Anda di halaman 1dari 4

ASAL DANAU TELAGA WARNA

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang tentram dan damai bernama Kerajaan
Kutatanggehan. Kerajaan tersebut di pimpin oleh Raja yang adil dan bijaksana bernama Prabu
Sunarwalaya, Raja Sunarwalaya di damping oleh Permaisuri yang bernama Purbanamah. Namun, Raja
dan Permaisuri belum juga mempunyai seorang anak. Mereka sudah cukup lama menikah. Raja sering
sekali termenung sedangkan Permasuri hanya dapar mengeluarkan air mata.

Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk menggunakan ramuan-ramuan yang dimakan, baik oleh sang
Raja atau pun Permaisuri. Banyak dukun yang sudah diundang dan membacakan mantera-mantera.
Namun, itu usaha tersebut hanya sia-sia.
Beberapa penasehat kerajaan menyarankan Raja dan Permaisuri untuk memungut anak yatim. Karena,
di kerajaan banyak anak yatim piatu, di antaranya adalah anak dari para prajurit dan perwira yang gugur
di medan perang. Namun, Raja dan Permaisuri tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh para
penasehat. Karena mereka berpikir, anak pungut pasti sangat berbeda dengan anak sendiri.

Suatu hari, Raja memutuskan untuk pergi bertapa, ia pergi bertapa kedalam hutan. Setelah Raja
berminggu-minggu bertapa. Tiba-tiba, antara sadar dan tidak ia mendengar sebuah suara.

‘’ Hai Prabu, apa yang kamu inginkan? Sehingga kau datang kesini untuk bertapa?’’

‘’ Hamba menginginkan seorang anak’’ jawab sang Raja.

‘’ Bukankah kamu dapat memungut seorang anak?’’ Tanya suara itu.

‘’ Hamba menginginkan anak sendiri dan darah daging sendiri.’’ Jawab Raja lagi.

‘’ Jadi? Kamu hanya menginginkan anak sendiri?’’ Tanya suara itu.

‘’ Ya, bagaimana pun keadaannya. Anak sendiri lebih baik dari anak pungut.’’ Jawab sang Raja.

‘’ Baiklah jika itu yang kau inginkan. Sekarang, pulanglah!’’

Mendengar suara tersebut, Raja pun kembali pulang ke Istana. Beberapa waktu setelah kejadian
tersebut. Permaisuri hamil. Seluruh kerajaan merasa sangat senang dengan kabar tersebut. banyak
warga kerajaan yang mengirim hadiah kepada Raja dan Ratu sebagai bentuk rasa senang mereka.
Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan. Kelahiran sang
Putri di sambut dengan pesta tujuh hari tujuh malam. Sang Putri pun diberi nama Putri Gilang Rukmini.
Untuk menyambut kelahiran sang Putri, banyak sekali warga kerajaan mengirimkan berbagai macam
hadiah yang sangat mahal.

Sang Putri pun menjadi seorang remaja, ia sangat cantik. Namun, karena kehadirannya sangat di
inginkan oleh ke dua orang tuanya dan oleh rakyat. Akibatnya, sang Putri berperangai sangat buruk,
semua keinginannya harus dituruti. Jika di tentang, ia pasti akan marah besar. Ia pun selalu memerntah
para pelayan semena-mena. Tidak jarang ia selalu bertingkah kasar dan menggunakan kata-kata yang
tidak layak keluar dari seoran Putri.

Walaupun seperti itu, Raja, Permaisuri dan Rakyat sangat mencintainya. Putri pun tumbuh semakin
dewasa, ia semakin bertambah cantik. Pada usianya yang ke tujuh belas tahun, tidak ada Putri lain atau
gadis dari kerajaan yang menandingi kecantikannya. Sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas, rakyat
memberikan hadiah kepadanya. Dari berbagai pelosok. Hadiah-hadiah tersebut berupa barang-barang
yang sangat berharga. Seperti, emas, uang, perhiasaan-perhiasan dan permata.

Raja sangat berterimakasih kepada seluruh rakyat atas kecintaannya kepada Putrinya tersebut. ia hanya
mengambil beberapa perhiasan dan permata. Perhiasan tersebut ia serahkan kepada tukang emas untuk
dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih besar dan lebih indah. dengan senang hati, seorang empu
pembuat perhiasan emas membuat perhiasan berbentuk kalung yang sangat indah. kalung itu
menggambarkan tanaman dengan daun-daun dari emas dan perak, serta bunga-bunga dan buah-
buahan dari permata yang berwarna-warni.

Seluruh warga kerajaan benar-benar sangat menunggu penyerahan kalung tersebut kepada sang Putri
pada saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ketika tiba saatnya, berkumpullah warga Kutatanggeuhan
di halaman istana. Mereka mengalah ke arah anjungan, tempat Raja dan keluarga istana. Tidak lama
kemudian, Raja dengan di damping Permaisuri dan para bangsawan pun keluarlah dari dalam istana.
Raja melambaikan tangan kepada rakyatnya dan di sambut sorak-sorai oleh mereka.

Sorak-sorai kembali ketika Putri Gilang Rukmini datan diiringi belasan orang inang pengasuh. Sang Putri
sangat cantik bagaikan Bidadari. Karena, kecantikannya banyak orang terpesona dan berhenti bersorak-
sorai.

‘’ Warga Kutatanggeuhan yang baik, sebelum upacara selamatan untuk menyambut usia tujuh belas
tahun anakku, saya akan menyampaikan hadiah kalian untuk Putri Gilang Rukmini. Biarlah ia tahu,
betapa besar cinta kalian kepadanya.’’ Kata sang Raja.

Mendengar hal tersebut rakyat pun kembali bersorak-sorai. Setelah tenang kembali. Raja membuka
sebuah kotak yang berukir yang terbuat dari kayu cendana.dan mengeluarkan kalung buatan sang empu.

‘’ Anakku Gilang Rukmini, ini adalah sebuah hadiah dari warga kerajaan sebagai kegembiraan mereka
karena saat ini kau sudah menginjak dewasa. Kalung ini adalah ungkapan kasih sayang mereka
kepadamu. Pakailah Nak, supaya mereka melihat kau dapat menerimanya dengan gembira.’’ Ujar sang
Raja.

Sang Putri pun menerima kalung tersebut. ia terdiam sejenak.

‘’ Jelek sekali kalung ini! Aku tidak suka.’’ Katanya melemparkan kalung tersebut.

Kalung itu pun putus berceceran. Hadirin membisu menyaksikan peristiwa itu. Tidak ada satu orangpun
yang bergerak dan berkata-kata. Di tengan keheningan tersebut, terdengar suara isak tangis sang
permaisuri. Rakyat pun ikut menangis terutama para wanita. Pada saat yang sama, suatu keajaiban
terjadi.

Tiba-tiba, keluarlah air yang jernih, seakan bumi pun ikut menangis. Air itu pun keluar hingga menjadi
mata air yang besar dan dalam waktu sekejap telah membentuk sebuah danau. Danau itu semakin lama
semakin luas dan akhirnya menenggelamkan kerajaan Kutatanggeuhan dengan segala isinya.

Danau tersebut saat ini sudah surut, yang tertinggal hanyalah sebuah danau kecil ditengah-tengah hutan
di daerah puncak, Jawa Barat. Nama danau tersebut adalah Telaga Warna.

Pada siang hari, air telaga tersebut berwarna-warni sangat indah. keindahan yang penuh warna tersebut
sebenarnya bayangan hutan di sekeliling telaga dan langit biru di atasnya. Banyak orang yang
mengatakan bahwa warna-warni itu datang dar permata bercerai-berainya kalung milik Putri Gilang
Rukmini.
UNSUR-UNSUR INSTRINSIK

 Tema : Menghormati Sesama Manusia


 Tokoh : Raja prabu sunarwalaya, permaisuri Purbanawah, putri Gilang Rukmini, seorang empu,
warga/rakyat kerajaan
 Watak tokoh : Raja prabu = Rendah hati
Permaisuri = Rendah hati
Putri Gilang= Rakus dan sombong/angkuh
 Alur : maju, diceritakan secara runtut dari awal hingga akhir
 Latar : Latar tempat= di danau, di halaman istana, dan di hutan

Latar waltu= pada zaman dahulu, pada siang hari, berminggu-minggu

 Sudut pandang : orang ketiga tunggal


 Amanat : jangan menjadi orang yang sombong dan angkuh karena manusia tidak bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain

UNSUR-UNSUR EXTRINSIK

 Budaya serta nilai-nilai yang dianut : budaya Jawa Tengah


 Tingkat pendidikan : tidak terlalu tinggi, karena mengandung bahasa yang mudah di mengerti
 Agama dan keyakinan : kepercayaan kepada Tuhan

Anda mungkin juga menyukai