Anda di halaman 1dari 7

HIKAYAT PANJI SEMIRANG sebuah keraton, sedang namanya diubah dengan

Panji Semirang Asmarantaka. Begitu juga dengan


dua pengiringnya menyamar pula sebagai orang
laki-laki dan namanya pun berubah. Ken Bayan
Dua buah kerajaan dari dua orang kakak beradik, dengan Kuda Perwira sedang Ken Sengit dengan
Ratu Daha dan Ratu Kuripan merupakan dua hal Kuda Peranca.
jauh berbeda. Ratu Daha saudara yang tertua,
ialah seorang tokoh manusia yang tidak teguh Kerajaan baru itu makin besar, karena keberanian
pendiriannya. Setiap kali ia dapat mengubah kedua orang pengiring Panji Semirang yang
pendiriannya, karena hasutan selirnya Paduka merampas harta benda orang yang lalu di situ.
Liku, ibu Galuh Ajeng. Utusan Raja Kuripan ke Daha dapat pula
dikalahkan, sehingga Raden Inu sendirilah yang
Apalagi setelah ibu Cendra Kirana meninggal datang untuk menuntut balas. Tetapi apa yang
dunia, karena tapai beracun yang diberikan terjadi? Setelah Raden Inu melihat wajah Panji
Paduka Liku. Untuk mendinginkan kemarahan raja. Semirang, ia terpesona dan tak kuasa pula untuk
Paduka Liku mencarikan guna-guna, sehingga kasih menuntut balas. Malahan terjadi suatu
raja berpindah kepadanya. Galuh Ajeng persahabatan. Dengan demikian, Raden Inu dapat
dimanjakan. Dalam semua hal ia ingin meneruskan perjalanannya ke Daha untuk
didahulukan. Adiknya, Raja Kuripan, merupakan melangsungkan perkawinannya dengan Galuh
seorang tokoh yang berhatihati dalam segala Cendra Kirana. Bukan kesenangan dan
tindakannya. Tak putus dari berpikir panjang lebar kegembiraan, tetapi penyesalan dan kekecewaan
sebelum ia berbuat sesuatu. Putranya hanya yang didapatinya di Daha, karena Galuh Cendra
seorang yaitu Raden Inu Kertapati, yang akan Kirana sudah tak ada di sana. Walaupun demikian
dipertunangkan dengan putri saudaranya, Galuh perkawinan itu dilangsungkan juga dengan Galuh
Cendra Kirana. Saudaranya yang lain adalah Ratu Ajeng, karena permintaan yang keras dari ibunya,
Gageleng. Ia berputra seorang pula, Raden Singa Paduka Liku, kepada Ratu Daha. Perkawinan itu
Menteri, yang suka dipuji dan disanjung. tidak membawa kebahagiaan kedua belah pihak,
karena tak ada benih cinta dan senang yang
Segala-galanya akan diberinya asal ia dipuji tertanam di dalamnya. Malahan Raden Inu mulai
sebagai seorang yang tampan dan gagah, yang curiga, bahwa Panji Semirang itu ialah kekasihnya,
melebihi orang lain. Saudaranya yang seorang lagi Galuh Cendra Kirana. Daha ditinggalkannya untuk
ialah Biku Gandasari, seorang perempuan, menyusul Panji Semirang di kerajaan baru itu
menyisihkan diri dari keduniawian dan bertapa di bersama-sama dengan 3 orang pengiringnya:
Gunung Wilis. Pada suatu seketika, Raden Inu Jeruje Kartala, Persanta, dan Punta.
mengirimkan dua buah boneka. Sebuah dari pada
emas yang dibungkus dengan kain biasa, sedang Kekecewaan yang kedua tak dapat pula ditolaknya.
yang lain daripada perak, tetapi dibungkus dengan Kerajaan baru itu sudah kosong. Panji Semirang
kain sutera yang mahal harganya. Tentulah Galuh dengan pengiring-pengiring-nya telah
Ajeng yang dapat memilih lebih dahulu dan tentu meninggalkan tempat itu menuju Gunung Wilis,
pula ia akan memilih apa yang terbungkus dengan tempat pertapaan bibinya. Raden Inu hanya
kain sutera itu. mendapatkan Mahadewi, yang tidak dibawa dalam
perjalanan pindah karena sudah tua. Ia
Setelah ia mengetahui, bahwa boneka Cendra didapatinya sedang menangis. Perkataannya yang
Kirana terbuat dari pada emas ia merajuk kepada keluar mengatakan, bahwa Panji Semirang
ibu dan ayahnya untuk ditukar. Tetapi memanglah Galuh Cendra Kirana, putri Ratu Daha.
bagaimanapun juga ayah memaksanya, namun Setelah Mahadewi diantarkan ke Daha kembali,
boneka emas itu tak juga diserahkan oleh Galuh berangkatlah Raden Inu menyusul kekasihnya
Cendra Kirana. Kemarahan ayahnya timbul, dengan nama samaran Panji Jayeng Kesuma.
sehingga rambut Galuh Cendra Kirana Dalam perjalanannya Panji Semirang
diguntingnya. Sejak itulah ia merasa, bahwa hidup meninggalkan pakaian lakilakinya. Puspa Juwita
di istana merupakan hidup di bara api. Apalagi dan Puspa Sari, kedua putri pemberian Raja
sudah ternyata, bahwa ayahnya telah Mentawan yang kalah perang terkejut. Mereka
membencinya. Pada suatu malam ia melarikan diri baru mengetahui, bahwa Panji Semirang adalah
dengan ibu tirinya, selir raja yang pertama, seorang perempuan. Setelah merintis hutan dan
Mahadewi, bersama-sama dengan dua orang gunung sampailah mereka ke pertapaan Biku
pengiringnya Ken Bayan Ken Sengit. Di daerah Gandasari di Gunung Wilis. Mereka disambut
antara perjalanan Daha dan Kuripan ia mendirikan dengan ramah tamah. Beberapa hari mereka
tinggal di pertapaan itu. Pada suatu hari Biku Kerajaan Kuripan dan Daha dikendalikan oleh
Gandasari menyampaikan kata kepada Raden Inu Kertapati bersama-sama dengan
kemenakannya, bahkan cita-citanya akan sampai permaisurinya Galuh Cendra Kirana.
juga kalau ia pada hari itu berangkat meninggalkan
pertapaannya dan menyamar sebagai seorang Membangun Negara
gambuh (= penari) Panji Semirang dan
pengiringnya mengenakan pakaian laki-laki lagi. MERESMIKAN berdirinya suatu kerajaan baru
Galuh Cendra Kirana mengubah namanya lagi tiadalah sukar. Dengan beberapa patah kata,
dengan Gambuh Warga Asmara. dengan pengumuman ringkas, orang bisa lekas
tahu. Janji bisa lekas dilupakan orang jika tanpa
Banyak sudah negeri yang didatangi dan di mana- bukti, tanpa ujud yang dapat dirasakan adanya.
mana Gambuh mendapat sambutan yang hangat.
Akhirnya sampailah mereka ke Gageleng, kerajaan Membangun, memajukan dan mempertahankan
pamannya. Di daerah itu mereka kedaulatan Negara merupakan tugas yang maha
mempertunjukkan kegambuhannya. Dalam berat bagi Panji Semirang. Hal itu disadari benar
perjalanannya Raden Inu atau Panji Jayeng olehnya dan berkat dorongan kemauan yang kuat,
Kesuma sudah beberapa hari tinggal di kerajaan segala sesuatunya berjalan baik juga.
Gageleng. Raden Inulah yang menambah
Tampak dua orang penjaga pintu gerbang. Elok
menggilakan Raden Singa Menteri yang gila
paras mukanya. Galak-galak sorot matanya.
sanjung dan dipuji itu. Banyak pegawai istana yang
Langkahnya gagah seperti pahlawan yang tak kenal
beruntung karena hadiah Raden Singa Menteri
takut.
karena pujian-pujian, bahwa ia lebih gagah dan
tampan dari pada Raden Inu, sepupunya. Itulah Ken Bayan dan Ken Sanggit, dayang-dayang
yang berpakaian pria dan berganti nama pula.
Dari pengiring-pengiringnya Raden Inu
Yang seorang bernama Kuda Perwira dan yang
mendengar, bahwa Gambuh Warga Asmara baik
seorang lagi dipanggilkan Kuda Peranca.
sekali bermain. Mereka minta, agar gambuh itu
dapat pula bermain di istana. Rupa Gambuh Warga Tugas mereka berat. Mereka harus mencegah
Asmara menerbitkan prasangka lagi pada Raden orang-orang yang lewat, baik yang datang dari
Inu. Dalam hatinya ia menyatakan bahwa Gambuh arah Kuripan menuju Daha, maupun sebaliknya.
itu Panji Semirang. Tetapi beberapa kali dinya- Hanya orang-orang Gagelang dibolehkan terus
takan Gambuh Warga Asmara tetap menjawab, berjalan tetapi yang lain harus dipaksa menghadap
bahwa ia tidak kenal kepada Panji Semirang. Panji Semirang. Kuda Peranca matanya beringas
melihat serombongan pedagang yang hendak lalu.
Walaupun demikian tak putus-putus Raden Inu
Ujung kumis palsu dipelintir, supaya kelihatan
untuk mengamati Gambuh itu. Rahasia itu lama-
bertambah bengis. Tangan kiri memegang tombak.
lama terbuka juga. Tiap-tiap malam sebelum tidur,
Tangan kanan bertolak pinggang. Berjalan gagah
boneka emas, pemberian Raden Inu dahulu, selalu
seperti juara silat. Pangkal tombak ditumbukkan
ditimang-timang dan dibelai-belai dengan rasa
ke tanah. Mulut membentak, “Berhenti!” Para
kasih sayang. Pada suatu malam Raden Inu dapat
pedagang kecil hatinya melihat tingkah laku Kuda
melihat hal itu dalam intaiannya. Dengan tiada
Peranca, lalu berhenti berjalan.
menanti lagi dipeluknya Gambuh itu, yang tiada
lain daripada Cendra Kirana yang telah lama “Kalian dari mana ? Mau ke mana ?”
dikejar-kejar dan dicari-carinya. Perkawinannya
dilangsungkan di Kerajaan Kuripan. Dalam “Kami dari Gegelang,” jawab seorang kepala
perkawinan itu diundang juga Ratu Gageleng dan rombongan pedagang.
Raja Daha beserta Paduka Liku dan Galuh Ajeng.
Galuh Ajeng menangis pula dengkinya, karena istri “Semua dari Gagelang ?”
Raden Inu Kertapati tiada lain, selain Galuh Cendra
Kirana. Akhirnya ia dikawinkan dengan Raden “Betul! Kami hendak berdagang.”
Singa Menteri, putra Raja Gageleng, yang gila puji
“Hem! Dari Gagelang !” Kuda Peranca berkata
itu dan sanjung itu.
sendirian sambil menatap pedagang-pedagang itu
Paduka Liku sudah tidak menjadi impian dan seorang demi seorang. Tangan memelintir ujung
kekasih Raja Daha lagi, karena kekuatan guna- kumis palsu.
gunanya sudah luntur. Mahadewilah yang diangkat
“Kabarkan kepada orang-orang di negeri kalian
menjadi permaisuri. Selanjutnya tampuk pimpinan
tentang negeri kami. Raja kami ialah Sri Baginda
Panji Semirang Asmarantaka. Raja gagah perkasa langganan di sana. Sedangkan di negeri yang baru
tapi adil.” itu segala-galanya belum tentu.

Demikian perintah Kuda Peranca kepada ”Kami tidak setuju, Raden ! Kami harus
pedagang-pedagang itu. Maksudnya agar supaya meneruskan perjalanan ke Kuripan. Langganan
nama Panji Semirang dikenal orang di mana-mana. menunggu kedatangan kami di sana,” sahut kepala
rombongan pedagang. Dan serentak pula
“Baik Raden!” sahut para pedagang itu serentak. pedagang-pedagang itu bangkit hendak berjalan.
”Kalian boleh lewat,” kata Kuda Peranca. Kuda Peranca marah. Sambil menumbukkan
pangkal tombaknya ke tanah ia membentak,
Kemudian berjalanlah rombongan pedagang itu “Siapa-siapa tidak mau menurut perintah, kami
dengan hati lega, diikuti oleh pandangan mata tangkap. Yang berani melawan dengan kekerasan
Kuda Perwira dan Kuda Peranca. kami bunuh ! Mengerti ?”
Selang beberapa jam sesudah itu, tampak pula “Mengerti, Raden ! Kami menurut saja kehendak
serombongan orang yang hendak lalu. Kuda Raden.” Demikian sahut orang-orang dari
Peranca dan Kuda Perwira bersiap-siap hendak rombongan kesenian. Maka timbullah perpecahan
menegur bersama-sama. Sebab orang-orang yang di antara orang-orang negeri Mentawan itu.
hendak lewat itu agak besar jumlahnya. Segolongan menurut dan segolongan yang lain
membangkang.
“Berhenti !” teriak Kuda Peranca dan Kuda
Perwira dengan suara lantang. Enam orang pedagang yang pemberani, serentak
mencabut keris masing-masing. Terus menyerang
“Kalian dari mana ? Mau ke mana ?”
Kuda Peranca dan Kuda Perwira. Timbullah
“Kami dari negeri Mentawan. Kami hendak pergi pertikaian. Dua lawan enam! Dengan sigap kedua
ke negeri Kuripan, Raden,” sahut kepala prajurit itu memainkan tombak masing-masing.
rombongan. Mempertahankan diri. Tangkai tombak dipegang
sama tengah. Dengan cara demikian mereka bisa
“O, dari negeri Mentawan? Apa maksud kalian ke memukul penyerang dengan ujung dan pangkal
Kuripan?” tegur Kuda Peranca. tombak. Tak! Musuh kena pukul pangkal tombak.
Musuh sempoyongan. Cos! Mata tombak
“Macam-macam Raden. Ada yang hendak ditusukkan ke perut musuh. Sur! Darah membersit
berdagang, ada yang hendak menjual tenaga atau membasahi tanah. Musuh jatuh — mengerang
ada juga yang hendak menyelenggarakan kesakitan — berdengus-dengus napasnya —
tontonan. Seperti lais, ronggeng, debus, sunglap, akhirnya mati.
dan macam-macam lagi pertunjukan.”
Dua penyerang sudah terang jadi mayat. Yang
Jadi kalian semua dari negeri Mentawan ?” Kuda empat lagi luka-luka berat. Keenam-enamnya
Perwira minta ketegasan sekali lagi. bergeletak di tanah tanpa daya.

“Betul, Raden.” Orang-orang Mentawan itu menjadi takut semua


kepada Kuda Perwira dan Kuda Peranca. Mereka
Kuda Peranca dan Kuda Perwira saling menurut tanpa syarat segala perintah kedua
memandang. Kemudian Kuda Perwira berkata, prajurit itu. Kemudian terus digiring untuk
“Kalian dilarang meneruskan perjalanan ke menghadap Sri Baginda Panji Semirang.
Kuripan. Kalian mesti ikut kami menghadap Sri
Baginda Panji Semirang Asmarantaka. Raja adil dan Dengan kata-kata lemah-lembut, dengan sikap
budiman. Di negeri kami, kalian boleh mencari yang menarik, Baginda Raja menyampaikan
nafkah hidup. Sumber penghidupan luas terbuka sabdanya, “Dengan rasa persaudaraan, rakyat
bagi siapa pun.” kami menyambut kedatangan kalian di negeri
kami. Rakyat kami mengajak kalian bekerja
Kuda Perwira berhenti berbicara. Memandang bersama-sama; secara gotong royong membangun
muka para pedagang yang tampak tidak setuju dan negeri kami sehingga menjadi bertambah makmur.
agak kesal hatinya. Mereka merasa dibegal dan Kehidupan kalian kami jamin.”
bakal menderita rugi. Berdagang di Kuripan sudah
kelihatan untungnya, sebab sudah banyak Selanjutnya Sri Baginda memerintahkan rakyat
untuk menghibur orang Mentawan dengan makan
minum. Tiap keluarga harus menerima dua tiga “Jika negeriku diserang, rakyatku rusak binasa.
orang tamu di rumah masing-masing. Kemudian Permaisuri dan kedua putriku pasti menjadi
secara gotong royong mendirikan perkampungan korban juga. Dijadikan seperti barang rampasan.”
baru. Setelah itu mengadakan keramaian di alun- Demikian pikir Raja Mentawan. Perasaannya
alun. rusuh. Pikirannya kelam kabut. Lebih-lebih
mengingat kepada kedua putrinya, Puspa Juita dan
Orang-orang Mentawan senang hatinya Puspa Sari.
mendengar sabda Sri Baginda sedemikian.
Hilanglah takut mereka dan timbul rasa Pada suatu hari isi keraton Mentawan menjadi
persaudaraan dengan rakyat Baginda Raja Panji gempar. Beratus-ratus orang dari desa-desa
Semirang. Lambat laun mereka merasa betah pinggiran, berbondong-bondong menuju ibu kota.
tinggal di negeri baru itu. Dengan sukarela orang- Sebab di perbatasan negeri, tampak pasukan
orang Mentawan menyatakan hendak menjadi tentara Baginda Panji Semirang. Orang-orang
rakyat Sri Baginda Panji Semirang Asmarantaka. menduga negeri Mentawan akan diserang musuh
Dengan demikian bertambah banyaklah rakyat Sri yang sangat kuat.
Baginda. Keadilan dan kemakmuran yang
dijanjikan Sri Baginda menjadi kenyataan, oleh Raja Mentawan segera mengutus Patih pergi ke
karena rakyat sendiri patuh dan giat bekerja, rajin perbatasan untuk menyelidiki benar tidaknya
usaha; masing-masing menurut kecakapannya kabar yang disampaikan orang-orang pengungsi
sendiri-sendiri. Barangsiapa merasa belum cakap itu. Patih bersama-sama hulubalang dan beberapa
bekerja pasti mendapat bimbingan. Barangsiapa prajurit segera berangkat ke perbatasan. Betul!
menghadapi kesulitan, pasti diberi pertolongan. Dari jauh sudah kelihatan betapa banyak lasykar
Yang sakit, yang papa atau pun cacat dirawat baik- musuh yang sedang berkemah di sana. Dengan
baik. Anak-anak muda dilatih membuat alat hati berdebar-debar Patih terus mendapatkan
perkakas pertanian dan alat perang. Juga dilatih hulubalang pasukan Panji Semirang dan minta izin
menjaga keamanan negeri. Barangsiapa hendak menghadap Sri Baginda. Permintaan Patih
memperlihatkan kecakapan dan kerajinan bekerja diperkenankan. Dengan dihantarkan Hulubalang
yang luar biasa, pasti dikaruniai hadiah oleh Sri Kuda Perwira dan Kuda Peranca, Patih menghadap
Baginda. Sri Baginda Panji Semirang.

Nama Baginda Panji Semirang semakin harum Patih terkejut ketika melihat Sri Baginda yang
tersiar ke mana-mana. Semakin banyak rakvat sangat cantik itu. Sungguh di luar dugaan ! Sebab
berasal dari Daha, dari Kuripan, dan dari ia menduga akan berhadapan dengan seorang raja
Mentawan pada pindah ke negara Panji Semirang. yang serba kasar tingkah lakunya; yang jahat dan
Banyak di antara orang-orang pendatang itu yang bengis perangainya. Tetapi kiranya ia berhadapan
hidup makmur dan beroleh pangkat dalam dengan raja yang gagah perkasa tapi molek cantik.
kerajaan. Ada orang asal Daha menjabat pangkat Sangatlah kagum Patih melihat kecantikan paras
menteri, ada orang asal Kuripan menjadi demang Sri Baginda Panji Semirang! Serasa menghadap
atau temenggung. Tidak sedikit pula orang-orang sang Dewa Kamajaya dari keindraan.
asal Mentawan yang menjabat pangkat bupati.
“Paman Patih ! Harap Paman sampaikan sembah
Sementara itu Raja Mentawan bersedih hati, sujud kami ke hadapan Paduka Sri Baginda
oleh karena rakyat banyak yang pindah ke negeri Mentawan. Jika Paduka Raja berkenan hati kami
Baginda Panji Semirang. Tidak hanya rakyat biasa, bermaksud hendak menghadap untuk
melainkan juga orang-orang berpangkat pada mengeratkan silaturahmi kami dengan Paduka
meninggalkan tempat, kemudian menjabat Raja. Kami menunggu balasan Paduka Raja,
pangkat di negeri Panji Semirang. Paman.” Demikian sabda Baginda Panji Semirang.

Negeri Mcntawan semakin lemah, semakin Bukan main-main lega hati Patih mendengar sabda
mundur. Raja Mentawan cemas hatinya dan Baginda Panji Semirang demikian. Dengan khidmat
merasa takut kalau-kalau negerinya akhimya Paman Patih bersembah, “Hamba junjung setinggi-
diserang dan dijajah Baginda Panji Semirang. tingginya sabda Paduka. Hamba mohon diri.”

Menumt dugaannya Baginda Panji Semirang itu Patih segera naik kuda. Terus kembali ke istana
orangnya jahat, ganas. Badannya tinggi besar Mentawan.
seperti raksasa. Gagah perkasa tanpa tanding.
Kegemparan di istana mendadak menjadi reda.
Kegelisahan hati segera hilang lenyap, setelah
Patih mempersembahkan berita dari perbatasan Selesai bersantap sambil beramah-tamah, Panji
itu. Dan segera pula Baginda Raja menitahkan Semirang mohon diri. Lalu menitahkan bersiap-
Patih mengatur segala persiapan untuk siap untuk meninggalkan negeri Mentawan.
menyambut kedatangan tamu agung Sri Baginda Kunjungan muhibah Sri Baginda Panji Semirang
Panji Semirang. Permaisuri, Puspa Juita dan Puspa sesungguhnyalah meninggalkan kesan baik yang
Sari berpeluk-pelukan, tertawa-tawa oleh karena takkan mudah dilupakan oleh rakyat Mentawan.
hatinya terlalu girang. Girang oleh karena mereka
tidak jadi diancam malapetaka, tetapi sebaliknya Untuk menambah eratnya hubungan
bakal mendapat kehormatan menerima kunjungan persaudaraan, Puspa Juita dan Puspa Sari diizinkan
muhibah Sri Baginda Panji Semirang yang sudah ayahanda Raja untuk turut serta dengan Sri
masyhur namanya itu. Baginda Panji Semirang ke negerinya. Untuk
melayani kedua putri itu, dua emban turut pula,
Tak lama kemudian kedengaranlah suara gamelan yaitu Ken Pamonang dan Ken Pasirian.
dan macam-macam bunyi-bunyian, pertanda tamu
agung beserta pengiringnya sudah tiba. Dan Hari malam ketika Baginda Panji Semirang masuk
kedengaran pulalah sorak sorai rakyat Mentawan istana. Mahadewi menyambut dengan senang
yang menyambut tamu agung itu sepanjang jalan. gembira kedatangan Panji Semirang. Setelah
bercakap-cakap sejenak dengan Mahadewi, Panji
Rakyat Mentawan berdesak-desakan, berjejal-jejal, Semirang pergi bersiram dengan air kembang yang
karena ingin jelas melihat Sri Baginda yang harum baunya. Pakaian prianya ditanggalkan,
masyhur karena cantik dan gagah perkasanya itu; rambutnya diurai, lalu bersiram dan berlangir.
yang dikabarkan sebagai penjelmaan Dewa Baginda Panji Semirang beralih rupa kembali
Kamajaya itu. menjadi Galuh Cendera Kirana.

Raden Panji nan cantik jelita, naik kuda berwarna Dalam bilik tertutup, di malam sunyi, Cendera
putih bersih. Menyambut rakyat Mentawan Kirana menyepi seorang diri. Putri ayu hendak
dengan senyum manis. Senyum mesra, tanpa melepaskan pikiran dari segala kesibukan kerja
dibuat-buat ke luar dari kalbu bersih sang Nata. sebagai raja — ingin kembali menjadi manusia
biasa sepanjang malam — ingin menurutkan
Banyak gadis lupa akan tunangan, karena hati bisikan hati yang rindu kepada Raden Inu Kartapati
terpikat Raden Panji. Mata memandang tanpa di Kuripan. Sambil berbaring di atas tilam empuk
kedip, mulut ternganga lebar. Jantung berdebar- yang beralaskan kain sutera indah, Cendera Kirana
debar, kaki tak berasa capek mengikuti Sri Baginda mencium boneka emasnya. Anak-anakan itu
yang naik kuda. Nenek-nenek lupa akan rambut ditimang-timang, didendangkan nyanyian-
sudah putih, bertingkah seperti gadis remaja. nyanyian merdu, dipeluk, didekap, diajak
Hendak berlari menyongsong Baginda jelita, tapi berbicara. Semua isi hati dicurahkan Cendera
kaki kaku tak mau diajak cepat-cepat melangkah. Kirana kepada boneka kencana. Legalah hati
Tinggallah nenek berdiri sendirian, seperti orang- Kirana. Kemudian hanya napasnya jugalah yang
orangan di tengah sawah. Jika kakek tidak sayup-sayup sampai kedengaran dalam bilik itu.
menyeret pulang, maulah nenek menunggu Putri ayu mengembara di alam mimpi.***
sampai Sri Baginda nanti kembali.

Jika nenek melihat cermin barulah ia sadar, bahwa


masa muda sudah lama meninggalkan dia. http://anazpblovers.blogspot.com/2011/10/hikayat-
panji-semirang.html
Permaisuri mentawan dan kedua putrinya berdiri
tertegun. Matanya terbelalak seperti mata
belalang melihat Sri Baginda Raja Panji Semirang
masuk istana, terus menyembah dengan
hormatnya di hadapan Sri Baginda Raja
Mentawan. Istana sunyi senyap, orang-orang
mulutnya bungkam, berdiri seperti patung-patung;
seperti dikuasai tenung.

Tutur kata, gerak-gerik Sri Baginda Panji Semirang


sangat menarik perhatian orang-orang Mentawan.
HIKAYAT PANJI SEMIRANG Ketika sedang duduk santai pada sore, permaisuri
teringat kepada tapai pemberian Paduka Liku.
Disuruhnya seorang dayang mengambil tapai itu.
Baru saja tapai dimakan, tiba-tiba badan
Alkisah pada zaman dahulu hiduplah seorang raja permaisuri kejang, mata terbelalak dan mulutnya
di Tanah Jawa yang merupakan empat bersaudara. berbusa. Dayang-dayang menjadi panik, menangis
Yang tua menjadi raja di Kuripan, yang muda dan Candra Kirana menjerit ketika melihat ibunya
menjadi raja di Daha, yang tengah menjadi raja di dalam keadaan demikian.
Gegelang, dan yang bungsu menjadi raja di
Singasari. Empat orang bersaudara itu sangat Demikian pula Mahadewi, selir baginda satu lagi
menyayangi satu sama lain. Negeri tempat mereka sangat merasa sedih atas kematian permaisuri.
tinggal sangat ramai dan termasyur. Banyak Tergopoh-gopoh baginda datang dan sangat
pedagang asing yang masuk untuk berniaga di marah kepada Paduka Liku atas bencana yang
dalam negeri itu. ditimbulkannya. Namun setelah berhadapan
dengan Paduka Liku, baginda berubah sikap
Raja Daha mempunyai dua orang putri. Dengan menjadi tenang dan tetap ramah kepadanya.
permaisurinya ia berputtra seorang bernama
Galuh Candra Kirana, seorang putri yang cantik, Kabar tentang wafatnya permaisuri Daha sampai
dan lemah-lembut tutur katanya membuat orang ke Kahuripan. Baginda raja Kahuripan merasa
tertarik kepadanya. Seorang putri lagi bernama kasihan kepada Candra Kirana atas nasibnya itu.
Galuh Ajeng, keturunan yang diperoleh atas Untuk menghiburnya Baginda ingin mengirimkan
perkawinan dengan selirnya bernama Paduka Liku. bingkisan kepada calon menantunya. Raden Inu
Tabiat Galuh Ajeng tidak baik dan selalu iri hati Kertapati disuruh membuat dua buah boneka.
terhadap kakak tirinya, Galuh Candra Kirana. Satu dari emas dan satu lagi dari perak. Boneka
Dayang-dayang dan orang-orang istana tidak Emas dibungkus dengan kain biasa, dan boneka
senang kepadanya. perak dibungkus dengan sutera yang indah.
Setelah bingkisan tiba di Daha, Baginda menyuruh
Baginda raja mempunyai beberapa orang saudara. Galuh Ajeng memilih lebih dahulu. Karena
Seorang menjadi raja di Kahuripan dan seorang tamaknya diambilnya bungkusan sutera dan yang
menjadi raja Gagelang, seorang lagi wanita, berbungkus jelek diberikan kepada Candra Kirana.
menjadi pertapa di Gunung Wilis dengan gelar
Gandasan. Raja Kahuripan mempunyai seorang Betapa gembira Candra Kirana setelah membuka
putra yang tampan dan baik perangainya, bungkusan ternyata yang didapatkannya adalah
bernama Raden Inu Kertapati. Raja Kahuripan ingin boneka emas yang berkilau-kilauan. Ditimang-
supaya putranya menikah dengan putri layaknya timangnya boneka itu dan selalu dibawanya ke
sebagai menantu raja. Pilihan jatuh kepada putrid mana ia pergi. Akhirnya Galuh Ajeng mengetahui
saudaranya yang cantik, yaitu Galuh Candra bahwa boneka kakaknya jauh lebih bagus dan ia
Kirana. ingin memilikinya. Atas bujukan Paduka Liku,
Baginda menyuruh Candra Kirana agar
Dikirimlah utusan ke Daha untuk meminang, dan menukarkan boneka itu dengan boneka Galuh
dengan, senang hati raja dan rakyat menerima Ajeng. Karena Candra Kirana tidak mau
pinangan itu. Paduka Liku sajalah yang tidak menyerahkan bonekanya, Baginda menjadi marah.
senang. Timbul maksud jahatnya menyingkirkan Candra Kirana diusir dan terhuyung-huyung
permaisuri serta Galuh Candra Kirana, agar ia dituntun Mahadewi ke peraduannya, bersama
dapat menggantikan kedudukan sebagai para dayang dan pengasuh.
permaisuri dan galuh Ajeng dapat dijodohkan
dengan Raden Inu Kertapati. Keesokan harinya, menjelang subuh Candra Kirana
dan pengiring-pengiringnya meninggalkan istana
Pada suatu hari dibuat tapai beracun dan pergi tanpa tujuan. Di perbatasan antara Daha dan
disuruhnya seorang dayang memberikan tapai itu Kahuripan, menetaplah mereka, membangun
kepada permaisuri. Permaisuri senang hati kerajaan kecil dan dengan persetujuan dayang-
menerimanya, karena baru pertama kali itu dayang dialah yang menjadi rajanya. Untuk itu
Paduka Liku mengirimkan makanan untuk dia. mereka harus menyamar sebagai pria dan ia
Selain itu Paduka Liku menyuruh adiknya minta sendiri mengganti nama dengan Panji Semirang.
azimat (guna-guna) kepada seorang petapa sakti, Untuk memperkuat kerajaan mereka melakukan
agar raja sayang kepadanya. perampokan dan memaksa semua orang yang
ditahan menetap di tempat itu. Dengan demikian wajah-wajah mereka. Karena hari telah larut
rakyat makin bertambah dan kerajaan makin kuat. malam, maka rombongan itu disuruh menginap di
dalam kraton di puri pesantren. Di tempat
Berita tentang kerajaan Panji Semirang sampailah peristirahatannya Candra Kirana mengenakan
ke Kahuripan. Pada waktu utusan raja Kahuripan pakaian wanita karena rindu kepada kekasihnya,
membawa barang-barang dan uang emas kawin ditimang-timangnya boneka emasnya sambil
untuk meminang Galuh Candra Kirana, mereka menyanyikan lagu yang merawankan hati.
dicegat dan dirampok tentara Panji Semirang.
Barang rampasan dan uang hanya akan Raden Inu Ketapati ingin sekali mengetahui
dikembalikan apabila Raden Inu Kertapati datang anggota Gambuh Warga Asmara yang sebenamya,
menghadap Panji Semirang. dengan mengintip di tempat peristirahatan
mereka. Alangkah terkejutnya ia setelah melihat
Betapa heran dan takjub Raden Inu Kertapati seorang putri menimang-nimang boneka emas
memandang Panji Semirang, seorang raja yang yang pemah diberikannya kepada Candra Kirana.
menarik, simpatik, cantik, dan suaranya lembut Tanpa ragu lagi ia memastikan bahwa sebenamya
merdu. Diadakanlah jamuan di istana Panji wanita itulah Candra Kirana yang sedang dicarinya.
Semirang untuk menyambut kedatangan Raden Dengan hati yang tak sabar lagi pintu kamar
Inu Kertapati. Keesokan harinya, setelah semua dibukanya dan bertemulah keduanya melepaskan
barang dan uang dikembalikan, berangkatlah rasa rindu, kasih, dan mesra yang telah lama
Raden Inu Kertapati beserta rombongan terpendam.
meneruskan perjalanan ke Daha menyerahkan
uang jujuran (mas kawin) kepada raja Daha. Candra Kirana dibawanya ke istana Kahuripan dan
menyampaikan kepada Baginda apa sebenamya
Betapa sedih hati Panji Semirang memikirkan yang telah terjadi. Candra Kirana minta maaf atas
kekasihnya akan melangsungkan pernikahan kekeliruan yang telah diperbuatnya. Disiapkanlah
dengan Galuh Ajeng di Daha. Karena itu ia segala sesuatu untuk upacara pernikahan resmi
memutuskan hendak pergi menjumpai bibinya, antara Raden Inu Kertapati dengan Galuh Candra
Biku Gandasari, di Gunung Wilis dengan Kirana.
berpakaian wanita, untuk minta nasihat. Biku
Gandasari sangat terharu mendengar cerita dan Paduka Liku menjadi kecut hatinya tatkala
derita kemenakannya itu. la menganjurkan supaya mendengar berita itu. Raja Daha pun tak mau
Candra Kirana pergi ke Gagelang ke tempat memperhatikannya lagi. Ia menyuruh adiknya
pamannya. Karena itu kembali Candra Kirana dan untuk minta guna-guna kepada pertapa yang
rombongan berpakaian laki-laki dan menyamar pernah diminta pertolongannya dahulu. Tetapi
sebagai pemain gambuh (pengamen) dengan sayang di tengah perjalanan adiknya itu disambar
nama Gambuh Warga Asmara. Mereka berkeliling petir dan meninggal dunia. Paduka Liku putus asa
dari kota ke kota sambil ngamen. Sampailah ke lalu bunuh diri.
Gagelang. Semua orang menyenangi permainan
Gambuh Warga Asmara. http://alvitaniamullah.blogspot.com/2012/02/jenis-
jenis-text-dalam-bahasa-inggris.html
Sejak hari pertama pernikahan Raden Inu
Kertapati dengan Galuh Ajeng, ia menjadi
pendiam, sedih hati, karena diketahuinya bahwa
istrinya itu bukanlah Galuh Candra Kirana. Ia
merasa tertipu oleh Paduka Liku. Betapa ingin
hatinya berjumpa dengan Candra Kirana
kekasihnya yang dicintainya. Untuk menghibur
hatinya ia memutuskan berangkat ke kerajaan
pamannya di Gagelang. Para pengiringnya
mengatakan bahwa di Gagelang ada rombongan
pemain gambuh yang baik penampilannya. Usul itu
dipenuhi karena memang Raden Inu merasa ingin
hiburan.

Betapa menarik dan mengharukan permainan


gambuh itu dan Inu Kertapati curiga melihat gerak-
gerik para pemain gambuh yang luwes bagai
wanita. Bahkan ia merasa telah pernah melihat

Anda mungkin juga menyukai