Anda di halaman 1dari 5

NASKAH DRAMA “TELAGA WARNA”

Tokoh-tokoh Drama: 1-7

1. Prabu Suwartalaya

2. Ratu Purbamanah

3. Gilang Rukmini

4. Penasehat

5. Tukang Perhiasan

6. Rakyat

7. Narator

Narator:

Dikisahkan pada zaman dahulu kala, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan
Kutatanggeuhan yang dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana yaitu Prabu Suwartalaya dan Ratu
Purbamanah. Rakyatnya hidup tenang, makmur, tenteram, damai dan sejahtera. Namun Sayangnya,
Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai seorang anak. Sehingga, ini menjadi
kegelisahan sang Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah.

Adegan 1

Ratu Purbamanah: (sedang murung dan menangis).

Prabu Suwartalaya: Sudahlah dinda. Jangan murung dan menangis terus. Kalau dinda bersedih terus
seperti ini,kanda jadi ikut bersedih.

Ratu Purbamanah: Gimana dinda ga akan bersedih kanda, sudah bertahun-tahun kita berumah tangga
tapi belum dikaruniai seorang anak.

Penasehat: Baginda, supaya Ratu Purbamanah tidak sedih terus bagaimana kalau mengangkat seorang
anak saja baginda. Barangkali bisa mengurangi kesedihan Ratu.

Ratu Purbamanah: Tidak! Aku tidak mau punya anak angkat!

Prabu Suwartalaya: Iya, penasehat. Akupun juga tidak setuju jika mengangkat seorang anak. Buat kami,
anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat.
Narator: Ratu Purbamanah masih terus menangis

Prabu Suwartalaya: Sudahlah dinda jangan menangis terus. Kanda akan berusaha lagi. Kanda akan pergi
ke hutan untuk bertapa agar kita cepat dikaruniai seorang anak.

Ratu Purbamanah: Baiklah kalau begitu. Jika memang kanda harus pergi ke hutan untuk bertapa, Baiklah
kanda. Dinda juga turut berdo’a. Hati-hati kanda.

Narator: Pergilah Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di hutan, sang prabu terus menerus berdo’a agar
dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu Purbamanahpun mulai
hamil. Seluruh rakyat senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan
kemudian, Ratu Purbamanah melahirkan seorang putri.

Adegan 2

Ratu Purbamanah: (menggendong seorang bayi).

Prabu Suwartalaya: Putri kita cantik ya, Dinda. Dan kelihatannya sangat lucu.

Ratu Purbamanah: Iya Kanda. Kita harus bersyukur akhirnya kita dikaruniai seorang anak.

Prabu Suwartalaya: Iya dinda. Putri kita ini juga manis, dan sangat menggemaskan! Oleh karena itu,
bagaimana kalau kita beri nama Gilang Rukmini? Gimana dinda setuju tidak?

Ratu Purbamanah: Dinda setuju setuju saja kanda.

Narator: Sesaat raja dan ratu sedang berbahagia, datanglah penasehat kerajaan

Penasehat: Permisi Baginda, ada salah seorang rakyat yang ingin bertemu Baginda Raja dan Ratu. Ia
ingin memberi ucapan selamat dan hadiah kepada Putri Baginda Raja dan Ratu.

Ratu Purbamanah : Persilahkan masuk penasehat.

Penasehat: Baik Baginda Ratu.

Rakyat: Permisi Baginda Raja dan Ratu, saya izin masuk.

Prabu Suwartalaya: Ya silahkan masuk rakyatku.

Rakyat: Saya mewakili rakyat kerajaan ingin memberi ucapan selamat kepada Baginda Raja dan Ratu
yang telah dikaruniai seorang Putri yang cantik jelita. Bertahun-tahun kami rakyat dilanda kegelisahan
juga karena Raja dan Ratu belum dikaruniai seorang anak. Namun sekarang akhirnya Raja dan Ratu telah
memiliki anak. Kami turut bahagia.

Ratu Purbamanah: Alhamdulillah ini berkat doa seluruh rakyat kerajaan juga.

Rakyat: Saya mewakili rakyat kerajaan membawakan hadiah-hadiah ini untuk sang Putri. Semoga hadiah
ini bermanfaat dan disukai sang Putri.
Ratu Purbamanah: Wah banyak sekali, tolong sampaikan terima kasih dari kami untuk seluruh rakyat
kerajaan ya.

Rakyat: Baik Baginda Ratu akan saya sampaikan. Kalau begitu saya pamit, permisi.

Adegan 3

Narator: Tahun demi tahun berlalu, sang putri akhirnya tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
Namun karena ia anak satu-satunya yang dimiliki oleh baginda raja dan ratu, ia menjadi anakyang sangat
manja dan terkadang omongannya pun kasar. Semua permintaannya harus di penuhi. Jika tidak, ia akan
sangat marah. Walaupun begitu, semua orang tetap menyayanginya.

Gilang Rukmini: bunda aku tidak suka dengan baju itu!

Ratu Purbamanah Tapi nak itu baju dari leluhur kita. Dulu ibunda juga memakainya saat seusaimu.
Karena itu menunjukkan bahwa kita sudah beranjak dewasa.

Gilang Rukmini: Itu tidak ada hubungannya denganku ibunda! Itu hanya sebuah kain! Apalagi usianya
sudah berabad-abad, aku tidak akan cocok mengenakannya. Aku masih muda!

Ratu Purbamanah: kamu tidak boleh berkata begitu Rukmini, kain itu memiliki arti yang sangat besar.
Jika kamu perhatikan dari lurik-luriknya ini digambarkan…

Gilang Rukmini: Sudahlah ibunda! Jika ibunda masih memaksaku memakainya, aku tidak akan mau
menghadiri pesta ulang tahunku!

Ratu Purbamanah: Baiklah jika itu yang kamu inginkan, Yang penting kamu bahagia.

Adegan 4

Narator: Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis remaja tercantik di seluruh negeri. Dalam
beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka
membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiahyang sangat banyak
itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk
kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli
perhiasan

Prabu Suwartalaya: Pak, bisakah anda membuat sebuah kalung yang paling indah untuk puriku yang
tercinta. Silakan Tuanku menunggu sebentar kalung pesanan Tuan akan segera hamba buat.

Tukang perhiasan: Dengan senang hati, Yang Mulia.

Prabu Suwartalaya: Terima kasih banyak!

Tukang Perhiasan: Sama-sama yang mulia.

Prabu Suwartalaya: Wah. Ini adalah kalung terindah yang pernah saya lihat, kau membuatnya dengan
sangat indah.
Tukang Perhiasan: Terima kasih Tuanku, untuk sang putri hamba akan melakukan yang terbaik.

Narator: Ahli perhiasan itu lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin
menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri Raja. Hari ulang
tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu Purbamana
datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang
cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.

Adegan 5

Prabu Suwartalaya : “Rakyat-rakyatku sekalian. Terima kasih atas kehadiran kalian semua di sini. Aku
sangat gembira memiliki rakyat-rakyat seperti kalian, yang sangat peduli dan sayang terhadap kerajaan
terutama dengan putriku Gilang Rukmini. Baiklah untuk itu aku akan memberikan hadiah kepada kamu
putriku. Putriku kemarilah nak.

Gilang Rukmini : Iya ayahanda.

Rakyat 1: Wuaaah cantik sekali ya, putri Prabu Suwartalaya.

Rakyat 2: Iya. Aku jadi iri melihatnya.

Narator: Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. Kemudian…

Prabu Suwartalaya: Putriku tercinta Gilang Rukmini, hari ini hari ulang tahunmu. Aku berikan kalung ini
untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu.
Merekamempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa.
Pakailah kalung ini, Nak.

Narator: Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. Kemudian…

Gilang Rukmini: Kalung apa ini?! Kalung ini jelek! Aku tak mau memakainya! (kalung dilempar)

Rakyat: Haaahhhh??? Kalung indah terbuat dari emas permata itu di lempar begitu saja oleh putri.
Sungguh ku tak menyangka putri baginda berbuat seperti itu.

Rakyat 2: iya, padahal kalung itu sangat indah.

Ratu Purbamanah : Rukmini! Apa yang kau lakukan! Kau membuat ayahanda dan ibundamu begitu
malu!
Narator: Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai. Seluruh rakyat yang
hadir terkejut. Tak seorangpun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba Ratu Purbamanah menangis melihat
perilaku putrinya. Rakyatnya pun mengikuti menangis melihat Ratu Purbamanah menangis. Akhirnya,
semua pun meneteskan air mata, hingga istana basah oleh air mata mereka. (Ratu Purbamanah
menangis)

Narator: Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Airnya keluar sangat deras yang makin lama
makin banyak. Sang Putri sangat menyesal atas perbuatan jahatnya.

Narator: Setelah kejadian tersebut, Tiba-tiba Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin
besar dan menenggelamkan istana. Kemudian…….., terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Nama
danau itu kini dikenal orang sebagai Telaga Warna. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman,
bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun, orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari
kalung Putri Gilang Rukmini yang tersebar di dasar telaga.

Anda mungkin juga menyukai