Anda di halaman 1dari 3

Ignasius Mario

8A/13
Teks Fiksi:

Malin Kundang
Hiduplah satu keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Yaitu Ibu
Rubayah dan anaknya yaitu Malin Kundang. Ibu Rubayah dan Malin hanya tinggal
berdua dikarenakan suami Ibu Rubayah sudah lama meninggalkan keluarganya dan tak
pernah Kembali. Sejak saat itu Malin Kundang dirawat oleh Ibu Rubayah hingga
tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pemberani, meski sedikit nakal. Keluarga
tersebut hidup kekurangan sehingga sang ibu harus bekerja keras untuk menghidupi
dirinya dan anaknya.

Ketika beranjak dewasa, Malin berpikir untuk pergi merantau ke negeri seberang
dengan harapan nantinya ketika kembali pulang ke kampung halaman, ia akan menjadi
seorang yang kaya raya setelah cukup lama berkeinginan untuk merantau akhirnya
keinginan itu terwujud setelah menerima ajakan seorang nakhoda kapal dagang, yang
dulunya hidup miskin kini sudah menjadi seorang yang kaya raya. Pada Awalnya sang
ibu kurang setuju dengan niatan Malin Kundang. Namun akibat terus didesak, akhirnya
beliau menyetujui kepergian anaknya. “Anakku, jika engkau berhasil dan menjadi orang
yang berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak,”
pesan Ibu Rubayah pada anaknya, Malin Kundang. Setelah Malin Kundang pergi
merantau Ibu Rubayah di setiap harinya, tak henti-henti selalu mendoakan kesuksesan
dan keselamatan Malin Kundang selama di perantauan. Ia pun selalu berharap agar
anaknya cepat kembali.

Selama berada di dalam kapal, Malin Kundang banyak belajar ilmu mengenai
pelayaran. Ilmu tersebut lantas ia terapkan sesampainya di negeri seberang. Bertahun-
bertahun ia bekerja dengan keras hingga kini menjadi orang kaya yang memiliki banyak
kapal dagang. Meski begitu, ternyata tak pernah sekalipun Malin Kundang mengirimkan
surat atau bertukar kabar dengan ibunya. Seolah Malin Kundang telah melupakan
keberadaan ibunya di kampung.

Karena kerja kerasnya Malin Kundang mendapatkan salah seorang putri


bangsawan. Peristiwa mengenai Malin Kundang yang telah kaya raya dan menikah,
sudah sampai dalam telinga Ibu Rubayah. Beliau merasa bersyukur dan sangat
gembira bahwa anaknya telah berhasil di perantauan dan kini hidup Makmur. Sejak
saat itu, ibu Malin Kundang selalu menunggu setiap harinya di dermaga. Ia menantikan
anaknya yang mungkin akan pulang ke kampung halamannya.

Setelah Bertahun tahun menunggu hingga pada suatu hari, Malin Kundang dan
istrinya melakukan pelayaran menuju kampung halamannya. Penduduk desa kemudian
menyambut kedatangan kapal besar tersebut. Sang Ibu yang saat itu memang berada
di dermaga melihat ada sepasang suami istri yang tengah berdiri di atas kapal yang
besar. Ibu Rubayah yakin bahwa mereka adalah anaknya yang sudah lama pergi
merantau beserta sang istri. Ketika kapal tersebut berhenti, Malin Kundang pun turun.
Ia langsung disambut oleh ibunya yang sudah lama menantinya pulang.

“Malin Kundang, anakku! Mengapa kau pergi begitu lama tanpa pernah
mengirimkan kabar?” tanya sang ibu sambil memeluk Malin Kundang. Namun yang
terjadi berikutnya, Malin Kundang malah melepaskan pelukan ibunya dan
mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku
sebagai ibuku,” kata Malin Kundang kepada ibunya. Malin Kundang ternyata pura-pura
tidak mengenali ibunya, ia malu karena ibunya sudah tua dengan memakai pakaian
yang compang-camping. “Wanita itu ibumu?” tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia
hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan
hartaku,” sahut Malin Kundang kepada istrinya.

Sang ibu yang mendengar perkataan tersebut dan diperlakukan semena-mena


oleh anak kandungnya sendiri, lantas merasa sedih sekaligus marah. Ia tidak menduga
bahwa anak semata wayang yang sangat ia sayangi kini berubah menjadi anak
durhaka yang tidak mengenali ibunya sendiri. Tak lama kapal Malin Kundang kemudian
perlahan menjauhi tepi pantai. Karena kesedihan dan kemarahannya yang memuncak,
ibu Malin Kundang kemudian menengadahkan kedua tangannya sambil berdoa, “Ya
Allah Yang Maha Kuasa, kalau ia bukan anakku, aku akan memaafkan perbuatannya
tadi. Tapi jika ia memang benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu.”
Seketika, tak lama setelah sang ibu berdoa kepada Allah, langit pun menjadi gelap.
Angin tiba-tiba berhembus kencang dan terjadilah hujan badai. Kapal milik Malin
Kundang yang sudah berlabuh langsung terkena petir besar, dan kemudian pecah
dihantam gelombang besar. Bangkai kapal kemudian terempas ombak yang bergulung-
gulung hingga ke tepi pantai. Bersamaan dengan datangnya badai, tubuh Malin
Kundang perlahan-lahan menjadi kaku dan lama kelamaan berubah menjadi sebuah
batu.

Saat matahari pagi mulai memancarkan sinarnya, hujan badai telah reda. Di kaki
bukti, tampaklah kepingan kapal yang telah menjadi batu. Tak jauh dari sana, tampak
sebuah batu yang menyerupai sosok manusia. Konon katanya, itulah tubuh Malin
Kundang, si anak durhaka yang terkena kutukan akibat tak mau mengenali ibu
kandungnya sendiri. Sementara itu, di sela-sela batu berenanglah ikan-ikan teri, blanak,
dan tenggiri. Kabarnya ikan-ikan tersebut berasal dari serpihan tubuh sang istri yang
terus mencari Malin Kundang

Diambil dari website:

12 Contoh Berbagai: Tema: Pengertian, Struktur dan Penjelasannya _ Raja Malo Sinaga_Rabu, 15 Maret
2023 https://www.detik.com/sumut/berita/d-6619207/12-contoh-cerita-fiksi-berbagai-tema-
pengertian-struktur-dan-penjelasannya

● Resensi Teks:
1. Identitas teks:
A. Judul : Malin Kundang Si Anak Durhaka
B. Pembuat Dongeng : Rini Kurniasih, dkk.
C. Penerbit : Pustaka Setia
C. Tahun Terbit : 2004
2. Sinopsis:

Sebuah dongeng yang dibuat oleh Rini Kurniasih, dkk yang berjudul malin
Kundang bercerita tentang seorang anak yang hidup di keluarga yang cukup
kekurangan. Ibunya bekerja sebagai nelayan sedangkan ayahnya sudah pergi
meninggalkan dan tidak Kembali pulang. Anak itu Bernama Malin Kundang dan Ibunya
Bernama Ibu Rubayah, Ibu Rubayah bekerja keras untuk menafkahi dirinya dan
anknya.

Ketika Malin cukup dewasa ia pergi untukj merantau ke pulau sebrang untuk
mencari nafkah. Ketika Malin pergi Ibunya selalu mendoakan dan berharap segera
pulang Kembali, tetapi selama bertahun tahun Ibu Rubayah tidak pernah di beri surat
tentang kabar. Selama di perantauan Malin belajar banyak hal dan ia mulai menerapkan
dan membuat ia sukses dan mendapatkan Istri seorang bangsawan. Pada hari yang
ditentukan Malin Bersama istrinya ingin pulang menuju pulau kelahirannya. Saat sudah
sampai ia disambut oleh seorang Wanita yang berlari kearahnya dan mulai
memeluknya itu adalah Ibunya. Ketika Malin Dipeluk malah malin Mendorong hingga
terjatuh ibunya dan berkata bahwa ia bukanlah anaknya.

Lalu Malin pun pergi di perjalanan tiba tiba kapalnya bergetar dan muncul petir
petir yang menyambar seketika ia berubah menjadi batu dikarenakan ibunya dengan
penuh perasaan sedih dan marah karena sudah tidak dianggap oleh anak kandungnya
sendiri

Anda mungkin juga menyukai