Anda di halaman 1dari 3

Ciri Wali Allah yang Sesungguhnya

Ada sebuah kisah yang sangat masyhur tentang Syaikh Abdul Qadir al-Jilani (470—561 H).

Pada suatu hari, beliau sangat kehausan dan rasanya hampir mati. Tiba-tiba, datanglah awan sejuk
menaunginya. Lalu terdengar suara dari atas sana memanggil namanya, “Wahai Abdul Qadir.…”

Ketika ditanya, “Siapa kamu?”

Suara itu menjawab “Ana Rabbuka. Aku adalah Tuhanmu.”

Syaikh mencecarnya, “Benarkah engkau adalah Tuhan Yang Maha Esa?”

Suara itu menimpali, “Aku adalah Tuhanmu. Telah kuhalalkan apa yang selama ini diharamkan bagimu.”

Syaikh membentak suara itu, “Dasar musuh Allah, kamu pasti telah berdusta! Aku yakin kamu adalah setan.”

Dan tidak lama kemudian, terdengar suara dari belakang Syaikh Abdul Qadir, “Dengan kefakihanmu dalam
agama, kamu telah selamat dari tipu dayaku. Padahal sebelumnya, dengan trik yang sama, aku telah berhasil
menipu tujuh puluh orang.”

Dari sepotong kisah di atas, ada beberapa faedah yang bisa kita petik, di antaranya:

Pertama, selagi masih hidup di dunia, kita tidak pernah terlepas dari taklif syariat (beban syariat). artinya masih
diwajibkan menjalankan Sholat, puasa berzakat, birrul walidain serta amalan lainnya serta bersemangat
mengamalkan amalan Sunnah, tidak seperti yg marak belakangan ini yg menjadikan orang yg kurang sehat di
jadikan wali dan dimintai karomahnya jika berkunjung dipeluk dicium, padahal jelas-jelas dan disebut wali
Mazdub misalnya, secara perilaku pun kadang aneh dan nyeleneh.

Kedua, di antara sifat-sifat wali Allah adalah berpegang teguh kepada syariat. tidak menjalankan sesuatu
amalan tanpa tuntunan yang sohih dan jelas dari Al Qur'an dan As Sunnah. Seperti belajar ilmu kebal, bisa
berada di 2 tempat secara bersamaan, melihat Rasululah secara langsung padahal jelas-jelas beliau Shollahu
'alaihi Wassallam telah wafat , Lihatlah betapapun beliau manusia paling mulia di muka bumi, saat perang
Uhud : Gigi gerahamnya patah, bibirnya sobek dan dahi nya bercucuran darah. Ingat ujian yang paling berat di
dunia adalah ujian para Nabi.

Ketiga, sangat mungkin bagi setan mengelabui seorang manusia; seakan-akan ia berjumpa dengan Tuhannya.
Cara semacam ini telah dilakukan oleh setan dan sukses untuk menyesatkan manusia selama ribuan tahun. Ada
seseorang yang di sebut Guru mengaku dirinya saat berziarah ke Maqam Rasulullah, maqam tersebut
terbongkar sehingga keluar Nabi dan mencium lututunya, Apakah mungkin demikian ? Guru tersebut lebih
mulia dari Rasulullah, manusia termulia di muka bumi ?. Setidaknya jika kita pernah bermimpi bertemu
Rasulullah ingatlah hadist dari sahabat Abu Hurairah : Rasulullah bersabda: “Barangsiapa melihatku dalam
mimpi, maka sungguh ia telah melihatku secara benar. Sambil kita mengkoreksi benarkah beliau Rasulullah
sesuai dengan ciri-cirinya sesuai dengan yang disebutkan para sahabat yaitu : Bagaimana Rasulullah cara
berjalannya, tinggi badannya, rambutnya bahkan jumlah ubannya yg tidak lebih dari 20 helai seperti disebutkan
dalam kitab "Syamail Muhamadiyah" karya Imam At Tarmidzi.

Keempat, Seorang wali Allah tidak akan, membuat atau mengajarkan amalan atau hal-hal baru yang berkaitan
dengan ibadah dan syariat, seperti mengobral Ijasah utk Zikir tertentu yg jumlahnya ribuan kali kepada para
muridnya, atau menganjurkan ucapan yang jelas-jelas mengganggu akidah seorang muslim dengan
mengucapkan selamat ke perayaan agama lain. Seorang wali Allah hanya fokus beribadah = Ikhlas karena Allah
ta'ala dan Ittiba mengikuti tuntunan Nabi.

Kesimpulannya: Termasuk kebohongan besar dan kesesatan yang nyata di tengah umat; oknum yang mengaku
sufi, bisa memadamkan neraka, bisa terbang mengklaim bahwa dirinya sudah mencapai derajat wali Allah
paling sakti, sehingga menganggap dirinya sudah tidak perlu shalat dan menjalankan syariat. Ajaran yang
dianut oleh orang seperti ini, pasti bukan dari al-Quran, dan sangat mungkin berasal dari bisikan setan.

Imam Al Ghazali mengatakan: "Ketahuilah bahwa banyak orang yang mengaku, dia adalah menempuh jalan
(tarikat) kepada Allah, tapi yang sesungguhnya, yang bersungguh-sungguh menempuh jalan itu adalah sedikit.
Adapun tanda orang yang menempuh jalan yang sungguh-sungguh dan benar, diukur dari kesungguhannya
melaksanakan syariat."

Tidak ada satu pun ayat al-Quran yang menunjukkan kebolehan meninggalkan syariat. Bahkan Allah subhanahu
wata’ala berfirman,

‫َو اْع ُبْد َر َّبَك َح ّٰت ى َيْأِتَيَك اْلَيِقْيُن‬

“Dan sembahlah Rabb-mu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” (QS. Al-Hijr: 99)

Sifat-sifat Wali Allah


Hal ini sebagaimana tercantum dalam QS. Yunus: 62—63,
‫َاآَل ِاَّن َاْو ِلَيۤا َء ِهّٰللا اَل َخ ْو ٌف َع َلْيِه ْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنْو َۚن َاَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َك اُنْو ا َيَّتُقْو َۗن‬

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-
orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.”

Sebagai penutup, untuk menegaskan kembali bahwa tidak seorang wali pun yang terbebas dari syariat, mari
kita simak perkataan Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalaam yang diabadikan dalam firman Allah ta’ala,

‫َقاَل ِإِّني َع ْبُد ِهَّللا آَتاِنَي اْلِكَتاَب َو َجَع َلِني َنِبًّيا‬

٣١﴿ ‫﴾َو َجَع َلِني ُمَباَر ًك ا َأْيَن َم ا ُكْنُت َو َأْو َص اِني ِبالَّص اَل ِة َو الَّز َك اِة َم ا ُد ْم ُت َح ًّيا‬
“Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 30—31)

Mari kita perhatikan baik-baik. Sekelas Nabi Isa, yang mukjizatnya luar biasa; bisa berbicara saat masih bayi,
diturunkan kepadanya kitab suci, dia obati orang buta sampai bisa melihat lagi, ia mengetahui rahasia-rahasia
yang tersembunyi, dan bahkan bisa menghidupkan orang mati—dengan izin Allah. Meski begitu, yang namanya
syariat, tetap ia lazimi. Karena shalat adalah hak Allah, dan zakat adalah hak hamba. Kedua-duanya senantiasa
beliau jaga.

Jadi, masih layakkah dikatakan bahwa para wali hari ini lebih hebat dari Nabi Isa? Karena mereka merasa sudah
keren, sudah dan mencapai maqam yang membebaskannya dari syariat? Semoga Allah melindungi kita dari
berbagai fitnah syubhat dalam beragama. Wallahul 'alam Bishawab.

Mari Kita tutup dengan do'a kafaratul Majlis


(Muhammad Faishal Fadhli/dakwah.id)

Anda mungkin juga menyukai