Anda di halaman 1dari 3

Pada suatu hari, di wilayah puncak Bogor, ada sebuah kerajaan yang rakyatnya hidup sejahtera.

Kerajaan
ini bernama Kutatanggeuhan, yang dipimpin oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana, bernama Prabu
Suarnalaya dengan permaisurinya Purbamanah. Di tengah kemakmuran dan kebahagiaan yang
dirasakan rakyatnya, Prabu Suarnalaya merasa khawatir dan sedih. Pernikahannya yang sudah
memasuki tahun ke-20 juga tidak dikaruniai keturunan. Berbagai cara telah dilakukan oleh seluruh orang
pintar yang ada di Kerajaan Kutatanggeuhan. Akhirnya mereka semua menyerah dan menyarankan Raja
untuk mengangkat seorang anak sebagai penggantinya. Tapi Raja menolak semua saran ini.

Akhirnya Prabu Suarnalaya memutuskan untuk berdoa dan bertapa selama beberapa waktu di Puncak
Gunung Gede. Pada hari kedua, seorang malaikat datang menyapanya, “Wahai raja Suarnalaya,
sebaiknya kamu pulang saja, nasibmu telah ditentukan, tidak akan ada keturunan darimu. Kamu
sebaiknya mengangkat seorang anak saja." Sang Raja sangat marah mendengar hal ini, “Wahai malaikat,
mengapa aku tidak diberi keturunan, bukankah aku selalu berbuat baik”, serunya. Malaikat itu
mengabaikannya dan segera pergi.

Sang Raja termenung di pertapaannya. Dia bermeditasi lagi dan berkata dalam hati, aku akan terus
bermeditasi di sini sampai seseorang dapat mengabulkan permintaanku, bahkan jika itu adalah iblis.
Pada minggu kedua, sang Raja hendak menyerah, tetapi sebuah suara membangunkannya. "Oh Raja
Katatanggeuhan, Aku melihatmu benar-benar ingin mempunya anak?" Suara yang tidak ada wujudnya
datang dari samping sisinya. Dengan wajah masih shock, sang raja berkata, “Ya, benar, aku tidak akan
pulang sampai seseorang dapat mengabulkan permintaanku. Kamu siapa tolong tunjukkan padaku
keberadaanmu?"

“Kau tidak perlu melihat keberadaanku, akulah Iblis penunggu mata air Ciburial yang bersedia
mengabulkan permintaanmu”, seru suara itu lagi.

"Apakah itu benar?" Raja menjawab dengan harapan. "Iya, tetapi ada syaratnya?" Jawab Iblis.

“Adakah syarat yang aku penuhi?”, seru Raja dengan tegas.

“Nasibmu tidak akan benar-benar memiliki keturunan. Tetapi karena kamu bersikeras, aku akan
menerimanya. Tapi anda harus ingat, aku menciptakan anak ini dari mata airku sendirii, kamu tidak
boleh menyakitinya. Sekali anda memarahinya, maka kamu akan kehilangan dia selamanya."

“Aku akan mencintai dan selalu membuatnya bahagia, aku berjanji.” seru sang Raja.

Suara misterius itu berkata lagi, “Sekarang pulanglah dan tunggu kedatangan anakmu dari Rahim
istrimu." Gua tempat dia bermeditasi kembali sunyi, hanya ada suara gemerisik dedaunan yang tertiup
angin. Raja segera meninggalkan tempat pertapaannya dan segera kembali ke rumah dengan hati yang
gembira.

Beberapa bulan kemudian Sang Ratu positif hamil. Pernyataan itu disambut baik oleh Raja dan seluruh
rakyatnya. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik jelita. Bayi
perempuan itu kemudian diberi nama Nyi Ajeng Gilang Rinukmi, atau yang dipanggil Putri Ayu Kencana
Ungu. Hari-hari berlalu dengan bahagia. Prabu Suarnalaya dan istrinya sangat memanjakan anak tunggal
mereka, apapun keinginan sang putri, dia akan menurutinya. Anak ini sangat nakal sejak dia masih kecil,
sedemikian rupa sehingga Raja kewalahan membesarkannya. Tapi tidak ada yang berani memarahinya.
Prabu Suarnalaya dan istrinya sangat khawatir dengan kesepakatan yang telah mereka buat dengan iblis
penunggu mata air Ciburial.

Sang putri yang cantik tetapi sayangnya prilakunya sangat buruk. Sang Raja sudah kehabisan akal untuk
mengendalikan sikap putrinya. Tapi cinta Sang Raja mengatasi semua kekecewaan pada putrinya. Di
usianya yang ke-17, sang putri ingin merayakan ulang tahunnya secara besar-besaran. Sang Prabu
Suarnalaya pun berusaha mencari perhiasan unik dan cantik dari seluruh pelosok tanah air. Orang-orang
yang sangat mencintai raja juga ikut membantu mengumpulkan batu yang indah dan berwarna-warni.

Tiba disaat hari ulang tahunnya, alun-alun kerajaan sudah ramai dikunjungi orang. Berbagai hiburan
dihadirkan untuk merayakannya. Orang-orang dengan senang hati merayakan ulang tahun sang putri.
Pada acara puncak, Sang Prabu Suarnalaya mengeluarkan hadiah untuk putrinya.

“Putriku, terimalah hadiah dari ayah dan ibumu ini,” seru Raja kepada sang putri.

Dengan tidak sabar sang putri segera merebut kotak itu dari tangan ayahnya. Tangannya dengan cepat
membuka kotak itu dan mengeluarkannya. Untaian kalung warna-warni yang terbuat dari berbagai batu
permata yang indah terlihat dalam genggamannya. Wajahnya tiba-tiba mengerutkan kening, "Aku ingin
perhiasan yang indah, terbuat dari emas dan permata, bukan batu busuk seperti ini", teriaknya histeris.
Lalu dia melemparkan kalung itu ke wajah ibunya. Kesabaran Prabu Suarnalaya sudah habis, wajahnya
merah karena marah.

“Dasar anak durhaka, cepat minta maaf pada ibumu”, bentaknya.

Putri Kencana ungu terkejut, belum pernah dia melihat ayahnya semarah itu. Tidak lama setelah
kemarahan Prabu Saurnalaya, langit langsung menjadi gelap, hujan turun dengan derasnya. Sungai
meluap sesaat membasahi seluruh kerajaan. Tubuh sang putri perlahan menyatu dengan air. Prabu
Suarnalaya berusaha meraih putrinya, namun putrinya telah menghilang. Seluruh kerajaan benar-benar
terendam air yang datang dari semua mata air dan hujan, kerajaan akhirnya terendam air, berubah
menjadi telaga. Warna air telaga sering berubah. Warna air telaga terkadang berwarna hijau, biru,
kuning dan kemerahan. Perubahan warna ini konon disebabkan oleh warna pada kalung yang
dilemparkan sang putri.

Anda mungkin juga menyukai