Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dona Fitri Ayu

Tugas : Sirah Nabawiyah

“SURAT AL-BURUUJ”
Surat Al-Buruuj adalah surat yang ke-85 dalam Al-Qur’an. Surat ini tergolong surat
Makiyyah yang terdiri atas 22 ayat dan memiliki arti Gugusan Bintang. Dalam surat Al-Buruuj
ada sebuah kisah tentang perjuangan. Pada ayat pertama ‫ت ۡالبُ ُر ۡوج‬ ِ ‫س َمٓا ِء َذا‬
َّ ‫ َوال‬Allah bersumpah
demi langit yang memiliki gugusan bintang-bintang yang dengan nya manusia bisa
mengetahuin musim-musim dan melalui bintang-bintang inilah manusia mendapatkan banyak
petunjuk/pengetahuan (QS. An-nahl : 16). Kemudian pada ayat kedua ‫و ۙ ِد‬7 ۡ 7‫و ِم ۡال َم ۡو ُع‬7ۡ 7َ‫ َو ۡالي‬Allah
bersumpah demi hari yang dijanjikan. Para ulama sepakat bahwa hari yang dijanjikan ini
adalah hari kiamat yaitu hari ditampakkan semua rahasia (QS. At-Tariq: 9). Kemudian pada ayat
ُ ‫ َوشَا ِه ٍد َّو َم ۡش‬Allah juga bersumpah demi yang menyaksikan dan yang disaksikan.
ketiga ‫ه ۡود‬
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ada yang mengatakan bahwa ‫هد‬ ِ ‫ شَا‬itu adalah hari
Jum’at dan ‫ه ۡو‬ ۡ
ُ ‫ َّو َمش‬itu adalah hari arafah. Dan sebagaian ulama seperti Syauqani dan Sa’di
mengatakan bahwa ‫ه ۡود‬ ُ ‫ َوشَا ِه ٍد َّو َم ۡش‬itu adalah kisah yang dialami oleh orang-orang beriman yang
disiksa oleh para raja, dimana raja-raja (orang kafir) adalah yang menyaksikan dan orang-orang
mukmin yang disiksa adalah yang disaksikan.

Pada ayat 4-7 Allah mengatakan ‫ د ُۡو ۙ ِد‬7‫ب ااۡل ُ ۡخ‬ ۡ َ‫ َل ا‬7 ِ‫ قُت‬binasalah orang-orang yang
ُ ‫ ٰح‬7 ‫ص‬
membuat parit, ‫ت ۡال َوقُ ۡو ۙ ِد‬
ِ ‫ النَّا ِر َذا‬yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar. Allah melaknat
orang-orang yang membuat parit dikarenakan mereka membunuh orang-orang yang beriman,

َ‫ون‬7ۡ ُ‫ش ُه ۡو ٌد َّوهُمۡ ع َٰلى َما يَ ۡف َعل‬


ُ َ‫ بِ ۡال ُم ۡؤ ِمنِ ۡين‬sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat
‫هّٰلل‬
terhadap orang-orang mukmin, ‫ ۙ ِد‬7‫ ِز ۡال َح ِم ۡي‬7‫وا بِا ِ ۡال َع ِز ۡي‬7ۡ 7ُ‫همۡ اِاَّل ۤ اَ ۡن يُّ ۡؤ ِمن‬
ُ ‫وا ِم ۡن‬7ۡ 7‫ا نَقَ ُم‬7‫( َو َم‬dan mereka
menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman
kepada Allah yang Maha Perkasa, Maha Terpuji). Dalam ayat diatas, ada sebuah kisah
tentang “Ashabul Ukhduud”. Kisah ini sangat penting untuk memberikan pelajaran berharga
tentang makna kikhlasan dan keistiqomahan seorang hamba ketika memilih untuk menjadikan
Allah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim, Ahmad dan Nasa’i dijelaskan sebagai berikut:

Shuhaib bin Sinaan Arrmmi ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Pada umat
sebelum kalian ada seorang raja (Yahudi) yang mempunyai seorang penyihir, kemudian ketika
ahli sihir itu telah tua ia berkata kepada raja: "kini aku telah tua dan mungkin telah dekat ajalku,
untuk itu tolong kirimkan kepadaku seorang pemuda yang dapat aku ajarkan kepadanya ilmu
sihir". Maka raja berusaha mencari seorang pemuda untuk mempelajari ilmu sihir tersebut.
Akhirnya pemuda tersebut dipanggil dan diberitahu “engkau belajar dengan penyihir ini”.
Kemudian pemuda tersebut berangkat. Saat di tengah jalan antara tempat penyihir dengan rumah
pemuda itu ada tempat seorang pendeta (ahli ibadah) yang mengajar agama, maka pemuda itu
singgah di tempat pendeta itu untuk mendengarkan pengajiannya, dan ia pun tertarik dengan
ajaran pendeta itu. Setelah itu pemuda tersebut baru pergi ke tempat penyihir. Di tempat penyihir
ia dipukuli karena datang terlambat, dan sampai di rumah juga terlambat sehingga dipukuli juga
oleh keluarganya. Kemudian ia mengadu tentang kejadian itu kepada pendeta. Maka pendeta
tersebut berkata “jika engkau terlambat datang ke tempat penyihir maka katakan maka katakan
aku ditahan oleh ibuku, dan engkau terlambat kembali ke rumah katakan aku ditahan oleh tukang
sihir. Maka tiba-tiba pada suatu hari ketika ia hendak pergi, mendadak di tengah jalan ada seekor
binatang buas, sehingga orang-orang tidak berani jalan di tempat itu, kemudian pemuda itu
berkata: "Sekarang aku akan mengetahui yang mana lebih yang lebih baik di sisi Allah apakah
ajaran pendeta atau ajaran penyihir", lalu ia mengambil sebutir batu dan berdoa "Ya Allah jika
ajaran pendeta itu lebih baik di sisimu maka bunuhlah binatang itu supaya orang-orang dapat lalu
lalang di tempat ini". Lalu dilemparkanlah batu itu, dan langsung terbunuh binatang itu. Dan
orang-orang gembira karena telah dapat lalu lintas di jalan itu. Maka ia langsung memberitakan
kejadian itu kepada Rahib (pendeta), maka berkatalah Rahib itu kepadanya : "Sekarang kamu
telah lebih baik daripada ku, Allah sudah memberi kelebihan kepada mu dan engkau akan diuji,
maka jika engkau diuji jangan sampai menyebut namaku". Kemudian pemuda itu dapat
menyembuhkan orang buta dan sopak dan berbagai macam penyakit yang berat-berat pada
semua orang. Kemudian seorang pembesar (teman raja) yang telah buta karena sakit mata,
mendengar berita bahwa ada seorang pemuda dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit,
maka ia segera pergi kepada pemuda itu sambil membawa hadiah yang banyak, sambil berkata:
"sembuhkan aku, dan aku sanggup memberikan kepadamu apa saja yang kamu suka". Jawab
pemuda itu: "Aku tidak dapat menyembuhkan seseorang pun sedang yang menyembuhkan hanya
Allah azza wajalla, jika engkau mau beriman (percaya) kepada Allah, maka aku akan berdoa
semoga Allah menyembuhkan mu". Akhirnya pembesar itu sembuh. Lalu pembesar itu kembali
ke tempat raja, dan raja pun melihat bahwa teman nya sudah tidak buta lagi, kemudian dia
berkata “siapa yang menyembuhkan mu?”, “Allah”. Raja bertanya lagi “siapa Allah itu?”,
“Rabbi wa Rabbukallah (Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah)”. Kemudian raja marah dan
menyiksa pembesar itu. Akhirnya pembesar itu memberi tahu bahwa yang mengobatinya adalah
seorang pemuda. Kemudian raja memanggil pemuda tersebut dan menanyakan siapa yang telah
menyembuhkan berbagai macam penyakit tersebut. Lalu pemuda itu menjawab “Rabbi wa
Rabbukallah (Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah)”. Kemudian pemuda ini disiksa dan disuruh
untuk meninggalkan agama yang dianutnya (agama tauhid), tetapi pemuda ini juga menolak
perintah raja. Kemudian raja mengirim pasukan nya membawa pemuda itu ke puncak gunung
dan di sana ditawarkan kepadanya untuk meninggalkan agamanya dan mengikuti agama raja,
tapi ia tetap menolak. Lalu pemuda itu dilemparkan dari atas gunung, kemudian pemuda itu
berdo’a "Allahumma ikfinihim bimaa syi’ta: (Ya Allah jagalah aku dari tipu daya mereka dengan
kehendak-Mu)". Tiba-tiba gunung itu bergoncang sehingga para pengawal berjatuhan dari atas
gunung dan mati semuanya. Kemudian pemuda itu kembali menemui raja, dan ketika ditanya:
"Manakah orang-orang yang membawamu?". Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan urusan
mereka". Lalu pemuda itu ditangkap lagi dan kali ini dibawa ke laut dengan naik perahu, setelah
sampai di tengah laut ditawarkan padanya untuk mengubah agama, jika tidak maka lemparkan ke
dalam laut dan ketika telah sampai di tengah laut pemuda itu berdoa: "Allahumma ikfinihim
bimaa syi’ta", maka tenggelamlah orang yang membawanya semuanya dan segeralah pemuda
kembali menghadap raja. Dan ketika ditanya oleh raja "Bagaimana keadaan orang-orang yang
membawamu?" Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan mereka". Kemudian pemuda itu berkata
kepada raja "Engkau takkan dapat membunuhku kecuali jika engkau menurut perintahku maka
dengan itu engkau akan dapat membunuhku" Raja bertanya: "Apakah perintahmu?" Jawab
pemuda: "Kau kumpulkan semua orang di suatu lapangan, lalu engkau gantung aku di atas tiang,
lalu kau ambil anak panah milikku ini dan kau letakkan di busur panah dan membaca: Bismillahi
Rabbil ghulaarn (Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini), kemudian kau lepaskan anak panah
itu, maka dengan itu kau dapat membunuhku". Maka semua usul pemuda itu dilaksanakan oleh
raja, dan ketika anak panah telah mengenai pelipis pemuda itu ia mengusap dengan tangannya
dan langsung mati, maka semua orang yang hadir berkata: "Aamannaa birrabil ghulaam (Kami
beriman kepada Tuhannya pemuda itu)". Sesudah itu ada orang memberitahu kepada raja bahwa
semua rakyat telah beriman kepada Tuhannya pemuda itu, maka bagaimanakah usaha untuk
menghadapi rakyat yang banyak ini. Maka raja memerintah supaya di setiap jalan digali parit dan
dinyalakan api, dan tiap orang yang berjalan di sana, dan ditanya tentang agamanya, jika ia tetap
setia pada kami biarkan, tetapi jika ia tetap percaya kepada Allah masukkanlah ia ke dalam parit
api itu. Maka orang berbaris-baris dan dorong mendorong masuk ke dalam parit api itu, sehingga
tiba seorang wanita yang menggendong (membawa) bayinya yang masih menyusu, ketika
bayinya diangkat oleh pengikut- pengikut raja untuk dimasukkan kedalam parit berapi itu, wanita
itu hampir menuruti mereka berganti agama karena sangat kasihan pada anaknya yang masih
kecil itu, tiba-tiba anak bayi itu berbicara dengan suara lantang: "Sabarlah hai ibuku karena kau
berada dalam kebenaran.”. Akhirnya mereka berdua terjun kedalam parit api yang menyala.

Dari kisah ini dapat kita ambil beberapa pelajaran yaitu:

 Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki
 Kita harus belajar sungguh-sungguh sejak kecil seperti pemuda dalam kisah tersebut, agar
kita dapat menolong diri kita dan orang lain dengan ilmu yang bermanfaat.

 Orang-orang yang beriman akan selalu mendapatkan ujian atas keimanannya.

Referensi

1. Fii Zhilaalil Qur’an karya Sayyid Quthb


2. Tafsir Al-Qurthubi

3. Tafsir Ibnu Katsir

4. Zubdatut-tafsir DR. Muhammad alAsyqar

5. Shofwatul Bayaan Li ma’anil Qur’an Syaikh Muhammad Husain Makhluf

Anda mungkin juga menyukai