Anda di halaman 1dari 10

2.

MAULANA SYEIKH JUMADIL KUBRO


Syeikh Jumadil Kubro merupakan tokoh kunci proses Islamisasi tanah
Jawa yang hidup sebelum wali songo. bernama lengkap Syeikh
Jamaluddin al-Husain al-Akbar.

Beliau adalah cucu ke-18 Rasulullah Muhammad SAW dari


garis Sayyidah Fatimah Az Zahrah al-Battul. Ayahnya bernama Syeikh
Jalal yang karena kemuliaan akhlaknya mampu meredam pertikaian
Raja Champa dengan rakyatnya. Sehingga, Syeikh Jalal diangkat
sebagai raja dan penguasa yang memimpin Negara Champa.

Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan


atau berasal dari keturunan Syekh Maulana Akbar ini. Tiga putranya
yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah
Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang
berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar datuk Sunan
Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.

Syeikh Jumadil Kubro memasuki tanah Jawa melalui Semarang dan


singgah beberapa waktu di Demak.

Ditempat Makam Syeh Jumadil Kubro ini sering diadakan


acara manaqib setiap malam Jum”at Paing jam 19.00 dan pada acara
peringatan Maulud Nabi, sedangkan setiap Jum”at Legi diadakan
acara Mujahadah Kubro dan pengajian . Untuk Khol Akbar diadakan
setiap tahun sekali pada bulan Dulkaidah Jum”at terakhir. Dibuka
untuk umum setiap hari dan setiap saat.

3. Al Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Thalib Al Athas


Al Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Thalib Al Athas atau Habib Ahmad,
dilahirkan di kota Hajeriem, Hadramaut, pada tahun 1255 H. Pada
masa kecilnya, beliau mendapat didikan langsung dari ayah beliau Al-
Habib Abdullah bin Thalib Alatas. Setelah dirasakan cukup menimba
ilmu dari ayahnya, beliau kemudian meneruskan menuntut ilmu
kepada para ulama besar yang ada di Hadramaut. Kemudian beliau
berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan dakwah beliau ke
Indonesia. Beliau sampai disini diperkirakan sekitar tahun 1295-1300
H. Setibanya beliau di Indonesia, beliau menuju ke kota Pekalongan
dan menetap disana. Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas
dikenal dengan keketatannya pada kaidah pakaian wanita muslim.
Orang-orang di kota Pekalongan tahu betul akan hal itu, dan para
wanitanya tidak pernah berani berjalan di antara rumahnya dan masjid
tanpa menutupi tubuhnya secara ketat. Pada suatu hari, seorang
wanita asing berpakaian impor, yang tampaknya tak memahami
keadaan , berjalan di lokasi itu tanpa menutup kepala. Ia berpapasan
dengan Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, dan tiba-tiba
sang sufi memukul wanita itu dengan tongkatnya. Bagi Habib Ahmad
bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, itu merupakan kewajiban yang harus
beliau lakukan. Orang-orang mengerumuni wanita itu dan
menjelaskan situasinya, meminta ia melupakan kejadian itu. Namun,
wanita tersebut mengadukan hal itu ke kantor polisi yang di kepalai
seorang Belanda. Kepala polisi memerintahkan para pembantu polisi
Jawa yang muslim untuk menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin
Thalib Al-Atthas. Mereka tahu betul siapa Sufi tersebut, dan memilih
menolak perintah kepala polisi Belanda itu. Si kepala polisi menjadi
tertarik dan pergi ke rumah Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-
Atthas sendiri. Namun ia kembali dan tidak melakukan apapun. “Pada
mulanya saya mau menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib
Al-Atthas. Tapi saya melihat dua ekor Harimau berada di sebelah
kanan dan kirinya.”Kata kepala polisi kepada anak buahnya.

5. Prabu Kian Santang


Konon katanya, sedari kecil Kian Santang adalah seorang anak yang
tangguh sampai ada cerita bahwa ia belum pernah melihat darahnya
sendiri dikarenakan belum pernah ada orang yang berhasil
melukainya sama sekali. Takjub dengan kemampuannya sendiri, Kian
Santang terus mencari siapakah gerangan yang memiliki ilmu jauh
lebih kuat darinya.

Ada beberapa versi tentang sejarah Prabu Kian Santang yang merasa
terlalu kuat sehingga ia mencari lawan yang sepadan untuknya. Versi
pertama adalah ia meminta ayahnya untuk mencarikan siapapun itu
yang bisa mengalahkannya. Mendengar ini, sang ayah segera
memanggil seorang ahli nujum demi memberikan tantangan kepada
anaknya. Ketika hampir putus asa karena tidak ada ahli nujum yang
mampu memberi tahu dimana ada orang yang mampu
mengalahkannya, datanglah seorang kakek yang berkata bahwa jauh
di tanah Mekkah sana, ada seseorang bernama Sayyidina Ali yang
mampu mengalahkan Kian Santang. Sebelum Kian Santang mampu
melawan Ali, kakek tersebut berkata bahwa Kian Santang harus
melakukan mujasmedi di Ujung Kulon dan mengubah namanya
menjadi Galantrang Setra yang jika diartikan secara harfiah menjadi
“berani dan suci”. Versi kedua mengatakan bahwa pertemuan Kian
Santang dan kakek tua terjadi di dalam mimpi yang berulang berkali-
kali, dimana akhirnya sang Kakek menunjuk ke arah lautan dan
berkata bahwa orang yang mampu mengalahkan Kian Santang ada di
seberang lautan.

Terlepas dari beberapa versi yang berbeda tentang pertemuan Kian


Santang dengan sang kakek, hal yang pasti adalah kemudian Kian
Santang pergi untuk mencari kakek ini. Lagi, beberapa versi
menggambarkan hal yang tidak sama dimana satu versi menyatakan
Kian Santang pergi ke Mekkah dan yang satu lagi hanya mengatakan
bahwa Kian Santang pergi menyeberangi lautan. Ketika akhirnya tiba
di tempat tujuan, ia tidak langsung bertemu dengan orang yang
bernama Ali tapi harus tersesat di antara keringnya padang pasir
sebelum akhirnya bertemu seorang kakek tua. Pertemuannya dengan
sang kakek ini ada dalam semua versi cerita, dan hal yang ditugaskan
oleh sang kakek sebelum mengantarkan Kian Santang bertemu
dengan Ali juga sama, yaitu Kian Santang harus mencabut sebuah
tongkat yang ditancapkan ke tanah.

Lagi-lagi sejarah Prabu Kian Santang mengalami perbedaan versi


ketika satu versi menyatakan begitu Kian Santang mengaku kalah,
kakek yang meminta tolong untuk dicabutkan tongkatnya adalah Ali,
sementara versi lain mengatakan bahwa Ali kemudian datang untuk
mencabut tongkat tersebut setelah sebelumnya membaca bismillah.
Terlepas mana yang terjadi, Kian Santang kemudian memeluk agama
Islam dan kembali pulang ke Pajajaran dengan sesekali pergi ke
Mekah untuk belajar lebih dalam tentang agama tersebut.
6. Prabu Hariang Kencana atau Mbah Panjalu atau Syeh Ali bin
Muhammad bin Umar Putra dari prabu Boros ngora atau syeh
abdul iman
Sejarah Syeh panjualu atau Syeh Ali bin Muhammad bin Umar Putra
dari prabu Boros ngora atau syeh abdul iman. Prabu Boros Ngora
atau syeh abdul iman diceritakan bahwa beliau adalah putra dari
Prabu Cakra Dewa yang di tugaskan untuk mencari ilmu sejati yang
nantinya akan di jadikan ageman kerajaan dan rakyat panjalu.
Secara singkat diceritakan, bahwa prabu boros ngora diberikan
sebuah gayung yang berlubang oleh ayah handanya yaitu Prabu
Cakra Dewa, yang harus di isi dengan air dan di bawa pulang ke
panjalu dalam keadaan selamat atau tidak bocor. Beliau mencari ilmu
tersebut diseantara pulau jawa, dan ternyata tidak ada yang berhasil,
kemudian beliau menyebrangi pulau sumatra sampai ke Jazirah arab.
Di sebuah padang pasir, beliau berteduh di bawah batu, merenung
dan berfikir apakah ada ilmu semacam itu sambil melihat gayung yang
penuh lubang yang harus diisi dengan air dan harus dibawa dengan
selamat ke Panjalu. Kemudian datang seorang laki-laki tua yang
membawa tongkat datang pada beliau dan mengajak ke rumahnya.
Laki- laki itu berjalan, kemudian Prabu Boros ngora mau mengikuti
dari belakang. Tapi kebetulan tongkatnya tertinggal dan tertancap di
tanah. Prabu boros ngora bermaksud mengambil tongkat itu dengan
tangan satu, tapi tongkat itu tidak tercabut. Kemudian beliau
mengambil dengan tangan dua, tapi tidak tercabut juga. Kemudian
beliau mengerahkan semua kesaktian yang dimilikinya untuk
mencabut tongkat tersebut, tapi tidak tercabut juga. Si laki-laki tua itu
menoleh kebelakang dan tersenyum, dan bahwa diceritakan beliau
adalah saidina ali karramallahu wajhah
Prabu Boros Ngora belajar langsung dari saidina ali karramallahu
wajhah tentang islam, sebagai buktinya beliau dikasih cindera mata
berupa sorban haji beserta pedangnya saidina ali karramallahu
wajhah. Di pedang tersebut beruliskan Pada pedang tersebut terdapat
tulisan Arab “La Falla illa Ali Ya Ali Karomallohu Wajhahu (ininilah
pedang milik Sayyidina Ali Karomallohu wajhahu) dan pedang itu di
simpan di musium museum risang alit panjalu. Singkat cerita, Prabu
Boros ngora juga di bawakan air zam-zam dengan menggunakan
gayung berlubang tadi dan selamat sampai panjalu, dan di tumpahkan
di danau yang kini mengelilingi makam
kisah ini penulis dapatkan dari Juru kunci makom syeh panjalu.
Jika anda berniat untuk berziarah ke panjalu, Untuk Perjalanan
menuju makam, kita harus menggunakan perahu, dan disana sudah
banyak yang menediakan jasa untuk itu. Harga nya kisaran antara Rp
100.000 – Rp 150.000 tergantung negosiasi dengan mereka
Kalau kita tarik kesimpulan secara Logika memang tidak masuk akal.
Jadi penyebaran islam yang dilakukan oleh para wali, yaitu sekitar
tahun 1300an Masehi, sementara sayidana Ali Karomallahu wajhahu
hidup disekitar tahun 700an Masehi. Tapi kalau kita melihat dengan
kacamata iman, misalkan Siti Maryam yang melahirkan Nabi Isa As
tanpa seorang bapak, kemudian Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Agung
Muhammad SAW, maka hanya keimanan lah yang mempercayai hal
itu.
Benar dan tidaknya Hanya Allah yang tahu, penulis hanya menuturkan
berdasarkan sejarah dan tutur secara turun temurun
7. Al-Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus (Habib Keramat
Luar Batang)
Beliau lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Datang di Betawi
sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar
Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17
Ramadhan 1169 Hijriyah dalam usia lebih dari 30 tahun ( dibawah 40
tahun ). Jadi diduga sewaktu tiba di Betawi berumur 20 tahun. Habib
Husein bin Abubakar Alaydrus memperoleh ilmu tanpa belajar atau
dalam istilah Arabnya “ Ilmu Wahbi “ , yaitu pemberian dari Allah tanpa
belajar dahulu.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat
Luar Batang, mempunyai perilaku “ Aulia “ (para wali) yang di mata
umum seperti ganjil. Seperti keganjilan yang dilakukan beliau, adalah :
Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang
merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang
ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini
tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan
diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama
kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan
terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian
seorang Betawi membawa Habib Husein dengan
menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib
Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih
berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir.
Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping
Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau
tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di
penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di
sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga
tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian
Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias
tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu
beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.
9. Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad atau dikenal Makam
Mbah Priok di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara
Makam Keramat Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad atau
dikenal Makam Mbah Priok di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara
menjadi salah satu wisata religi di Jakarta. Tak hanya pengunjung dari
Jakarta, banyak pula warga dari luar Jakarta yang sengaja berziarah
ke makam yang dikeramatkan tersebut.

11. Hj. Dian Al-Mahri dan Masjid Kubah Emas


KONFRONTASI- Adalah Ibu Dian Al-Mahri, seorang muslimah
Robbani, senang sekali memberi. Dirasakannya, sedekah benar-benar
memberikan keberkahan bagi hidupnya. Kalau orang biasanya
mengeluarkan sedekah hanya 2,5 persen saja, dia mengeluarkan
sedekah sampai setengah dari setiap keuntungannya. Berkat murah
hatinya itu, hari ke hari kekayaannya semakin bertambah. Perusahaan
dia semakin berkembang dan berkembang. Suatu hari, dia membeli
sebidang tanah di Brunai Darussalam. Awalnya, dia tak begitu peduli
dengan tanahnya ini, namun kemudian, tim pertambangan di sana
menemukan, ternyata tanah itu mengandung minyak bumi.
Dibangunlah pertambangan di sana. Berbarel-barel minyak keluar dari
sana, dan Ibu Dian, dalam sehari mendapatkan uang kurang lebih
delapan milyar rupiah. Dalam sehari bukan sebulan. Dan, seperti telah
menjadi komitmennya sejak dulu, keuntungan dia dari minyak bumi
pun, dia infakkan setengahnya. Jadi, kalau dia mendapatkan
keuntungan Rp 8 milyar, berarti dia sedekah hingga Rp 4 milyar!
Bayangkan! Mana ada orang di kampung kita berani sedekah sebesar
itu. Tetapi Ibu Dian, karena dia begitu yakin dengan keajaiban
sedekah, ringan saja dia mengeluarkannya. Demikian kabar angin
yang saya dengar.
Mesjid kubah emas di Depok, pasti Anda pernah mendengarnya. Jika
pernah ke sana, melihat langsung mesjidnya, shalat di sana, dan
berfoto di depannya, mungkin Anda merasa bangga, Anda merasa
punya kenang-kenangan berharga. Tapi saya katakan, kenang-
kenangan itu sebenarnya kurang berharga jika Anda belum tahu
rahasia di baliknya. Sesungguhnya rahasia di balik megahnya mesjid
kubah emas itu adalah keajaiban sedekah.
Masjid Dian Al Mahri atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kubah
Emas berada di Jalan Maruyung raya, Kel. Meruyung, Kecamatan
Limo, Kota Depok. Masjid megah ini berkapasitas 20 ribu jemaah
berdiri kokoh di atas lahan seluas 70 hektare. Masjid ini mulai
dibangun April 1999 oleh seorang dermawan, pengusaha asal Banten
bernama Hj Dian Juriah Maimun Al Rasyid, istri dari Drs H. Maimun Al
Rasyid, yang membeli tanah kawasan ini sejak tahun 1996.
Rencananya, selain masjid, lahan ini akan dijadikan Islamic Centre.
Nantinya akan ada lembaga dakwah, dan rumah tinggal. Semua
bangunan tersebut merupakan bagian dari konsep pengembangan
sebuah kawasan terpadu yang diberi nama Kawasan Islamic Center
Dian Al-Mahri.

Masjid Dian Al Mahri dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember


2006, bertepatan dengan Idul Adha 1427 H yang kedua kalinya pada
tahun itu. Pembangunannya sudah berlangsung sejak tahun 1999,
namun baru dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006.
Setelah shalat Idul Adha, pemilik masjid langsung meresmikan masjid
ini. Ada sekitar 5 ribu jemaah yang mengikuti prosesi peresmian
masjid ini.

Bangunan masjid memiliki luas area sebesar 60 x 120 meter atau


sekitar 8.000 meter persegi. terdiri dari bangunan utama, mezamin,
halaman dalam, selasar atas, selasar luar, ruang sepatu, dan ruang
wudhu. Masjid mampu menampung 15 ribu jemaah shalat dan 20 ribu
jemaah taklim. Masjid ini merupakan salah satu di antara masjid-
masjid termegah di Asia Tenggara.

Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4


kubah kecil. Seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter
dan mozaik kristal. Kubah utama bentuknya menyerupai kubah Taj
Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter
tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil
lainnya memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8
meter.

Relief hiasan di atas tempat imam terbuat dari emas 18 karat. Begitu
juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid.
Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis
bahan prado atau sisa emas.

Ruang utama masjid memiliki ukuran 45×57 meter, dapat menampung


sebanyak 8.000 jamaah. Masjid ini memiliki 6 menara berbentuk segi
enam yang tingginya masing-masing 40 meter. 6 minaret ini dibalut
granit abu-abu dari itali dengan ornamen yang melingkar. Pada
puncak minaret terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat.
Kubah masjid ini mengacu kubah yang digunakan masjid-masjid
Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya
dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari
Italia.
Masjid yang menempati area dengan luas 8000 m2 ini berdiri di atas
tanah seluas 50 hektar, dan merupakan bagian dari konsep
pengembangan sebuah kawasan terpadu bernama Kawasan Islamic
Center Dian Al-Mahri. Masjid ini mampu menampung 15 ribu jamaah
untuk pelaksanaan sholat dan 20 ribu jamaah untuk pelaksanaan
majelis taklim. Kawasan mesjid ini disebut-sebut sebagai yang
termegah di Asia Tenggara. Pada hari biasa, masjid dikunjungi oleh
10 ribu pengunjung sementara di akhir pekan meningkat jadi 20 ribu
hingga 30 ribu pengunjung. Masjid ini mempunyai tempat parkir seluas
7.000 meter persegi yang dapat menampung 300 kendaraan roda
empat atau 1.400 kendaraan bermotor. Oleh sang pendiri, masjid
megah dan indah ini diniatkan tidak hanya menjadi simbol keagungan
Islam, namun juga akan berfokus pada pengembangan kebudayaan
Islam di Indonesia. Saat ini memang yang baru dibangun adalah
masjid yang megah, kediaman pendiri Masjid Kubah Emas, Hj Dian
Djuariah Maimun Al Rasyid, serta sebuah gedung serba guna yang
dapat digunakan sebagai resepsi pernikahan atau acara lainnya dan
taman yang indah luas. Pengembangan berikutnya adalah
pembangunan sarana pendidikan berupa pesantren, mulai dari taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, serta pembangunan gedung
dakwah sebagai pusat syiar Islam. Selain itu di dalam masjid terdapat
lampu gantung yang didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton.
Lampu tersebut serupa dengan lampu di Masjid Sultan Oman. Di
belakang lampu indah tersebut, langit-langit kubah berganti warna
pada setiap waktu salat. Relief hiasan di atas tempat imam juga
terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan
kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang
berjumlah 168 buah berlapis bahan prada atau sisa emas. Di dasar
kubah, terdapat cincin dengan aksen warna emas. Di bawahnya
terdapat 33 jendela, yang masing-masing dihiasi kaligrafi asma Allah,
sehingga Asmaul Husna pun terpampang di tiap jendela.

Masjid ini terbuka untuk umum, namun demikian ada beberapa bagian
yang harus tetap steril seperti menara masjid. Meskipun dibuka untuk
umum, namun Masjid Dian Al Mahri tutup pada hari Kamis, menurut
pengurus masjid, hari kamis digunakan untuk keperluan persiapan
ibadah shalat Jumat keesokan harinya. Sedangkan pada hari lainnya
masjid dibuka pada pukul 10.00 pagi hingga 20.00 malam dan untuk
shalat subuh hingga pukul 07.00 pagi (keterangan selengkapnya
dapat ditanyakan pada pengurus masjid). Jumlah pengunjung
biasanya membeludak pada hari Jumat sampai Minggu. Saat Shalat
Jumat, minimal 5 ribu jemaah memadati masjid. Sementara pada hari
Minggu, jumlah pengunjung biasanya mencapai 10 ribu orang.
Sedangkan pada hari-hari biasa, jumlah jemaah tidak terlalu banyak.

Pengunjung bebas keluar masuk masjid, namun demikian ada


beberapa aturan yang harus dipatuhi agar suasana ibadah tetap
nyaman. Misalnya pengunjung dilarang membawa makanan dan
minuman ke lingkungan masjid. Anak di bawah usia 9 tahun juga
dilarang memasuki lingkungan masjid.

Untuk masuk ke dalam masjid, diwajibkan memakai pakaian yang


menutup aurat, sehingga kalau berkunjung kesana khususnya kaum
hawa harus mengenakan jilbab. Alas kaki/sandal harus dititipkan ke
bagian penitipan, dan tidak boleh ditinggal diluar. Tempat penitipan
alas kaki pada jam-jam shalat menjadi sangat ramai dan penuh. Pada
siang hari halaman luar lantai depan masjid sangat panas namun
pengurus masjid memberikan karpet plastik untuk mengurangi
panasnya lantai halaman masjid. Pengunjung dilarang menginjak
rumput yang ada di taman sekitar mesjid. Bagi pengunjung yang ingin
berteduh dan sekedar beristirahat, di seberang masjid ada ruang
serbaguna yang disediakan. Biasanya para pengunjung menggelar
tikar di ruang serba guna ini sambil mengagumi keindahan masjid ini.

12. Sultan Maulana Yusuf, Sang Sultan Banten ke-2


Sultan maulana Yusuf merupakan salah satu putra dari Sultan
Maulana Hasanuddin dan merupakan Sultan Banten ke-2 (1570-
1580).
Berdasarkan Sejarah Banten, setelah Maulana Hasanuddin meninggal
pada tahun 1570, Maulana Yusuf naik tahta, kemudian melanjutkan
ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda, dengan menaklukan
Pakuan Pajajaran pada tahun 1579.
Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan merupakan cucu dari
Sunan Gunung Jati. Beliau lahir di Kasemen, Serang, Banten dan
dimakamkan di Pekalangan Gede, Kasemen, Serang, Banten.
Komplek makam yang berada di kampong Sunyatan, Pekalangan
Gede, kasemen, Serang, banten atau sekitar 6km dari kota Serang ini
menjadi destinasi wisata ziarah banten yang paling banyak
dikunjungi.
13.Sultan Maulana Hasanudin di Serang.
Salah seorang pengelola Masjid Agung Banten, Tubagus Abbas,
mengatakan bangunan Masjid Agung berusia ratusan tahun didirikan
oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Saat ini, bangunan Masjid Banten
Lama, termasuk menara masih kuat dan kokoh.
Sultan Maulana Hasanudin adalah putra Sunan Gunung Jati dan
makamnya hingga saat ini selalu ramai dikunjungi para peziarah,
setiap Idul Fitri dan Ramadan.

Anda mungkin juga menyukai