Anda di halaman 1dari 17

JUDUL CERAMAH

3 ALASAN MENGAPA UMAT MUSLIM PERLU


MENGUNGKAP SAINS DALAM AL-QUR'AN

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

1. Menanamkan di Hati Rasa Takut dan Rasa Untuk Selalu Mendekatkan Diri

Bila seorang hamba mengimani bahwa Allah mengtahui dirinya, melihat kepadanya, tak
ada apapun di muka bumi maupun di langit yang bisa menutupinya, dan mengetahui apa
yang disembunyikan maupun yang dilahirkan.

Maka itu akan mendorongya untuk beristiqamah mematuhi perintah Allah dan menjauhi
kemaksiatan. Berdasarkan penjelasan Rasulullah, "...beribadahlah kepada Allah seakan-
akan engkau melihat-Nya. Jika tidak melihat-Nya, maka Dialah Yang Melihatmu."

2. Memantapkan Hati Orang-orang Mukmin untuk Memerangi Musuh

Allah Maha Mengetahui tipu daya musuh-musuhNya, konspirasi terhadap para wali-Nya,
dan semua ucapan dan tindakan. Semangat seperti ini, yang jadi pemantapan bagi kaum
mukmin di medan peperangan.

Pengetahuan manusia itu tidak bisa mendeteksi tipu daya orang-orang yang berdosa dan
konspirasi orang kafir. Hanya Tuhan Maha Mengetahui semuanya, pengetahuan Allah
tentang musuh inilah yang membuat orang-orang beriman merasa tenang dan tambah
semangat, untuk menghadapi musuh tanpa takut.

3. Memberikan Ketenangan kepada Orang Mukmin

Allah memberitahukan bahwa syariat-Nya didasarkan atas pengetahuan-Nya terhadap kita.


Dia meringankan, ketika Dia tahu bahwa kita tidak mampu.

Dia memberikan beban yang berat karena tahu bahwa kita mampu dan dalam keadaan
seperti itu terdapat kebaikan kita. Dia juga memerintahkan kita untuk melakukan segala
yang menentang hawa nafsu. 

Wassalamualaikum, wr.wb…….
JUDUL CERAMAH
TAK ADA RUMAH TANGGA TANPA MASALAH, BEGINI
CARA MENGHADAPINYA

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

Nasihat Nabi Muhammad SAW berikut patut menjadi panduan bersikap dalam
menyelesaikan masalah rumah tangga. Kata Nabi, seorang yang beriman tidak boleh
membenci pasangannya.

Jika ada perilaku yang tidak disukai, maka sukai perilakunya yang lain. Nasihat Nabi
mengandung makna yang dalam, karena memang benar tidak semua yang ada pada
pasangan kita itu jelek.

Jangan sampai kita memutuskan tidak menyukai pasangan, hanya lantaran ada sebagian
perilakunya yang kurang cocok dengan kepribadian kita sendiri.

Kecuali, bila itu memang suatu kesalahan yang fatal, yang tidak dibenarkan dalam
kehidupan berumah tangga baik secara norma sosial maupun agama. Seperti kekerasan
fisik dan psikis yang berlebihan atau perselingkuhan. 

Wassalamualikum, wr,wb…………..
JUDUL CERAMAH
MENYINGKAP MISTERI SAINS, SEMUA ADA DALAM AL-
QUR'AN

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

"Dan (ingatlah) ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan, "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)." (QS. Al-A'raf:172)

Manusia pada dasarnya tidak bisa lepas dari kebutuhan akal, karena telah ditanamkan
dalam dirinya dan manusia juga diciptakan dengan fitrah yang harus menjaga akhlaknya

Sebagai contoh, para ilmuwan akan mengatakan bahwa empat per lima permukaan
lengkung bumi dipenuhi oleh air. Gaya gravitasi menahan kestabilan air di permukaan
bumi agar tidak tumpah ke angkasa.

Akan tetapi, seorang ilmuwan mukmin tidak berhenti pada penafsiran ilmiah biasa. Ia akan
menguji kebenaran temuannya dengan pandangan Al-Qur'an yang responsif terhadap
penciptaan alam.

Dengan mata hatinya pula dia akan mencari petunjuk pada sumber, segala sebab akibat
yang menempatkan air di bumi dan menahan gelombang agar tidak tumpah ke angkasa
raya.

Wassalamualikum, wr.wb……..
JUDUL CERAMAH
TANDA-TANDA KIAMAT YANG DISEBUTKAN
RASULULLAH TERUS BERMUNCULAN

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

Dalam buku "Prediksi Akhir Zaman" karya Muhammad Abduh Tuasikal dijelaskan tentang
hal tersebut.

Diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah di antara tanda semakin dekatnya kiamat. Karena
dalam sebuah hadis , beliau sendiri mengatakan bahwa jarak antara pengutusan beliau dan
datangnya kiamat adalah bagaikan jarak antara dua jari yakni jari tengah dengan jari
telunjuk.

Hal ini juga dijabarkan oleh Ibnu Abbas yang mengatakan: “Diutusnya Nabi Muhammad
SAW adalah tanda-tanda kiamat. Tatkala Malaikat Jibril melewati penduduk untuk diutus
kepada Nabi, penduduk langit pun mengucap takbir dan mengatakan bahwa sebentar lagi
akan terjadi kiamat”.

 Jika pengutusan Rasulullah SAW juga bagian dari pertanda bahwa kiamat itu sudah dekat,
maka bagaimana bisa itu terjadi sedangkan sudah 1.000 tahun lebih sejak Nabi diutus
hingga kini namun kiamat belum terjadi?

Maka dijelaskan bahwa pemaknaan kata dekat berdasarkan ulmu dan ketentuan Allah
berbeda dengan apa yang dipahami manusia. Bisa jadi apa yang dekat bagi Allah, dianggap
jauh oleh manusia. Hal ini juga ditegaskan dalam Al-Quran Surah Al-Ma’arij ayat 6-7, Allah
berfirman: 

‫ِإنَّهُ ْم يَ َروْ نَ ۥهُ بَ ِعيدًا‬

‫َون ََراهُ قَ ِريبًا‬

 Artinya: “Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami
memandangnya dekat (pasti terjadi)”.

Maka kiamat bisa dikatakan dekat karena dilihat dari lamanya kehidupan sebelum umat
Nabi Muhammad SAW itu ada.
Misalnya jika dianalogikan bahwa umur dunia ini sudah 50 tahun lamanya, maka dari usia
itu dunia sudah berjalan selama 45 tahun. Artinya, sisa lima tahun ini jika dibandingkan
dengan waktu-waktu sebelumnya jelas lebih sedikit.

Dalam hal ini, Nabi pun menjelaskan dalam sebuah hadis:

ِ ‫ب ال َّش ْم‬
 ‫س‬ َ َ‫ِإنَّ َما َأ َجلُ ُك ْم فِى َأ َج ِل َم ْن َخالَ ِمنَ اُأل َم ِم َما بَ ْين‬
ِ ‫صالَ ِة ْال َعصْ ِر ِإلَى َم ْغ ِر‬

 “Sesungguhnya ajal kalian—umat Islam—(dengan datangnya hari kiamat) jika


dibandingkan dengan waktu yang ditempuh oleh umat-umat sebelum kalian bagaikan jarak
antara salat Ashar dengan waktu maghrib (saat tenggelamnya matahari)”. (HR. Bukhari no.
3459, dari Ibnu ‘Umar)

Maka, umat Islam dalam hadis ini dikategorikan sebagai umat yang muncul pada waktu
Ashar. Sedangkan masa umat-umat terdahulu yang dimulai dari Nabi Adam antara waktu
hidup pada masa rentang Subuh hingga Ashar.

Sudah Muncul

Allah Ta’ala telah menyebutkan dalam Al Qur’an Al Karim bahwa kiamat sudahlah dekat
dan di antara tanda kiamat pun sudah muncul. Di antaranya adalah terbelahnya bulan di
zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ق ْالقَ َم ُر‬ ِ َ‫ا ْقتَ َرب‬


َّ ‫ت السَّا َعةُ َوا ْن َش‬

“Telah dekat (datangnya) kiamat dan telah terbelah bulan.” (QS. Al Qamar: 1)

Terdapat hadis yang juga menyebutkan hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam sahih
Bukhari.

Dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata,

ِ >َ‫ق ْال َجب‬


‫>ل َوفِرْ قَ>ةً دُونَ>هُ فَقَ>>ا َل َر ُس>و ُل هَّللا ِ – ص>>لى هللا‬ َ ْ‫ فِرْ قَةً فَو‬، ‫ق ْالقَ َم ُر َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – فِرْ قَتَ ْي ِن‬
َّ ‫ا ْن َش‬
‫» عليه وسلم – « ا ْشهَدُوا‬

“Bulan terbelah menjadi dua bagian pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Satu belahan terdapat di atas gunung dan belahan lainnya berada di bawah gunung. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Saksikanlah’.” (HR. Bukhari no. 4864)

Berita ini juga dikeluarkan oleh At Tirmidzi dari sahabat Anas, beliau berkata,

‫ق ْالقَ َم> ُر) ِإلَى قَوْ لِ ِه ( ِس>حْ ٌر‬ ِ َ‫ق ْالقَ َم ُر بِ َم َّكةَ َم َّرتَي ِْن فَنَزَ ل‬
ِ َ‫ت (ا ْقتَ َرب‬
َّ >‫ت السَّا َعةُ َوا ْن َش‬ َّ ِ‫َسَأ َل َأ ْه ُل َم َّكةَ النَّب‬
َّ ‫ آيَةً فَا ْن َش‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬
) ٌّ‫ُم ْستَ ِمر‬
“Penduduk Makkah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu bukti.
Akhirnya bulan terbelah di Makkah menjadi dua bagian, lalu turunlah ayat : ‘Telah dekat
datangnya hari kiamat dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin)
melihat suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus
menerus”. QS. Al Qamar: 1-2)

Hadis ini diriwayatkan Tirmidzi no. 3286. Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan
shahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi mengomentari bahwa
hadits ini shahih. Riwayat ini juga dibawakan oleh Jalaluddin As Suyuthi dalam Asbabun
Nuzul, hal. 184, Darul Ibnu Haitsam.

Hadis terbelahnya bulan telah diriwayatkan oleh sekelompok sahabat di antaranya:


Abdullah bin ‘Umar, Hudzaifah, Jubair bin Muth’im, Ibnu ‘Abbas, Anas bin Malik, dan juga
diriwayatkan oleh seluruh ahli tafsir. Namun, sebagian orang merasa ragu tentang hal ini
dan menyatakan bahwa terbelahnya bulan itu terjadi pada hari kiamat nanti sebagaimana
hal ini diriwayatkan oleh ‘Utsman bin ‘Atho’ dari ayahnya, dll.

Namun, perkataan semacam ini adalah perkataan yang syadz (yang menyelisihi pendapat
yang lebih kuat) dan pendapat ini tidak bisa menggantikan kesepakatan yang telah ada.
Alasannya adalah kata ‘terbelah’ (pada ayat di atas) adalah kata kerja bentuk lampau (dan
berarti sudah terjadi). Sedangkan menyatakan bahwa kata kerja lampau ini berarti akan
datang membutuhkan dalil, namun hal ini tidak diperoleh. –Inilah perkataan Ibnul Jauzi
dalam Zaadul Masiir- (Lihat tafsir surat Al Qomar ayat 1 di Zaadul Masiir, 5/449, Maktabah
Syamilah).

Begitu pula ada tanda-tanda yang akan terus menerus muncul dan bukan hanya sekali.
Semacam ada orang-orang yang mengaku sebagai Nabi. Sebagaimana hal ini sudah muncul
di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Musailamah Al Kadz-dzab yang mengaku
sebagai Nabi.

Begitu pula ajaran Ahmadiyah dari India, ajaran seorang wanita yang bernama Lia
Aminudin yang mengaku sebagai penyampai wahyu yang diberikan kepada anaknya yang
diangkat sebagai Nabi dan akhir-akhir ini muncul pula aliran yang bernama Al Qiyadah Al
Islamiyah yang juga mempunyai rasul yang baru muncul tahun 2000.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ث َدجَّالُونَ َك َّذابُونَ قَ ِريبٌ ِم ْن ثَالَثِينَ ُكلُّهُ ْم يَ ْز ُع ُم َأنَّهُ َرسُو ُل هَّللا‬


َ ‫الَ تَقُو ُم السَّا َعةُ َحتَّى يُ ْب َع‬

“Kiamat tidak akan terjadi sampai muncul dajjal-dajjal pendusta yang berjumlah sekitar 30
orang. Semuanya mengklaim bahwa dirinya adalah Rasulullah.” (HR. Bukhari no. 3609 dan
Muslim no. 157)

Telanjang
Begitu pula banyaknya wanita yang berpakaian namun hakekatnya telanjang karena
pakaiannya yang tipis dan ketat, itu juga merupakan tanda semakin dekatnya kiamat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫ت‬ ٌ َ‫ت َم>>اِئال‬ٌ َ‫>ات ُم ِميال‬


ٌ >َ‫َاري‬ِ ‫ات ع‬ ٌ َ‫اس>ي‬ َ َّ‫ض> ِربُونَ بِهَا الن‬
ِ ‫اس َونِ َس>ا ٌء َك‬ ِ >َ‫ب ْالبَق‬
ْ َ‫>ر ي‬ ِ ‫ار لَ ْم َأ َرهُ َما قَ>>وْ ٌم َم َعهُ ْم ِس>يَاطٌ َكَأ ْذنَ>>ا‬
ِ َّ‫ان ِم ْن َأ ْه> ِل الن‬
ِ َ‫ص> ْنف‬
ِ
َ‫ير ِة َك َذا َو َكذا‬ َ
َ ‫يحهَا ليُو َج ُد ِم ْن َم ِس‬ َّ ْ ْ ُ َ ْ
َ ‫ت ال َماِئل ِة الَ يَ ْدخلنَ ال َجنةَ َوالَ يَ ِج ْدنَ ِري َحهَا َوِإ َّن ِر‬ ْ ْ ‫َأ‬
ِ ‫ُر ُءو ُسه َُّن َك ْسنِ َم ِة البُخ‬

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum
yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang
miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Begitu pula halnya dengan merebaknya perzinaan dan pornografi yang nampak saat ini, itu
juga merupakan tanda semakin dekat hancurnya dunia. Dari Anas bin Malik, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

‫ َحتَّى يَ ُك>>ونَ لِ َخ ْم ِس>ينَ ا ْم> َرَأةً ْالقَيِّ ُم‬، ‫ َوتَ ْكثُ َر النِّ َسا ُء َويَقِ َّل ال ِّر َج> ا ُل‬، ‫الزنَا‬ ْ َ‫ َوي‬، ‫ظهَ َر ْال َج ْه ُل‬
ِّ ‫ظهَ َر‬ ْ َ‫ َوي‬، ‫ِم ْن َأ ْش َرا ِط السَّا َع ِة َأ ْن يَقِ َّل ْال ِع ْل ُم‬
‫اح ُد‬ِ ‫ْال َو‬

“Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah: sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan,
merebaknya perzinaan, wanita akan semakin banyak dan pria akan semakin sedikit,
sampai-sampai salah seorang pria bisa mengurus (menikahi) 50 wanita (karena kejahilan
orang itu terhadap ilmu agama).” (HR. Bukhari no. 81)

Kiamat memang sudah dekat. Pertanyaannya, sudah siapkah kita menghadapi hari kiamat?
Ini seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW pada umatnya.

Suatu hari, ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi, “Kapan hari akhir akan
datang?”

Nabi balik bertanya, “Apa yang sudah kau lakukan untuk menghadapinya?” Sahabat
menjawab, “Tidak ada kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”

Dan, Rasul menjawab, “Kalau begitu, kelak kau akan berkumpul bersama yang kau cintai.”

Wassalamualikum,wr,wb……………
JUDUL CERAMAH
MENELADANI CARA NABI MUHAMMAD MENJALANKAN
SHOLAT JUMAT BERJAMAAH

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan, dipersyaratkan demikian karena sholat


Jumat bermakna banyak orang (jamaah). Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu
menunaikan sholat ini secara berjama’ah, bahkan hal ini menjadi ijma’ (kata sepakat) para
ulama. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 27: 202)

Jumlah Jama’ah Jum’at yang Disyaratkan

Menurut madzhab Hanafiyah, jika telah hadir satu jamaah selain imam, maka sudah
terhitung sebagai jamaah sholat Jumat. Karena demikianlah minimalnya jamak. Dalil dari
pendapat Hanafiyah adalah seruan jama’ dalam ayat:

“Maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli” (QS. Al
Jumu’ah: 9).

Seruan dalam ayat ini dengan panggilan jamak. Dan minimal jamak adalah dua orang. Ada
pula ulama Hanafiyah yang menyatakan tiga orang selain imam.

Dikutip dari laman Rumasyo dikutip pada Jumat (5/2/2021) disebutkan, ulama Malikiyyah
menyaratkan yang menghadiri Jum’at minimal 12 orang dari orang-orang yang diharuskan
menghadirinya. Mereka berdalil dengan hadits Jabir:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah pada hari Jumat, lalu
datanglah rombongan dari Syam, lalu orang-orang pergi menemuinya sehingga tidak
tersisa, kecuali dua belas orang.” (HR. Muslim no. 863)

Ulama Syafi’iyah dan Hambali memberi syarat 40 orang dari yang diwajibkan menghadiri
Jumat. Penulis Al Mughni (2: 171) berkata, “Syarat 40 orang dalam jamaah Jum’at adalah
syarat yang telah masyhur dalam madzhab Hambali. Syarat ini adalah syarat yang
diwajibkan mesti ada dan syarat sahnya Jumat.Empat puluh orang ini harus ada ketika dua
khutbah Jum’at.”
Dalil yang menyatakan harus 40 jamaah disimpulkan dari perkataan Ka’ab bin Malik
radhiyallahu ‘anhu:

“As’ad bin Zararah adalah orang pertama yang mengadakan shalat Jum’at bagi kami di
daerah Hazmi An Nabit dari harrah Bani Bayadhah di daerah Naqi’ yang terkenal dengan
Naqi’ Al Khadhamat. Saya bertanya kepadanya, “Waktu itu, ada berapa orang?” Dia
menjawab, ”Empat puluh.” (HR. Abu Daud no. 1069 dan Ibnu Majah no. 1082. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan).

Begitu pula ditarik dari hadits Jabir bin ‘Abdillah:

“Telah berlalu sunnah (ajaran Rasul) bahwa setiap empat puluh orang ke atas diwajibkan
shalat Jum’at.” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubro 3: 177. Hadits ini dho’if sebagaimana
didho’ifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Gholil 603. Ibnu Hajar Al Asqolani dalam
Talkhish Habir 2: 567 berkata bahwa di dalamnya terdapat ‘Abdul ‘Aziz di mana Imam
Ahmad berkata bahwa haditsnya dibuang karena ia adalah perowi dusta atau pemalsu
hadits. An Nasai berkata bahwa ia tidaklah tsiqoh. Ad Daruquthni berkata bahwa ia adalah
munkarul hadits). Kesimpulannya hadits terakhir ini adalah hadits yang lemah (dho’if)
sehingga tidak bisa menjadi dalil pendukung.

Sedangkan hadits Ka’ab bin Malik di atas hanya menjelaskan keadaan dan tidak
menunjukkan jumlah 40 sebagai syarat. Sehingga pendapat yang rojih (kuat) dalam
masalah ini adalah jama’ah shalat Jum’at tidak beda dengan jama’ah shalat lainnya. Artinya,
sah dilakukan oleh dua orang atau lebih karena sudah disebut jamak.

 Adapun hadis yang menceritakan dengan 12 jama’ah, maka hadis ini tidak dapat dijadikan
dalil pembatasan hanya dua belas orang saja karena terjadi tanpa sengaja, dan ada
kemungkinan sebagiannya kembali ke masjid setelah menemui mereka.

 Adapula pendapat Imam Ahmad yang menyaratkan 50 orang, namun hadisnya lemah
sehingga tidak bisa dijadikan pendukung. Seperti hadits Abu Umamah, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Diwajibkan Jum’at pada lima puluh orang dan tidak diwajibkan jika kurang dari itu. (HR. Ad
Daruquthni dalam sunannya 2: 111. Haditsnya lemah, di sanadnya terdapat Ja’far bin Az
Zubair, seorang matruk).

Juga hadits Abu Salamah, ia bertanya kepada Abu Hurairah:

“Berapa jumlah orang yang diwajibkan shalat jama’ah?” Abu Hurairah menjawab, ”Ketika
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumlah lima puluh, Rasulullah
mengadakan shalat Jum’at” (Disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al Mughni 2: 171). Al
Baihaqi berkata, ”Telah diriwayatkan dalam permasalahan ini hadits tentang jumlah lima
puluh, namun isnadnya tidak shahih.” (Sunan Al Kubra, 3: 255).
Pendapat Terkuat

Perlu diperhatikan bahwa jumlah jama’ah yang menjadi syarat sah Jum’at diperselisihkan
oleh para ulama sebagaimana penjelasan di atas.

Namun jumlah jamak itu menjadi syarat sah shalat Jum’at berdasarkan ijma’ (kata sepakat
ulama) (Lihat Syarh ‘Umdatul Fiqh, Prof. Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin, 1: 396).
Berapakah minimal jamak? Ada yang mengatakan dua dan mayoritas ulama menyatakan
minimal jamak adalah tiga.

Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Sholat Jumat adalah seperti shalat jama’ah lainnya.
Yang membedakannya adalah adanya khutbah sebelumnya. Selain itu tidak ada dalil yang
menyatakan bahwa shalat juma’at itu berbeda. Perkataan ini adalah sanggahan untuk
pendapat yang menyatakan bahwa shalat Jumat disyaratkan dihadiri imam besar,
dilakukan di negeri yang memiliki masjid Jaami’, dan dihadiri oleh jumlah jama’ah tertentu.
Persyaratan ini tidak memiliki dalil pendukung yang menunjukkan sunnahnya, apalagi
wajibnya dan lebih-lebih lagi dinyatakan sebagai syarat. Bahkan jika ada dua orang
melakukan shalat Jumat di suatu tempat yang tidak ada jama’ah lainnya, maka mereka
berarti telah memenuhi kewajiban.” (Ad Daroril Mudhiyyah Syarh Ad Durorul Bahiyyah,
163). Wallahu a’lam bish showwab. 

Wassalamualikum.wr,wb…….
JUDUL CERAMAH
BOLEHKAH HARTA WAKAF DIJUAL? BERIKUT
PENJELASANYA

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

Apakah tanah wakaf atau harta wakaf boleh dijual? Dalam persoalan ini beberpa ulama
berbeda pendapat.

Imam Malik dan Imam Syafii yang berpendapat bahwa harta wakaf tidak boleh dijual sama
sekali. Sedangkan Imam Abu Hanifah menyatakan bolehnya.

Adapun Imam Ahmad berpandangan bahwa harta wakaf boleh dijual dan diganti hanya jika
kemanfaataannya sudah tidak ada secara total dan tidak mungkin diperbaiki lagi.

Misalnya untuk masjid yang tidak dipakai lagi karena penduduknya sudah tidak ada (pergi)
atau ada masjid yang sudah sangat sempit dan tidak mungkin diperlebar lagi.

Untuk kasus ini, yang sudah diwakafkan boleh dijual. Seperti ini menjadi pendapat Umar
bin Khattab dan pernah ia terapkan, dan tidak ada seorang sahabat pun yang mengkritik
pendapat Umar. Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini.

Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam fatwanya, kata Ustaz Muhammad Abduh
Tuasikal, berpandangan bahwa boleh harta wakaf itu dijual dengan pertimbangan
penjualan itu lebih bermaslahat dan lebih bermanfaat. Lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 31: 219,
229.

Sementara wakaf sendiri berarti menahan bentuk pokok dan menjadikannya untuk fii
sabilillah sebagai bentuk qurbah (pendekatan diri pada Allah). (Lihat Minhah Al-‘Allam, 7:
5)

Mengenai ketentuan tentang wakaf dijelaskan dalam hadits ‘Umar berikut ini. Dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

“Umar pernah mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, lalu ia menghadap Nabi shamohon
petunjuk beliau tentang pengelolaannya seraya berkata:
“Wahai Rasulullah, saya mendapatkan tanah di Khaibar. Yang menurut saya, saya belum
pernah memiliki tanah yang lebih baik daripada tanah tersebut.

Beliau bersabda:

“Kalau engkau mau, kau tahan pohonnya dan sedekahkan buah (hasilnya).”

Perawi hadits berkata:

"Lalu Umar mewakafkan tanahnya dengan syarat pohonnya tidak boleh dijual, tidak boleh
dihadiahkan, dan tidak boleh diwarisi. Hasil dari pohon tersebut disedekahkan kepada
kaum fakir, kerabat-kerabat, budak-budak, orang-orang yang membela agama Allah, tamu,
dan musafir yang kehabisan bekal. Namun tidak masalah bagi pengurus wakaf untuk
memakan hasilnya dengan baik dan memberi makan teman-temannya yang tidak memiliki
harta." (Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari, no. 2772; Muslim, no. 1632). 

Wassalamualikum wr.wb………..
JUDUL CERAMAH
INI AMALAN RINGAN BAGI UMAT MUSLIM TAPI PALING
DICINTAI SANG KHALIK

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

yang perlu diperhatikan yakni sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling
bermanfaat bagi manusia lainnya.

“Jadi bagaimana kemudian kita memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada orang.


Amal yang paling dicintai Allah adalah kesenangan yang diberikan kepada sesama muslim,
menghilangkan kesusahannya, menghilangkan rasa lapar, membantu membayarkan
hutangnya, tentu dengan semampu kita,”

“Jadi kenapa masih ada orang yang kemudian hitung-hitungan tidak mau beramal saleh?
Menolong orang masih mikir, mau membantu orang masih mikir,” tanyanya.

“Pasti laki-laki atau perempuan akan Allah berikan pahala dan balasan yang lebih baik
daripada yang mereka kerjakan,” tutupnya.

Begitu luas pengetahuan Allah Ta'ala sejatinya dapat diketahui dalam Al-Qur'an atau dalam
kehidupan sehari-hari secara tidak sadar.

Firman Allah Ta'ala:

"Wahai Tuhan kamis, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu." (QS. Ghafir: 7)

Dia juga mengabarkan tentang pengetahuan-Nya yang luas, termasuk terhadap yang kita
lakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

"Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan." (QS. An-
Nahl; 19).

Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar mengungkap hal itu dalam bukunya berjudul "Al-Asma
al-Husna" dikutip pada Sabtu (6/2/2021).
Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar menuliskan bahwa firman Allah yang menjelaskan
tentang pengetahuan-Nya yang meliputi segala sesuatu itu, bertujuan seperti berikut:

1. Menanamkan di Hati Rasa Takut dan Rasa Untuk Selalu Mendekatkan Diri

Bila seorang hamba mengimani bahwa Allah mengtahui dirinya, melihat kepadanya, tak
ada apapun di muka bumi maupun di langit yang bisa menutupinya, dan mengetahui apa
yang disembunyikan maupun yang dilahirkan.

Maka itu akan mendorongya untuk beristiqamah mematuhi perintah Allah dan menjauhi
kemaksiatan. Berdasarkan penjelasan Rasulullah, "...beribadahlah kepada Allah seakan-
akan engkau melihat-Nya. Jika tidak melihat-Nya, maka Dialah Yang Melihatmu."

2. Memantapkan Hati Orang-orang Mukmin untuk Memerangi Musuh

Allah Maha Mengetahui tipu daya musuh-musuhNya, konspirasi terhadap para wali-Nya,
dan semua ucapan dan tindakan. Semangat seperti ini, yang jadi pemantapan bagi kaum
mukmin di medan peperangan.

Pengetahuan manusia itu tidak bisa mendeteksi tipu daya orang-orang yang berdosa dan
konspirasi orang kafir. Hanya Tuhan Maha Mengetahui semuanya, pengetahuan Allah
tentang musuh inilah yang membuat orang-orang beriman merasa tenang dan tambah
semangat, untuk menghadapi musuh tanpa takut.

3. Memberikan Ketenangan kepada Orang Mukmin

Allah memberitahukan bahwa syariat-Nya didasarkan atas pengetahuan-Nya terhadap kita.


Dia meringankan, ketika Dia tahu bahwa kita tidak mampu.

Dia memberikan beban yang berat karena tahu bahwa kita mampu dan dalam keadaan
seperti itu terdapat kebaikan kita. Dia juga memerintahkan kita untuk melakukan segala
yang menentang hawa nafsu. 

Wassalamualikum,wr.wb,,,,,,,
JUDUL CERAMAH
MENGAPA MUSLIMIN PERLU MELAKUKAN TADABBUR
AL-QUR'AN DAN BAGAIMANA CARANYA?

Assalamualaikum wr.wb……..

Alhamdulillahi Robbl Alamiin, Nahmaduhu Wanastaiinu Wanastaghfiruhu,,,Wana


Uuddzu Billahi Min Syururi Anfusina Wamin Saayyiati A`Malina…Mayahdillahu Fala
Mudhillalah Waamayuddhlilhu Fala Haadiya Lahu.. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Ashadu
Anna Muhammadarrasulullah Allahummasalli Ala Ssaayidina Muhammad Wa Ala Ali
Sayidina Muhammad… Amma Ba`Du.

Maksud dari istilah Tadabbur Al-Qur'an adalah Al-Qur’an itu direnungkan.

Tadabbur ini penting karena dengan tadabbur sehingga bisa mengambil pelajaran-
pelajaran penting hingga Al-Qur’an bisa diamalkan isinya.

Nah, Ini keadaannya berbeda sekali jika kita hanya membaca Al-Qur’an atau
menghafalkannya, tanpa memahami arti, memahami tafsirannya, hingga tadabbur.

Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan ada beberapa ayat ayat yang mendorong
untuk tadabbur Al-Qur’an.

Ayat pertama:

ْ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ ۚ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِع ْن ِد َغي ِْر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬
‫اختِاَل فًا َكثِيرًا‬

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS.
An-Nisaa’: 82)

Ayat kedua:

ِ ‫ك لِيَ َّدبَّرُوا آيَاتِ ِه َولِيَتَ َذ َّك َر ُأولُو اَأْل ْلبَا‬


‫ب‬ ٌ ‫ِكتَابٌ َأ ْن َز ْلنَاهُ ِإلَ ْيكَ ُمبَا َر‬

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)

Ayat ketiga:

‫ب َأ ْقفَالُهَا‬
ٍ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ َأ ْم َعلَ ٰى قُلُو‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS.
Muhammad: 24)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Memahami Al-Qur’an dan merenungkannya akan


membuahkan iman. Adapun jika Al-Qur’an cuma sekadar dibaca tanpa ada pemahaman dan
perenungan (tadabbur), itu bisa pula dilakukan oleh orang fajir (ahli maksiat) dan munafik,
di samping dilakukan oleh pelaku kebaikan dan orang beriman.” (Zaad Al-Ma’ad, 1:327)

Bagaimana cara tadabbur?

Dikutip dari laman Rumasyo pada Selasa (2/2/2021) dijelaskan Ibnul Qayyim
rahimahullah menyatakan, “Apabila engkau ingin memetik manfaat dari Al-Qur’an, maka
fokuskan hatimu saat membaca dan mendengarkannya.

Pasang baik-baik telingamu dan posisikanlah diri seperti posisi orang yang diajak bicara
langsung oleh Dzat yang memfirmankannya. Al-Qur’an ini makin sempurna pengaruhnya
bergantung pada faktor pemberi pengaruh yang efektif, tempat yang kondusif,
terpenuhinya syarat, terwujudnya pengaruh, dan ketiadaan faktor yang menghalanginya.

َ ِ‫ِإ َّن فِي ٰ َذل‬


Semua ini telah terkandung dalam firman Allah Ta'ala: ‫ك لَ ِذ ْك َر ٰى لِ َم ْن َكانَ لَهُ قَ ْلبٌ َأوْ َأ ْلقَى ال َّس ْم َع‬
‫َوهُ َو َش ِهي ٌد‬

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang
yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya.” (QS. Qaf: 37).

Dari awal surah Qaf hingga ayat ke-37 ini namanya faktor pemberi pengaruh.

Firman-Nya: Bagi orang yang punya hati, berarti hati yang hidup. Ini representasi dari
tempat yang hidup. Sebagaimana disebutkan pula dalam Qur'an Surah Yasin: 70.

َ‫ق ْالقَوْ ُل َعلَى ْال َكافِ ِرين‬


َّ ‫لِيُ ْن ِذ َر َم ْن َكانَ َحيًّا َويَ ِح‬

“Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya)
dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” (QS. Yasin: 70)

Firman-Nya “atau yang menggunakan pendengarannya”, maksudnya mengarahkan


pendengarannya dan memasang indra dengarnya pada apa yang diucapkan padanya. Ini
namanya syarat terwujudnya pengaruh.

Firman-Nya “sedang dia menyaksikannya” maksudnya, hatinya menyaksikan, hadir dan


tidak ke mana-mana, serta mendengarkan kitab Allah. Orang yang hatinya menyaksikan
dan memahami, hatinya tidak lupa maupun lalai. Ini menunjukkan untuk tadabbur Al-
Qur’an harus menghilangkan faktor yang menghalangi, yaitu kelalaian dan tidak hadirnya
hati dari apa yang diucapkan padanya, dari memperhatikan dan merenungkannya.
Bila ada faktor pengaruh yaitu Al-Qur’an, tempat yang kondusif yaitu hati yang hidup,
syarat juga terpenuhi yaitu mendengarkan dengan seksama, faktor penghalang tidak ada
yaitu kelalaian dan memahami maksud ucapan, dan berpaling pada sesuatu yang lain,
niscaya muncul pengaruh, yaitu kemampuan mengambil manfaat dan mengambil
peringatan.” Lihat Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim, hlm. 5, 6, 156; dinukil dari Al-Khusyu’ fii
Ash-Shalah, hlm. 225-226.

Ringkasnya, langkah untuk tadabbur Al-Qur’an ada empat yakni:

1. Ada ayat yang dibaca.

2. Hati kita hidup.

3. Mendengarkan dengan seksama.

4. Tidak lalai dan memahami maksud ucapan.

Semoga kita dimudahkan untuk tadabbur Al-Qur’an ayat demi ayat. 

Anda mungkin juga menyukai