Anda di halaman 1dari 3

Asal Usul Telaga Warna

10 Agustus 2022

1. Pada zaman dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang menginginkan
seorang keturunan
Pada zaman dahulu kala di wilayah Sukabumi, terdapat sebuah kerajaan
yang bernama Kutatanggeuhan.
Kerajaan Kutatanggeuhan ini dipimpin oleh Raja Suwartalaya dan
Permaisurinya, Ratu Purbamanah.
Dipimpin oleh raja yang adil dan bijaksana, serta hamparan tanahnya nan
subur, membuat rakyat Kutatanggeuhan hidupnya makmur. Sayangnya
semua kemakmuran dan ketentraman itu masih belum lengkap.
Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai anak. Setiap hari
tanpa berputus asa Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah berdoa
kepada Tuhan agar segera diberi keturunan.
Bahkan, agar keinginannya segera terkabul Raja Suwartalaya pun pergi ke
hutan dan bertapa selama beberapa hari.
Beberapa bulan kemudian kabar gembira akhirnya datang juga. Setelah
tidak berputus asa berdoa kepada Tuhan, Ratu Purbamanah pun
mengandung.
Kabar gembira tersebut diumumkan ke seluruh penjuru negeri. Rakyat yang
turut bergembira, datang ke istana sambil membawa hadiah.

2. Putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis dewasa, ia sangat


dimanjakan oleh kedua orangtuanya
Setelah menunggu selama sembilan bulan lamanya, akhirnya Ratu
Purbamanah melahirkan seorang bayi perempuan yang menawan. Raja
Suwartalaya memberi nama bayi tersebut Gilang Rukmini.
Rakyat yang mendengar kelahiran sang Ratu, kembali datang ke istana
membawa hadiah. Mereka sangat bergembira atas kelahiran Putri Raja,
sehingga membawa hadiah yang lebih banyak.
Putri satu-satunya di Kerajaan Kutatanggeuhan ini tumbuh menjadi gadis
dewasa yang menawan. Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah sangat
menyayanginya, bahkan apa saja yang diminta oleh Putri Gilang Rukmini,
pasti dituruti.
Namun, rasa sayang berlebihan membuat Raja dan Ratu Kutatanggeuhan
sangat memanjakan Gilang Rukmini.
Putri Raja itu pasti akan marah-marah jika keinginannya tidak dipenuhi.
Bahkan Gilang Rukmini tak segan berbicara kasar. Namun baik Raja dan
Ratu, maupun rakyatnya tetap menyayangi Gilang Rukmini.

3. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-17, Gilang Rukmini meminta


hadiah yang istimewa
Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-17, Gilang Rukmini meminta
hadiah kepada sang Papa.
"Papa, untuk ulang tahunku nanti, aku meminta hadiah yang istimewa!"
ucap Gilang Rukmini.
"Apa ada yang kau minta wahai putriku?" tanya Raja Suwartalaya.
"Aku meminta setiap helai rambutku ini dipasangi dengan butiran berlian!"
jawabnya.
"Permintaanmu kali ini sangat berlebihan. Janganlah berlebih-lebihan
dalam menggunakan perhiasan." kata Ratu Purbamanah mengingatkan.
"Benar putriku. Bukankah perhiasanmu sudah banyak? Bahkan bajumu
pun hampir semuanya dihiasi dengan berlian. Lebih baik perhiasan yang
ada, kita gunakan untuk kepentingan rakyat Kutatanggeuhan." kata Raja
yang juga memberikan nasihat pada putrinya.

4. Gilang Rukmini sangat marah karena permintaannya yang tidak


dikabulkan
Mendengar permintaannya ditolak, Gilang Rukmini sangat marah.
Dia kemudian mengambil semua perhiasannya dan melemparkannya
kearah kedua orangtuanya. Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah
sangat sedih melihat perilaku putrinya.
Meskipun dengan perasaan sedih, Raja Suwartalaya masih berusaha
memberikan hadiah yang indah untuk putri semata wayangnya.
Beliau kemudian menemui Kamasan Istana. Kemasan sendiri merupakan
istilah dalam bahasa Sunda untuk ahli pembuat emas.
"Kamasan tolong buatkan kalung yang indah untuk hadiah ulang tahun
putriku." kata Raja Suwartalaya.
"Baik yang mulia, perintah paduka siap hamba laksanakan." kata ahli emas
istana.

5. Orangtua dan seluruh rakyat Kutatanggeuhan, merayakan ulang tahun


Putri Gilang Rukmini di istana
Hari ulang tahun Putri Gilang Rukmini pun tiba. Rakyat Kutatanggeuhan
bersama Raja dan Ratu berkumpul di bailairung istana, untuk merayakan
ulang tahun sang Putri. Mereka semua bersabar, menunggu kedatangan
Putri Gilang Rukmini.
Setelah Putri Gilang Rukmini datang, Raja Suwartalaya segera
menyambutnya. Pakaian yang dikenakan sang Putri sangat gemerlap
dengan perhiasan intan berlian.
"Putriku, akhirnya kamu tumbuh menjadi gadis dewasa. Bukan hanya
orangtuamu yang menyayangimu, namun seluruh rakyat Kutatanggeuhan
juga sangat menyayangimu." ucap sang Raja.
Sebagai wujud rasa sayang rakyat Kutatanggeuhan, mereka memberikan
hadiah kalung emas berlian ini untuk Putri Gilang Rukmini. Namun
sayangnytam Putri Gilang Rukmini menolak hadiah tersebut dengan kasar.
"Kalung emas ini jelek sekali! Aku tidak sudi memakainya!" kata Putri
Gilang Rukmini sambil membanting kalung emas itu ke lantai istana.

6. Tangisan ratu dan rakyat Kutatanggeuhan membuat seluruh kerajaan


tenggelam oleh banjir air mata
Kalung emas berlian itupun hancur berantakan di lantai seluruh balairung
istana. Seketika suasana yang gembira, menjadi hening.
Ratu Purbamanah yang sangat tidak menduga kelakuan putrinya, menjadi
sangat sedih dan langsung menangis. Bukan hanya Ratu Purbamanah
yang menangis, namun seluruh rakyat Kutatanggeuhan ikut menangis
sedih melihat kelakuan Sang Putri.
Tangisan tiada henti rakyat Kutatanggeuhan itu pun buat istana banjir oleh
air mata. Istana Kutatanggeuhan pun pelan-pelan tenggelam oleh air mata
rakyatnya,
Bukan hanya istana, tangisan rakyat Kutatanggeuhan juga
menenggelamkan seluruh kerajaan. Seluruh kerajaan Kutatanggeuhan
yang tenggelam oleh banjir air mata itu menjadi asal usul sebuah telaga.
Telaga tersebut sangat indah dan berwarna-warni, terutama jika hari
sedang cerah. Warna indah Itu dipercaya berasal dari perhiasan putri
Gilang Rukmini yang tersebar di dasar Telaga. Sejak itulah Telaga tersebut
dikenal dengan nama Telaga Warna.

Anda mungkin juga menyukai