Anda di halaman 1dari 9

Naskah Drama

Karang Bolong
Prolog :

Peristiwa ini terjadi pada beberapa abad yang lalu dikisahkah bahwa di sebuah
kesultanan yang bernama Kartasura. Pada saat itu kesultanan Kartasura sedang dirundung
kesedihan yang berlarut-larut, hal tersebut karena disebabkan oleh Permaisuri yang paling
dicintai sultan menderita sakit yang tak kunjung sembuh. Sudah berkali-kali sultan
mengundang tabib dari berbagai pelosok negeri untuk mengobati permaisuri, namun belum
ada satupun yang bisa mengobati sang permaisuri. Pada saat itu keluarlah tabib dari ruangan
sang permaisuri dengan wajah cukup pucat dengan keringat yang membasahi wajahnya.

Sultan :

(terburu-buru menghampiri tabib dengan perasaan sedikit cemas). Tabib,…bagaimana


keadaan istriku, apakah tabib bisa mengobati penyakit yang sedang diderita istriku itu ?

Tabib :

Ampun, seribu ampunan saya minta dari baginda Sultan. Setelah saya memeriksa kondisi
permaisuri. Terus terang saya belum bisa mengetahui sebenarnya sakit apa yang mendera sang
permaisuri. Sudah berpuluh-puluh tahun saya mengabdikan hidup saya untuk mengobati sesama,
tetapi baru kali ini saya menemukan kondisi sedemikian rupa. Sekali lagi saya mohon ampunan
baginda karena belum bisa memenuhi harapan baginda.

Sultan :

(dengan sedikit raut kecewa namun dengan kebijaksanaan yang melekat dalam alam
pikirnya itu, dengan begitu mudah ia sembunyikan jauh-jauh perasaan itu didasar lubuk
hatinya yang paling terkucil)

Tidak perlu meminta maaf seperti itu bib, aku sudah mengetahui kebesaran namamu yang
malang melintang dalam dunia obat-obatan. Sudah berpuluh-puluh manusia datang kepadamu
untuk menolong sakit yang sedang mereka derita. Dengan tangan dinginmu itu mereka akhirnya
sembuh, terlebih engkau tak pernah mematok harga dari apa yang kau lakukan itu.

Tabib : Baginda terlalu berlebihan.

Sultan : Tabib, apakah kiranya istriku itu bisa sembuh..

Tabib :

Bisa baginda, bukankah segala sesuatu di dunia ini diciptakan selalu berpasang-
pasangan, setiap penyakit pasti ada obatnya. Bagaimana kalau baginda mencari tempat yang sepi
untuk memohon kepada sang Maha Agung untuk mencari petunjuk demi kesembuhan
permaisuri.

Penasehat Istana :

Betul apa yang disampaikan Tabib li baginda nampaknya memang harus minta petunjuk
kepada sang Maha Agung sebenarnya apa yang menyebabkan sakitnya permaisuri, karena
apabila hamba cermati ada hal yang tidak wajar dengan sakitnya beliau. Hari demi hari tubuh
sang permaisuri menjadi kurus dan kering tinggal tulang yang terbalut kulit. Hamba juga kuatir
dengan kondisi kesultanan Kartasura yang mulai tidak berjalan sebagai mana mestinya. Rakyat
mulai cemas gusti. Mohon ma af atas kelancangan hamba.

Sultan :

Semua perkataanmu benar penasehatku. Aku juga merasa bersalah kepada rakyatku
karena sejak permaisuriku sakit kerajaan Kartasura tidak terurus. Aku tidak pernah memikirkan
persoalan apa saja yang menimpa rakyatku. Bagaimana dengan kondisi Papan, sandang, dan
pangan mereka. Sebenarnya aku tau rakyatku mulai mengeluhkan bagaimana langkanya minyak
goreng.

Penasehat Istana :

Alangkah bijaknya gusti baginda memang harus secepatnya untuk menyepi, agar segala
kegaduhan yang terjadi di Istana Kartasura tidak semakin berlarut-larut.

Sultan :

Nanti malam aku akan berangkat, tapi aku minta tolong kepadamu penasehatku dan tabib li agar
kepergianku saat menyepi jangan sampai diketahui oleh siapapun. Termasuk pernaisuriku.

Tabib : Baik baginda sultan.

Penasehat Istana :

Baik , perintah baginda sultan akan kami laksanakan dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak ada
lagi hal yang perlu dibicarkan kami mohon pamit baginda.

Tabib : saya juga pamit dulu baginda, ada beberapa obat-obatan yang perlu hamba siapkan.

Malam telah tiba, suasana di sekitar kerajaan Kartasura terlihat sepi. Hanya ada
suara jangkrik yang mengerik dan suara kelelawar yang berubut buah-buahan masak di
taman istana. Langit terlihat cerah, dengan berhiaskan bintang-bintang memberikan warna
langit menjadi begitu indah. Malam itu Baginda Sultan keluar istana dengan menyamar
sebagai rakyat biasa. Seandainya kebetulan bertemu orang di jalan pun pasti tak memahami
kalau orang itu adalah sultan Kartasura, dengan membawa obor ia pergi menuju dunia sepi.

Sultan :

Kenapa tidak sejak dulu aku menyepi, untuk meminta petunjuk kepada Sang Maha Agung
kenapa aku begitu bodoh. Apakah rasa cintaku kepada permaisuri telah membutakan mata
batinku sehingga aku melupakan tugas dan kewajibanku sebagai sultan. Melupakan kewajibanku
pada sang maha agung, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendaknya..

Sepanjang perjalanan dimalam yang sunyi terjadi pergumulan batin di dalam diri sultan
Kartasura. Tiba-tiba di tengah perjalanan gerombolan begal menghadang sultan.

Begal 1 : Hai, hendak pergi kemana malam-malam seperti ini.

Sultan : Mau pergi kesuatu tempat yang bisa menenangkah hati dan pikiran ki sanak.
Begal 2 : Menenangkan hati dan pikiran, haha…haha…haha..menuju hutan. Apa kau ini
waras, seharusnya kau ini pergi ke warung tuak, minum arak sampai puas dan ditemani
perempuan-perempuan cantik. Haha………

Sultan : Betul kisanak, hamba memang ingin menenangkan hati dan pikiran agar bisa
mendapat petunjuk dari Sang Maha Agung. Hamba tidak diperkenankan untuk minum arak dan
main perempuan tuan. Sebab semua itu perbuatan tercela dan kurang budi.

Begal 2 : Omong kosong dengan ucapanmu itu, jangan menceramahiku. Sampai mulutmu
berbusa-busapun tak akan aku dengar ucapanmu itu.

Begal 1 :lebih baik kau serahkan saja semua bekal yang kau bawa itu ?bila ingin melewati hutan
ini dengan selamat.

Sultan : Hamba, tidak membawa apa-apa kisanak, ini hanya sebatas kain ganti hamba.

Begal 1 :

Sudah bawa sini.( bekal merebut paksa apa yang dibawa sultan setelah berhasil merebut bekal
tersebut terjadi suatu keanehan, ia tak bisa mengangkatnya meskipun sudah dibantu oleh
temannya).

Sultan : merelakan barang bawaannya direbut.

Begal 2 : Kang, berat sekali barang bawaan orang ini, pasti di dalamya banyak sekali uang dan
perhiasan.

Begal 1 : iya, tetapi kenapa kita berdua tidak mampu mengangkatnya, padahal kan Cuma
seukuran kelapa. Hai kau, sebenarnya apa isi dari buntalan ini..

Sultan : dua potong kain dan celana ki sanak.

Begal 2 : mau Mati! Jangan berbohong kau, mana mungkin hanya dua potong kain dan celana
kami berdua tidak mampu mengangkatnya.

Sultan : Hamba tidak berbohong ki sanak. Buka saja kalau tidak percaya,..

Dengan rasa penasaran yang mengebu-gebu begal 1 dan 2 akhirnya membuka buntalan
itu, tetapi selalu gagal dan akhirnya mereka meluapkan kekecewaan dan kemarahannya dengan
langsung menendang sultan. Dengan begitu gesit sultan itu menghindar.

Sultan :

Kenapa ki sanak menyerangku. Bukankah apa yang ki sanak minta sudah didapatkan.

Begal 1 : Cari mati kau ini..

(perkelahianpun tidak bisa dipungkiri namun begal satu begitu kewalahan menghadapi
sultan, meskipun sultan hanya sebatas menghindar tanpa sedikitpun memberi perlawanan. Begal
2 pun turut menyerang dengan begitu sengitnya membabatkan goloknya ke sana kemari, hanya
saja tebasan kosong yang ia dapatkan. Berkali-kali mereka menyerang sultan tapi tak sedikitpun
mengenainya, sampai pada akhirnya satu serangan melumpuhkan mereka berdua.
Begal 1 : Ampun tuan, ampun jangan bunuh kami berdua! Ampun kami mengaku salah,
karena hendak merampas tuan.

Begal 2 : ampuni kami tuan, kami terpaksa melakukan ini semua. Sudah 2 hari ini
keluarga kami kelaparan. Ampun tuan. Harga kebutuhan pokok naik begitu pesat, belum lagi
dengan langkanya minyak goreng di pasar.

Sultan : Sudah bangun kalian berdua, aku ampuni. Tapi ingat jangan pernah mengulangi
perbuatan ini lagi. Kalau sampai aku melihat didepan mataku hal ini terulang lagi maka tidak
ada ampunan lagi untuk kalian berdua.

Begal 1 & 2 : Sebenarnya tuan ini siapa ?.

Sultan : aku bukan siapa-siapa, hanya orang biasa seperti kalian. (Sambil mengeluarkan
uang dari buntalan ) ini uang untuk kalian berdua semoga bisa mencukupi kebutuhan sehari-
hari kalian berdua dan modal usaha.

Begal 1 : Tuan sudah mengampuni kami berdua saja sudah lebih dari cukup.

Begal 2 : Betul tuan.

Sultan : Sudah tidak apa-apa ambil saja, aku mau melanjutkan perjalanan nanti keburu
pagi.

Begal 1&2 : Sekali lagi terimakasih tuan, kebaikan tuan akan kami kenang, dan semoga
pada suatu hari nanti bisa membalas kebaikan tuan ini.

Sultan : Tidak usah..

Tidak lama kemudian sultan Kartasura melanjutkan perjalannya. Sampai pada akhirnya
sampai pada tempat yang ia tuju. Sebuah perbukitan dengan air terjun yang mengalir begitu
deras, gemericik air saling terdengar nyaring sekali saat berbenturan dengan bebatuan.
Pepohonan tumbuh begitu subur besar-besar, di bawah pohon bebatuan ditumbuhi lumut nan
hijau. Aneka burung pun berkicau saling bersahutan satu sama lain. Mata Sang sultan pun
mencari tempat yang nyaman untuk bersemedi. Sampai pada akhirnya ia menemukan mulut gua
yang sedikit tertutup bebatuan. Hatinya bergumam barangkali tempat ini pas untuk menenangka
hati dan pikiranku serta meminta petunjuk dari sang maha agung. Sultan pun mulai tapanya
hari berganti hari, siang berganti malam, godaan demi godaan mengodanya dengan tujuan
membatalkan semedinya. Hingga pada suatu malam terdengar suara ghaib.

Suara Ghaib : hentikan semedimu, wahai sultan Kartasura, ambilah bunga karang di
Pantai Selatan dengan bunga karang itulah, permaisuri akan sembuh.

Sultan : (Terkejut dan terbangun dari semedinya) Berdiri matanya sambil mengamati
sekeliling mencari siapa yang bersuara tadi) Ki sanak siapa ?

Suara Ghaib : Pulanglah, dan lekas cari bunga itu. Kau tak perlu tau siapa aku.

Sultan : Baik.
Akhirnya Sultan meninggalkan tempat menyepinya untuk pulang menuju Kartasura.
Sampai di Istana Sultan Menayakan apa yang dialaminya saat menyepi kepada penasehat
kerajaan.

Penasehat Istana :

Ahirnya Baginda Sultan sudah kembali ke kerajaan Kartasura.

Sultan :

Sudah penasehatku, dalam semediku aku mendapatkan bisikan untuk mengambil bunga karang
di Pantai Selatan dengan bunga karang itulah, permaisuri akan sembuh. Tetapi, Pantai selatan
itu sangatlah luas dimana aku mengambil bunga karang itu ?

Penasehat istana :

Ampum paduka, apabila bisikan ghaib itu berbisik seperti itu hamba yakin bahwa tempat yang
dimaksud suara ghaib itu adalah wilayah Karang Bolong, disana banyak sekali terdapat gua
karang yang di dalamnya tumbuh bunga karang.

Sultan :

Baiklah besok pagi akan aku suruh Adipati surti untuk mengambil bunga karang tersebut.

Keesokan harinya sultan memanggil Adipati Surti menuju istana.

Adipati Surti :

Mohon ampun baginda , Ada tugas apa yang hendak baginda sultan titahkan kepada hamba ?

Sultan : Pergilah ke Pantai selatan tepatnya gua karang bolong carilah sampai dapat bunga
karang yang tumbuh disana. Ambilah secukupnya untuk kau bawa pulang, Adipati kau boleh
membawa pengiring.

Adipati Surti :

Baik baginda, pagi ini saya akan berangkat menuju karang bolong bersama pengiring
setia saya Sanglar dan Sanglur. Saya tidak akan pulang menuju Kartasura sebelum
mendapatkan bunga karang itu.

Sultan : Pergilah, doaku menyertaimu, semoga berhasil.

Setelah beberapa hari berjalan Adipati surti, Sanglar dan Sanglur tibalah di karang bolong.
Mereka kemudian mencari bunga karang tersebut. Setelah dicari kesana kemari teryata mereka
tak kunjung menemukan bunga karang tersebut.

Sanglar : Ampun tuan adipati, hamba belum menemukan bunga yang tumbuh dikarang.

Sanglur : Hamba juga belum menemukannya tuanku.

Adipati Surti :
Sudah berkali-kali aku mencarinya aku juga belum menemukannya. Apa begini saja kita
berpencar masing-masing mencari bunga di gua karang yang berbeda. Aku akan bersemedi dulu
disini meminta petunjuk dimana keberadaan bunga tersebut. Dan ingat kalau aku belum bangun
dari semediku jangan sampai kalian berdua membangunkan aku.

Sanglar& Sanglur :

Baik tuan, kami pergi

Adipati Surti hati-hati ( akhirnya adipati surti memulai semedinya meminta petunjuk dimana
letak keberadaan bunga karang itu tumbuh. Setelah beberapa hari, Adipati Surti mendengan
suara seorang perempuan.

Suryawati : Hentikan semedimu, aku akan mengabulkan permintaanmu, tetapi kau harus penuhi
dulu persyaratanku”

Adipati surtipun membuka matanya, dan melihat seorang dewi cantik seperti dewi dari
khayangan di hadapannya.

Suryawati :

Namaku suryawati, abdi nyi loro kidul yang menguasai Pantai selatan. Adipati kau akan
menemukan apa yang sedang kau cari sebagai obat dari permaisuri sultanmu itu tetapi kau
harus menetap di Pantai Selatan hiduplah bersamaku, maka akan kutunjukan dimana letak
bunga karang itu.

Adipati Surti :

Berpikir sejenak, untuk kesembuhan permaisuri sultanku, untuk kebaikan kesultanan Suralaya
maka harus kupenuhi syarat dari putri suryawati.

Baiklah aku terima syaratmu untuk tinggal bersamamu di Pantai Selatan.

Tak lama setelah itu, Suryawati mengulurkan tangannya mengajak Adipati Surti untuk
menunjukan tempat bunga karang itu. Ketika menerima uluran tangan Suryawati, Adipati Surti
merasa raga halusnya saja yang terbang mengikuti Suryawati, sedang raga kasarnya tetap
dalam bersemedi.

Suryawati :

Itulah bunga karang yang dapat menyembuhkan permaisuri, ( sembaring menunjuk pada sarang
burung lawet).

Adipati Surti : itukah yang dimaksud dengan bunga yang dibisa mengobati permaisuri. Pantesan
saja sejak aku menginjakan kaki disini tak kunjung juga kutemukan Bungan karang itu, teryata
bunga karang itu ialah sarang burung wallet.

Suryawati :Iya, jika diolah sarang burung wallet itu akan menjadi ramuan luar biasa
khasiatnya.

Adipati surti pun mengambil sarang burung lawet cukup banyak setelah itu, ia kembali ke
tempat bersemedi, raga halusnya pun kembali masuk menuju raga kasaranya. Setelah
mendapatkan bunga karang itu Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya kembali ke
Kartasura. Sultan Kartasura pun sangat senang atas keberhasilan Adipati Surti.

Sultan :

Cepat buatkan ramuan obatnya tabib.

Tabib : Baik baginda.

Setelah beberapa hari teryata kondisi permaisuri menjadi segar seperti sedia kala. Suasana
Sultan Kartasura menjadi ceria kembali. Di tengah kekembiraan tersebut Adipati Surti teringat
akan janjinya pada Suryawati. Ia pun mengutarakan hal tersebut pada sultan.

Sultan :

Mohon ampun sultan, saya hendak berbicara pertama saya bahagia sekali atas kesembuhan
permasuri. Yang kedua saya amu ijin untuk meninggalkan kesultanan kartasura untuk memenuhi
janji saya kepada dewi suryawati yang telah menunjukan keberadaan bunga karang itu. Yang
Mulai saya telah berjanji kepada putri untuk tinggal di karang bolong demi menjaga dan
mendiami karang bolong yang di dalamnya terdapat banyak sekali sarang burung lawet.

Sultan :

Begitu besar pengorbananmu, terhadap kesultanan kartasura adipati, dengan apalagi saya
membelas jasa besarmu ini.

Adipati Surti :

Yang mulia, jangan berbicara seperti itu, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk mengabdi
kepada Kartasuura. Saya pamit yang mulia, kalau yang mulia berkenan saya mau mengajak
sanglar dan sanglur untuk pergi bersama saya itupun kalau mereka berkenan.

Sultan :baiklah kalau begitu .Janji memanglah harus ditepati begitulah tabiat seorang kesatria
Kalian berdua bagaimana ?

Sanglar& sanglur :

Kami siap baginda, untuk menemani dan melayani adi pati surti dengan sepenuh hati.

Adipati surti pun akhirnya berpamitan dan mengajak kedua pengiringnya untuk pergi bersama.
Mereka pergi ke karang bolong. Sesampainya di karang bolong Adipati surti bersemedi dan
raga halusnya keluar untuk menemui suryati.

Adipati Surti : aku datang untuk menepati janjiku dewi Suryawati.

Suryawati :iya kakang adipati,.

Mereka berdua akhirnya melangsungkan pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai