Gagak tega menodai putrinya sendiri.
Tak hanya sampai di situ, putrinya pun dibenamkan ke dalam danau beserta harta
pinangan yang ia dapatkan. Sejak saat itu Danau Kaco yang jernih disebut mulai
mengeluarkan kilauan yang indah terutama jika malam hari. Masyarakat meyakini bahwa
kilauan dari dasar Danau Kaco berasal dari emas dan permata  hantaran untuk Putri Napal
Melintang yang ditenggelamkan oleh Raja Gagak.
ASAL MULA NEGERI LEMPUR

Dahulu kala di sebuah hutan belantara, ada sebuah Kerajaan yang bernama Pamuncak Tiga
Kaum. Kerajaan itu diperintahkan oleh 3 bersaudara, yaitu Pamuncak Rencong Talang,
Pamuncak Tanjung Seri, dan Pamuncak Koto Tapus.

Pada suatu ketika, hasil panen rakyat di wilayah kekuasaan Pamuncak Rencong Talang
telah melimpah. Pamuncak Rencong Talang bermaksud mengadakan pesta panen dengan
mengundang seluruh anggota kerabat dan keluarganya.

Karena Pamuncak Tanjung Seri tidak bisa hadir, maka dia mengutus istri dan kedua anaknya.
Singkat cerita, mereka telah sampai di Negeri Pamuncak Rencong Talang. Hari kenduri dan
pesta panen pun sudah tiba dan akan diadakan selama 3 hari 3 malam. Pada malam ketiga itu,
hadirlah anak dara dari Pamuncak Tanjung Seri yang menjadi incaran para pemuda.

Dikisahkan bahwa pesta sedang berlangsung dengan sangat meriah. Tak terasa, ayam
jantan pun telah berkokok berkali-kali. Hari telah benar-benar telah larut dan akhirnya si ibu
gadis itu mengajak anaknya untuk pulang ke rumah. Namun, gadis itu tetap saja tidak
mengacuhkan panggilan ibunya.
Ada seorang pemuda di dekatnya bertanya kepada gadis itu,“siapa perempuan tua yang
memanggilnya itu ?”  Mendengar pertanyaan itu, maka gadis itu menjawab, "Oo... perempuan itu
adalah pembantu saya.”

Sakit hati sang ibu mendengar hal itu. Keesokan harinya, mereka pulang. Dikisahkan,
ketika rombongan itu telah tiba di daerah antara Pulau Sangkar dan Lolo yang penuh rawa dan
berlumpur.
Maka, ibu Pamuncak Tanjung Sari berdoalah kepada Tuhan, agar anaknya yang durhaka itu
ditelan oleh rawa berlumpur itu. Rupanya do'a itu dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Si anak perempuan dara itu terjerat kakinya oleh rawa yang berlumpur itu, sehingga ia terbenam
semakin dalam. Ia menangis dan meminta tolong kepada ibu dan beberapa pengawalnya.
Namun, ibunya tetap tiada mengacuhkan,

Aku bukan ibumu, aku hanyalah pembantumu.”

Si gadis itu terus juga meraung sambil berkata,


"Tolong….., tolooong ibu. Aku tidak akan durhaka lagi kepadamu. Maafkanlah aku, Ibu."

Ibunya tidak mau mendengarkan permintaan maaf anaknya itu. Ia malah mengambil gelang dan
selendang Jambi yang dipakai oleh anaknya sendiri. Setelah diambilnya kedua barangnya
tersebut, maka tenggelamlah gadis itu di hadapan ibunya sendiri. Setelah kejadian itu, negeri itu
dinamai oleh penduduknya dengan nama Lempur yang berasal dari kata Lumpur.

DATUK DARAH PUTIH

Datuk Darah Putih merupakan cerita tentang seorang panglima perang kerajaan yang ada
di daerah dusun Sungai Aro, kabupaten Tebo, Jambi. Mitos tentang Datuk Darah Putih ini
dipercayai oleh masyarakat dusun sungai Aro sebagai seorang panglima yang mempunyai darah
berwarna putih bila mengalami luka ditubuhnya.

Cerita tentang Datuk Darah Putih disebutkan pada masa penjajahan Belanda ke daerah
Sungai Aro. Raja sungai Aro merasa khawatir akan nasib rakyatnya yang terbelenggu rantai
penjajahan. Bermusyawarahlah raja dengan para panglima untuk mengantisipasi berbagai
kemungkinan serangan yang akan menimpa kerajaan. Keputusan raja bahwa gerakan Belanda
harus dihadang di laut. Berdasarkan strategi tempat penghadangan adalah di Pulau
Berhala. Tugas itu dibebankan pada Datuk Darah Putih. Perntah itu diterima dengan tegas walau
saat itu istri Datuk Darah Putih sedang hamil tua. Perpisahan itu tanpa isak tangis sang istri.
Istrinya tahu bahwa suaminya pergi berjuang untuk membela Jambi dari jajahan Belanda. Datuk
Darah Putih dan seluruh anggota pasukan pilihan tersebut berjalan dengan gagah berselempan
semangat dan kejantanan yang tinggi.

Sesampainya di Pulau Berhala Datuk Darah Putih dan pasukannya mendirikan benteng
pertahanan mulai dari pantai sampai ke puncak bukit. Beberapa hari kemudian kapal pasukan
Belanda datang ke Pulau Berhala untuk mengambil persediaan minum. Pada saat itulah serangan
mendadak pasukan Datuk Darah Putih dilancarkan ke Belanda. Karena sama sekali tidak
mengira serangan itu membuat Belanda kewalahan dan akhirnya kalah oleh pasukan Datuk
Darah Putih. Seluruh isi kapal disita dan kapal Belanda dibakar.

Menjelang malam keempat setelah kemenangannya Datuk Darah Putih dan pasukannya
kembali menghadang Belanda yang dating di tengah laut. Pertempuran pun berlangsung
beberapa hari dan ternyata pihak Belanda jauh lebih besar dan kuat dalam persenjataan.
Kekalahan dalam jumlah dan senjata yang akhirnya membuat pasukan Datuk Darah Putih kalah.
Di pertempuran itu Datuk Darah Putih terpenggal kepalanya oleh pedang prajurit Belanda.
Kapalnya pun hancur dan tenggelam ke laut. Dari urat leher yang terputus bersimbah darah
berwarna putih masih terdengar suara Datuk Darah Putih yang memerintahkan anak buahnya
untuk segera membawanya mundur sedangkan yang lain meneruskan perlawanan. Oleh anak
buahnya, Datuk Darah Putih di bawa ke benteng pertahanan. Kemudian Datuk Darah Putih
memerintahkan anak buahnya untuk mencari batu sengkalan (penggiling cabai) untuk menutup
lukanya. Setelah menutup lukanya dengan batu sengkalan maka berhentilah darah yang
mengalir. Seperti tidak mengalami kecelakaan, Datuk Darah Putih beserta anak buahnya kembali
bergabung dengan anggota pasukannya. Ia mengamuk dan menghantam habis semua serdadu
Belanda. Pertempuran akhirnya dimenangi oleh Belanda.

Esok harinya Datuk Darah Putih kembali ke Negeri Sungai Aro. Ketika sampai di Sungai
Aro, ia dipapah menuju rumahnya dan ia tidak mampir menghadap raja terlebih dahulu. Rakyat
ikut mengiringinya sampai ke anak tangga rumah. Sang istri telah menunggu dan telah
melahirkan seorang putra. Melihat kondisi suaminya yang sudah tanpa kepala, ia tetap pasrah
dan kepulangan itu juga tidak ditangisinya. Kemudian Datuk Darah Putih perlahan meraih bayi
dalam buaian. Sang bayi diam terlelap dalam tidurnya dan dengan kedua tangan yang kokoh
Datuk Darah Putih mendekap anaknya ke dadanya dan kembali meletakkannya di buaian. Orang-
orang yang hadir tenggelam dalam keharuan dan melinangkan air mata melihat dan merasakan
seolah-olah ada dialog perpisahan diantara ayah dan anak, diantara suami dan istri, diantara
panglima dan anak buahnya. Datuk Darah Putih pelan-pelan tertunduk dan kemudian berbaring
di dekat buaian anak tercinta, anak ang hanya dapat dirabanya dan didekapnya tana mengetahui
bentuk dan rupanya. Bersamaan dengan suara zan ashar yang sayup-sayup sampai dari kejauhan,
tubuh Datuk Darah Putih terbujur kaku tak bernafas lagi.
ASAL USUL ANGSO DUO

Konon, pada masa Jambi masih merupakan bagian dari kerajaan Pagaruyung yang berada
dibawah naungan kerajaan Majapahit, ada seorang putri cantik bernama Putri Selaras Pinang
Masak. Ia bertempat tinggal di hulu sungai Batanghari, yang membelah wilayah Jambi.

Karena tidak mau tunduk kepada kekuasaan Majapahit, yang saat itu akan berpisah dari
kerajaan Pagaruyung, maka ia pun melarikan diri dan dikejar-kejar oleh tentara Majapahit. Di
dalam perjalanannya itu ia mendapat petuah, untuk mencari lokasi baru untuk tempat tinggalnya
kelak . Lalu sesuai dengan petunjuk yang diperolehnya, ia melepaskan dua ekor angsa, jantan
dan betina di sungai Batanghari. Dan melihat di mana kedua angsa itu berhenti berenang, sebagai
titik lokasi untuk mendapatkan kepastian di mana ia harus membangun istana yang baru.
Pengganti istana yang ditinggalkannya di Pagaruyung.

Akhirnya ia melihat kedua angsa berhenti, di sebuah daratan . Dan di sanalah ia


membangun istananya kembali. Lalu sejak itu, legenda tentang Angsa Dua , atau Angso Duo
dalam dialek Jambi, menjadi terkenal dan tercatat dalam sejarah berdirinya kerajaan Melayu
Jambi . Benar tidaknya kisah ini, wallahu alam…karena ini adalah hikayat turun temurun yang
tetap hidup dalam masyarakat Jambi.
CERITA PUTRI CERMIN CINA

Alkisah Pada Jaman dahulu kala di daerah Jambi ada sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang
Raja yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan memiliki seorang anak laki-laki bernama
Tuan Muda Selat serta seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan Muda Selat
adalah pemuda yang rupawan tapi sifatnya sedikit ceroboh. Sementara Putri Cermin Cina
merupakan seorang putri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut.

Pada suatu hari, datanglah saudagar muda ke daerah tersebut, saudagar muda itu bernama Tuan
Muda Senaning. Pertama-tama tujuan Tuan Muda Senaning hanya untuk berdagang, tapi saat
penjamuan makan Tuan Muda Senaning bertamu dengan Putri Cermin Cina. Pada saat itu Tuan
Muda Senaning jatuh hati pada Putri Cermin Cina. Demikian juga, diam-diam Putri Cermin Cina
juga menaruh hati pada Tuan Muda Senaning. Putri Cermin Cina menyarankan untuk Tuan
Muda Senaning untuk datang kepada ayahandanya Sutan Mambang Matahari untuk melamarnya.

Tak lama kemudian tuan Muda Senaning datang menghadap Sutan Mambang Matahari untuk
melamar Putri Cermin Cina. Sutan Mambang Matahari dengan senang hati menerima lamaran
Tuan Muda Senaning karena memang Tuan Muda Senaning memiliki pribadi yang baik dan
sopan. Namun Sutan Mambang Matahari terpaksa menunda pernikahan Tuan Muda Senaning
dengan Putri Cermin Cina selama 3 bulan karena Sutan harus berlayar untuk mencari bekal pesta
pernikahan putrinya. Sebelum berangkat berlayar, Sutan Mambang Matahari berpesan kepada
Tuan Muda Selat untuk menjaga adiknya dengan baik.

Pada suatu hari, ketika keberangkatan Sutan Mambang Matahari, Tuan Muda Senaning dan Tuan
Muda Selat asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka tertawa tergelak-gelak makin lama
makin asyik sampai  orang yang memdengar juga turut tertawa senang. Hal tersebut membuat
Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan kakaknya dan calon suaminya, dia
melihat dari jendela. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat oleh 2 orang itu, sambil menoleh
kearah jendela, Tuan Muda Senaning melepas tali gasingnya dan Gasing Tuan Muda Senaning
mengenai gasing Tuan Muda Selat. Karena berbenturan keras sama keras, gasing Tuan Muda
Selat melayang dan terlempar tinggi.

Gasing itu terlempar kearah Putri Cermin Cina yang melihat dari jendela. Gasing tersebut
berputar diatas kening Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina pun menjerit kesakitan Kening
Putri Cermin Cina berlumuran darah, dia lalu jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Semua orang
panik serta berusaha menolong Putri Cermin Cina. Tapi takdir berkata lain, Putri yang cantik
jelita tersebut akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir.

Tuan Muda Senaning sangat merasa bersalah karena kematian Putri Cermin Cina, dia menjadi
putus asa serta gelap mata. Dia melihat 2 tombak bersilang di dinding, dengan cepat tombak itu
di tarik serta di tancapkan ke tanah dengan posisi mata tombak menghadap ke atas. Lalu Tuan
Muda Senaning melompat kearah mata tombak dan seketika itu mata tombak menembus
perutnya sampai punggungnya. Kemudian Tuan Muda Senaning meninggal untuk menyusul
Putri Cermin Cina.

Semua warga membantu mengurus 2 jenazah orang yang saling jatuh cinta tersebut. Tuan Muda
Selat begitu kalut serta bingung. Ayahandanya pasti marah besar kalau mengetahui kejadian
tersebut. Kedua jenazah tersebut akhirnya dikuburkan. Jenazah putri Cermin Cina dikubur di tepi
sungi, Sementara jenazah Tuan Muda Senaning dibawa anak buahnya ke kapal, dan kapal
tersebut berlayar ke seberang. Jenazah Tuan Muda Senaning dikuburkan di tempat tersebut
diberi nama dusun Senaning.

Tuan Muda Selat pun merasa bersalah karena kematian adik tercintanya, dia selalu menyalahkan
dirinya karena gasingnya, Putri Cermin Cina meninggal dunia. Kemudian Tuan Muda Selat pergi
meninggalkan negerinya bersama orang-orang kampung. Orang-orang yang ikut dengannya
ditinggal di sebuah tempat dan tempat itu di sebut Kampung Selat. Tapi Tuan Muda Selat pergi
tanpa mempunyai tujuan yang jelas.

Tidak lama kemudian Sutan Mambang Matahari sampai di kampungnya. Sutan bingung karena
kampungnya begitu sepi, dia menuju istanan tapi hanya tersisa beberapa orang yang menjaga
istana beberapa orang yang menjaga istana. Setelah Sutan tau tentang kejadian sebenarnya, Sutan
Mambang Matahari merasa sedih, kemudian dia beserta pengikutnya pergi meninggalkan
kampungnya, mereka pergi ke dusun seberang serta mendirikan kampung disana. Kampung
tersebut terletak diantara kubur Tuan Muda Senaning, dan kapal Tuan Muda Selat Kampung
tersebut bernama Dusun Tengah Lubuk Ruso.
PUTERI PINANG MASAK

Cerita Rakyat Puteri Pinang Masak adalah salah satu cerita rakyat Kabupaten Meranti
yang ditulis oleh Afrizal Cik, putra kelahiran Selatpanjang. Tetapi dahulunya sangat populer di
Riau pesisir hingga ke Kepulauan Riau. Menurut penulis cerita, hal itu bisa dimaklumi karena
Riau dengan Kepulauan Riau hanya berbeda daerah otonom saja. Mereka adalah puak dengan
garis keturunan yang sama. Sebagai benang merahnya menurut penulis, cerita Putri Pinang
Masak adalah cerita milik rakyat Riau, Kepulauan Riau dan rakyat Melayu di berbagai belahan
bumi lainnya. Cerita ini mengisahkan kehidupan rumah tangga pasangan pengantin baru yang
diganggu oleh Hantu Kiwi. Ringkasan ceritanya adalah sebagai berikut.

Sepasang pengantin baru Putri Nila Sari (putri sulung Raja Numbing Bintan Kepulauan
Riau) dan Putra Rengit Perkasa( Putra Mahkota Raja Pulau Merbau). Setelah menikah secara
besar-besaran menurut adat-istiadat raja-raja, selanjutnya Putra Rengit Perkasa akan membawa
istrinya Putri Pinang Masak ke Kerajaan Pulau Merbau. Pada hari yang sudah ditentukan, setelah
semua persiapan selesai, maka kedua pengantin baru tersebut pamitan kepada orang tuannya
untuk berangkat ke Kerajaan Merbau kampung Putra Rengit Perkasa. Sebelum berangkat ibunda
Putri Nila Sari ( Permaisuri Raja Numbing Engku Seluan Intan) : ? Berlayarlah anakku, ikutlah
suamimu. Baik kata suami, baik jugalah jadinya nanti. Namun satu pesan ibu, janganlah singgah
di Pulau Medang. Kalaulah lewat cukuplah dipandang, tempat singgah jadi pantang?. Alasan
dilarang singgah di Pulau Medang karena menurut cerita yang beredar, di sana dihuni oleh
ratusan Hantu Kiwi yang jahat. Dia bisa menyerupai manusia dan berbuat seperti perbuatan
manusia. Yang tidak bisa berubah adalah rambut, suara dan seleranya. Suaranya sengau
bercampur pelet dan makanan kesukaannya adalah pekasam.

Rombongan Putra Rengit perkasa menaiki kapal layar Elang Senja. Dalam perjalanan
mereka dihadang oleh badai, maka mereka mampir di Pulau Bulan Di sini mereka bertetemu
dengan Datuk Syahbandar Pulau Bulan Megat Bujang Leba. Rombongan ini mendapat
penjelasan tentang Hantu Kiwi yang tinggal di Pulau Medang. Setelah angin teduh, rombongan
Putra Rengit Perkasa melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalan selanjutnya, rombongan ini
kembali dihantam gelombang besar dan kapal mereka pecah dan kandas di celah-celah kayu
bakau. Rupanya persedian air dan makanan merekapun sudah habis maka mereka turut ke darat
yang tinggal hanya Purti Nila Sari yang sedang tertidur. Tiba-tiba masuk Hantu Kiwi dan
mencekik Putri Nila Sari. Dia tak dapat pertolongan karena semua orang pergi ke darat.
Hantu Kiwi berencana mau membelah perut Putri Nila Sari tetapi tidak sempat karena
kedengaran suara para kelasi kapal sudah datang. Maka Purti Nila Sari dilemparkannya ke laut
dan Hantu Kiwi berubah menjadi Putri Nial Sari sambil tidur dikamar Putri Nila Sari. Tetapi
rambut, suara dan seleranya tetap tidak bisa berubah. Setelah Putra Rengit Perkasa masuk
kamarnya, ditemuinya istrinya telah berubah. Rambut dan tingkah lakunya sudah seperti Hantu
kiwi. Akhirnya rombongan itu berpendapat Putri Nila Sari telah dirasuki Hantu Kiwi pada hal
dia adalah Hantu Kiwi sedagkan Putri Nila Sari sudah dilempar ke laut. Hantu Kiwi sudah
menjadi Putri Nila Sari yang palsu dan menggantikan kedudukan permaisuri Putra Rengit
Perkasa. Kelakuannya memalukan dan menjengkelkan semua yang melihat termasuk ayah bunda
Putra Rengit Perkasa.

Putra Rengit Perkasa sudah mengobati Putri Nila Sari ke beberapa dukun tetapi tidak bisa
disembuhkan. Dia bisa bertahan menjadi suami Putri Nila Sari karena mengingat tanggungjawab
serta janji-janjinya waktu menikah dulu kepada Putri Nila Sari, Baginda Raja Numbing dan
Ibunda Permaisuri Seluan Intan. Sementara Putri Nila Sari yang dilempar ke laut oleh Hantu
Kiwi di telan oleh ikan Jerung. Ikan Jerung adalah ikan yang besar dan buas. Ikan Jerung tidak
sempat mengunyah Putri Nila Sari karena Putri Nila Sari langsung masuk ke lambungnya. Di
dalam lambung ikan Jerung Putri Nila Sari tidak pingsan, maka dia memegang tali jantung ikan
Jerung. Ikan Jerung merasa kesakitan sehingga dia berenang kesana kemari untuk mengeluarkan
Putri Nila Sari tetapi tidak bisa keluar. Akhirnya ikan Jerung tersebut mati terdampar di Tanjung
Motong, kampung kecil di wilayah Kerajaan Merbau.

Nenek Ketiung adalah seorang perempuan tua yang baik hati. Sehari-hari dia pergi ke
Pantai Tanjung Motong mencari barang-barang yang hanyut terbawa air laut kemudian di jual ke
pasar dan sampai ke istana bersama hasil kebunnya berupa sirih, pinang. Pada suatu pagi, waktu
pergi ke pantai dia mendengar orang minta tolong. Rupanya suara itu dari dalam perut ikan
Jerung. Lalu Nenek Ketiung menolongnya, sehingga Putri Nila Sari dapat keluar dari perut ikan
Jerung. Putri Nila Sari tinggal bersama Nenek Ketiung dan dianggap sebagai cucu. Agar tidak
menemui kesulitan, Putri Nila Sari berganti nama dengan Sri Seroja. Nenek Ketiung kenal baik
dengan Bujang Mengkopot penjaga pintu istana. Nenek dengan mudah keluar masuk istana
karena sudah kenal dengan Bujang Mangkopot. Pada suatu hari Nenek Ketiung membawa
rangkain bunga buatan Sri Seroja. Setelah dijajakan di istana tak ada seorangpun yang mau
membeli.
Akhirnya karena iba hati dengan nenek , Bujang Mengkopot membelinya untuk diberikan
ke Dang Kemilau kekasih hatinya. Waktu karangan bunga tersebut akan diberikan kepada Dang
Kemilau oleh Mak Inang Tua, dia berpapasan dengan Putra Rengit Perkasa. Putra Rengit Perkasa
melihat karangan bunga tersebut dan menanyakan darimana dia dapat. Dengan ketakutan Mak
Inang Tua mengatakan dari Bujang Mengkopot dan akan diberikan kepada Dang Kemilau. Putra
Rengit Perkasa memanggil Bujang Mengkopot dan menanyakan tentang karangan bunga
tersebut. Bujang Mangkopot menceritakan semuanya, dia membeli bunga tersebut karena hiba
hati melihat Nenek Ketiung karangan bunganya tidak ada yang membeli. Maka Putra Rengit
Perkasa memberikan hadiah berupa uang sebesar 100 keping uang besar. Waktu itu Bujang
Mengkopot berpikir dia telah berbuat baik maka Tuhan pun membalasnya dengan kebaikan
melalui Putra Rengit Perkasa.

Selanjutnya Putra Rengat Perkasa merencanaka sesuatu dengan Bujang Mengkopot.


Sesuai dengan rencana yang sudah diatur Putra Rengit Perkasa dengan Bujang Mengkopot,
akhirnya Putra Regit Perkasa bertemu dengan Sri Seroja di rumah Nenek Ketiung yang tidak lain
adalah istrinya Putri Nila Sari. Mereka sangat berbahagia karena telah bertemu kembali. Putri
Nila Salri dan Putra Rengit Perkasa menceritakan semua kejadian kepada Nenek Ketiung,
sehingga mengertilah dia apa yang telah terjadi. Selanjutnya mereka kembali ke istana dan
memenggal kepala Hantu Kiwi yang berwujud Putri Nila Sari. Tubuhnya di mutilasi dan
dijadikan pekasam dan dikirim ke kampungnya di Pulau Medang. Akhirnya Hantu Kiwi habis
semuanya karena dibunuh oleh ibu Hantu Kiwi itu sendiri gara-gara pekasam yang dibilang
mirip anaknya. Sementara Putra Rengit Perkasa dan Putri Nila Sari hidup berbahagia dan
sejahtera bersama rakyatnya. Bertepatan dengan setahun penabalan dirinya menjadi raja dan
untuk mengenang perjalanan hidup bersama istrinya, baginda Raja Rengit Perkasa menamakan
permaisurinya dengan nama Putri Pinang Masak. Julukan itu diberikan karena istrinya pernah
tenggelam dan ditelan ikan Jerung di Selat Pinang Masak.
LEGENDA DATUK MARSAM SANG BELALANG KUNYIT

Legenda ini berkisah tentang Datuk Marsam yang hidup di Desa Paseban. Datuk Marsam
adalah seorang pemimpin yang sangat baik dan kharismatik sehingga sangat disegani oleh
masyarakatnya.  Suatu hari, masyarakat Desa Paseban terkena wabah penyakit. Seorang ahli
nujum yang bernama Datuk Sengkati memberi nasihat kepada Datuk Marsam untuk menemukan
seorang dukun yang telah menyababkan wabah penyakit itu. Rintangan demi rintangan dihadapai
oleh Datuk marsam dan Datuk Sengkati, hingga mereka bertemu dengan si dukun. Si dukun pun
memberitahukan keinginannya untuk menikahi kedua putri Datuk Marsam. Setelah mendengar
ucapan sang dukun tersebut, emosi Datuk Marsam makin menjadi-jadi. Namun, belum sempat ia
mendekat untuk menghabisi sang dukun tersebut, secara misterius tubuh sang dukun itu pun
mendadak lenyap, pergi entah ke mana.
Sejak kejadian itu, datuk Marsam berniat untuk menikahkan kedua putrinya. Sayangnya,
kedua calon menantunya terkena sihir dan berubah menjadi belalang. Datuk Marsum pun
mencari si dukun jahat, dan dukun jahat memberikan dua gelas minuman. Setelah meminumnya,
Datuk Marsam berubah menjadi belalang kunyit dan kedua calon menantunya berubah menjadi
manusia kembali. Bersamaan dengan itu, sang dukun mati dan tubuhnya pun lenyap.
Cerita ini mengajarkan sikap bijak dan rela berkorban yang seharusnya dimiliki apabila menjadi
seorang pemimpin agar kemaslahatan bersama tercapai.

Anda mungkin juga menyukai