Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 3

Nama anggota : 1. Alfa Naurah Rayyani (05) → ahli perhiasan

2. Danish Aisy Syifaur Risky (07) → rakyat 1

3. Kayla Najmina Syamila (15) → Gilang Rukmini

4. Muhammad Fawzan Syahputra (20) → penasehat

5. Nurul Jannati Adnina (28) → narrator

6. Ravi Dimas Febriandy (31) → Prabu Suwartalaya

7. Viona Aurellia Maheswari (39) → Ratu Purbamanah

Dikisahkan pada zaman dahulu kala, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang

bernama Kerajaan Kutatanggeuhan yang dipimpin oleh raja yang arif dan

bijaksana yaitu Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Rakyatnya hidup

tenang, makmur, tenteram, damai dan, sejahtera. Namun Sayangnya, Prabu

Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai seorang anak. Sehingga, ini

menjadi kegelisahan sang Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah.

Adegan 1

Ratu Purbamanah : (sedang murung dan menangis)

Prabu Suwartalaya : Sudahlah dinda. Jangan murung dan menangis terus, kalau

dinda bersedih terus seperti ini, kanda jadi ikut bersedih.

Ratu Purbamanah : Bagaimana dinda tidak bersedih kanda, sudah bertahun-tahun

kita berumah tangga tapi tak kunjung dikaruniai seorang anak.


Penasehat : Ampun baginda, supaya Ratu Purbamanah tidak sedih terus bagaimana

kalau mengangkat seorang anak saja, baginda? Barangkali bisa mengurangi

kesedihan Ratu.

Ratu Purbamanah : Tidak! Aku tidak mau punya anak angkat!

Prabu Suwartalaya : Iya, penasehat. Aku pun tidak setuju bila mengangkat seorang anak.

Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat.

Ratu Purbamanah masih terus menangis

Prabu Suwartalaya : Sudahlah dinda jangan menangis terus. Kanda akan berusaha

lagi. Kanda akan pergi ke hutan untuk bertapa agar kita cepat dikaruniai seorang

anak.

Ratu Purbamanah : Baiklah kalau begitu. Jika memang kanda harus pergi ke hutan

untuk bertapa, dinda juga turut berdo’a. Hati-hati kanda.

Pergilah sang prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di hutan, sang prabu terus

menerus berdo’a agar dikaruniai seorang anak. Beberapa bulan kemudian,

keinginan mereka terkabul. Ratu Purbamanah pun hamil. Seluruh rakyat senang

sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian,

Ratu Purbamanah melahirkan seorang putri.


Adegan 2

Ratu Purbamanah : (menggendong seorang bayi)

Prabu Suwartalaya : Putri kita ini cantik ya, Dinda. Dan kelihatannya sangat lucu.

Ratu Purbamanah : Iya Kanda. Kita harus bersyukur akhirnya kita dikaruniai

seorang anak.

Prabu Suwartalaya : Iya dinda. Putri kita ini juga manis, dan sangat menggemaskan!

Oleh karena itu, bagaimana kalau kita beri nama Gilang Rukmini? Bagimana dinda

setuju tidak?

Ratu Purbamanah : Nama yang bagus, anakku Gilang Rukmini

Sesaat raja dan ratu sedang berbahagia, datanglah penasehat kerajaan.....

Penasehat : Ampun baginda, ada salah seorang rakyat yang ingin bertemu dengan

baginda raja dan ratu, Ia ingin memberikan sebuah hadiah sebagai ucapan selamat

untuk baginda.

Ratu Purbamanah : Persilahkan ia masuk penasehat

Penasehat : Baik baginda ratu

Rakyat 1 : Salam hormat baginda, saya mewakili rakyat membawakan sebongkah

hadiah berisi emas dan gaun terbaik dari lautan sebrang untuk putri pembawa

kebahagiaan bagi negeri ini

Prabu Suwartalaya : Wah terima kasih banyak, aku sangat senang atas

kunjunganmu, semoga kelak hadiahmu dapat digunakan dengan baik! Putri kami

pasti sangat senang mendapatkannya.

Ratu Purbamanah : Benar, hadiah kalian pasti sangat berharga bagi putri kami!

Tolong sampaikan terima kasih banyak untuk rakyat yang lain, putri kami pasti

menyukainya dan kelak akan digunakan dengan baik hadiah ini.

Rakyat 1 : Baik baginda ratu, siang ini untaian terima kasih akan terdengar di

seluruh penjuru negeri betapa bahagianya baginda raja dan ratu negeri ini

mendapat karunia seorang putri yang amat cantik.


Prabu Suwartalaya : Baiklah, sekali lagi terima kasih

Rakyat 1 : Salam hormat baginda, saya pamit undur diri terlebih dahulu

Tak hanya keluarga istana yang berbahagia, rakyat turut berbahagia mendengar

kabar tersebut. Sayangnya, Gilang Rukmini tidak diasuh secara baik oleh Prabu

Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Gilang pun tumbuh menjadi gadis yang

manja dengan sifat-sifat yang kurang baik. Dia tak segan berkata kasar untuk

mendapatkan apa yang diinginkannya. Walaupun begitu, baik Prabu

Suwartalaya, Ratu Purbamanah, dan rakyat sangat mencintainya.

Adegan 3

Gilang Rukmini : Ibunda, aku tak suka baju itu.

Ratu Purbamanah : Tapi nak ini hadiah dari rakyat kita sejak kamu masih belia, ini

menunjukkan bahwa kita menghargai pemberian mereka dan menggunakannya

dengan baik.

Gilang Rukmini : Aku tidak peduli! Itu hanya sebuah kain pemberian rakyat yang

tidak berharga. Aku ini seorang putri, untuk apa aku memakai kain-kain lama?

Bahkan warnanya tak menarik sama sekali.

Ratu Purbamanah : Kamu tidak boleh berkata seperti itu Rukmini, baju ini

pemberian rakyat yang amat berharga. Pertanda bahwa mereka sangat bersyukur

atas kehadiranmu dalam negeri ini.

Gilang Rukmini : Sudahlah ibunda, kain itu hanya akan merusak pesta ulang

tahunku nanti.

Ratu Purbamanah : Baiklah, bunda akan menyiapkan yang lain…

Gilang Rukmini : Akhirnya ibunda pergi, aku sudah bosan mendengar semua

perintah tidak masuk akalnya itu. Penasihat, bila ibunda datang untuk menemuiku

jangan bukakan pintu untuknya.

Penasehat : Ampun putri, bagaimana bila baginda ratu marah?


Gilang Rukmini : Turuti saja perkataanku, apakah itu sangat sulit?

Penasehat : Tapi hamba takut bila baginda ratu marah

Gilang Rukmini : Aku bilang ikuti saja perkataanku, apa kau tidak takut padaku?

Penasehat : Baiklah putri, maafkan hamba

Hari berlalu, putri pun tumbuh menjadi gadis remaja tercantik di seluruh negeri.

Dalam beberapa hari, putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri

itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu

Suwartalaya mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu

menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya

untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia

membawanya ke ahli perhiasan yang sangat terkenal untuk membuatkan sebuah

kalung paling indah untuk putrinya sebagai simbol hadiah bagi seluruh rakyat.

Adegan 4

Ahli perhiasan : Ampun baginda Prabu Suwartalaya, ada keperluan apa baginda

kemari?

Prabu Suwartalaya : Aku ingin kau membuatkan kalung yang paling indah di negeri

ini sebagai hadiah ulang tahun putriku besok. Ku harap kalung itu sudah siap

dalam semalam.

Ahli perhiasan : Baik baginda, dengan senang hati hamba akan membuatkan kalung

paling indah yang pernah hamba buat untuk putri kami yang tersayang.

Prabu Suwartalaya : Terima kasih atas kebaikanmu ini, pengawalku akan

mengambil perhiasan itu besok saat matahari terbit.

Ahli perhiasan : Baiklah baginda raja


Ahli perhiasan itu lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia

ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat

menyayangi putri prabu. Hari ulang tahun pun tiba, penduduk negeri berkumpul

di alun-alun istana. Ketika Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah datang, para

rakyat menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar,

ketika Putri Gilang Rukmini yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang.

Semua orang mengagumi kecantikannya.

Adegan 5

Rakyat-rakyat : (teriak dan bertepuk tangan) Horeee!! Raja dan Ratu telah datang!

Rakyat 1 :Wuaaah cantik sekali ya, putri Prabu Suwartalaya.

Rakyat 2 : Iya. Aku jadi iri melihatnya.

Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya.

Kemudian...

Prabu Suwartalaya : Putriku tercinta Gilang Rukmini, hari ini hari ulang tahunmu.

Aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru

negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini karena

mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak.

Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. Kemudian...

Gilang Rukmini : Aaahh!! Kalung apa ini?! Kalung ini jelek! Aku tak mau

memakainya! (kalung dilempar)

Rakyat-rakyat : Haaahhhh??? Kalung indah terbuat dari emas permata itu di lempar

begitu saja oleh putri. Sungguh ku tak menyangka putri baginda berbuat seperti itu.
Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai. Seluruh

rakyat yang hadir terkejut. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba,

Ratu Purbamanah menangis melihat perilaku putrinya. Rakyatnya pun ikut

menangis melihat Ratu Purbamanah menangis. Akhirnya, semua pun meneteskan

air mata, hingga istana basah oleh air mata mereka.

Ratu Purbamanah : Rukmini, apa yang kamu lakukan?! Kau membuat ayah dan

ibunda sangat marah sekaligus menahan malu (menangis)

Tiba-tiba muncul mata air dari kalung yang hancur, putri sangat ketakutan

melihat airnya keluar sangat deras yang makin lama makin banyak. Ia menyesal

atas perbuatan jahatnya

Rakyat 1 : Haaahh?? Ada air! Air! Air!

Rakyat 2 : Hahhh? tiba-tiba air ini membentuk kolam kecil!

Rakyat-rakyat : Bukan! Ini banjir! Banjir! Banjiir! Banjiiir! Banjiirr!

Setelah kejadian tersebut, rakyat berteriak teriak kebingungan, panik, ketakutan

dan...... tiba-tiba Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin

besar dan menenggelamkan istana. Kemudian........ terciptalah sebuah danau yang

sangat indah. Nama danau itu kini dikenal orang sebagai Telaga Warna. Warna

itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar

telaga. Namun, orang mengatakan,warna-warna itu berasal dari kalung Putri

Gilang Rukmini yang tersebar di dasar telaga.

Anda mungkin juga menyukai