Anda di halaman 1dari 85

SUDAH TERUJIKAH IMAN KITA

Khutbah Pertama

‫ئات أعما‬ϟ‫نا‬،ϣ ‫ن يهد ا‬ϣ ϼϓ ‫ضلإن ا‬Τϟ‫مد ل‬Τϧ ‫مده و‬Θδϧ‫عينه و‬Θδϧ‫غفره و‬ϧ‫عوذ‬Α ‫ال‬ϣ ‫ن شرور أ‬ϧ‫ف‬δ‫نا و‬ϣ‫ ن سي‬ϟ‫ه و‬ϣ ‫ن‬
‫يضلل‬ϫ ϼϓ ‫ادي‬ϟ ‫أشهد أن ل إ‬. ‫ه‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ا‬. ‫ه‬ϟ‫لهم صل وسلم و‬Α‫ارك على‬
Τϣ‫مد وعلى آ‬ϟ‫ه وص‬Τ‫به و‬ϣ‫ن ا‬Θϫ‫دى‬Α ‫هداه إ‬ϟ‫ى يوم ا‬ϟ‫قيا‬ϣ‫ة‬.

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!

Pada kesempatan Jum’at ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-‘Ankabut
ayat 2 dan 3:

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita
harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada kita, untuk membuktikan
sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul
bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan,
atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak
mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ankabut
ayat 10:

Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia
disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan
sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguh-nya kami adalah
besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!

Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu
Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus
menjadi tempat tinggal. (Al-Kahfi 107).

Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan
bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk
Surga tanpa melewati ujian yang berat.

Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orangorang yang beriman bersama-nya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-
nya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu
dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat
Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.

... Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir dengan sisir besi
(sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari
agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak
memalingkannya dari agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-
Royyan, Juz 7 hal. 202).

Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa
yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk
memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa salam dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa
pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka,
tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini
belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita
tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada?

Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah!

Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda.

Dan ujian dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah
dialami oleh para pendahulu kita:

Yang pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi
Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang
betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya
yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang
sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).

Dan di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim Alaihissalam yang benar-benar sudah
tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itupun
dijalankan.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Shallallaahu alaihi wa salam dan puteranya adalah pelajaran yang
sangat berat itupun dijalankannya.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita,
dan sangat perlu kita tauladani, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali
perintah Allah yang dianggap berat bagi kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak
melaksanakannya. Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk
mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat) secara tegas untuk membedakan antara wanita
Muslimah dan wanita musyrikah sebagaimana firmanNya:

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mumin”
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Al-Ahzab, 59).

Namun kita lihat sekarang masih banyak wanita Muslimah di Indonesia khususnya tidak mau memakai
jilbab dengan berbagai alasan, ada yang menganggap kampungan, tidak modis, atau beranggapan bahwa
jilbab adalah bagian dari budaya bangsa Arab. Ini pertanda bahwa iman mereka belum lulus ujian. Padahal
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau
memakai jilbab dalam sabdanya:
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor
sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang
berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan
masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. (HR. Muslim, Shahih Muslim dengan Syarh
AnNawawi cet. Dar Ar-Rayyan, juz 14 hal. 109-110).

Yang kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi
Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang
mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di
rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam
membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal
sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian
atas imannya.

Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu kita ikuti, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman
sekarang, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman keras
dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat, sampai-sampai anak-anak yang
masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah ada yang kecanduan. Perzinahan sudah seakan menjadi
barang biasa bagi para pemuda, sehingga tak heran bila menurut sebuah penelitian, bahwa di kota-kota
besar seperti Jakarta dan Surabaya enam dari sepuluh remaja putri sudah tidak perawan lagi. Di antara
akibatnya setiap tahun sekitar dua juta bayi dibunuh dengan cara aborsi, atau dibunuh beberapa saat setelah
si bayi lahir. Keadaan seperti itu diperparah dengan semakin banyaknya media cetak yang berlomba-lomba
memamerkan aurat wanita, juga media elektronik dengan acara-acara yang sengaja dirancang untuk
membangkitkan gairah seksual para remaja. Pada saat seperti inilah sikap Nabi Yusuf Alaihissalam perlu
ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Para pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi
godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa salam telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan
diberi perlindungan di hari Kiamat nanti sebagaimana sabdanya:

“Tujuh (orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan
selain perlindunganNya, .. dan seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan
cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah…” (HR. Al-Bukhari Muslim, Shahih Al-Bukhari dengan
Fathul Bari cet. Daar Ar-Rayyan, juz 3 hal. 344 dan Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar
ArRayaan, juz 7 hal. 120-121).

Yang ketiga: Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai
dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub Alaihissalam yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang
sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu
selain hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya
dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan isterinya yang setia
menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. Musibah ini berjalan selama delapan belas tahun, sampai
pada saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah:

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub ketika ia menyeru Tuhan-nya;” Sesungguhnya aku diganggu
syaitan dengan kepayahan dan siksaan”. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 51).

Dan ketika itu Allah memerintahkan Nabi Ayyub Alaihissalam untuk menghantamkan kakinya ke
tanah, kemudian keluarlah mata air dan Allah menyuruhnya untuk meminum dari air itu, maka hilanglah
seluruh penyakit yang ada di bagian dalam dan luar tubuhnya. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52). Begitulah
ujian Allah kepada NabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara merupakan
perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub Alaihissalam membuktikan ketangguhan
imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan
imannya. Iman seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual iman dan
menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkus sarimi, karena tidak tahan menghadapi
kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub
Alaihissalam ini.
Sidang jamaah rahima kumullah

Yang keempat: Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam.
Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya terutama ketika
masih berada di Mekkah kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diuji dengan
berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa. Di antaranya apa yang
dialami oleh Rasulullah n di akhir tahun ketujuh kenabian, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk
memutuskan hubungan apapun dengan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam beserta Bani Abdul
Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku itu bersedia menyerahkan
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk dibunuh. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam bersama
orang-orang yang membelanya terkurung selama tiga tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan
yang hebat. (DR. Akram Dhiya Al-‘Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182).

‫أ‬ϗ‫ول‬ϗ ‫و‬ϟ‫ي‬ϫ ‫ذا وأس‬Θ‫غفر ا ا‬ϟ‫عظيم‬ϟ ‫ي و‬ϟ‫واس‬. ‫كم‬Θ‫ إ‬،‫غفروه‬ϧ‫ه‬ϫ ‫و ا‬ϟ‫غفور ا‬ϟ‫رحيم‬.

Khutbah Kedua :

‫ا‬Τϟ‫مد ل ا‬ϟ‫ذي‬ϛ ‫ان‬Α ‫عباده خبيرا‬Α ‫ تبارك ا‬،‫صيرا‬ϟ‫ذي جعل‬ϓ ‫ي ا‬δϟ‫ماء‬Α ‫روجا وجعل‬ϓ ‫يها سراجا و‬ϗ‫مرا‬ϣ ‫أشهد ان ل إ‬. ‫نيرا‬ϟ‫ه إل ا‬
‫وَأشهد ان‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ه ا‬ϟ‫ذي‬Α ‫ع‬Μ‫ه‬Α ‫ا‬Τϟ‫ق‬θΑ ‫يرا و‬ϧ‫ وداعيا إ‬،‫ذيرا‬ϟ‫ى ا‬Τϟ‫ق‬Α ‫إذ‬ϧ‫ه وسراجا‬
ϣ‫ا‬. ‫نيرا‬ϟ‫لهم صل عليه وعلى آ‬ϟ‫ه وص‬Τ‫به وسلم ت‬δ‫ليما‬Μϛ ‫أ‬. ‫يرا‬ϣ‫ا‬Α ‫˭عد‬

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!

Sebagai orang-orang yang telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkan diri untuk menerima ujian
dari Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujian dari Allah itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam :

“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan (ujian), Dan sesungguhnya apabila
Allah mencintai satu kaum Ia akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha baginyalah keridhaan Allah,
dan barangsiapa marah baginyalah kemarahan Allah”. (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan
gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519).
Mudah-mudahan kita semua diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi ujian
yang akan diberikan olehNya kepada kita. Amin.

‫ا‬ϟ‫لهم صل على‬Τϣ ‫مد وعلى آل‬Τϣ ‫مد ورضي ا تعا‬ϟ‫ى عن‬ϛ ‫ل ص‬Τ‫ا‬Α‫ة رسول ا أجمعين‬.
‫ر‬Α‫نا ل تزغ‬ϗ ‫لو‬Α‫نا‬Α ‫عد إذ‬ϫ ‫دي‬Θ‫نا و‬ϫ‫ب‬ϟ ‫نا‬ϣ ‫ن‬ϟ ‫د‬ϧ‫ك رحمة إ‬ϧ‫ك أ‬ϧ‫ت ا‬ϟ‫و‬ϫ‫اب‬.
‫ر‬Α‫نا أ‬ϓ‫رغ علينا صبرا وثبت أ‬ϗ‫دا‬ϣ‫نا وا‬ϧ‫صر‬ϧ‫ا على ا‬ϟ‫قوم ا‬ϟ‫كا‬ϓ‫رين‬.
‫ا‬ϟ‫لهم أعز الس‬ϼ‫م وا‬ϟ‫م‬δ‫ وأصلح ولة ا‬،‫لمين‬ϟ‫م‬δ‫ وأ‬،‫لمين‬ϟ‫ف‬Α ‫ين‬ϗ ‫لو‬Α‫هم وأصلح ذات‬Α ‫ينهم وا‬ϧ‫صر‬ϫ‫م على عدوك‬
‫وعدو‬ϫ‫م وو‬ϓ‫قهم‬ϟ ‫لعمل‬Α ‫ما‬ϓ ‫يه ص‬ϼ‫ح الس‬ϼ‫م وا‬ϟ‫م‬δ‫لمين‬.
‫ا‬ϟ‫لهم ل ت‬δ‫ل ط علينا‬Α ‫ذ‬ϧ‫و‬Α‫نا‬ϣ ‫ن ل يخا‬ϓ‫ك‬ϓ ‫ين ا ول يرحمنا‬.
‫ر‬Α‫نا آتنا‬ϓ ‫ي ا‬ϟ‫د‬ϧ‫يا ح‬δ‫نة و‬ϓ‫ي ا‬ϵ‫خرة ح‬δ‫نة و‬ϗ‫نا عذاب ا‬ϟ‫نار‬.
‫سب‬Τ‫ان ر‬Α‫ك رب ا‬ϟ‫ وس‬،‫عزة عما يصفون‬ϼ‫م على ا‬ϟ‫مرسلين وا‬Τϟ‫مد ل رب ا‬ϟ‫عا‬ϟ‫مين‬.
‫ال‬Ȑǐ‫وأقم ة‬
KEDUDUKAN SHALAT DALAM ISLAM
Oleh : Yayan Mulyana
(Masjid Al Mujahidin Naesleu, 03 Juni 2011)

KHUTBAH PERTAMA

Τϧ‫مده و‬Θδϧ‫عينه و‬Θδϧ‫غفره و‬ϧ‫عوذ‬Α ‫ال‬ϣ ‫ن شرور أ‬ϧ‫ف‬δ‫نا و‬ϣ‫ن سيئات أعما‬ϟ‫نا‬،ϣ ‫ن يهد‬ ‫إن ا‬Τϟ‫مد ل‬
‫ا‬ϣ ϼϓ ‫ضل‬ϟ ‫ه و‬ϣ‫ن يضلل‬ϫ ϼϓ ‫ادي‬ϟ ‫أشهد أن ل إ‬. ‫ه‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ه‬.
‫ا‬ϟ‫لهم صل وسلم و‬Α‫ارك على‬Τϣ ‫مد وعلى آ‬ϟ‫ه وص‬Τ‫به و‬ϣ‫ن ا‬Θϫ‫دى‬Α ‫هداه إ‬ϟ‫ى يوم ا‬ϟ‫قيا‬ϣ‫ة‬.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah


Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita. Segala puji
hanya milik-Nya yang telah menganugerahkan kenikmatan yang tak terhitung bagi kita
semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling
utama. Dengan nikmat itu, nikmat yang lain menjadi bernilai di hadapan Allah. Atas dasar
nikmat itu, nikmat yang lain menjadi berharga di sisi Allah. Hanya dengan adanya nikmat itu,
nikmat yang lain bermakna bagi kita, dalam pandangan Allah SWT.

Shalawat dan salam atas junjungan dan suri teladan kita, Muhammad Rasulullah SAW.
Beliaulah yang dengan gigih dan tanpa takut resiko, mendakwahi umatnya kepada jalan
keselamatan. Beliaulah yang dengan penuh kasih sayang, mengajarkan Al-Qur'an dan
hikmah kepada umatnya. Beliaulah yang tidak pernah surut langkahnya dalam menghadapi
berbagai bahaya, asalkan petunjuk Allah SWT bias diikuti oleh umat manusia.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,


Shalat dalam Islam menempati kedudukan yang sangat tinggi. Ia merupakan tiang agama, di
mana Islam tidak dapat berdiri kokoh melainkan dengannya.
Rasulullah SAW bersabda:

Kepala setiap urusan ialah Islam, sedangkan tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad fi
sabilillah. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih menurut Al-Albani)

Ia adalah ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah Azza wa Jalla yang perintahnya secara
langsung disampaikan Allah tanpa perantara, yaitu pada malam Mi'raj.

Shalat difardhukan atas Nabi SAW pada malam ia di-isra'-kan sebanyak lima puluh kali. Kemudian
Allah memanggil Muhammad, 'hai Muhammad! Ia sudah tidak dapat diubah lagi. Dengan shalat lima
waktu ini, engkau tetap mendapat pahala sebanyak lima puluh kali. (HR. Tirmidzi, Nasa'i dan
Ahmad)

Ia juga merupakan amal hamba yang pertama kali dihisab. Rasulullah SAW
bersabda:

Amal yang akan dihisab pertama kali dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika baik
shalatnya, baik pula seluruh amalnya. Jika buruk shalatnya, buruk pula seluruh amalnya. (HR.
Tirmidzi)

Shalat adalah wasiat terakhir yang diamanahkan Rasulullah SAW kepada umatnya ketika
beliau hendak wafat. Saat-saat beliau hendak menghembuskan nafas yang terakhir beliau
berwasiat:

Jagalah shalat! Shalat……! Begitu pula hamba sahayamu (HR. Abu Dawud, shahih menurut Al-
Albani)
Shalat juga merupakan pokok ajaran Islam. Jika ia hilang, maka hilanglah agama secara
keseluruhannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Sesungguhnya, ikatan Islam akan terurai satu demi satu. Setiap kali ikatan Islam terurai,
orang-orang pun bergantung kepada ikatan berikutnya. Ikatan pertama adalah menegakkan
hukum, sedangkan ikatan yang terakhir adalah shalat (HR.Ahmad, Hakim dan Ibnu Hibban)

Shalat juga merupakan batas yang memisahkan antara orang mukmin dan orang kafir.
Rasulullah SAW bersabda:

Perbedaan antara kami dan mereka adalah shalat. Oleh sebab itu, barangsiapa
meninggalkannya, berarti ia telah kafir. (HR. Ahmad dan Ashhabul Sunan)

Batas antara seseorang dan kekafiran itu adalah meninggalkan shalat. (HR. Tirmidzi, Abu Dawud,
Ibnu Majah, dan Ahmad)

Dengan kedudukan yang demikian tinggi, maka sungguh celaka jika kita meninggalkan
shalat. Sungguh kerugian yang tiada taranya jika kita lalai dengan shalat. Sungguh akan
menjadi penyesalan yang tiada bandingnya di akhirat nanti jika kita mengaku muslim tetapi
masih suka melewatkan shalat.

KHUTBAH KEDUA

‫ل ن ل ود ُد ل شيك‬ ‫ل‬ ‫ه إلل إل أن‬ ‫ا كنا ِل‬ ǿ‫ال ل ي دانَا ِل‬Ǵ‫ل ه‬ǸƸ‫ا د‬
Ʀَ Ǡَْ ‫د ه و‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ǿ ‫د‬
‫نه‬Ƭ‫أندي‬ ‫هذا وم‬ ‫ذ‬
‫أش هد ل أن و‬. ‫انَا ال‬
Ǡ‫ون اب له ت‬
َ Ƹ ‫ن هوو‬ ‫ا‬ ‫إ ّك ا ُ ون‬
‫ ن رس ول م‬ǸƸ‫د ع‬Ʀ‫ُد‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ǐǴƼ‫هد‬ ‫وأش‬. ‫ون‬ َ Ƹ ‫ن لإ‬
‫ه‬
.‫ا‬ ِ ‫ه‬
‫ أما ب‬Ǡ‫د‬ž ‫ت‬ ‫ى كإل م‬ ‫ع ا وأ ومن ت م إب‬Ǵ‫ى آل‬ ‫ا‬
َ ǴLjْǸ‫ا ك‬ưْ ‫ي‬ ْ
‫ صل َو‬،‫الدكن‬ ǬƬLj‫ ان‬ǠƦ ‫ه وى ا‬ ‫ ص‬Ƹ‫ب‬ ‫ل‬ ‫و‬Ǵ‫ع‬ ‫صل‬ ‫هم‬Ǵ‫م‬ ‫ى‬ǸƸ‫د‬
‫وس‬Ǵ‫م‬
‫ ُت‬Ǭ‫ اتِه‬Ǭ ‫ا ال د‬
‫فات‬ ‫ال‬ ‫في‬ ‫ل‬ Lj ‫ب‬‫ي‬ .‫أ‬ ‫د‬
‫و‬ Ǡ ‫سو‬ ‫و‬ LjǨ‫ص‬ ‫ل‬ ‫ ر فْا‬،‫ل‬
ْ ‫ُ والي ل‬
‫أط‬ ‫وال و ق‬ǴǠ،‫ن‬ ‫و َن‬ ‫ْ ي و‬ǰ‫م‬ ‫ ا‬ǰǸ‫ع‬ ‫م ا‬Ʀ‫اد‬
‫قال‬ ‫عز‬ ‫ال‬ ǠْǸ LjǨ ‫ه‬Ǭ‫ ك‬Ǹ‫ ى ص وب‬Ǵ‫ى ع‬Ǵ‫ َن‬Ǡ‫ى‬Ʀ‫ال هْت ا‬
‫ت‬ ‫ب‬ ‫دأ‬ ‫ت‬ ‫ال‬ َ ‫ا‬Ǹ‫أن‬ ،‫ؤمنون‬ ‫ّه‬ ‫أك‬ ‫ا‬ Ǵ . ‫و‬ǸǴ ǴǠ‫ل‬
‫ت‬
‫وجل‬: Ǵ ،‫ا‬ ‫ا د َ ن‬ ‫ل‬ ُƸ Ǩ‫ و ن واع‬ǰ
‫ع و‬ ‫ل‬Ǵ‫ا‬. ‫ا ت هما‬ ‫ذكك أكّهاَ ال ع‬Ǵ‫ى الن‬Ʀ‫ي‬، ‫م‬
Ǵ‫ى م‬ǸƸ‫د‬ Lj Ǹ ‫ء وا ص‬ ‫ْ وا‬ ‫إن ه‬
‫صل‬
‫و س‬Ǵ ‫م‬ Ǵ ْǸ ‫ وس‬Ǵ ‫و امن‬Ǵ‫ ع‬Ǵ‫ه ْن‬ َ ‫ال وم‬Ȑ ‫ِئ‬Ƭǰ‫ ُك‬Ǵǐ‫ون‬
Ǡ ‫ ن‬Ǡْ‫ال ن‬Ƭ‫ه وع ا وأ واب ه‬Ǵ‫ى آل‬
‫ أج‬Ǹْ ‫ ص‬Ƹ‫ب‬
‫م‬ ْ
ْ ‫ب‬ƴ ْ‫بقيك س‬Ǹ‫ َّإن‬، ‫ع و ا موات‬
‫ل‬ ‫ ما ا‬Ǹ
‫ منه ل ْد ء وال‬ǴLj ‫ت‬
Ǹ ‫ا‬
ْ‫ن وال‬ǸǴLjǸ ‫ال‬Ǹ‫ ؤمناتو‬ǸǴ‫اغ‬ ‫ؤم ْننل‬Ǩ‫ي ل‬Ǵ‫هم‬
‫ا‬
.‫ات‬ ‫الد‬
‫عو‬
‫نا منل‬ ǿ‫نا ب دك إذ‬
‫ا‬ ‫بّنا ل تُزغ و ق‬ ‫ارزقنا اجه‬Ƭ‫ ط ناب‬Ȑ ‫با‬ ‫أرن‬ ‫ن َ ال ااع ات‬ Ƹ‫أرن ل‬Ǵ‫هما‬
ْƬ‫ن غو‬ǿ‫ب‬ ‫ذ‬ َǠ‫ د‬Ǵَ ‫ب‬ َ‫ر‬. َ ‫ا الَ و ن‬Ʀ‫ اطل‬Ʀ‫ و‬،‫د ه‬Ǭ ‫ق ا وارزق ا‬
‫ء و‬ Ǵ ‫نا‬‫ك‬ Ȑ‫ل‬ ‫ و ق‬Ǡ ƴ‫ل‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫الك‬ ‫ذك‬ّ ‫ال‬ ‫ِنا‬ ‫لو ا‬ ‫ن ا لخل‬ǿ ‫ا‬ ‫ةل‬
‫ْ و‬Ǹ ‫ر ّن‬. ‫اب‬Ǩ‫ي أنت رد‬Ǹ
‫امن ا ْن‬ Ǵ‫في ب‬ ‫سل ان‬ǬƦ ‫و ا ل و ْن‬ ‫و‬ ‫ب اغ‬ َّ
‫إن د َْن‬
‫دك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫نا‬
‫يك ل‬Ƽ‫ن اس‬ Ǥ ‫ربّنا ظ‬. ‫ت ل ر ْدم‬ǸǴ‫نا ْأن‬LjǨ‫نا وإن‬
ْ ‫ربنا اغ‬. ‫و ن‬
Ǹ ّ ْ Ǵ‫ل ه ا ل‬
‫وا ن‬
‫ا‬ ‫ن‬ Ǩ‫ي‬ ‫ن‬ǰ ‫َن‬ ‫ون‬ ‫نو‬
‫يد‬Ǹ‫ة ا ت ا‬Ǩ ‫م ي‬ ‫رءوف ربّن ا إ َّن بّن ا‬
‫ال ال‬ ‫ل‬ ‫النا‬ ‫ د‬Lj‫ن وفي ا‬ȉ‫آتِنا في الدن خ‬ ْ
ْ.‫ ن‬Ǡ ‫وال رب‬. ‫ر‬ǸƸ‫ية د د‬Lj‫نة وقنا عذاب‬ ْْ ‫ا ص‬Ǥَ ‫رّانك‬. ‫ارا‬Ǹ‫ا ربوارد‬Ǹ
‫ه‬Ǹ‫ا‬
‫وأقم ة‪Ȑǐ‬ال‬

‫ِ‬ ‫َ‬
‫َ‬

‫ّ‬
Gaya Hidup Islami Dan Gaya Hidup Jahili

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Al Mujahidin Naesleu, 23 September 2011)

‫ا‬. ‫م ه‬ ‫أن و‬
‫صل ل‬Ǵ‫هم‬ ǸƸ‫دا ع‬Ʀ‫ُد رسو ُل‬ ‫دال أن ل إل إل ا ود ُد ل شيك ل‬
ž .‫ وأشهد َْ أما ب‬،‫ه‬ ‫ل ال ر‬Ǵ‫ ه‬Ƹ
‫ه ل‬ Ǹْ ‫وأشه‬. ‫ن‬Ǡ‫ب‬ ‫ال‬Ǹ ‫د‬
Ǡ‫د‬ ‫هع‬Ǵ‫ى آل‬ ‫ا‬ ‫ع‬Ʀ‫مدك‬ ‫ع‬Ǵ‫ى ارك‬
َ ‫أج‬Ǡ ‫م‬ Ǹْ‫ن‬ ‫وص‬ƦƸ ‫و ه‬ ‫ال ي‬ ‫لن‬Ʀ‫ورسو ي‬،َ
‫ل‬ ǸƸ‫د‬ ‫وب‬ َ ‫وس‬Ǵ ‫م‬
ْ‫ال‬:،‫م‬ǰ‫في ال يك‬Ǭ‫يآن‬
‫ى‬
Ǡ‫ ُت الال ت‬ƸǴǨ‫قال‬. ‫ون‬ ǰǴǠ‫م‬Ǭ‫وا ال لوات‬
Ǭ‫وا ال ما اس‬ƬǠǘƬ ،‫فا أ ّكها ال م‬ǸǴLjǸ‫ون‬،
‫ات‬ ْ
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia rahimakumullah

Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang
pertama ialah kebaikan (al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-
sa’adah). Hanya saja masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda
ketika memahami hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari
munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.

Dalam pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1)
gaya hidup Islami, dan 2) gaya hidup jahili.

Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu Tauhid. Inilah gaya hidup orang
yang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat relatif dan rapuh, yaitu syirik. Inilah gaya
hidup orang kafir.

Setiap Muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih gaya hidup Islami dalam menjalani
hidup dan kehidupan-nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut ini:

Artinya: Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib atas setiap Muslim,
dan gaya hidup jahili adalah haram baginya. Hanya saja dalam kenyataan justru membuat kita sangat
prihatin dan sangat menyesal, sebab justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang melingkupi
sebagian besar umat Islam.

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah.


Hal ini menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan
kepribadian Islamnya karena jiwa mere-ka telah terisi oleh jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan
gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang
patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku
sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana
kepribadian yang paling besar.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

.‫روا أبو داود وأد‬Ǹ‫د عن ابن ع‬Ʀ‫اس‬.)


ٍ ‫هت من‬
‫ م فهو م‬Ǭ‫ وب‬Ʀnj
‫منه‬
Artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” ( HR. Abu
Dawud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan).
Menurut hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh)
hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal apakah tasyabbuh itu?
Al-Munawi berkata: “Menyerupai suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti pakaian mereka,
berlaku/ berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat istiadat mereka”.

Tentu saja lingkup pembicaraan tentang tasyabbuh itu masih cukup luas, namun dalam kesempatan
yang singkat ini, tetap mewajibkan diri kita agar memprihatinkan kondisi umat kita saat ini.

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah


Satu di antara berbagai bentuk tasyabbuh yang sudah membudaya dan mengakar di masyarakat kita
adalah pakaian Muslimah. Mungkin kita boleh bersenang hati bila melihat berbagai mode busana
Muslimah telah mulai bersaing dengan mode-mode busana jahiliyah. Hanya saja masih sering kita
menjumpai busana Muslimah yang tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki syari’at. Busana-
busana itu masih mengadopsi mode ekspose aurat sebagai ciri pakaian jahiliyah. Adapun yang lebih
memprihatinkan lagi adalah busana wanita kita pada umumnya, yang mayoritas beragama Islam ini, nyaris
tak kita jumpai mode pakaian umum tersebut yang tidak mengekspose aurat. Kalau tidak memper-
tontonkan aurat karena terbuka, maka ekspose itu dengan menonjolkan keketatan pakaian. Bahkan malah
ada yang lengkap dengan dua bentuk itu; mempertontonkan dan menonjolkan aurat. Belum lagi
kejahilan ini secara otomatis dilengkapi dengan tingkah laku yang -kata mereka- selaras dengan mode
pakaian itu. Na’udzubillahi min dzalik.

Hadirin, marilah kita takut pada ancaman akhirat dalam masalah ini. Tentu kita tidak ingin ada dari
keluarga kita yang disiksa di Neraka. Ingatlah, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda:

‫ و‬،‫ه ا ن اس‬
‫ م‬ǸْȐ‫ِ ت عاركَات‬Lj‫نب‬ ْ ‫اء‬
‫كاس ات ا ل‬ Ʀ ‫ي سْا‬ ‫أر‬ ž ‫ن صن مل النار‬
.‫كذا‬ ‫ا ل رك‬ ‫ َك‬ǔ‫يبُون ال‬Ǭ ‫ ط كأذنَاب م‬Ǡ‫هم‬ ‫قوم‬Ǹǿ‫أ ا‬ ǿ ‫ل م‬Ǩ‫ان‬
ِ ‫ا‬
‫ ن م ية كذا‬Ƭ ‫وج‬ ‫ ن رك‬،‫ها‬
‫ َدن ك‬ƴ ‫ال‬ƴ‫ل ك ئ َد نة ول‬Ǵ‫ ة‬Ǹ ‫ال‬ƼƦ‫ك س ت‬Ǹ ‫رؤوسهن ما ِئ‬Ȑ‫ت‬
ْ‫و‬ Lj ‫ْ د م‬Ƹ‫ه‬ Ƹ ‫وإ‬ ‫ خ‬Ǵ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ة أن‬
‫روا م‬ǴLj‫م عن أبي‬ǿ ‫ ص‬،‫يكية‬Ƹْ‫ح‬.)
Artinya: “Dua golongan ahli Neraka yang aku belum melihat mereka (di masaku ini) yaitu suatu
kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk itu. (Yang
kedua ialah) kaum wanita yang berpakaian (tapi kenyataan-nya) telanjang (karena mengekspose aurat),
jalannya berlenggak-lenggok (berpenampilan menggoda), kepala mereka seolah-olah punuk unta yang
bergoyang. Mereka itu tak akan masuk Surga bahkan tak mendapatkan baunya, padahal baunya Surga itu
tercium dari jarak sedemikian jauh”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah z, shahih).
Jika tasyabbuh dari aspek busana wanita saja sudah sangat memporak-porandakan kepribadian
umat, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tinggal diam. Sebab di luar sana sudah nyaris seluruh aspek
kehidupan umat bertasyabbuh kepada orang-orang kafir yang jelas-jelas bergaya hidup jahili.

Nah, hadirin rahimakumullah


Sebagai penutup khutbah ini saya mengajak kepada kita semua untuk memperhatikan, merenungi
dan mentaati sebuah firman Allah yang artinya:

“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6).

‫ذ ا وأس‬ǨǤƬ ‫ي يقول ال‬ǰƸْ‫أقو ل‬. ‫الذك ي َاتا م‬ȉ ‫ ك م‬Ǹ‫ م ا ْفهب‬ǜǠْ ‫ و‬Ǩ ‫يال في ا‬
‫و‬ ‫ن‬
ǿ ‫ نَ وإ ّكاك‬،‫م‬Ǡ ‫ل‬ ‫ن‬Ǭ‫ يآن‬ǰ‫م‬ ‫ول يال ل َاركب‬
ǰ ‫و‬.
‫ل مل‬ ‫ا‬
‫ ا‬ǜǠْ
‫م يل ل‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ل‬ ‫‪،‬نا‬
‫‪َ Ȑ‬ه‬ ‫أ ات‪Ơ‬سْ‬ ‫وذ ب ال ش ن‬ ‫إند‪ Ƹ‬هل‪ Ǵ‬ن‬
‫‪ǔ‬م ه ك ه ِدصال ف‬ ‫ال‪Ǹ‬ل من أع‬ ‫وددم ‪LjǨ‬نا ومن ن أن‬
‫ْ‬ ‫ليور‬ ‫‪Ǹ‬ال ُد ون‪ǸƸ‬نه ونَْ‪َ ǠƬLj‬يْ‪Ƭ Lj‬ل‪Ǥ‬إل‪َǨ‬أنون‪َǠ‬‬ ‫ك‬
‫‪ǸƸ‬م ُد س ‪Ʀ‬داىعل‪Ǵ‬ى ال ع‪Ǵ‬‬ ‫ُ ل شيك‬ ‫إل ا‬ ‫‪ ُǴ‬ا ي ‪ǿ‬‬
‫ور و‬ ‫َْ ه وأشهد‬ ‫ه ل‬ ‫ل ومن‪ ǔ‬د ‪ Ȑ‬له ‪.‬أشهد ف‬
‫ب‬ ‫‪ǸǴ‬اع‬ ‫م‬‫ُ‬ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫ِإ‬ ‫ف‬ ‫وا‬ ‫قال‪:‬‬ ‫ت‬ ‫‪.:‬قال‬ ‫ى‬ ‫ت ْ ا ‪ ْǸ‬ا ‪.‬قال ا ‪ Ǡ‬ت‬ ‫ه‬ ‫ا ِ وأ ى آل‪Ǵ‬هع‬
‫ة ال أميك م‪Ȑǐ‬ال‬ ‫و‬ ‫‪Ǡ‬ى‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ل‬ ‫م‪Ǵ‬ي وس‪ ư‬ك ‪ǴLj‬‬ ‫ن ب‪ Ƹ‬ص‬ ‫ْ‪Ʀ‬و َ‬
‫إب‬ ‫آل‪Ǵ‬‬ ‫ى‬ ‫ى ‪Ǵ‬ع‬ ‫د‪ǸƸ‬لنا م ى آل‪ Ǵ‬د‪ǸƸ‬م‬ ‫‪:‬‬
‫إب‬ ‫‪Ǵ‬ا ص‬ ‫ع‬ ‫م‪Ǵ‬‬ ‫د‪ǸƸ‬ى‬ ‫ف‬ ‫ه‬ ‫ا‬‫ال‪Ǭ‬‬ ‫ع‬ ‫رسو‬
‫‪Ǹ‬كآل‪ Ǵ‬مْ‪ǿ‬وع ْيا ‪ǿ‬م‪َّ ،‬إن ْياْ‬ ‫تْ‬ ‫وع‬ ‫هم‪Ǵ‬ص ل‬ ‫م‪ȐLj‬ى ل وال‪Ǵ‬‬
‫د‪ْ.‬‬
‫م‬ ‫‪ǿ‬‬
‫إب‬ ‫ى‬
‫ْ‬ ‫ْ ‪ .‬م د ارك‪ǸƸ‬ى م‪Ǵ‬ى آل ع‪ Ǵ‬د‪ǸƸ‬ا ب م ر ى إب‪Ǵ‬ع‬
‫إنْ د ْياْ ‪Ǹ‬د ‪َ ƴ‬‬ ‫م‪َّ ،‬‬ ‫‪ǿ‬وع ْم يا‬ ‫‪Ǹ‬ك ت َاَ‬ ‫وع‬ ‫دْ‪Ǹ‬د َ‪ƴ‬د وب‬
‫هم ‪.‬ا قيك‪Ǵ‬أرنا ل‬ ‫هما‪Ǵ‬ل ي‪Ǩ‬اغ ‪Ǵ‬ل ‪ ǴLj ǸǴ‬ات ‪،‬‬
‫‪Ǹ‬س بْ‬ ‫ا‬
‫َّ م ا ا ْ‬
‫ء‬ ‫د‬‫ْ‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫منه‬ ‫إن‬ ‫‪،‬‬ ‫ت‬ ‫موات‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ع‬
‫ل‪Ǹ‬‬ ‫ْن ‪Ǹ‬‬
‫ؤم ن ؤمنات واارزقنوال‬ ‫‪ LjǸ‬نْ ‪Ǹ Ǹ‬و ال‬
‫ن ق ذا ‪Lj‬‬ ‫د‬ ‫‪Lj‬‬ ‫ا‬ ‫وفي‬ ‫ن‬‫‪ȉ‬‬ ‫الدن‬ ‫في‬ ‫ِنا‬ ‫آ‬ ‫ّنا‬ ‫ب‬ ‫خ‬ ‫ه‬ ‫اج‬ ‫ا‬ ‫ناب‪Ƭ‬‬ ‫ا‬ ‫ال ‪ Ƹ‬وا ‪ Ǭ‬زقنا ا ّتاع أرن‬
‫‪ Ǡ‬ا ة و‪Ȑ‬نا عن‪ ،‬ب ية د‬ ‫ر رْْ‬ ‫ن ‪.‬رَ‬ ‫أزواجنا اطل‪Ʀ‬و َا اا مل‪ Ȑ‬ب َط ا‬‫ق ا رر‪.‬ربد ‪ǿ‬أ نه‪ ،‬و‪Ʀ‬‬
‫ع‬
‫ج زة ل م و وس‪َǨǐ‬‬ ‫‪Ǹ‬‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫‪.‬س‬ ‫إماما‬ ‫بَ ب‬ ‫ان‪ƸƦ‬‬ ‫‪ƬǸǴ‬‬
‫ْ ‪Ǭ‬‬ ‫‪Ǵ‬‬ ‫ل‬ ‫نا‬ ‫ل‬
‫وذركاتِنا قية ن ن ّن‬ ‫ّ‬ ‫النا ْعه‬ ‫ب‬
‫‪Ǡ‬وا‬
‫‪.‬ال‪Ǹ‬‬ ‫ال ر‬
‫ْ ‪Ǵ‬يس ى ‪ ǸƸ‬ل‪Ǵ‬‬
‫وال و ى آل‪Ǵ‬هعب‪Ǡ‬ن ْ و م ‪.‬وأقم‪. Ǵ‬ة‪Ȑǐ‬ال‬ ‫ص‬
‫‪ Ǹ ǸƸ‬ال‪Ǵ‬د ع و‬ ‫ن‬
‫ه ‪ƦƸ‬وص س‬ ‫ى م‪Ǵ‬ى ال ع‪ Ǵ‬د‬
Tegakkan Sunnah Hapuskan Bid'ah

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Agung Nurul Falah, 28 Januari 2011)

‫و‬ ‫ا‬ ‫ال‬Ǹ‫ رب ل‬،‫ن‬Ǵ ‫ه ال‬ǸƸ


‫ رسول م‬،‫ دعا ه‬Ǹ Ƹ‫د ا ع‬Ʀ ‫إل ال وأشهد ل إله أن س ُد أن‬ǨǤƬ ‫وأشهد‬. ‫وأ إ ْله وبتوأ َه وأش ُي‬ǰ‫ ُيس‬ƸƦ ‫ان‬ ‫أد‬Ǹ ‫دُ ل‬Ǡ ْ ‫د‬
ِ ‫م إلى ك‬
‫دكن‬ ‫ال‬ ‫ىَو‬ ‫تِها‬ ‫ت‬ Lj‫إه ب ان‬ǠƦ َǐ
ْ ƴƬ ‫ ف‬،‫ابلدعو دون‬Ǵǐ ‫واتال وس‬Ȑ ‫مه ع‬Ǵْ‫ه وع‬Ǵَ ‫ى من‬
‫إلى ال ع‬Ǵ ‫ب ية فاس‬ ‫لياش‬
Amma ba’du.
Kaum Muslimin para hamba Allah yang berbahagia!
Ketahuilah hadirin sekalian bahwa agama Islam pada asalnya sama seperti agama samawiyah lainnya yang
diturunkan Allah, dengannya Allah mengutus para Rasul; yaitu agama yang dibangun di atas dasar ittiba’ (mengikuti)
dan kepatuhan pada apa yang disampaikan Allah dan RasulNya. Sebab sebuah ajaran tidak dapat disebut Ad-Dien
kecuali bila di dalamnya ada kepatuhan pada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan ittiba’ pada apa yang diserukan
oleh RasulNya.
Dan sebaik-baik petunjuk yang harus ditempuh oleh orang -orang yang mengharapkan kejayaan, sebaik-baik
jalan yang mesti dilalui oleh orang-orang shaleh adalah: petunjuk dan jalan yang digariskan oleh Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam kepada umatnya. Tidak ada lagi pertunjuk yang lebih baik dari pada petunjuk beliau.
Tidak ada lagi jalan hidup yang lebih lurus selain dari pada jalan hidup yang beliau tempuh.
“ Dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah, bagi orang-orang yang yakin.” (Al-Maidah:
50)
Namun ternyata iblis -la’natullah ‘alaihi- tidak pernah berhenti menyesatkan anak cucu Adam. Dengan
berbagai cara tipu muslihat ia mencoba memalingkan mereka dari cahaya ilmu lalu membiarkan mereka tersesat dan
kebingungan dalam gelapnya kebodohan. Dari situlah iblis kemudian memasukkan hal-hal yang secara lahiriah
adalah perbuatan baik/amal shaleh ke dalam agama namun sebenarnya ia tidak pernah dituntunkan Allah dan
RasulNya. Muncullah berbagai keyakinan dan amalan yang tidak pernah diajarkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam Lahirlah i’tiqad dan perbuatan yang tak pernah dikenal oleh generasi terbaik ummat ini; generasi As-Salafus
shalih ridlwanullah ‘alaihim, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
“ Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat perselisihan yang banyak,
(maka saat itu) ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafa’ Ar-rasyiddin yang mendapatkan hidayah, gigitlah
(sunnah)dengan gigi-gigi geraham (berpegang teguh), dan jauhilah perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam
agama), karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tarmidzi ia katakan hadits hasan shahih)
Yang dimaksud dengan bid’ah adalah segala perkara yang dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak
memiliki dasar dalam syari’ah . Dan barangsiapa yang mencoba melakukan hal ini, maka ia akan masuk dalam
ancaman Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :
“ Barangsiapa yang membuat-buat hal baru dalam urusan (agama) kami, apa-apa yang tidak ada keterangan
darinya maka ia itu tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan riwayat Muslim yang lain, beliau bersabda:“ Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak
dilandasi/sesuai dengan keterangan kami, maka ia itu tertolak.”
Para hamba Allah yang berbahagia.
Hadits yang baru saja kita simak ini merupakan dasar terpenting dalam ajaran Islam. Hadits ini merupakan
standar yang harus digunakan untuk mengukur dan menilai sebuah amalan secara lahiriah, sehingga -
berdasarkan hadits ini- amalan apapun dilemparkan kembali kepada pelakunya. Sehingga berdasarkan hadits ini
pula perbuatan apa pun yang diada-adakan dalam Islam bila tidak diizinkan oleh Allah dan RasulNya, maka tidaklah
boleh dikerjakan; bagaimanapun baik dan bergunanya menurut akal kita. Imam Nawawy menjelaskan bahwa hadits
yang mulia ini adalah salah satu hadits penting yang harus dihafal dan digunakan untuk membantah dan
membatalkan segala bentuk kemungkaran dalam Islam.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah!
Sesungguhnya perilaku bid’ah dan segala perilaku yang mengarah pada penambahan terhadap ajaran Islam
adalah tindakan kejahatan yang amat sangat nyata. Bila kejahatan bid’ah ini dilakukan maka “kejahatan-kejahatan”
lain yang akan muncul, di antaranya:
Perilaku bid’ah menunjukkan bahwa pelakunya telah berprasanga buruk (suudhan)terhadap Allah
Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya yang telah menetapkan risalah Islam, karena pelaku bid’ah telah menganggap
bahwa agama ini belumlah sempurna sehingga perlu diberikan ajaran-ajaran tambahan agar lebih sempurna. Itulah
sebabnya Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah berkata: “Barangsiapa yang membuat-buat sebuah bid’ah
dalam Islam yang ia anggap baik, maka sungguh ia telah menuduh Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam telah
mengkhianati risalah yang diturunkan Allah padaNya, karena Allah berfirman:
“ Pada hari ini telah Kusempurnakan buat kalian dien kalian, dan telah kucukupkan atas kalian nikmatKu, dan
telah Aku relakan Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah:3)
Oleh karena itu, apapun yang pada saat itu tidak temasuk dalam Ad-Dien maka hari inipun ia tak dapat
dijadikan (sebagai bagian) Ad-Dien.
Disamping itu, berdasarkan point pertama maka dampak negatif lain dari perilaku bid’ah adalah bahwa hal ini
akan mengotori dan menodai keindahan syari’ah Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah Subhannahu
wa Ta'ala . Perbuatan ini akan memberikan kesan bahwa Islam tidaklah pantas menjadi pedoman hidup karena
ternyata belum sempurna.
Perbuatan bid’ah juga akan mengakibatkan terhapusnya dan hilangnya syi’ar-syi’ar As Sunnah dalam
kehidupan umat Islam. Hal ini disebabkan tidak ada satupun bid’ah yang muncul dan menyebar melainkan sebuah
sunnah akan mati bersamanya, sebab pada dasarnya bid’ah itu tidak akan muncul kecuali bila As-Sunnah telah
ditinggalkan. Sahabat Nabi yang mulia, Ibnu Abbas Rahimahullaah pernah menyinggung hal ini dengan mengatakan:
“ Tidaklah datang suatu tahun kepada ummat manusia kecuali mereka membuat-buat sebuah bid’ah di
dalamnya dan mematikan As-Sunnah, hingga hiduplah bid’ah dan matilah As-Sunnah.”
Tersebarnya bid’ah juga akan menghalangi kaum Muslimin untuk memahami ajaran-ajaran agama mereka yang
shahih dan murni. Hal ini tidaklah mengherankan, karena ketika mereka melakukan bid’ah tersebut maka saat itu
mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang salah, mereka justru meyakininya sebagai sesuatu yang benar dan
termasuk dalam ajaran Islam. Hingga tepatlah kiranya apa yang dinyatakan oleh Imam Sufyan Ats Tsaury:
“ Bid’ah itu lebih disenangi oleh syaitan dari pada perbuatan maksiat, karena perbuatan maksiat itu (pelakunya)
dapat bertaubat (karena bagaimanapun ia meyakini bahwa perbuatannya adalah dosa) sedangkan bid’ah
(pelakunya) sulit untuk bertaubat (karena ia melakukannya dengan keyakinan hal itu termasuk ajaran agama, bukan
dosa).
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah!
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa perbuatan bid’ah adalah tindak kejahatan yang sangat nyata terhadap
syari’at Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah. Dan tidak ada jalan lain untuk membasmi hal tersebut
kecuali dengan mendalami dan melaksanakan sunnah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam , tidak ada
penyelesaian lain kecuali dengan mengembalikan semua perkara kepada hukum Allah dan RasulNya.
“ Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Al-An’am: 153)
Bid’ah adalah gelombang taufan yang dapat menenggelam-kan siapapun, dan As-Sunnah yang shahihah adalah
“bahtera Nuh”; siapapun yang mengendarainya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan tenggelam.
Kaum Muslimin, para hamba Allah yang berbahagia!
Setiap jalan selain jalan Allah disitu terdapat syetan yang akan selalu mengajak dan menanamkan rasa cinta
kepada perilaku bid’ah lalu perlahan-lahan menjauhkan kita dari As-Sunnah. Ini adalah salah satu langkah syetan
dimana secara bertahap ia membisikkan syubhat-syubhat itu ke dalam amal nyata; baik dengan mengurangi atau
menambah i’itiqad maupun amalan yang tak pernah dituntunkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.
Sangat banyak kaum Muslimin yang jatuh dan menjadi korban; syetanpun telah memperoleh kemenangan
“peperangan” ini dalam banyak kesempatan; baik ketika seorang hamba meyakini i’tiqad tertentu yang
menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah atau ketika seorang hamba mengerjakan amalan ibadah tertentu yang tidak
pernah digariskan dalam risalah Al-Islam.
Namun Ahlus Sunnah wal Jama’ah satu-satunya golongan yang selamat dan satu-satunya kelompok yang akan
dimenangkan Allah telah menetapkan Kitabullah dan Sunnah RasulNya ke dalam lubuk hati mereka yang paling
dalam.
Nasihat Allah dan Rasulnya telah tersimpan abadi dalam jiwa-jiwa mereka. Allah Yang Maha Bijaksana
telah menanamkan dalam hati mereka keyakinan akan kesempurnaan Ad-Dien ini, bahwa kebahagiaan dan
ketenangan yang hakiki hanyalah dicapai bila berpegang teguh kepada Wahyu Allah dan Sunnah RasulNya, sebab
apapun selain keduanya adalah kesesatan dan kebinasaan! Sebab segala kebaikan terdapat dalam ittiba’ kepada kaum
salaf dan segala keburukan terdapat dalam perilaku bid’ah kaum Khalaf!
Hadirin yang berbahagia dan dirahmati Allah!
Akhirnya, saya kembali mengulang wasiat untuk selalu bertaqwa kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Waspadailah segala perilaku bid’ah, yang kecil maupun yang besar dalam Ad-Dien ini karena ia akan menanggung
dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakanya hingga hari Kiamat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam
bersabda:
“ Barangsiapa yang mempelopori perbuatan buruk maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang
yang mengerjakannya hingga hari qiamah tanpa dikurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)
Hendaklah setiap Muslim yang merasa takut kepada Rabb-nya, selalu memperhatikan perbuatan dan
amalnya, akan kemanakah kakinya melangkah? Karena boleh jadi ia meletakkan kakinya dijalan yang salah tanpa
disadari. Marilah kita menanamkan tekad sebesar-besarnya untuk mengkaji, mendalami, melaksanakan dan
menda’wakan As-Sunnah disetiap lapangan kehidupan kita, agar tidak ada lagi bid’ah-bid’ah yang menodai
kehidupan kita, sehingga menghalangi kaum Muslimin untuk meraih kejayaannya. Insya’ Allah.

‫لي‬ ‫ي‬
‫ال‬ ‫ق‬ ‫ أ‬. ‫ لم‬Ƹْ ‫ا َ و الذكي‬ȉ‫ ال و ي ك و ب ا ف ن اك‬Ǡ‫ في ل‬،‫م‬Ǭ ‫يآن ول‬ǰ ‫ي َ ر‬ ‫ب‬
ْ ‫ال‬ǜǠْ ‫ م‬ǿ ‫ذا وأ‬ ‫قول ْ ول‬ ‫ا‬ǰ ‫ م ت‬Ǹ‫ ّا م إك ْه‬Ǡ ‫ن‬
َ Ǩ ْ‫ن‬ ǜ ْ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫م‬
ْ ‫م و ال ل‬
‫س‬ǨǤ Ƭ ‫ي‬ ‫ل‬ǰ.

Khutbah Kedua :
‫الوذ ب‬ ‫ن ل‬Ǵ‫ه‬ ‫إن‬
‫لل‬ ‫نا َك‬،ْ‫س‬
‫ ه ا ف‬Ȑ‫م‬ǔ‫ل ه ِد من أع‬Ǹ ‫ال‬Ơ‫ات ن ا ومن أ ْن‬LjǨ ‫يور‬
‫ن ش‬ َǠ Ƹ‫د‬
‫م‬ ‫َ ون‬ǨǤ Ƭ Ljْ‫ َي‬ǠƬLjْ‫ون‬
َ ‫نه أن‬ǸƸ‫ال ُد ون‬Ǹ
‫ه ص‬Ǵ‫ى ال ع‬Ǵ‫ى‬ ‫أن‬ ‫ل‬ ‫إل‬ ‫إل‬ ‫ل‬
‫ا‬ ُ ‫ي‬ ‫ك‬
‫ورس ول م‬ǸƸ‫د ع‬Ʀ‫َك ل ال ودد ُد‬ ‫هد ه ش‬ ‫أشهد ف ل ه وأش‬. ‫ه‬ǿ Ȑ‫ُ ادي‬Ǵ ǔ‫ل ومن‬
‫إل‬ ‫ل ت ُت‬Ǭ‫ ا ِته‬Ǭ ‫نوا ا ّت ا ال د‬ ‫قال‬. ‫ ت ا‬:‫أكّهاَ ال ى‬Ǡ ‫ك‬
‫ذك ا‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫هع‬Ǵ‫ا وأ ى آل‬
Ǹ‫و وتُن‬ ‫ءام ْن و ق‬ َ ‫مل‬ ǴLjْǸ‫ا ك‬ưْ‫ي وس‬Ǵ‫م‬ ‫ ص‬Ƹ‫ن ب‬َ ‫و‬Ʀْ
‫د‬Ǹْ‫ ْ د‬ǿْ ‫ إب‬Ǵ‫ ا ى آل‬ǿ ‫ع‬Ǵ‫ا ص ى إب‬Ǵ ǸƸ‫د‬ ‫نا م‬ǸƸ‫د‬
َ ّ ،‫م‬
‫إن يا‬ ‫مْ ي ْ وع‬ ‫ك‬Ǹ ْ‫ت‬ Ǵ‫ع ى آل‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ‫د صل ل‬Ǵ‫ا‬. ‫ همن‬Ǵ ‫ و‬Ƭ‫م أنو‬
‫ل‬Ǵ‫ا‬. ‫د همْد‬Ǹْ‫د‬ ‫ إب‬Ǵ‫ى آل‬ ‫ع‬Ǵ‫ى إب‬ ‫وع ر ا ب‬ ‫م‬Ǹ Lj
‫ غ‬Ǩ‫ي‬ ‫م‬
َ ،‫م‬
ْ ّ ǿْ ‫ا‬ ǿ ‫م‬ǸƸ‫د‬ Ǵ‫آل‬ ‫ى‬ ‫ع‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ ّ‫ مْ د‬.
‫ارك‬
‫ا‬ ƴ ‫إن يا‬ ‫مْ وع ْي‬ َ‫ك ت َا‬Ǹ ‫وع‬ َ ‫د وب‬ƴ
‫أرن ل‬Ǵ‫ا‬. ‫قيك هم‬ ‫ ات‬،
، ‫ات‬
‫د‬Ǭ‫ َ ال‬Ƹ ْ َ ‫ما ا‬ ‫وا‬ Ǹ‫ل‬ Ǹ ‫ْن‬ ‫ل‬ ǴLj ǸǴ Ǵ
‫ق اا‬ ‫س ْب‬Ǹ‫إن ع ا‬ ّ ‫لمو منه ل ت ْد ء ة‬ ‫ؤم ن ؤمنات واارزقنوال‬ ‫و ال‬Ǹ Ǹ ْ‫ ن‬LjǸ
‫ع ا ا‬ . ‫ د ي‬Lj‫ن وفي ا‬ȉ‫خ بّنا آ ِنا في الدن‬ ‫ ا اج ه‬Ƭ‫ ط ناب‬Ȑ ‫با‬ ‫أرن‬ ‫ا زقنا ات‬
‫الن ار ربّن وقنا ذ ب د‬Lj‫ن ة ة‬ ْْ َ‫ر‬. َ ‫و َا ال‬Ʀ‫ اطل و‬Ʀ،‫و ر اعه‬
‫ع‬Ǵ‫ى‬ ‫ن‬ ‫ع‬Ǹ ‫ ال‬Ǡ‫ر زة‬
‫ك‬ ‫ا‬ ‫س‬. ‫إماما‬ƸƦ‫ان‬ Ƭ Ǵ ‫ل‬ ‫نا‬
ِ ‫ج‬ ‫ام‬ ‫أ ن أزواجنا‬ ‫ل‬
‫وس‬Ȑ‫َ م‬Ǩǐ، ‫و‬ ‫ر َّب ب‬ Ǭ ǸǴْ‫وا ن‬Ǡ ‫وذركاتِنا قية ن ن‬ ّ ‫ع‬ْ ǿ‫ب‬
‫ال‬. ‫ال‬ Ǵ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ال‬
Ǹْ ‫ن‬Ǡ ‫وال رب‬ǸƸ‫د‬Ǹ‫يس‬Ǵْ‫ن‬
‫ال‬Ȑǐ‫ ة‬Ǵ‫وأقم‬. ‫م‬ ‫هع‬Ǵ‫وص ى آل‬Ǵ‫ى ال ع‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ
‫د‬ ‫وص وس‬
ƦƸ ‫ه‬ ‫و‬
MAKNA ISLAM

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Agung Nurul Falah, 06 Mei 2012)

‫ى‬ nj
‫ع‬‫ه‬Ǵ‫ى آل‬ ‫رد‬ ‫ل‬ ‫ل‬Ǵ‫ال ه‬ǸƸ‫د‬
‫ا‬Ƭǿ‫د ومن وص‬ƦƸ ‫ل‬
ǠǴ Ǹ‫ث ل ة‬ ‫ا‬ Ȑǐ‫وال‬ ‫ة‬ȐLj‫ع‬ ‫م‬Ǵ‫م‬ ‫ى‬ǸƸ‫د‬ ‫وا‬ ‫ال‬ ‫اكيك‬
‫ه‬ ‫ ول‬Ǹْ‫ن‬ Ǡ Ʀ Ǹ‫و دك‬
ِْ‫ ن‬Ƭ‫د ه‬Ǹ‫د‬
‫ى ع‬Ǵْ‫ه‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ث‬
‫ال‬ ǸƸ‫د‬ ‫الهدي‬ ْ
‫ال‬Ƹ ‫أما َب خ ْي‬. ‫مالدكن‬Ǡ‫ د‬ž‫فِإنَو ى كإل‬ ‫ هد عب‬Lj ‫ب‬
‫ل‬
‫ا‬ ‫ص‬Ǵ ǿ‫وخ ْي ل ك دي‬Ƭ‫اب‬ ، ‫ا‬
‫ اُ و‬Ǹ‫ن ل‬
Ǹ ‫ د‬ǸǴ ْ‫م‬. ‫ن في نار‬Ǡ‫اشي ةض‬Ȑ‫ل ة وكلض‬Ȑ‫ة م‬
ǰ ‫ م ر ال‬Lj Ǹ ‫ال‬ ‫ل دعةب د ع وكلب‬Ƹ‫دثَة ُها وكلم‬Ƹ‫دثَات المور وشي وس‬Ǵ‫م‬
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada saudara-saudara
sekalian, marilah kita tingkatkan Islam, iman dan taqwa kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala karena hanya
dengan Islam, iman dan taqwa itulah kita akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia terlebih lagi Insya Allah di
akhirat.
Untuk itu pada khutbah kali ini mengambil sebuah judul “MAKNA ISLAM”
As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab “Ushul Tsalatsah”, berkata:
‫ا‬nj ‫يك ع‬
‫ن ل‬ ‫ و‬Ǭ‫ا‬
ْ ‫ الب دْ و ْدد‬Ǵ‫الس هل‬ȐLjƬ‫س م‬
‫ له ب ا ا اوالب‬Ƭ‫الن‬ ‫ا‬
ْǠƬ‫ ل د‬ǘ‫عة‬ ْ ‫ل‬Ȑ‫م‬ǿ ‫و‬
Artinya: “Islam itu ialah berserah diri kepada Allah dengan meMaha EsakanNya dalam beribadah dan tunduk
dengan melakukan ketaatan dan menjauhkan diri dari syirik.”
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 112:
Artinya: “(Tidak demikian), bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang ia berbuat
kebajikan,maka baginya pahala pada sisi TuhanNya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”
Adapun sendi-sendi Islam itu ada lima sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.

ž ‫ين‬ ‫ك‬ ِ Ǹ :‫ا قال‬ ‫ي‬


‫ا‬Ȑ ‫م‬Ǵ Ǹ َǬ ‫ ا‬Ǵ ‫ ال‬Ǵْ ْ ‫ع ب ال‬
‫ وس ه س َ ُب ى خ ع لس‬:‫ول‬Ǵ‫رإقاسول س ى ع م ل ص‬Ǡ ‫ت‬ ‫ال عنه‬Ǹ َ ‫رض ع‬Ǹ‫ ي ن‬Ʀ‫د عن‬
ǔ.‫ِم ان‬ ‫الز إ‬ ‫لال م‬ ‫ل إل‬
‫ك‬ْ Ƭ‫اء‬
‫ ال وصو رم‬Ʀْ‫كاة ودج ت‬ ‫ل‬Ȑ ‫ةو‬
‫ ا‬ǐ
‫و‬ ‫ م‬ǸƸ ‫ه ل ال وأ د‬
‫ن ا رس و‬ ‫إ‬ ‫شهادة أن‬
Artinya: “Dari Abdillah bin Umar Radhiallaahu anhu Berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam bersabda: “Islam itu didirikan atas lima perkara:
1. Bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah
2. Mendirikan shalat
3. Mengeluarkan zakat.
4. Menunaikan ibadah haji
5. Berpuasa di bulan Ramadlan.”
Inilah sendi-sendi Islam, yang menyebabkan seseorang keluar dari lingkaran kekafiran dan yang
menyebabkan seseorang masuk Surga dan jauh dari siksa Neraka.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Lima sendi tersebut di atas merupakan rukun Islam. Barangsiapa menjalankannya dengan sempurna, maka ia
termasuk muslim yang sempurna imannya, dan barangsiapa yang meninggalkan seluruhnya, maka ia adalah kafir
yang nyata. Dan barangsiapa mengingkari salah satu dari padanya, maka para ulama’ bersepakat bahwa ia bukan
muslim. Dan barangsiapa yang meyakini seluruhnya dan ia menelantarkan salah satu darinya selain syahadat maka ia
adalah fasiq dan barangsiapa yang beramal hanya sebatas lisannya saja tanpa dibarengi dengan I’tigad, maka ia
adalah munafiq.
Allah Ta’ala berfiman dalam surat Ali Imran ayat 19.
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah hanyalah Islam”.
Maksud dari ayat di atas, bahwa sesungguhnya tidak ada agama yang diterima di sisiNya dari seseorang selain
Islam.
Maka barang siapa menganut suatu agama selain syari’at nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam
setelah diutusnya beliau, maka agama itu tidak di terima di sisi Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 85.
Artinya: “Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima
daripadanya, sedang ia di akhirat kelak termasuk golongan orang yang merugi.”
Yakni barangsiapa menjalankan agama selain apa yang disyari’atkan oleh Allah kepada RasulNya, maka tak
akan diterima daripadanya di sisi Allah dan ia kelak di akhirat termasuk di antara orang-orang yang merugi.
Sebagaimana sabda nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam dalam hadist yang shahih:
‫ع‬
.‫ َا فهوأمين رد‬Ǵْ‫ ْس ه‬Ȑ‫لع‬Ǹ ‫ع‬Ǹ‫من ل‬
Artinya: “Barangsiapa melakukan suatu amal, yang tidak didasari keterangan kami, maka ia adalah tertolak”.
Berdasarkan hadist di atas telah jelas sekali bagi para hamba yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bahwa
apa saja yang berhubungan dengan syariat, baik dari segi aqidah maupun ibadah, baru akan diterima di sisi Allah
apabila hal itu sesuai dengan apa-apa yang telah diajarkan oleh Allah kepada RasulNya. Sebagaimana yang telah
difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 31.
Artinya: “katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha Pengampun lagi Maha penyayang.”
Dan Allah Ta’ala telah berfirman pula, dalam surat Al-Hasyr ayat 7.
Artinya: “Apa yang diberikan oleh rasul maka terimalah ia. Dan apa yang di larangnya bagimu maka
tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Bila dipandang dari sejak syari’at di turunkan sampai hari akhir nanti, maka Islam itu dapat dibagi dua, yaitu:
1. Islam dipandang dari segi umum
2. Islam dipandang dari segi khusus
Islam dipandang dari segi umum, bahwa sejak rasul yang pertama sampai hari akhir nanti, syari’at mereka
adalah Islam yang berarti, tunduk beribadah hanya kepada Allah semata, karena itu mereka disebut Al-Muslimun.
Islam dipandang dari segi khusus, bahwa sejak diutusnya Rasul yang terakhir, yang mana ia adalah
penyempurna bagi syari’at sebelumnya, serta menjadi penutup bagi segenap rasul, maka barangsiapa dari ummat
manusia, yang tidak beriman kepada Nabi Muhammadsaw , maka ia kafir.
Sebagaimana yang tersebut di dalam hadist yang shahih bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam
bersabda:
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, beliau
bersabda: “Demi dzat yang diri Muhammad berada di tanganNya, tidaklah seseorang mendengar tentang aku dari
umat ini, baik itu kaum Yahudi atau kaum Nasrani, kemudian meninggal sementara ia belum mau beriman kepada
apa yang aku bawa, melainkan ia akan menjadi penghuni Neraka.” (hadits Muslim)
ْ
‫اليد م‬
ّ‫ور ان‬ǿ ‫ و‬ǰ ‫مو‬ ‫ ال ل ي‬ǿ ‫ و س‬ǨǤ Ƭ‫يلقو‬ ‫ُولأق‬
. ‫ال‬ǨǤ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ذا أ ي‬
Khutbah Kedua
‫وص‬ ‫ل‬Ǵ‫ه‬
ƦƸ ‫هع ه‬Ǵ‫ى آل‬ ‫ا‬ ‫ ا‬ǐ ‫ة‬ ‫ال ه‬
‫و ال‬Ǹ‫يس‬Ǵْ ȐLj‫م ع‬Ǵ‫و ل ى سْد‬Ȑ ‫و‬
‫ل‬ ْ‫عم الدن الدك‬Ǵ‫ ى أ‬Ƭ ‫ ن‬Ǹ
‫و ر ْْا و ن‬ ‫ال‬ ْ ‫ب‬ ‫و‬ ،‫ن‬Ǡ ‫رب‬ ‫ال‬
‫ن‬ ‫د‬
َǠ
Ljْ ‫ن‬ .‫ب‬ ‫أما‬
ǸƸ‫د‬
‫أ‬
ǰ ‫ما‬ ‫ ال‬LjǸ َǠ‫م د‬Ǡ
Ǹ.‫ل‬ ‫ْن ر‬ǸǴ ž ‫اشي‬ ‫ج‬Ǡ Ǹْ‫ن‬
Kita harus yakin bahwa Islam, adalah agama yang benar di sisi Allah Dan kita meyakini, bahwa Islam adalah
agama yang telah sempurna. Sebagaimana telah tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 3:
Artinya: “Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
ni’matKu, dan telah ku-ridlai Islam itu jadi agama bagimu”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Itulah Islam, Allah telah memberi kabar kepada nabiNya dan kepada seluruh kaum mu’minin, bahwa Ia
(Allah) telah menyempurnakan bagi mereka Islam sebagai agama.
Dengan keputusan Allah ini, sekaligus merupakan keme-nangan bagi kaum mu’minim dan merupakan
kesempurnaan dalam beragama.
Maka selesailah tugas Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dalam mengemban tugasnya dalam
menyampaikan agama, dan bagi kaum mukminin, mereka tidak butuh lagi pengurangan ataupun penambahan
selamanya.
‫‪Semoga Allah selalu membimbing kita semua ke jalan yang diridhaiNya. Amin.‬‬

‫ى ارك‪Ǵ‬ع‬ ‫إن‪ǿ‬‬ ‫ّ‬ ‫ى آل‪ Ǵ‬إب‬ ‫ى إب‪Ǵ‬ع‬ ‫لى آل‪Ǵ‬‬ ‫ا‬


‫‪ƴ‬د ‪.‬وب مَْ‬ ‫ْ‪Ǹ‬د‬ ‫ْيا‬ ‫د‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫م‪،‬‬ ‫د‪ْǸƸ‬يما‬
‫مْ‪ǿ‬وع‬ ‫ت ْ‪Ǵ‬ا ص‪Ǹ‬ك‬ ‫د‪ǸƸ‬ى م‪Ǵ‬هم ص ل ع‪Ǵ‬وع‬
‫دْ‪Ǹ‬د هم ‪Ǵ‬ل ل‬‫‪.‬ا‬ ‫ْد‬ ‫د‪ǸƸ‬ى آل م‪ Ǵ‬د‪ǸƸ‬ر ا ب م‬
‫إب‬ ‫آل‪Ǵ‬‬ ‫ى‬ ‫إب‪Ǵ‬ع‬ ‫ى‬
‫م‪ّ ،‬إنَ يا‬
‫ْ‪ْ ǿ‬‬
‫ي‪Ǩ‬ن اغْ‪ǸǴLj ǸǴ‬‬ ‫م‬
‫‪ƴ‬‬
‫‪ǿ‬ا‬
‫‪ Ǹ‬ل ‪Ǹ‬ت َاَ ك م ا مْ ا ي ْ وع‬ ‫وع‬
‫‪ْ ǴLj‬ن‬
‫ه‪ِ Ǵ‬م ل‪Ȑ‬ى الس‪Ǵ‬ى و م أ ْدن ا ع‪Ǵ‬ن ا ع‪Ƭ‬أم‬ ‫نو م ْ‬ ‫ال‬ ‫ء‬ ‫د‬‫ْ‬ ‫ل‬ ‫منه‬ ‫‪Ǹ‬‬ ‫و‬ ‫ؤمنات‬ ‫وا‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ات‬ ‫ن‬ ‫‪Ǹ Ǹ‬ؤم‬
‫‪.‬ا‬ ‫ْ‬ ‫س‬ ‫يك‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫‪Ǹ‬‬ ‫وات‬ ‫ال‬ ‫َّ‬ ‫إ‬ ‫‪،‬‬ ‫ع‬
‫أرن‬ ‫زقنا ا ّت‬
‫ن‬
‫هما ا ‪ .‬الك‪Ǵ‬أرن ل‬
‫ا‬ ‫ة‬ ‫ا‬ ‫ناب‪Ƭ‬ارزقنا اج‬ ‫با‬
‫خ ا آتِن في الدن‪ȉ‬ن وفي ا‪ Lj‬د ي‬ ‫‪Ȑ‬ط‬ ‫اع‬ ‫‪ Ƹ‬وا َ ال‪Ǭ‬‬
‫ةع ة‬ ‫ْْ‬ ‫ه ‪.‬ربّنَ‬ ‫ه‪ ،‬و‪ Ʀ‬اطل‪Ʀ‬و َا ال َ‬ ‫ق ا را د‬ ‫‪ْǸ‬‬
‫ا ِتنا قيةّ أ ن ْ ‪ Ƭ‬نا ل ‪ Ǵ‬اج ان‪ƸƦ‬إماما ‪.‬س ر ر ا‪Ǹ‬ز ‪Ǡ‬ال‬ ‫ل‬
‫بَب‬ ‫ْع ‪ Ǡ Ǭ ǸǴ‬و‬ ‫ن ة وقن ا ع ذاب‪Lj‬بالن ار ‪.‬رب د ‪ǿ‬ن ا من ّن ا أزواجنا‬
‫ن‬ ‫وذرك‬ ‫ل‬
‫ك ه‪Ǵ‬‬
‫‪.‬ال‪Ǹ‬‬ ‫ال ر‬ ‫‪ǸƸ‬‬
‫ْ ي ‪Ǵ Ǹ‬م ‪ Ȑ‬وس‪ǐ‬‬
‫ل‬ ‫ك‬ ‫ي‪ǰ‬ن‬ ‫آء‪njƸǨ‬ال‬ ‫ب‪Ǡ‬ن ْ‬
‫وال‬ ‫د‬ ‫‪َǨ‬‬ ‫ن ‪ Ǵ‬س ى ال ع ون‪،‬‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ال‪ ،‬إن‬
‫‪ǴǠ ǰǜǠ‬‬
‫ي‪ǤƦ‬م وال َ م ‪ǰ‬‬
‫ا‬
‫‪Ǹ‬و ل‬
‫َ و ذ الَ‬ ‫آئ يب وإ ‪Ǭ‬‬
‫‪ Ƭ‬ك نهى عنى ك ي‬ ‫ل‬ ‫ا‬
‫اد‪Ʀ‬ع ا ‪Lj‬والالدك‬‫دل‪Ǡ‬‬ ‫َأميك‬
‫م‬ ‫ال‬ ‫ت‬
‫‪Ʀ‬‬ ‫ولأك‬ ‫يذ يو‬
‫ي‪.‬‬ ‫ذك ك ن ‪.‬‬
Generasi meninggalkan Shalat & Mengikuti Syahwat

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Agung Nurul Falah Pasar Lama, 02 September 2011)

‫ل‬ ‫نا‬،
‫ َه‬Ȑ ْ‫س‬Ơ‫أ ات‬ ‫وذ بشال ن‬ ‫ ن‬Ǵ ‫هل‬ ‫إن‬
‫م ه ك ِد ال ف‬ǔ‫ك‬.‫ل همن‬ ‫أع‬Ǹ‫نا ومن ْن أن ال‬LjǨ ‫َ يورلم ودد‬Ǡ‫َ ون‬Ǩ‫إل‬Ǥ‫ل‬Ƭ Ljْ‫ َي‬ǠƬLjْ‫نه ونَل‬ǸƸ‫ُد ُكون‬ǴǴ‫ال‬ǸƸ‫د‬
‫ا أ ّكه النا و‬ ‫ا‬ ‫ُ ل شيك‬ ‫أن إل ا‬ ‫ف‬ ‫اد‬ ǔ
ُ
َ‫ ا س رسول م‬ǸƸ‫د ع‬Ʀ‫ُد‬ ‫َْ ه وأشهد‬ ‫ه ل‬ ‫وأشهد ه‬. ‫ه‬ǿ Ȑ‫ي‬ ‫ومن‬
‫ دكث‬Ƹ ‫ب ى ال‬ ‫أو‬
‫لم‬ǸƸ‫ د‬ǿ Ǵ ‫أصدق ال وال م ة وكل دي هالهدي وخ ْي ال‬ǬƬǸ
‫ك‬، ‫ا‬ Ƭ‫اب‬
‫أما َب و‬.‫ونوش‬Ǡ‫د‬‫ال ور‬ž‫فِإنفاز ف‬Ǭ‫د‬ ّ
ǬƬ‫ وع وإكاصي‬ǰْ‫ صال‬Ǵْ‫م‬
‫ ض صل‬. ‫ مة في النار‬Ȑ‫لامة ض‬Ȑ‫دعة ِ ل‬ ‫ب‬ ‫كل‬ ‫دعة‬ ‫ب‬ Ƹ ‫م‬ ‫كل‬ ‫ُها‬ ‫ة‬َ ‫ث‬ ‫د‬Ƹ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ات‬َ ‫ث‬ ‫د‬
‫ه‬
‫وس‬Ǵ ‫م‬Ǵ ‫ه ى‬
‫ع‬Ǵ‫ى‬
.
‫إل‬‫ك‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ب‬‫إ‬ ‫ت‬ ‫ع‬Ǵ‫آل‬ ‫ى‬
‫نو‬َ Ʀْ‫نا م‬ǸƸ‫د‬
‫ ل‬Ǭْ َ‫و‬
‫ا‬ Lj‫ ان‬ǠƦ‫وص ومن هم‬ƦƸ ‫ه‬ ‫و س‬Ǵ ‫م‬
Allah Ta’ala berfirman:
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan
Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah
Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak
dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (terjemah QS. Maryam: 58-60).
Ibnu Katsir menjelaskan, generasi yang adhoo’ush sholaat itu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan
sholat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena shalat itu adalah
tiang agama dan pilarnya, dan sebaik-baik perbuatan hamba. Dan akan tambah lagi (keburukan mereka)
dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya,, senang dengan kehidupan dan kenikmatan dunia.
Maka mereka itu akan menemui kesesatan,, artinya kerugian di hari qiyamat.
Adapun maksud lafazh Adho’us sholaat ini, menurut Ibnu Katsir, ada beberapa pendapat. Ada
orang-orang yang berpendapat bahwa adho'us sholaat itu meninggalkan sholat secara keseluruhan
(tarkuhaa bilkulliyyah). Itu adalah pendapat yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi, Ibnu
Zaid bin Aslam, As-Suddi, dan pendapat itulah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat inilah yang menjadi
pendapat sebagian orang salaf dan para imam seperti yang masyhur dari Imam Ahmad, dan satu pendapat
dari As-Syafi’i sampai ke pengkafiran orang yang meninggalkan shalat (tarikus sholah) setelah ditegakkan,
iqamatul hujjah (penjelasan dalil), berdasarkan Hadits:

“(Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim dalam
kitab Shohihnya nomor 82 dari hadits Jabir).

Dan Hadits lainnya:

“Batas yang ada di antara kami dan mereka adalah sholat, maka barangsiapa meninggalkannya,
sungguh-sungguh ia telah kafir.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Sunannya nomor 2621dan An-Nasaai
dalam Sunannya 1/231, dan At-Tirmidzi berkata hadits ini hasan shohih ghorib).

Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Sami As-Salamah, juz 5 hal 243).


Penuturan dalam ayat Al-Quran ini membicarakan orang-orang saleh, terpilih, bahkan nabi-nabi
dengan sikap patuhnya yang amat tinggi. Mereka bersujud dan menangis ketika dibacakan ayat-ayat Allah.
Namun selanjutnya, disambung dengan ayat yang memberitakan sifat-sifat generasi pengganti yang jauh
berbeda, bahkan berlawanan dari sifat-sifat kepatuhan yang tinggi itu, yakni sikap generasi penerus yang
menyia-nyiakan shalat dan mengumbar hawa nafsu.
Betapa menghujamnya peringatan Allah dalam Al-Quran dengan cara menuturkan sejarah
"keluarga pilihan" yang datang setelah mereka generasi manusia bobrok yang sangat merosot
moralnya. Bobroknya akhlaq manusia dari keturunan orang yang disebut manusia pilihan ,berarti
merupakan tingkah yang keterlaluan. Bisa kita bayangkan dalam kehidupan ini. Kalau ada ulama besar,
saleh dan benar-benar baik, lantas keturunannya tidak bisa menyamai kebesarannya dan tak mampu
mewarisi keulamaannya, maka ucapan yang pas adalah:. "Sayang, kebesaran bapaknya tidak diwarisi
anak-anaknya.” Itu baru masalah mutu keilmuan nya yang merosot. lantas, kata dan ucapan apa lagi yang
bisa untuk menyayangkan bejat dan bobroknya generasi pengganti orang-orang suci dan saleh itu? Hanya
ucapan “seribu kali sayang” yang mungkin bisa kita ucapkan.
Setelah kita bisa menyadari betapa tragisnya keadaan yang dituturkan Al-Quran itu, agaknya perlu
juga kita bercermin di depan kaca. Melihat diri kita sendiri, dengan memperbandingkan apa yang
dikisahkan Al-Quran.
Kisah ayat itu, tidak menyinggung-nyinggung orang-orang yang membangkang di saat hidupnya
para Nabi pilihan Allah. Sedangkan jumlah orang yang membangkang tidak sedikit, bahkan melawan para
Nabi dengan berbagai daya upaya. Ayat itu tidak menyebut orang-orang kafir, bukan berarti tidak ada
orang-orang kafir. Namun dengan menyebut keluarga-keluarga pilihan itu justru merupakan pengkhususan
yang lebih tajam. Di saat banyaknya orang kafir berkeliaran di bumi, saat itu ada orang-orang pilihan yang
amat patuh kepada Allah. Tetapi, generasi taat ini diteruskan oleh generasi yang bobrok akhlaqnya. Ini
yang jadi masalah besar .
Dalam kehidupan yang tertera dalam sejarah kita, Muslimin yang taat, di saat penjajah berkuasa,
terjadi perampasan hak, kedhaliman merajalela dan sebagainya, ada tanam paksa dan sebagainya; mereka
yang tetap teguh dan ta'at pada Allah itu adalah benar-benar orang pilihan. Kaum muslimin yang tetap
menegakkan Islam di saat orientalis dan antek-antek penjajah menggunakan Islam sebagai sarana
penjajahan, namun kaum muslimin itu tetap teguh mempertahankan Islam dan tanah airnya, tidak hanyut
kepada iming-iming jabatan untuk ikut menjajah bangsanya, mereka benar-benar orang-orang pilihan.
Sekalipun tidak sama antara derajat kesalehan para Nabi yang dicontohkan dalam Al-Quran itu,
dengan derajat ketaatan kaum Muslimin yang taat pada Allah di saat gencarnya penjajahan itu, namun alur
peringatan ini telah mencakupnya. Dengan demikian, bisa kita fahami bahwa ayat itu mengingatkan,
jangan sampai terjadi lagi apa yang telah terjadi di masa lampau. Yaitu generasi pengganti yang jelek, yang
menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya.
Peringatan yang sebenarnya tajam ini perlu disebar luaskan, dihayati dan dipegang benar-benar,
dengan penuh kesadaran, agar tidak terjadi tragedi yang telah menimpa kaum Bani Israel, yaitu generasi
jelek, bobrok, meninggalkan shalat dan mengikuti syahwat.

Memberikan hak shalat


Untuk itu, kita harus mengkaji diri kita lagi. Sudahkan peringatan Allah itu kita sadari dan kita cari
jalan keluarnya?
Mudah-mudahan sudah kita laksanakan. Tetapi, tentu saja bukan berarti telah selesai. Karena
masalahnya harus selalu dipertahankan. Tanpa upaya mempertahankannya, kemungkinan akan lebih
banyak desakan dan dorongan yang mengarah pada "adho'us sholat" (menyia-nyiakan atau meninggalkan
shalat) wattaba'us syahawaat (dan mengikuti syahwat hawa nafsu).
Suatu misal, kasus nyata, bisa kita telusuri lewat pertanyaan-pertanyaan. Sudahkah kita berikan dan
kita usahakan hak-hak para pekerja/ buruh, pekerja kecil, pembantu rumah tangga, penjaga rumah makan,
penjaga toko dan sebagainya untuk diberi kebebasan mengerjakan shalat pada waktunya, terutama maghrib
yang waktunya sempit? Berapa banyak pekerja kecil semacam itu yang terhimpit oleh peraturan majikan,
tetapi kita umat Islam diam saja atau belum mampu menolong sesama muslim yang terhimpit itu?
Bahkan, dalam arena pendidikan formal, yang diseleng-garakan dengan tujuan membina manusia
yang bertaqwa pun, sudahkah memberi kebebasan secara baik kepada murid dan guru untuk menjalankan
shalat? Sudahkah diberi sarana secara memadai di kampus-kampus dan tempat-tempat pendidikan untuk
menjalan-kan shalat? Dan sudahkah para murid itu diberi bimbingan secara memadai untuk mampu
mendirikan shalat sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam ?
Kita perlu merenungkan dan menyadari peringatan Allah dalam ayat tersebut, tentang adanya
generasi yang meninggalkan shalat dan menuruti syahwat .
Ayat-ayat Al-Quran yang telah memberi peringatan dengan tegas ini mestinya kita sambut pula
dengan semangat menang-gulangi munculnya generasi sampah yang menyianyiakan shalat dan bahkan
mengumbar syahwat. Dalam arti penjabaran dan pelaksanaan agama dengan amar ma'ruf nahi munkar
secara konsekuen dan terus menerus, sehingga dalam hal beragama, kita akan mewariskan generasi yang
benar-benar diharapkan, bukan generasi yang bobrok seperti yang telah diperingatkan dalam Al-Quran itu.

Fakir miskin, keluarga, dan mahasiswa


Dalam hubungan kemasyarakatan yang erat sekali hubungannya dengan ekonomi, terutama
masalah kemiskinan, sudahkah kita memberi sumbangan sarung atau mukena/ rukuh kepada fakir miskin,
agar mereka bisa tetap shalat di saat mukenanya yang satu-satunya basah ketika dicuci pada musim hujan?
Dalam urusan keluarga, sudahkah kita selalu menanya dan mengontrol anak-anak kita setiap waktu
shalat, agar mereka tidak lalai?
Dalam urusan efektifitas da’wah, sudahkah kita menghidup-kan jama'ah di masjid-masjid kampus
pendidikan Islam: IAIN (Institut Agama Islam Negeri) ataupun STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri) yang jelas-jelas mempelajari Islam itu, agar para alumninya ataupun mahasiswa yang masih belajar
di sana tetap menegakkan shalat, dan tidak mengarah ke pemikiran sekuler yang nilainya sama juga dengan
mengikuti syahwat?
Lebih penting lagi, sudahkah kita mengingatkan para pengurus masjid atau mushalla atau langgar
untuk shalat ke masjid yang diurusinya? Bahkan sudahkah para pegawai yang kantor-kantor menjadi
lingkungan masjid, kita ingatkan agar shalat berjamaah di Masjid yang menjadi tempat mereka bekerja,
sehingga tidak tampak lagi sosok-sosok yang tetap bertahan di meja masing-masing --bahkan sambil
merokok lagi-- saat adzan dikuman-dangkan ?
Masih banyak lagi yang menjadi tanggung jawab kita untuk menanggulangi agar tidak terjadi
generasi yang meninggalkan shalat yang disebut dalam ayat tadi.
Shalat, tali Islam yang terakhir
Peringatan yang ada di ayat tersebut masih ditambah dengan adanya penegasan dari Rasulullah,
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam
“Tali-tali Islam pasti akan putus satu-persatu. Maka setiap kali putus satu tali (lalu) manusia
(dengan sendirinya) bergantung dengan tali yang berikutnya. Dan tali Islam yang pertamakali putus adalah
hukum(nya), sedang yang terakhir (putus) adalah shalat. (Hadits Riwayat Ahmad dari Abi Umamah
menurut Adz - Dzahabir perawi Ahmad perawi).
Hadits Rasulullah itu lebih gamblang lagi, bahwa putusnya tali Islam yang terakhir adalah shalat.
Selagi shalat itu masih ditegakkan oleh umat Islam, berarti masih ada tali dalam Islam itu. Sebaliknya kalau
shalat sudah tidak ditegakkan, maka putuslah Islam keseluruhannya, karena shalat adalah tali yang terakhir
dalam Islam. Maka tak mengherankan kalau Allah menyebut tingkah "adho'us sholah" (menyia-nyiakan/
meninggalkan shalat) dalam ayat tersebut diucapkan pada urutan lebih dulu dibanding "ittaba'us
syahawaat" (menuruti syahwat), sekalipun tingkah menuruti syahwat itu sudah merupakan puncak
kebejatan moral manusia. Dengan demikian, bisa kita fahami, betapa memuncaknya nilai jelek orang-orang
yang meninggalkan shalat, karena puncak kebejatan moral berupa menuruti syahwat pun masih pada
urutan belakang dibanding tingkah meninggalkan shalat.
Di mata manusia, bisa disadari betapa jahatnya orang yang mengumbar hawa nafsunya. Lantas,
kalau Allah memberikan kriteria meninggalkan shalat itu lebih tinggi kejahatannya, berarti kerusakan yang
amat parah. Apalagi kalau kedua-duanya, dilakukan meninggalkan shalat, dan menuruti syahwat, sudah
bisa dipastikan betapa beratnya kerusakan.
Tiada perkataan yang lebih benar daripada perkataan Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini Allah dan
Rasul-Nya sangat mengecam orang yang meninggalkan shalat dan menuruti syahwat. Maka marilah kita
jaga diri kita dan generasi keturunan kita dari kebinasaan yang jelas-jelas diperingatkan oleh Allah dan
Rasul-Nya itu. Mudah-mudahan kita tidak termasuk mereka yang telah dan akan binasa akibat melakukan
pelanggaran amat besar, yaitu meninggalkan shalat dan menuruti syahwat. Amien.
‫ ل‬ǜǠ ‫ م‬ǿ‫س‬ ǤƬ ‫ق‬
‫لي‬ ‫ال‬
ْ ‫ذا وأ ْ ال ا‬Ǩ ‫ أ ي‬. ‫الذك يو يقول ْ ولم‬ ‫ن‬
ǰ Ƹْ‫اف ك و‬ ‫و‬ ‫ في ل‬Ǭ ‫يآن ول‬ǰ ‫َ ر‬
َ‫اتا‬ȉ ‫ ك م‬Ǹ ‫ي‬
َ ‫ ْهب ّا م إك‬ǠǨ‫ن ْ ن‬ ‫ال‬ǜǠْ ‫ ا‬،‫م‬ ‫م يال ل ْ ا كب‬
‫مو‬
‫ل‬ǰ.

Khutbah Kedua

‫ و ن َهد ك‬Ȑ‫م‬ ‫النا ك‬، Ǹ ْ‫س‬ ‫أ‬ ‫الب‬ ‫ن ل‬Ǵ‫ه‬ ‫إن‬


ُǴ ǔ ‫ ل لهع م ه ِ ال ف‬ǔ ‫ ع ن ل من‬Ǵ‫و أع‬Ơ‫ نىنل‬Ƹ‫ات ن‬LjǨ
‫ا وم‬ ‫ش ن‬ َǠƬ َ َ Ƹ Ƹ‫د‬
‫ف‬Ȑ ‫ص‬
‫ابِه وأ‬Ƹ ‫ ص‬Ǵ ‫ى ال‬Ǵ َ‫ى ن‬Ʀْ ‫ ا م‬ǸƸ ‫ آ ه رسول م د و‬Ǹ ‫ ا ع‬Ʀُ‫أشهد د‬. ‫يك أن له‬
‫د‬ ‫يور م‬ Ljْ‫نه ونَُ ل‬ǨǤƬLj‫ون‬‫يْ إ ل‬Ǡ‫وذ‬ ‫و ش‬Ǹ‫الاد ُد ونأن له‬Ǹ
َ ‫أ هد ل له إ ال ود د ش‬ ǿ‫ي‬
‫ك ار‬ Ǵ‫ى آل‬ ‫ى آل‬
‫م‬ ‫ا‬ َ‫إن‬ ‫وع‬ ‫ م‬Ǵ ‫ل‬ ‫ا‬. ‫ا‬ ‫ت‬
، ‫وب ْات‬. ‫د‬
َ ƴ ‫د‬Ǹْ ‫إبي‬ ‫د‬ ǿْ
‫ل‬ ّ ،‫م‬ ‫ْد‬ ‫ع‬Ǵ ‫ى إبيا‬ǿْ‫م ك‬Ǹ ‫ا ص‬Ǵْ ‫ت‬ ‫وع‬Ǵ‫هم صل ع‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ‫د ك‬ưْ‫ ي‬Ǵ LjْǸ ‫ا وس‬
‫ َال‬. Ǵ‫ هم‬ǸƸ‫د‬ Ǵ‫م‬
‫د‬Ǹْ‫د‬ Ǵ‫ى آل‬ ‫م ر ا ب‬ǸƸ‫ د‬Ǵ‫ع ى آل‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ
‫ ا‬Lj Lj ‫ي ن اغ‬ ‫م‬ ‫إن ا‬ َ ‫وع ع‬Ǵ ‫ى يا‬ǿْ ‫د‬
‫ل‬ ‫و‬ǸǴ Ǹ ǸǴ ǸǴْ Ǩ ƴ ‫إبي‬ǿْ ّ ،‫م‬ ‫إب‬ َ ‫م ت َا‬ ‫ك‬Ǹ ‫وع‬
‫ ط‬Ȑ ‫و ارزق نا ب ا ل َ َ ال‬Ʀ ‫ا‬ ‫ وا َ ال ع‬Ƹ
‫ا‬ ‫ ط أرن‬Ʀ ‫ و قن ا ات د‬،‫ا ه‬Ǭ ‫ق رن أ ل ا رز ا‬Ǵ ‫قي ب س‬Ǹ ‫ إنَّ والم ات منه ل ْد ء وال‬، ‫ع‬Ǹ ‫ ؤمن ات و‬Ǹ‫ؤ منْن‬
‫ك‬ ْ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ال‬
‫ا‬. ‫هم‬ ‫ي ا‬ ‫ة ا‬ ‫ة‬ . َ ‫ا آتنا ي الد‬
‫ د‬Lj ‫ن و قن عذ اب ة د‬Lj ‫ن وفي ا‬ȉ‫خ ّن ِ ف ْن ه رب ج‬Ƭ‫ناب ا‬
‫ اج‬Ǵ ‫نا ن ّنا‬ ‫ أ ن زواجنا‬ǿ ‫رب‬. ‫ا نار‬
‫ و‬Ǡ ‫نا ل‬ǬƬǸǴْ ‫وذر ّكا ِتنا قيةأ ل م‬ ‫ن ْع‬ ‫بل‬ ‫ال‬Ǡ ‫زة ع‬Ǹ ‫ا ك‬ ‫س‬. ‫إماما‬ƸƦ
‫ال‬ Ǵ‫ه ل‬
‫ ل‬Ǹْ ǸƸ ǐ ‫ وس‬Ȑ ‫ ل م ع‬Ǹ ْ ‫ان‬ ‫ر‬
Ǡ ‫َ د وال رب ن ا‬Ǩ ،‫ ون‬Ǵ ‫يس ى ا‬Ǵ ‫ن‬ ‫رب َ ب‬
‫ا‬ ،‫ال‬
‫فاذكيوا ل‬. ‫تَذك يون‬ǰ Ǡ ‫مك وال‬ǤƦ‫ي ن‬ǰ‫يوال‬Ǹ ‫ال‬njƸǨ‫آء‬
َ‫َ و ذ ال‬ Ǭ ‫يب‬ ‫وا‬
Ǵ ‫َ م‬ǰǜǠ
‫ وإك نهى عنى ك ي‬Ƭ ‫لد‬ ‫آئ‬Lj‫ان‬ ‫ ل‬Ǡ‫إن ع‬
‫د‬ ‫دلب َأميك مال ك‬Ʀ
‫أك ال‬ ‫ك‬ ‫ا‬
‫اسأل‬ ‫ك‬ ‫ا‬
‫ي‪Ʀ‬‬
‫لذك‬ ‫‪ǘ‬‬
‫م‪ ُǰ Ǡ‬و ي‬ ‫ُو من ه‪Ǵ ǔ‬ف‬ ‫و‬ ‫ْ‪ ǜǠ‬ا‬
‫م ل ل َذكيك م‬

‫َ‬
TIGA AMALAN BAIK

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Agung Nurul Falah, 28 Oktober 2011)

‫أن‬ ‫ل‬ ‫ل إل‬ ِ


‫ي‬ ‫د‬ ،‫ ال‬Ʀ ‫ال ب‬ǐ ‫ ال ذي نَا ب ا‬Ǵ‫ال هل‬ǸƸ
‫ه ل َن‬Ʀ‫يم‬ǸƸǬƬ
َ ‫دا ع‬Ʀُ‫ه وأشهد ش َك ه إل ال ود د ُ ل ُد و ورس لول‬
ُ ‫أشه‬ ‫أن‬ Ƹ‫ ع ل‬Ƭ‫م‬ ‫أمي‬ ‫د‬
‫ى‬: ‫ف‬ ، ‫ا‬ ‫ى‬ Ǭ‫ال‬ ‫أ ال‬، ُ
ǿ‫أما ب‬. ‫ت دا‬ ‫ع‬‫ه‬Ǵ‫آل‬ ‫ى‬ ‫ب‬Ǡ‫ا‬. ‫ُد‬ َ
‫ ب‬Ǡ ‫ال ت‬
‫ال‬
ْǰ‫م‬
‫ص‬
‫و‬
َǠ‫ د‬ž‫ ْفا ع‬Ʀ‫اد‬
‫و‬
Ʀ‫ ص ومن ع‬Ʀ Ƹ ‫ه‬ ‫و ل‬Ǵ‫هم صل ع‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ‫َ د‬
‫ ل ت‬Ǭ‫ ا ِتهت‬Ǹ ‫ نوا ا ّت‬Ǭ ‫ا كأ ّك اهاَ الال د‬
‫م‬ǸǴLj
‫ن‬
‫و‬
.‫َ ن‬
‫ و ن‬Ƭ‫م‬
‫إل أ‬ ‫ن‬ ‫وت‬ ‫ءمو ق و‬
‫ذك‬
Kaum Muslimin Yang Terhormat
Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan
dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada
tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan
hidup.
Oleh sebab itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan
tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Tiga amalan baik tersebut
adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar yang kita singkat TIGA IS.

1. Istiqomah. yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah.


Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan
kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:
“Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah berkata, “Wahai
asulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada
orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku telah beriman kepada Allah
kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).

Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam
tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong
kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti,
sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat
ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan
bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)

2. Istikharah, selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan
dalam setiap keputusan.
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan
tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah
aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum
melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada
Allah.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah).
Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow” (berfikirlah hari ini dan bicaralah esok
hari).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan
diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik
maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan
kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallaahu
alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda:

“ Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi
sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu
saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada
balasannya. (HR.Baihaqi dari Jabir).”

Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir
ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan
bertindak sekehendakya tanpa mengindahkan etika agama . Para pakar barang kali untuk
saatsaat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang
justru membingungkan masyarakat.

Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar-benar bertindak
secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
.‫ا‬Θϗ‫صد‬ϣ ‫ا خاب‬ϣ ‫ن اس‬Θ‫خار ول‬ϧ ‫دم‬ϣ ‫ن اس‬θΘ‫ار ول عال‬ϣ ‫ن‬
Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan
tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)

3. Istighfar, yaitu selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai
sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan
kita. Oleh karena ia harus diobati.

Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita
sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi
untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloan Allah.

Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena
kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat
pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita
kurang bisa melakukan terobosan-teroboan yang produktif, maka kreatifitas dan etos kerja umat
yang harus kita tumbuhkan.

Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan.
Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk yang belum bertaubat
darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya adalah beristighfar dan
bertobat.

Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada kaumnya:
“Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah
kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa” (QS. Hud:52).

Para Jamaah yang dimuliakan Allah


Sekali lagi, tiada kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan selamat
dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus memiliki dan melakukan TIGA IS di
‫‪atas yaitu Istiqomah, Istikharah dan Istighfar.‬‬
‫‪Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan‬‬
‫‪dan rahmatNya yang melimpah. Amin‬‬

‫ليد ْ‬ ‫ا‬ ‫ِ‬


‫و يو ن ي‪ ǤƬ‬فاس‬ ‫أقُول وقل‬
‫م‪.‬‬ ‫ور‪ǨǤ‬ال‬ ‫مو ‪ǰ‬‬
‫ي ‪ ǨǤ‬و س ْ ل ‪ُ ǿ‬ي ا ّه ‪Ǩ‬‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬ ‫‪ ǿ‬ال ل‬ ‫‪ Ƭ‬ذا أ‬

‫ب ِال ن‪. Ʀ‬أْ‪ Ƭ‬ل إل‬ ‫ا د‪ǸƸ‬لهل‪ Ǵ‬ال ذي التنَا ب ‪Ƹ‬‬


‫ل كن‬ ‫لّ‬
‫ه إ ال ود د ُ لش ي َك ه د ه‪ ،‬إ ّا ‪ُ َƦǠ‬‬
‫ا‬ ‫ّ‬
‫ك‬ ‫وإ‬ ‫ُ‬ ‫شهد‬ ‫أن‬ ‫‪Ǹ‬ال ة ل‬ ‫اد ام‪ǐƬ‬والع ا ل‪Ƹ‬‬ ‫أمي أن‬
‫ه‬ ‫ى ‪ Ǵ‬ى آل‪ Ǵ‬ع‬ ‫ا‪.‬‬ ‫ن‬
‫د‪ǸƸ‬موأ ‪ Ǹ‬أ‬ ‫‪.‬‬ ‫ا‬
‫ص ‪Ǡ‬ج‬ ‫ب‪Ƹ‬ن ْ‬ ‫و‬ ‫ُد‪Ʀ‬د ا ع‪ǸƸ‬وث ه‪،‬ورسول م‪ǠƦǸ‬ل ‪Ǹ‬ال رد‪ǠǴ‬نْ‪ Ǹ‬هم‪Ǵ‬ع ص ل ل‬ ‫ن أ ‪Lj‬‬
‫شهد ‪َǠƬ‬‬ ‫‪.‬و ْ‬
‫‪، Ʀ‬ات اد ال‪ Ƭ ǠǘƬ‬ا ا ا وس ا ا إل ي رب ‪Ǩ‬ال ى م نالْ‪. Ǹ‬إن ل ه ك‪ِƬǰ‬ئ ‪Ȑ‬وم ُ ‪،‬ي‪Ʀ‬ى الن‪Ǵ‬كأ ّكهاَ َال ون ع ن ن ا‬
‫ءام و ذك‬ ‫‪Ǵǐ‬‬ ‫ى اآل‪Ǵ‬هع‬ ‫‪Ǡ‬‬ ‫ة بارك‪Ǥ‬‬ ‫ا توا ل م اس‪.‬ا‪ Ǭ‬رعو‬ ‫م‬ ‫ع‬
‫ا‪.‬‬ ‫ه‬ ‫اج‬ ‫ه‬ ‫ت‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ّ‬
‫ك‬ ‫وذر‬ ‫ه‬
‫ْ ‪Ǡ Ǹ‬أج هم‪Ǵ‬ل‬ ‫هم‪Ǵ‬ل م صل ‪َ Ǵ‬و و س د‪ǸƸ‬ى م‪Ǵ‬ع و‬
‫‪ َƬ‬وأز‬ ‫ص‬
‫و‬ ‫اب ‪ Ƹ‬وأص هو قياب‬ ‫و ا ‪Ǵ‬و ‪ǸǴ‬وس ‪Ǵ LjْǸ‬‬
‫ِ ن ‪.‬ا ن‬ ‫وأعل‬
‫‪Ǵ‬‬
‫هْ ع‬
‫إل‬ ‫ك‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ي ة وأ‪ْ ǰ‬ك‬ ‫‪Ǹ‬ج ولةن‪ ǴLj ،‬ا‬ ‫أ‪Ǵ‬‬
‫َو الدك هم‪Ǵ‬ل‬ ‫‪ƬǸǴ‬ك‬
‫َ‬
‫ل‬ ‫‪ ǐ‬و ن ْ ‪ǸǴ‬و‬
‫ْ‪ Ǹ Ǹ‬ل ي م ان ‪ ، Ȑ‬الس‪ LjǸ‬ال ِ‪ Ǩ Ǵ ǿ‬ي ن ال‪ njǸ‬وا‬ ‫ح ع ْ‬
‫ص‬
‫وات ْب م ي َكا قاض‬ ‫ب‬ ‫‪ ،‬إن و ق‬ ‫ل‪ Ǹ‬م ا ا‬ ‫ْن ‪Ǹ‬‬ ‫ا ‪Ǹ Ǹ‬‬ ‫اغ ن ل ‪Lj‬‬ ‫ي‪Ǩ‬‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫الدع‬ ‫و‬ ‫ة‬‫‪ƴ‬‬ ‫يك‬ ‫ات‬ ‫والم‬ ‫َّ‬ ‫وال‬ ‫ء‬ ‫ْ‬
‫د‬ ‫ل‬ ‫منه‬ ‫وا‬ ‫ات‬ ‫ؤمن‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ؤ‬ ‫وال‬
‫اب‬ ‫‪ǴLj‬‬ ‫ت‬ ‫‪ǸǴ‬‬
‫ال ْ‪ǸǴ‬ات ‪ .‬اَ‬
‫خ‪ȉ‬ن وفي ا‪ Lj‬د نة و ن‬ ‫َ ْنو قومنا ِب ق‪ Ƹ‬و ا ‪Ƹ‬ا ِت‪Ǩ‬ال‬
‫ج‪ Ƹ‬هم‪ Ǵ‬ل ‪Ƭ‬نن افَْ ب‬
‫ية‬ ‫ا آتِنا ي الد ْ ‪.‬‬ ‫ح‬ ‫ا‬
‫ق ا عذ اب‪ Lj‬د‬ ‫ن ف نن ربّ‬ ‫ْ‬ ‫ْخي نت ا ل‬
‫ت‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ي‪ǰ‬ن‬ ‫آء‪njƸǨ‬ال‬ ‫ر‪ .‬النا‬
‫ب‬ ‫ال‪ ،‬إن‬
‫‪Ǹ‬وال ي‪Ǥ Ʀ‬م وال‪ َǰǜǠ‬م‪. ǰǴǠ‬ذكيون‬ ‫اد‪Ʀ‬ع دل‪Ǡ‬ان ال‪Lj‬آئ والد‪Ƭ‬الوإكك ‪Ǭ‬نهى عنََى وكذي ال‬ ‫َأميك‬
‫يب‬ ‫وكأ ال‬
‫م‬
‫َل‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫فاذ‬
‫ذكي ل ي‪Ʀ.‬‬ ‫َذكيك م واد عو ُ ‪ƴƬ Lj‬ب م‪ǰ‬‬ ‫مْ‪ǜǠ‬كيوا ال ال‬
AKIBAT MEMAKAN HARTA RIBA

Oleh: Ade Zarkasyi bin Sabit


(Masjid Agung Nurul Falah, 04 Mei 2012)

‫ل‬ ‫نا‬،
Ơ‫ات‬ ‫ال‬ Ǵ ‫ه‬ ‫إن‬
‫ل‬ ‫ك‬
‫ ه ومن ا ف‬Ȑ‫م‬ǔ‫ل َهد من‬ ‫ أع‬Ǹ‫ناأنومن أن ال‬ ْ‫س‬LjǨ‫َ بشيور منل‬ǨǤƬLj َ‫أنون‬،ُ‫إلي‬Ǡ‫ َلوذ‬ǠƬLjْ‫نهل َون‬Ǹ‫ ن‬Ƹ‫ال ُد ونل‬ǸƸ‫د‬
‫ا‬. ‫ه‬ ‫ك‬
‫ع‬ Ǵ ‫ى‬ ‫م‬ ‫أ ه‬
َ‫ ن‬Ʀْ‫نا و س‬Ǵ ‫م صل ل‬Ǵ‫ هم‬ǸƸ‫د ا ع‬Ʀ‫َ ه و ش د د ُ ورسول‬
‫ش يك‬ ‫إ ا‬
‫ه ل ل ود د ُ ل‬
‫ أشه‬ǿ ‫ا‬Ǵ
‫ د ف‬. ‫ ه‬Ȑ‫ ُ دي‬ǔ‫نِ ل‬
‫أما ب‬Ǡ ‫الدك ِم ى كإل‬ ‫إب‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫هع‬Ǵ‫ى آل‬
‫د‬ž
‫و وس‬Ǵ Ǵ Ƭ ‫أصدنا م ىبا ا‬
ْ‫ن‬ ‫وأ‬ ‫ ل ع ص‬Ǵْ
‫م‬ ‫وك‬ َ ‫ا‬، َ‫ و‬Lj‫ ان‬ǠƦ‫هم‬ ‫ ص‬Ƹ ‫اب‬ ‫ه‬ǸƸ‫دورس ولكث‬
‫دعة ب‬Ƹ‫ ل دثَات م‬،‫دثَة ها‬Ƹ ‫لمور‬ ‫ وش ه ى ومن‬، ‫دي و ْخي مم‬
‫ص‬Ǵ ‫ ا ل ال ك‬Ƹ‫ب د ع ق فإ‬.‫لة‬
‫ ال ع‬Ǵْ‫ وس‬Ǵ‫ م ي‬ǸƸ‫ د‬ǿ ‫دي اله‬ ‫د ة ض‬Ȑ‫و كل‬
‫ ن‬Ǭ Ǹ
‫ الو‬Ƭ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫ أ و‬،‫ف ا ْ اد ال‬
Ǹ‫ال‬ ‫ؤم‬ Ǭ Ƭ ‫ْ وإ ّكاي‬ǰ‫م ص‬ َ‫ ع‬Ʀ
Kaum muslimin seiman dan seaqidah ‫ نون فاز ف‬Ǭ‫د‬ ‫و‬
Tepatnya ketika Allah Subhannahu wa Ta'ala memberikan mukjizat kepada hamba dan kekasihNya,
Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berupa Isra’ Mi’raj, pada saat itu pula Allah Ta'ala
perlihatkan berbagai kejadian kepada beliau yang kelak akan memimpin jaga raya ini. Di antaranya
Rasulullah n melihat adanya beberapa orang yang tengah disiksa di Neraka, perut mereka besar
bagaikan rumah yang sebelumnya tidak pernah disaksikan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam.
Kemudian Allah Ta’ala tempatkan orang-orang tersebut di sebuah jalan yang tengah dilalui kaumnya
Fir’aun yang mereka adalah golongan paling berat menerima siksa dan adzab Allah di hari Kiamat.
Para pengikut Fir’aun ini melintasi orang-orang yang sedang disiksa api dalam Neraka tadi. Melintas
bagaikan kumpulan onta yang sangat kehausan, menginjak orang-orang tersebut yang tidak mampu
bergerak dan pindah dari tempatnya disebabkan perutnya yang sangat besar seperti rumah. Akhirnya
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bertanya kepada malaikat Jibril yang menyertainya, “Wahai
Jibril, siapakah orang-orang yang diinjak-injak tadi?” Jibril menjawab, “Mereka itulah orang-orang
yang makan harta riba.” (lihat Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 2/252).

Dalam syariat Islam, riba diartikan dengan bertambahnya harta pokok tanpa adanya transaksi jual beli
sehingga menjadikan hartanya itu bertambah dan berkembang dengan sistem riba. Maka setiap
pinjaman yang diganti atau dibayar dengan nilai yang harganya lebih besar, atau dengan barang yang
dipinjamkannya itu menjadikan keuntungan seseorang bertambah dan terus mengalir, maka perbuatan
ini adalah riba yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya
Shalallaahu alaihi wasalam, dan telah menjadi ijma’ kaum muslimin atas keharamannya.

Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:


“Allah menghilangkan berkah riba dan menyuburkan shadaqah, dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa”. (QS. Al-Baqarah: 270).

Barang-barang haram yang tiada terhitung banyaknya sampai menyusahkan dan memberatkan mereka
ketika harus cepat-cepat berjalan pada hari Pembalasan. Setiap kali akan bangkit berdiri, mereka jatuh
kembali, padahal mereka ingin berjalan bergegas-gegas bersama kumpulan manusia lainnya namun
tiada sanggup melakukannya akibat maksiat dan perbuatan dosa yang mereka pikul.

Maha Besar Allah yang telah berfirman:


“Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri kecuali seperti berdirinya orang
yang kemasukan syetan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat): Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah: 275).

Dalam menafsirkan ayat ini, sahabat Ibnu “Abbas Radhiallaahu anhu berkata:
“Orang yang memakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila lagi tercekik”.
(Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/40).
Imam Qatadah juga berkata:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta riba akan dibangkitkan pada hari Kiamat dalam
keadaan gila sebagai tanda bagi mereka agar diketahui para penghuni padang mahsyar lainnya kalau
orang itu adalah orang yang makan harta riba.” (Lihat Al-Kaba’ir, Imam Adz-Dzahabi, hal. 53).

Dalam Shahih Al-Bukhari dikisahkan, bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bermimpi
didatangi dua orang laki-laki yang membawanya pergi sampai menjumpai sebuah sungai penuh darah
yang di dalamnya ada seorang laki-laki dan di pinggir sungai tersebut ada seseorang yang di tangannya
banyak bebatuan sambil menghadap ke pada orang yang berada di dalam sungai tadi. Apabila orang
yang berada di dalam sungai hendak keluar, maka mulutnya diisi batu oleh orang tersebut sehingga
menjadikan dia kembali ke tempatnya semula di dalam sungai. Akhirnya Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam bertanya kepada dua orang yang membawanya pergi, maka dikatakan kepada beliau: “Orang
yang engkau saksikan di dalam sungai tadi adalah orang yang memakan harta riba.” (Fathul Bari,
3/321-322).

Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia… inilah siksa yang Allah berikan kepada orang-orang
yang suka makan riba, bahkan dalam riwayat yang shahih, sahabat Jabir Radhiallaahu anhu
mengatakan:

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaknat orang yang memakan riba, yang memberi makan riba,
penulisnya dan kedua orang yang memberikan persaksian, dan beliau bersabda: “Mereka itu sama”.
(HR. Muslim, no. 1598).

Semaraknya praktek riba selama ini tidak lepas dari propaganda musuh-musuh Islam yang menjadikan
umat Islam lebih senang untuk menyimpan uangnya di bank-bank, lebih-lebih dengan semaraknya
kasus-kasus pencurian dan perampokan serta berbagai adegan kekerasan yang semakin merajalela.
Bahkan sistem simpan pinjam dengan bunga pun sudah dianggap biasa dan menjadi satu hal yang
mustahil bila harus dilepaskan dari perbankan. Umat tidak lagi memperhatikan mana yang halal dan
mana yang haram. Riba dianggap sama dengan jual beli yang diperbolehkan menurut syari’at Islam.
Kini kita saksikan, gara-gara bunga berapa banyak orang yang semula hidup bahagia pada akhirnya
menderita tercekik dengan bunga yang ada. Musibah dan bencana telah meresahkan masyarakat,
karena Allah yang menurunkan hukumNya atas manusia telah mengizinkan malapetaka atas suatu
kaum jika kemaksiatan dan kedurhakaan telah merejalela di dalamnya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Abu Ya’la dan isnadnya jayyid, bahwasannya
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

“Tidaklah perbuatan zina dan riba itu nampak pada suatu kaum, kecuali telah mereka halalkan sendiri
siksa Allah atas diri mereka.” (Lihat Majma’Az-Zawaid, Imam Al-Haitsami, 4/131).

Dan dari bencana yang ditimbulkan karena memakan riba tidak saja hanya sampai di sini, bahkan telah
menjadikan hubungan seorang hamba dengan Rabbnya semakin dangkal yang tidak lain dikarenakan
perutnya yang telah dipadati benda-benda haram. Sehingga nasi yang dimakannya menjadi haram,
pakaian yang dikenakannya menjadi haram, motor yang dikendarainya pun haram, dan barang-barang
perkakas di rumahnya pun menjadi haram, bahkan ASI yang diminum oleh si kecil pun menjadi haram.
Kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin do’a yang dipanjatkan kepada Allah akan dikabulkan jika
seluruh harta dan makanan yang ada dirumahnya ternyata bersumber dari hasil praktek riba.

Sebenarnya praktek riba pada awal mulanya adalah perilaku dan tabi’at orang-orang Yahudi dalam
mencari nafkah dan mata pencaharian hidup mereka. Dengan sekuat tenaga mereka berusaha untuk
menularkan penyakit ini ke dalam tubuh umat Islam melalui bank-bank yang telah banyak tersebar.
Mereka jadikan umat ini khawatir untuk menyimpan uang di rumahnya sendiri seiring disajikannya
adegan-adegan kekerasan yang menakutkan masyarakat lewat jalur televisi dan media-media massa
lainnya, sehingga umatpun bergegas mendepositokan uangnya di bank-bank milik mereka yang
mengakibatkan keuntungan yang besar lagi berlipat ganda bagi mereka, menghimpun dana demi
melancarkan rencana-rencana jahat zionis dan acara-acara kristiani lainnya. Mereka banyak membantai
umat Islam, namun diam-diam tanpa disadari di antara kita telah ada yang membantu mereka
membantai saudara-saudara kita semuslim dengan mendepositokan uang kita di bank-bank mereka.

Dalam firmanNya Allah Subhannahu wa Ta'ala menegaskan:


“Dan disebabkan mereka (orang-orang Yahudi) memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang lain dengan jalan yang bathil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka siksa yang pedih”. (QS. An-Nisa’: 161).

Lalu pantaskah bila umat Islam mengikuti pola hidup suatu kaum yang Allah pernah mengutuknya
menjadi kera dan babi, sedangkan Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab
(Yahudi dan Nashrani), niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah kamu
beriman.” (QS. Ali Imran: 100).

Semoga Allah senantiasa menunjukkan kita kepada jalanNya yang lurus, yang telah ditempuh oleh
para pendahulu kita dari generasi salafush-shalih.
‫ل‬ ǜǠ ‫ م‬ǿ‫س‬ ǤƬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫اف ك و‬ ‫و‬ ‫ ال‬Ǡ‫ في ل‬،‫م‬Ǭ ‫يآن ول‬ǰ ‫َ ر‬
ْ ‫ْ ال ا‬
‫لي‬ ‫ذا وأ‬Ǩ ‫ أا ي‬. ‫يقول ْ ولم‬ǰ Ƹْ ‫الذك يو‬ َ‫اتا‬ȉ ‫ ك م‬Ǹ ‫ي‬
َ ‫ ْهب ّا م إك‬ǠǨ‫ن ْ ن‬ ǜ ْ‫ا‬ ‫م يال ل ْ ا كب‬
‫مو‬
‫ل‬ǰ.
Khutbah Kedua

‫مل ل‬ ،‫سْ ل أع نا‬Ơ‫نا وم ات‬ ‫الب‬ Ǵ ‫هل‬ ‫إن‬


‫ ه و ن ا ف‬Ȑ‫م‬ǔ‫ل ه ِد من‬
‫َك‬
Ǹ‫ا‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ن‬ LjǨ ‫يور‬
‫ن ش‬
‫م‬
َǨǤ َ Ƭ
ƬLj َ‫ ون‬،ُ‫ي‬Ǡ‫وذ‬
‫ه و‬
‫ُد ل‬
‫إل أن‬Ǡ‫ ل‬Ljْ َ‫ن ون ن ن‬ǸƸ
Ƹ‫د‬
‫ال‬Ǹ ‫ك‬
‫ع‬Ǵ ‫ى‬ ‫ل‬Ǵ ‫ا‬. ‫ه‬ ‫هم‬ ‫و‬ ‫أن‬ ‫ل‬ ‫ش يك‬ ‫إ ا‬ ‫ أشه‬ǿ ‫ا‬Ǵ
َ‫ ن‬Ʀْ‫نا و س‬Ǵ ‫م صل‬ ‫م رسول‬ǸƸ‫د ا ع‬Ʀ‫ُد‬ ‫َ ه وأشهد‬ ‫ه ل ل ود د ُ ل‬ ‫ د ف‬. ‫ ه‬Ȑ‫ ُ دي‬ǔ‫ل‬
ِ ‫ه‬ ‫ه‬
‫أما ب‬Ǡ‫د‬žْ ‫الد ك م ى كإل ن‬ ‫ع ا وأ ومن ت م إب‬Ǵ‫ وسْ ا ع ى آل‬Ǵ ‫نا م‬ǸƸ‫نِ د‬ ‫و‬
َ ، ‫َو‬ Lj‫ ان‬ǠƦ ‫ه‬ ‫ ص‬Ƹ‫ب‬ ‫ص و‬Ǵ ‫ى ل‬Ǵ ‫م ه‬ ‫رسول‬
‫ دعة وكلب‬Ƹ‫ وكلم دثَة‬،‫ ها‬Ƹ‫ال ع المور دثَات‬Ǵْ‫ه وس‬Ǵ‫ وشي‬،‫ صل م‬ǸƸ‫ د‬ǿ‫ال و ْخي الهدي دي‬
‫م‬ ‫م‬
‫أص‬ ‫ك‬Ƭ‫ ال اب‬Ƹ
‫فإ دق دكث‬
‫دعة ض‬Ȑ‫ب‬.‫لة‬
Dalam khutbah kedua ini, setelah kita menyadari realitas yang ada, marilah kita sering-sering
beristighfar kepada Allah, karena tidak ada obat penyembuh dari kesalahan dan kedurhakaan yang
telah kita lakukan kecuali hanya dengan mengakui segala dosa kita lalu beristighfar memohon ampun
kepada Allah dan untuk tidak mengulanginya kembali sambil beramal shalih menjalankan ketaatan
unukNya, sebagaimana yang dikatakan Nabi Hud Alaihissalam kepada kaumnya:
“Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52).
Pada penutup khutbah ini, marilah kita memunajatkan do’a kepada Allah sebagai bukti bahwasanya
kita ini fakir di hadapan Allah Subhannahu wa Ta'ala .
‫ه‬ ‫ع ص‬ Ǵْ
‫ل‬Ǵ .‫أج ا‬Ǡ Ǹ ْ‫ وأص ن‬Ƹ ‫ع ه اب‬Ǵ‫ى آلو وس‬Ǵ ‫م‬Ǵ ‫م ه ى ال‬ǸƸ‫وال ال د‬Ȑǐ‫ة وال‬ȐLj‫م ع‬Ǵ‫ل ى رسول‬ Ǵ ‫ل ه‬ǸƸ‫ا د‬
‫ال‬ ‫ال رب‬
‫هم‬
‫ال وات‬ ‫ل‬ Ǹ Ǹْ Ǹ Ǹْ ‫ن‬ Ǡ ‫ؤ ن‬
‫ب َا مْ دع‬ƴ‫والمو منهم‬، ‫ال ْداء وال ك ات‬ǸǴLjǸ ‫ ات وا‬Ǵ Lj ‫ ؤمنات وال‬ǸǴ‫ م ْن نا ولل اغ‬Ǩ
‫ة إل ا ك‬ ‫ن‬ ‫ي‬
‫ج‬ ‫ِئ‬‫ا‬ ‫من‬ ‫ ه ل إل ق ل‬Ƭ ‫و‬ ‫ن ن‬Ʀ ‫ا إ‬Ǩ ‫ل ت ي ل‬ ‫ا‬
َ‫ ا أرد م ق‬ǔْƬ‫الدنْا وا ه‬ȉ‫خ ي‬ ‫ه ول دو‬Ǹǿ ‫ا إ فيج‬Ƭ ‫ و دكنا‬ǔْ ‫ه ل‬ ‫ت دع ل غ ا ذ‬ ‫ل‬Ǵ‫هم‬
‫داجة‬
‫ي‬Ǹْ‫ال ن‬
‫ اد‬.
‫در‬ ‫ نا غ‬Ȑ‫ل ت في ق ل‬ ‫نَا با‬ ‫ر نا للخ نا اغ انِنا ا ّل ن‬
ّ‫رب‬. ‫نا آ ِتنا في الدنْاْم‬ ‫ ءامن و ا ربّنا َّإن رءوف‬Ǵ‫ذكن‬ Ǵ‫ ْ و ب‬Ǡ ƴ‫و الك ل‬Ǹ‫س ن‬ǬƦ‫ذك و‬ ّ ‫و و‬ȉ‫خود‬LjǨ‫ينب‬
‫في ا نة و ن ا ة النار‬ ‫ة‬
ǸƸ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫وس‬ ‫د‬ ‫ي‬Lj ‫ب‬ ‫عذ‬ ‫ا‬ ‫ق‬
‫د وال ل رب‬ ǐ‫ وس‬Ȑ ‫م‬Ǵ Ǹ ‫ال ي‬Ǡ ‫زة‬Ǹ ‫ان‬ ‫ص‬Ǵ‫ى ال ع‬Ǵْ ‫ه‬Ǵ‫ س‬،‫م‬ƸƦ ‫وص‬Ǵ‫ى ال ع‬Ǵ َ‫ى ن‬Ʀْ‫نا م‬ǸƸ‫د‬
‫َ ك‬Ǩ ،‫ س ى ال ع ون‬Ǵ ْ‫ن‬ ‫رب ر َّب‬
Ǹ .
ْ‫ن‬ Ǡ‫ا‬
‫ل ال‬
MENGUKIR PRESTASI DIHADAPAN ILAHI

Oleh : Yayan Mulyana


(Masjid Agung Nurul Falah, 27 Januari 2012)

‫ل‬ ‫نا‬،
‫َه‬ Ơ‫ات‬
ْ‫س‬ ‫الب ش ن‬ ‫ ن‬Ǵ‫ هل‬Ƹ‫إند‬
‫ ه ومن ك ِد ال أف‬Ȑ‫م‬ǔ‫ل من‬ ‫ أع‬Ǹ‫نا ومن ال‬ ‫يور مل‬ ‫ودد‬ Ǩَ ǤƬLj َ‫ ْي ون‬Ǡ‫ َوذ‬ǠƬLjَْ‫نه ون‬ǸƸ‫ال ُد ون‬Ǹ
‫ن‬LjǨ ‫ُ ل شيك‬ ‫ل إل أن‬ ‫ل‬
‫ع‬ Ǹ‫ك أ ه أن دا‬
‫و‬ ‫إل ا‬ ‫ و شه‬ǴǴ ǔ‫ ف‬Ȑ
‫ه‬Ʀ‫ُد رسو ُل‬ ‫م‬Ƹ ‫َْ ه و ش د‬ ‫ه ل‬ ‫ أ د‬.‫ُ ه‬ ‫ه‬ǿ ‫ادي‬
ِ ِ ‫له‬
‫م‬ ǿ
‫ا‬Ǭ‫ام ة َو‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫إ‬ ُ ‫ا‬ ‫د‬ Ʀ‫ع آ ومن ع‬Ǵ‫م وى‬ǸƸ‫ع د‬Ǵ ‫و ارك ى‬
‫زودوا فإن‬ Ƭ ‫ل‬ ْ َ‫ ن‬Ʀَْ َ‫ ب و س‬Ǵ ‫م صل ال‬Ǵ‫هم‬
،‫ال‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫أ‬... ‫لأ‬
‫ زاد ال‬ǬƬ‫وى‬
ǸǴ‫خي نْ ال‬
ْ ‫و‬
‫ ت‬Ǭ،‫ال ون‬
Ǹ
‫ال‬Ǹ ‫منون‬ ‫ؤ‬ ‫فاز‬ ‫ف‬Ǭ‫د‬ Ƭ ‫إ ّك‬
Ǭ ‫و اي و‬ ْǰ‫م ص‬
‫و‬
‫ا‬ ‫رشدكم‬
‫ ال‬LjǸ ‫م‬Ǡ‫اش ي‬
Ma’asyiral muslimin arsyadakumullah ...

Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala yang telah
memberikan taufiq serta hidayahNya, sehingga kita masih dalam keadaan Iman dan Islam...

Selanjutnya, dari atas mimbar Jum’ah ini, saya wasiatkan kepada diri saya berikut jama’ah sekalian,
Marilah,- dari sisa-sisa waktu yang Allah berikan ini, kita gunakan untuk selalu mening-katkan
ketaqwaan kita kepada Allah, yaitu dengan selalu memper-hatikan syariat Allah, kita aplikasikan
dalam setiap derap langkah hidup kita hingga akhir hayat. Baik berhubungan dengan hal-hal yang
wajib, sunnah, haram, makruh, maupun yang mubah. Karena, dengan ukuran inilah prestasi seorang
manusia dinilai dihadapan Allah. Suatu ketika Umar Ibnul Khaththab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab
tentang gambaran taqwa itu. Lalu ia menjawab dengan nada bertanya: “Bagaimana jika engkau
melewati jalan yang penuh onak dan duri?” Jawab Umar. “Tentu aku bersiap-siap dan hati-hati” Itulah
taqwa, kata Ubay bin Ka’ab

Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah


Telah dimaklumi bahwa, manusia pada mulanya berasal dari dua orang sejoli, Nabiyullah Adam dan
ibunda Hawa. Daripadanya berkembang menjadi banyak bangsa bahkan suku. Semua manusia
dinegara manapun dinisbatkan kepada beliau berdua. Dalam hal ini Allah berfirman di dalam Al-
Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13, artinya:“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Disebutkan dalam ayat ini bahwa kedudukan manusia dihadapan Allah adalah sama, tidak ada
perbedaan. Adapun yang membedakan di antara mereka adalah dalam urusan diin (agama), yaitu
seberapa ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya.
Al-Hafifzh Ibnu Katsir menambahkan: “Mereka berbeda di sisi Allah adalah karena taqwanya, bukan
karena jumlahnya”
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

“Tidaklah seseorang mempunyai keutamaan atas orang lain, kecuali karena diinnya atau amal shalih.”

Ma’asyiral muslimin jama’ah Jum’ah rahimakumullah ...


Saat ini, kehidupan manusia telah berkembang dengan pesat dalam segala aspeknya. Dari segi jumlah
mencapai milyaran, dari sisi penyebaran, ratusan bangsa bahkan ribuan suku yang masing-masing
mengembangkan diri sesuai potensi yang bisa dikem-bangkan. Darinya pula muncul beragam bahasa,
adat istiadat, budaya dan lain-lain, termasuk teknologi yang mereka temukan. Namun, kalau kita
renungkan semua itu adalah untuk jasmani kita (saja) agar hidup kita dalam keadaan sehat, tercukupi
kebutuhan materi, tidak saling mengganggu, aman tentram dalam mengemban persoalan kehidupan.
Inilah tuntutan “kasat mata” hidup seorang manusia.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah ...


Tak pelak dari perkembangan tersebut menimbulkan rasa gembira, puas, bangga, bahkan lebih dari itu,
yakni sombong. Sebagai contoh, negara yang maju, kuat merasa lebih baik dan harus diikuti (baca:
ditakuti) oleh negara yang lain. Orang kaya merasa lebih baik dari yang miskin, orang yang
mempunyai jabatan dan kedudukan (tertentu yang lebih tinggi) merasa lebih baik dan pantas untuk
diikuti oleh yang lain dalam segala tuntutannya. Bahkan kadang-kadang, orang yang ditakdirkan Allah
mempunyai “kelebihan” dari orang yang ditakdirkan “kekurangan” itu menyu-ruh (memaksa)-nya untuk
mengerjakan hal-hal yang menyalahi ajaran agama Allah.

Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Jum’ah rahikumullah ...


Begitulah kecenderungan manusia dalam memenuhi hasrat hidupnya, kadang (atau bahkan sering)
tidak mempedulikan perintah atau larangan Allah. Padahal dari aturan agama inilah manusia diuji oleh
Allah-menjadi hamba yang taat atau maksiat. Itulah parameter yang pada saatnya nanti akan dimintai
pertanggung-jawabannya.

Tetapi sekali lagi, karena tipisnya ikatan manusia dengan syariat Allah, manusia banyak yang tidak
menghiraukan halal atau haram, karena memang manusia “tidak punyak hak” untuk menghalalkan atau
mengharamkan sesuatu, kecuali kembali kepada syariat agama Allah. Karena minimnya ilmu syar’i
itulah yang menyebabkan banyak manusia terjerembab ke lembah kedurhakaan dan jatuh ke lumpur
dosa. Bahkan tidak menutup kemungkinan, para pelakunya tidak merasa berbuat dosa, atau malah
bangga dengan “amal dosa” itu, na’udzubillah.
Renungkanlah syair seorang tabi’in Abdullah Ibnul Mubarak:

“Aku lihat perbuatan dosa itu mematikan hati, membiasakannya akan mendatangkan kehinaan. Sedang
meninggalkan dosa itu menghidupkan hati, dan baik bagi diri(mu) bila meninggalkannya”

Prestasi manakah yang akan kita ukir? Prestasi barrun, taqiyyun, karimun (baik, taqwa, mulia!)
Ataukah prestasi fajirun, syaqiyun, Dzalilun (ahli maksiat, celaka, hina) Dalam hal mana? Yaitu sejauh
mana kita menyikapi ajaran Allah dan RasulNya. Perhatikanlah wasiat Imam Al-Hasan Al-Bashri
berkata:

“Wahai manusia, ketahuilah bahwasanya engkau adalah (kumpulan) hari-hari, setiap ada sehari yang
berlalu, maka hilanglah sebagian dari dirimu.”

Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah ..

 Sudah berapa umur kita yang berlalu begitu saja ..


 Sudah berapa amal taat yang telah kita kumpulkan sebagai investasi di sisi Allah ..
 Sudah berapa pula, amal maksiat yang telah kita lakukan yang menyebabkan kita (nantinya)
terseret kedalam Neraka ..

Marilah, segera bertobat untuk ‘mengukir” dengan amal taat terhadap Allah dan Rasulnya.
Umat Islam (termasuk saya dan jama’ah sekalian) telah diberi hidayah berupa Al-Qur’an (dan As-
Sunnah). Selanjutnya tinggal bagaimana umat Islam menerjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah kita termasuk zhalimun linafsih, muqtashid, atau saabiqun bil khairat bi idznillah.
Dalam tafsirnya, Al-Hafizh Ibnu Katsir memberikan pengertiannya masing-masing sebagai berikut:

 Zhalimun linafsihi: Orang yang enggan mengerjakan kewajiban (syariat) tetapi banyak
melanggar apa yang Allah haramkan (yang dilarang)
 Muqtashid: Orang yang menunaikan kewajiban, meninggalkan yang diharamkan, kadang
meninggalkan yang sunnah dan mengerjakan yang makruh.
 Sabiqun bil khairat: Orang yang mengerjakan kewajiban dan yang sunnah, serta meninggalkan
yang haram dan makruh, bahkan meninggalkan sebagian yang mubah (karena wara’nya)

Tak seorang pun di antara kita yang bercita-cita untuk mendekam dalam penjara. Apalagi penjara
Allah yang berupa siksa api Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan bebatuan. Tetapi semua itu
terpulang kepada kita masing-masing. Kalau kita tidak mempedulikan syari’at Allah, tidak mustahil kita
akan mendekam di dalamnya. Na’udzu billah.
Itulah ujian Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasul SAW.
‫‪“(Jalan) menuju Jannah itu penuh dengan sesuatu yang tidak disukai manusia, dan (jalan) Neraka itu‬‬
‫”‪dilingkupi sesuatu yang disukai oleh syahwat‬‬
‫‪Semoga Allah mengumpulkan kita dalam umatNya yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke‬‬
‫‪dalam jurang kemaksiatan. Amin‬‬

‫م‪ .‬الذك يْ‪ǰƸ‬ال‬ ‫ك‪ȉ‬ا‬ ‫ب‬ ‫ِ‬


‫ْ‪ Ǹ‬ن‬ ‫مو يال ل َ ر ‪ ǰ‬يآن‪ Ǭ‬ل م‪ǜǠْ،‬الو َ ي ك و‬ ‫ب‬
‫و َات‬ ‫ا فه م‬ ‫ن ن‪ ْ ǠǨ‬ا م ّ‬ ‫ل ْ ا ك في ا‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬ ‫إك‬

‫الإل ب ول قوة‬ ‫ال‪،‬‬ ‫‪ǸƸ‬ى سل‬


‫‪Ȑ‬ة ل ‪ Ȑ‬ال‬ ‫ول ال‪Ǵ‬م‬
‫و د‬
‫ل ول‬ ‫ع‪ Lj‬وا ‪ ǐ‬ه و ‪Ǵ‬‬ ‫د ر‬
‫ل‬ ‫ل إل أن‬
‫م‬ ‫ُ‬ ‫و‬ ‫ل ش يك أن‬ ‫ه وأ ه إ ا‬ ‫ه‬
‫د رسول‪Ʀ‬دا ع‪ِ ǸƸ‬ه‪.‬‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ش د ه ل ل ود د ُ‬ ‫وأش د‬
‫ه‬
‫‪ǿ‬‬
‫?امة َم‪Ǭ608‬ا‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫د‬ ‫د‪ǸƸ‬م ى آل‪Ǵ‬ع‬ ‫و ارك ى‬ ‫هم‪Ǵ‬ال‬
‫ْ ل‬ ‫ومن ع‪Ʀ‬‬ ‫و‬ ‫م ‪ Ǵ‬ب و سَ َْ‪ Ʀ‬نَ ‪Ǵ‬ع‬ ‫صل‬
‫ؤ من ون ف از‪Ǹ‬الون‪ǬƬǸ‬ال‬ ‫د‪Ǭ‬ف‬ ‫ال‪،‬‬ ‫ى‬ ‫ب‬
‫إ ّك ‪Ƭ‬‬ ‫و‬ ‫‪...‬أ‬
‫ا ي‪Ǡ‬ن مْ‪ ǸǴ Ǹ‬كم اى آل‪ Ǵ‬م ص‪ ْǰ‬و اي و ‪Ǭ‬‬
‫ل‬ ‫ش ال ‪ Lj‬أ رشد‬

‫اد‪ǸƸ‬ى م‪Ǵ‬هم صل ع‪Ǵ‬وع ل د‪ǸƸ‬م ا ‪ Ǹ‬م كْ‪ǿ‬ى إب يا‪Ǵ‬ع وعى آل‪ ƴْ Ǵ‬م‪َ ّ ،‬إنْ‪ǿ‬د إبياْ‪ Ǹ‬د َْ‪ƴ‬د ‪.‬وب مارك د‪ǸƸ‬ى م‪Ǵ‬ع‬
‫‪.‬د‬ ‫تْ ‪Ǵ‬ص‬ ‫ر اب‬ ‫ى آل‪Ǵ‬‬
‫ا‬ ‫َ‬ ‫آل‪Ǵ‬‬ ‫ى‬‫ْ‪ǿ‬ى يا‪Ǵ‬وع ع‬
‫د‬ ‫م‬‫ْ‪Ǹ‬‬ ‫إبي‬ ‫د‬ ‫ْ‪ǿ‬‬ ‫إن‬‫م‪ّ ،‬‬ ‫إب‬ ‫د‪ǸƸ‬م ‪Ǹ‬ك ُ م ت َاَ‬ ‫وع‬
‫ل‬
‫ء ن ون‬ ‫ب‬
‫ا ِتنا وتَوفنا مع‪ ْƠ‬يعنا س ‪Ǩ‬ال يار ‪.‬ربّنا و ا ِت ا ُ ا وك‬
‫رب نا منا ًد‪ّǠǸ‬نآإنّنا س ك كنادي ِل ان‪Ǹ‬لك أن ءامنوا ب ميب‪ ǰ‬ي‪Ǩ‬امنا ّربنا فاغ ‪Ơ‬ف ب نا ذن‬
‫ا ‪ ǸْǠ ǴƼ‬ل‬
‫اد‪.‬ا‬ ‫ع دتماوَ‪Ǵ‬يس‪ɇǴ‬زنَا ك ولت ن ا ْع‪ Ƽ‬ام ة َو مْ‪Ǭ‬فلت َّ‬
‫إن ل‬
‫ن و َ‪Lj‬ر ّ ات ا في الد ْا لخ ي ا ن ق ا ‪ Lj‬ة النار‪.‬‬
‫ادنَا‪ ،‬ل‬ ‫نا ال‪Ƭ‬إل ي‬ ‫م ‪ .‬ع ةذ ابَهفَ بنآ ء ِن ن د ن ذ ا ة و نا عذ ب ي د إمام‬
‫‪.‬ا‬ ‫يف‪ƬǸǴ‬‬ ‫ب ربّن ا اص‪ Ǵ‬ن‬ ‫غيا ا أزواجنا ا ك ان إن جهنم ع ا ع‬
‫‪ǿ‬أ ْعن وذر ّكاتِنا قية نا من ل ّن ا ‪ Ǡ‬واج ْ ‪ Ǭ‬انَا ال‪Ƭ‬ي اشنا‪ ،‬نا آخل‬ ‫ل‬ ‫نا‬
‫ب رب‬
‫ج‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ْ ‪ Ǡ‬ها‬ ‫ي ة‪ Ǹǐ‬ع ينَا‪ ،‬أ ل نا دن‬ ‫اه ‪Ǵ‬ح ل ص ل نا د ننا ا ّل‬
‫ْ ‪Ǡ‬ه ْم ‪Ǡ‬وا‬ ‫يت‬ ‫ْف م ح ‪Ǵ‬و ص‬ ‫ْ‬ ‫و ذ ‪ ǿ‬أم ح ‪Ǵ‬و ص‬ ‫ك‬ ‫م ‪Ǵ‬أ‬
‫ل‬ ‫ل رادة‬ ‫و‬ ‫ز َكادة ال‬ ‫في‬ ‫لنا‬ ‫ي‪،‬‬ ‫ْ‬
‫خ‬ ‫كل‬ ‫اةْ‪Ƹ‬‬
‫د‬ ‫ك‬ ‫من‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫نا‬ ‫‪Ǹ‬ال‬ ‫اج‬ ‫وت‬ ‫‪Ǡ‬‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫في ق ل‪ Ȑ‬نا غ‬ ‫نَا ب ا‬ ‫ل نا اغ ا ِننا ا ّل‬ ‫ر‬
‫ال ذكن‪Ǵ‬ال رءوف ءامن و ا ربّنا إنَّْ‬
‫ر‬ ‫م‪.‬‬ ‫ب‪Ǵ‬‬ ‫و‬ ‫‪ْ Ǡƴ‬‬ ‫الك‬ ‫ولت‬ ‫ل‬‫‪Ǹ‬‬ ‫ن‬ ‫‪ǬƦ‬س‬ ‫ن‬ ‫ذك‬ ‫و‬ ‫ي ب‪Ǩ‬نا ولخو ّ‬
‫‪Ǹ‬‬
‫‪Ǡ‬ن‪ ْ .‬رب‬ ‫هل ‪Ǵ‬‬ ‫ا ه وأ ه‬
‫ى ‪Ǵ‬ى ال ع‪Ǵ‬ى آلو وص‪ Ǵ‬ب ع ‪ Ƹ‬د ص‪ǸƸ‬ن ‪.‬والْ‪ǠǸ‬أج‬
‫د‪ǸƸ‬م‬
CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

Oleh: Ramaisha Ummu Hafidz


(Masjid Agung Nurul Falah, 10 Agustus 2012)

‫ل‬ ‫ي‬ ‫نا‬، ‫س‬ ِ‫و‬


‫أ‬Ȉ‫ئات‬ ‫أ‬ ‫بال‬ ‫م ور ذ‬ Ǵ‫َهل‬Ǡَ ‫ر إن ت‬
‫ ن ن‬Ljَ Ǩǻ
َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ‫ا وم‬
‫ه و م ن يُض‬Ǵ ‫ل ف‬Ȑ ‫ ا ف‬Ȑ‫مضل‬ ‫ه د من‬ Ǹ‫ال‬ ‫ن ش ر َال ه و ه ت‬ Lj‫غ‬Ǩ ‫ه‬
‫ل‬ ‫و‬ǻLj ȈǠ‫ن و‬ǻ ǻ ‫نح‬Ǹ ‫ د‬Ǹ‫د‬
‫ه‬ ‫ا‬ ‫نأ‬ ‫ش يل‬ ‫ن ل إلأ‬ ‫ ي‬ǿ‫ل‬
َ ‫د ع‬Ʀ‫ه إل ال و حده ل ر ك شهده وأ ده‬
. ‫م ورس و‬Ǹ ‫وأ‬. ‫اد َ شهده‬
Jamaah Jum’ah rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Azza wajalla, yang telah menganugerakan rasa
cinta dan benci dihati para makhlukNya. Dan hanya Dia pulalah yang berhak mengatur kepada
siapakah kita harus mencintai dan kepada siapa pula kita membenci.

Jama’ah sidang Jum’ah rahimakumullah


Cinta yang paling tinggi dan paling wajib serta yang paling bermanfaat mutlak adalah cinta kepada
Allah Ta’ala semata, diiringi terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Ta’ala saja.
Karena yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong kepadanya dengan penuh rasa
cinta dengan meng-agungkan dan membesarkannya, tunduk dan pasrah secara total serta menghamba
kepadaNya. Allah Ta’ala wajib dicintai karena DzatNya sendiri,sedangkan yang selain Allah Ta’ala
dicintai hanya sebagai konsekuensi dari rasa cinta kepada Allah Ta’ala.

Jamah Jum’ah yang berbahagia.


Dalam Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:

“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak
memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia
mengatakan hadits hasan)

Jamaah Jum’ah yang berbahagia.


Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita
hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci
terhadap segala yang dibenci Allah, ridla kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla kepada yang tidak
diridlai Allah, memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah, mencegah segala yang dicegah
Allah, memberi kepada orang yang Allah cintai untuk memberikan dan tidak memberikan kepada
orang yang Allah tidak suka jika ia diberi.

Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.


Dalam pengertian menurut syariat, dimaksud dengan al-hubbu fillah (mencintai karena Allah) adalah
mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada orang -orang yang beriman dan taat kepada Allah
ta’ala karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan.
Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah (benci karena Allah) adalah mencurahkan
ketidaksukaan dan kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukanNya dan kepada orang-orang
yang keluar dari ketaatan kepadaNya dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan yang
mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, meskipun mereka itu adalah orang-orang yang dekat
hubungan dengan kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling kasih
sayang dengan orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang orang itu bapak-bapak,
anak-anak sauadara-saudara ataupun saudara keluarga mereka.” (Al-Mujadalah: 22)

Jamaah Jum’ah yang berbahagia……


Jadi, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in serta pengikut mereka di seluruh penjuru dunia adalah orang-
orang yang lebih berhak untuk kita cintai (meskipun kita tidak punya hubungan apa-apa dengan
mereka), dari pada orang-orang yang dekat dengan kita seperti tetangga kita, orang tua kita, anak-anak
kita sendiri, saudara-saudara kita, ataupun saudara kita yang lain, apabila mereka itu membenci,
memusuhi dan menentang Allah dan RasulNya dan tidak melakukan ketaatan kepada Allah dan
RasulNya maka kita tidak berhak untuk mencintai melebihi orang-orang yang berjalan di atas al-haq
dan orang yang selalu taat kepada Allah dan rasulNya. Demikian juga kecintaan dan kebencian yang
tidak disyari’atkan adalah yang tidak berpedoman pada kitabullah dan sunnah Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam. Dan hal ini bermacam-macam jenisnya di antaranya adalah: kecintaan dan kebencian
yang dimotifasi oleh harta kekayaan, derajat dan kedudukan, suku bangsa, ketampanan, kefakiran,
kekeluargaan dan lain-lain, tanpa memperdulikan norma-norma agama yang telah digariskan oleh
Allah Ta’ala

Jamaah Jum’ah yang berbahagia ...


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Bahwasannya seorang mukmin wajib dicurahkan kepadanya
kecintaan dan kasih sayang meskipun mendhalimi dan menganggu kamu, dan seorang kafir wajib
dicurahkan kepadanya kebencian dan permusuhan meskipun selalu memberi dan berbuat baik
kepadamu.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ...


Sesuai dengan apa yang di katakan oleh Syakhul Islam Ibnu Taimiyah, marilah kita berlindung kepada
Dzat yang membolak-balikkan hati, supaya hati kita dipatri dengan kecintaan dan kebencian yang
disyariatkan oleh Allah dan RasulNya. Karena kadang orang-orang yang menentang Allah di sekitar
kita lebih baik sikapnya terhadap kita dari pada orang-orang yang beriman kepada Allah, sehingga kita
lupa dan lebih mencintai orang-orang kafir dari pada orang-orang yang beriman. Naudzubilla min
dzalik.

Jama’ah Jum’ah yang berbahagia ...


Dalam pandangan ahlusunnah wal jamaah kadar kecintaan dan kebencian yang harus dicurahkan
terbagi menjadi tiga kelompok:

1. Orang-orang yang dicurahkan kepadanya kasih sayang dan kecintaan secara utuh. Mereka
adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, melaksanakan ajaran Islam dan
tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan yang teguh . Mereka adalah orang-orang yang
mengikhlaskan segala perbuatan dan ucapannya untuk Allah semata. Mereka adalah orang-
orang yang tunduk lagi patuh terhadap perintah-perintah Allah dan RasulNya serta menahan
diri dari segala yng dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Mereka adalah orang-orang yang
mencurahkan kecintaan, kewala’an, kebencian dan permusuhan karena Allah ta’ala serta
mendahulukan perkataan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam atas yang lainnya siapapun
orangnya.
2. Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya.
Mereka adalah orang yang mencampuradukan antara amalan yang baik dengan amalan yang
buruk, maka mereka dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka
sendiri, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan yang ada pada diri mereka.
Dalam hal ini kita harus dapat memilah-milah, seperti muamalah Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam terhadap seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Himar. Saat itu Abdulllah bin
Himar dalam keadaan minum khamr maka dibawalah dia kehadapan Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam, tiba-tiba sorang laki-laki melaknatnya kemudian berkata: “betapa sering dia
didatangkan kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam keadaan mabuk.”
Rasulullah bersabda: “janganlah engkau melaknatnya. Sesungguhnya dia adalah orang yang
cinta kepada Allah dan RasulNya (Shohih Al-Bukhari kitab Al-Hudud). Pada hal jama’ah yang
berbahagia, dalam riwayat Abu Dawud dalam kitab Al-Asyribah juz 4 yang dishahihkan oleh
Al-Bani dalam shahih Al-Jami Ash Shaghir hadits nomer 4967 Rasulullah n melaknat khamr,
orang yang meminumnya, orang yang menjualnya, orang yang memerasnya dan orang yang
minta diperaskan, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan khamr kepadanya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah ... adapun yang ketiga
3. Orang-orang yang dicurahkan kebencian dan permusuhan kepadanya secara utuh.
Mereka adalah orang yang tidak beriman kepada rukun iman dan orang yang mengingkari
rukun Islam baik sebagian atau keseluruhan dengan rasa mantap, orang yang mengingkari
asma’ wa sifat Allah ta’ala, atau orang yang meleburkan diri dengan ahlu bida’ yang sesat dan
menyesatkan, atau orang yang melakukan hal-hal yang membatalkan keIslamannya. Terhadap
orang ini wajib bagi kita untuk membenci secara utuh, karena mereka adalah musuh Allah dan
RasulNya Shalallaahu alaihi wasalam.

Sidang Jumah yang dimuliakan Allah


Ada beberapa faktor yang dapat mengkokohkan kecintaan dijalan Allah, antara lain:

1. Memberitahukan kepada orang yang dicintai bahwa kita mencintai karena Allah ta’ala.
Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiallaahu anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda:

“Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia datangi rumahnya dan
mengkhabarinya bahwa ia mencintainya (seorang teman tadi) kerena Allah Ta’ala.” (HR.Ibnul
Mubarok dalam kitab Az-Zuhdu, hal 712 dengan sanad shohih)

2. Saling memberi hadiah


Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Hurairah Radhiallaahu anhu:

“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam
kitab Adabul Mufrod, hal 120 dan Baihaqi 6/169 dengan sanad hasan)

3. Saling mengunjungi
Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Hurairah .

“Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik tidak terlalu sering dan terlalu jarang,
niscaya akan bertambah sesuatu dengan kecintaan.” (HR.Thabrani dan Baihaqi dengan sanad yang
shahih)

4. Saling menyebarkan salam.

“Tidaklah kalian masuk Surga sehingga kalian beriman, tidakkah kalian beriman sehingga kalian
saling mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian melakukan-nya
akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim 2/35).

5. Meninggalkan dosa-dosa.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

“Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah atau karena Islam kemudian berpisah kecuali
salah satu dari ke duanya telah melakukan dosa.” (HR. Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Adab AlMufrad
hal.84)

6. Meninggalkan perbuatan ghibah (membicarakan sesuatu tentang saudaranya di saat tidak ada, dan
jika saudaranya tersebut mendengarkan dia marah-marah atau tidak suka) Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan (ghibah) sebagian yang
lain,sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentunya kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima tubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)

‫ال‬ Lj‫ي‬Ǹ‫و ِ اِئ‬ ‫وِلي‬ ‫ ِلي‬ǜǠ ‫م‬ ‫ ال الذكي‬ǿ‫ا س‬ȉ‫ك‬Ǥ Ƭ ‫ب‬ ‫قي‬ ǰ ‫أ‬. ‫م‬ ‫َِي‬ ‫اب ن‬
ْ ‫ن‬ǸǴ Lj َ‫ل مو‬ ǰ‫و م ل‬ ْ‫ ْ ال‬، ǰ ‫ال اال‬
‫ ي‬Ǭْ ‫ي و‬ ‫ذاال وأل‬Ǩ ‫َ ير‬ ْ ‫ول‬ Ƹْ ‫و قول‬ ‫ات‬ ‫م‬Ǹ
‫ْفه‬ ‫اك إك‬ َǠǨ‫ن ْ ن‬ ǜǠ ‫م‬ ‫آن ل م ف‬ ْ ‫اك‬
ُ ْ ‫ال ماليد‬ǨǤ ‫ور‬ ‫ه‬ǿ ‫وإن‬ ‫فاس‬. ‫ْب‬
ǨǤƬ ‫ذن‬،‫ي ُو‬ ‫من كل‬
Khutbah kedua

‫ل‬ ‫نا‬،
ْ‫س‬Ơ‫َ الب ش ن نا وم ات‬ǨǤ َ Ƭ َ ‫ ه‬Ƹ ‫ ن‬Ǵ‫ هل‬Ƹ‫إن د‬
‫ ن أن‬LjǨ ‫يور م‬
‫ف‬ ‫َه‬
‫ ك ه ِد ال ومن ه‬Ȑ‫م‬ǔ‫ل منال‬Ǵْ ‫ أع و‬Ǹ‫ال‬ Ƭ Lj ْ
‫ ش يك‬Ǡ Ljْ‫ون‬
َ‫ون‬ ‫ي‬ Ǡ‫وذ‬ ǿ ‫ال ا ُد‬Ǹ
‫هن إ ا‬Ǹ ‫ون‬
‫وس‬Ǵ‫ص‬. ‫م‬Ǵ‫ه رسول ى ع‬ ‫أ ه‬
‫و شه‬
‫ أ د ل ف‬. ‫َ ل إل أن ه‬ ‫ل ل ود د ُ ل‬ ‫ل‬ Ǵ
Ȑ‫ ُ دي‬ǔ‫ل ك‬
‫ع‬Ʀ‫ ُد‬Ǹ‫دا م‬Ƹ ‫أن ه و ش د‬
‫ك‬ư‫ ا‬Ǵ ْ ‫ت‬
ْ ‫ي‬. LjǸ‫ا‬
Jama’ah Jum’at yang berbahagia ...
Kewajiban saling mencintai dijalan Allah bukanlah suatu perintah yang tidak membawa hasil apa-apa.
Tetapi Allah memerintahkan sesuatu itu pasti ada buahnya dan hasilnya. Buah dan hasil dari saling
mencintai di jalan Allah di antaranya adalah:

1. Mendapatkan kecintaan Allah.


2. Mendapatkan Kemuliaan dari Allah.
3. Mendapatkan naungan Arsy Allah di hari kiamat, pada saat tidak ada naungan kecuali naungan
Allah.
4. Merasakan manisnya iman.
5. Meraih kesempurnaan iman.
6. Masuk Surga

Jama’ah Jum’ah yang berbahagia


Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang tunduk patuh hanya kepada Allah. Semoga
kecintaan dan kebencian kita selalu sesuai dengan apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan
RasulNya n. Apalagi yang kita harapkan kecuali mendapatkan kecintaan dari Allah, mendapatkan
kemuliaan dari Allah, mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari tidak ada naungan kecuali
naunganNya, meraih manisnya Iman, mendapatkan kesempurnaan iman dan masuk ke dalam
SurgaNya yang tinggi. Semoga Allah selalu memberkahi dan merahmati kita. Amiin.

‫هع‬Ǵ‫ى آل‬ ‫ا‬. ‫ا‬


‫ل‬ Lj ‫ات‬ Ǹ ‫ص‬ ‫ء‬ ‫نْ و‬ ‫َك أ ّكهاَ ال‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫إن‬
‫و‬Ǵ‫هم صل ع‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ‫ د‬Ǵ ْǸ ‫ وس‬Ǵ ‫و امنو ا‬Ǵ‫ ا ع‬Ǵ ‫ه ذك‬ ‫ وم‬Ȑ ‫ِئ‬Ƭǰ‫ه ُك‬Ǵǐ‫ون ع‬Ǵ‫ الن‬Ʀ‫ي‬،
‫ء‬ ‫َّ م‬
‫ع ش ي‬Ǵ ‫إن منه‬ ، ‫ى كل والموات‬ ‫د‬
‫ال‬
Ǹ Ǹ‫ا ل‬Ǹ Ǹْ‫ ل ت‬Ǹ‫ ؤ‬ǸǴ‫ؤ ن‬
‫وا‬ ‫اغ ل‬Ǩ‫ل ي‬Ǵ ‫ ه‬Ǡ ‫نو‬
‫ا‬. ‫ أج م‬Ǹ ْ‫ ص‬Ʀ Ƹَ‫ه‬
ْ ‫ وال غ ْاء‬ǴLj ‫ ت وا‬Ǵ Lj ‫ن منا‬ ‫م ْن‬
‫نا اغ‬ . ْ ‫در‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫كن‬ ‫نا‬ Ȑ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ق‬Ǵ‫و‬ ‫في‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ا و ال‬ ‫ب‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫د ي ب نال لخ نا اغ ا ِننا ا ّل ن‬ ‫ق‬
َّ
ّ Ǩ‫ ءام و رءوف ربّ ا إن يم رب‬Ǵ ‫ذ‬ ْ Ǡ ƴ ‫ ك‬Ǹ‫س ن‬ǬƦ ‫و ذك‬ ّ ‫ و و‬Ǩ ‫ر‬. ‫ل يك‬
‫َب‬ ‫ل‬ ‫ا د‬Lj‫نة وفي ا‬ȉ‫خ‬
‫س‬. ‫النار‬ َ‫ر‬
‫رب‬ƸƦ‫ان ية د‬Lj‫نة وقنا عذ اب‬ ّ
‫ ا آتِن ا ي الد َ ص‬Ǥ‫ر ّْ ك‬. ‫ ر‬Ǹ ‫ا د‬
‫ف ا ْنا‬
‫ د‬Ǹ ‫ون و‬
‫ه ا رب كن ا و ر ا ا بان ن‬Ǹ‫ا ال ا ل‬
‫ع‬
‫ ال رب نال‬Ǵ‫والل‬ǸƸ
‫ه‬ ǐ‫ وس‬Ȑ ‫م‬Ǵ Ǹ ‫ال ْ ي‬Ǡ ‫زة‬Ǹ‫ك‬
Ǹْ Ǡ ‫َ د‬Ǩ ،‫ س ى ال ا ع ون‬Ǵ ‫ن‬
‫ت‬ Ǡ‫ ل‬ǜǠ ‫ك‬ Ʀ ‫ن‬ǰ‫ ل ل ي‬njƸǨ‫َ و ذ الَ آء‬ Ǭ‫يب‬ ‫آئ‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ إن‬،‫ال ال‬
‫ذكي ون‬. ǰǴ ‫َ م‬ǰ ‫م وال‬Ǥ ‫وا ي‬Ǹ ‫نهى عنى ك ي‬ ‫ والد ك‬Lj ‫ع ان‬Ʀ‫اد‬
‫وإك‬Ƭ ‫ل‬ Ǡ‫دل‬ ‫َأميك م‬
‫أك ال‬ ‫ك‬ ‫ل‬‫اسأ‬ ‫ك‬ ‫فاذ‬
Ʀ.‫ُ ذكيول ي‬ǰǘǠ‫ف م‬Ǵ ǔ‫كيوا ال ال َذكيك م و و ُ من ه‬ǜǠْ‫م‬
MUHASABAH DI BULAN MUHARAM

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Agung Nurul Falah, 16 Nopember 2012)

‫ل‬ ‫نا‬،
‫ َه‬Ȑ ْ‫س‬Ơ‫أ ات‬ ‫َوذ ب الش‬Ǡ ‫ ن‬Ǵ‫ هل‬Ƹ‫إن د‬
‫أن ِدمال ف‬Ǹ
‫م ه ك‬ǔ‫من ا‬
Ʀ ‫ل‬ ‫أع‬Ǹ‫ناشيكومنإل اْن ال‬LjǨ‫يورل مود ُند ل‬ Ǥ
‫َ ون‬Ǩ Ƭ Ljْ‫ َي‬ǠƬLjَْ‫نه ون‬ǸǿƸ‫ون‬ ‫ُ ُد‬Ǵ‫ال‬Ǹ
‫وأشهد ف‬. ‫ ل إل أن له‬Ȑ ‫ د‬ǔ ‫ل ك‬
ُ ‫ي‬ ‫ا‬
Ƹ‫وص د ع‬. ‫ ُد ورسوله‬Ǵ‫ه ل ى ال‬ َْ ‫ه وأشهد‬
ِ ‫ومن‬
‫وص‬ ‫ه‬ ‫ع‬
ْ‫ إل ى م الدك‬Lj‫ ان‬ǿ‫دا ِبإ‬ ُ ‫ومن ت‬ƦƸ ‫ع ه‬Ǵ ‫و ى‬Ǵْ‫ه وس‬Ǵ‫م‬
‫ن‬ ‫ك‬ Ʀ‫ع‬ ‫آل‬
Sidang Jum’ah yang berbahagia. َ‫و‬
Setelah kita bersyukur kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan bershalawat kepada nabi kita
Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam. Kita berharap dan memohon semoga Allah Subhannahu wa
Ta'ala, meridhoi dan menerima amalan yang kita lakukan sebagai amalan ibadah yang diterima serta
kita memohon pula untuk senantiasa dijadikan pengikut Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang
setia hingga akhir hayat serta kita tidak kembali keharibaanNya kecuali dalam keadaan berserah diri
kepadaNya, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita di dalam surat Ali Imran ayat 102:
Artinya: “Dan janganlah kamu mati, kecuali dalam keadaan beragam Islam.” (QS. Ali Imran 102)
Sidang Jum’at yang berbahagia

Perputaran waktu terus bergulir seiring dengan perputaran matahari. Dari hari ke hari, minggu ke
minggu dan bulan ke bulan, tanpa terasa kita sampai pada suatu putaran bulan Muharam yang
merupakan permulaan dari putaran bulan dalam kalender hijriyah. Banyak dari saudara kita yang
menjadikan bulan Muharram ini sebagai momentum, sehingga memperingatinya merupakan suatu hal
yang menjadi keharusan bahkan terkadang sampai keluar dari syari’at Islam. Padahah Rasul
Shalallaahu alaihi wasalam dan para sahabatnya serta ulama pendahulu umat tidak pernah melakukan
hal tersebut.

Sidang Jum’at yang berbahagia


Mestinya kita banyak bertafakur untuk bermuhasabah atas bertambahnya umur ini, karena
sesungguhnya dengan bertambah-nya umur berarti hakekatnya berkurang kesempatan untuk hidup di
dunia ini. Allah menciptakan kita hidup di muka bumi ini bukan untuk sia-sia. Tanpa tujuan yang jelas.
Sebagaimana kita tahu bersama bahwa Allah menciptakan makhluk bernama manusia tiada lain hanya
untuk beribadah kepadaNya. Allah berfirman di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu
(beribadah kepadaKu).”
Sidang Jum’at yang berbahagia ..

Hidup di dunia ini sementara bukan kehidupan yang abadi atau kekal, dan dunia ini hanya merupakan
persinggahan, yang tujuannya adalah kehidupan yang kekal abadi yaitu kehidupan akhirat. Berkenaan
dengan ini Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
Artinya: “Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Al-A’la: 17).
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia dengan segala gemerlapan dan keindahannya tidak
berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kebaikan dan kekekalan kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Sidang Jum’at yang berbahagia


Maka seorang yang beriman kepada Allah, dia harus lebih memanfaatkan kehidupan dunia ini dengan
sebaik-baiknya untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi tersebut. Dan menjadikan dunia ini
sebagai sarana menuju kehidupan akhirat yang lebih baik. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman
dalam surat Al-Hasyr:
Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertaqwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hasyr: 18).
Sidang Jum’at yang berbahagia ..
Lalu bekal apa yang akan kita bawa menuju kehidupan yang penuh dengan kebaikan tersebut? Dengan
hartakah? Pangkatkah yang kita banggakan? Atau keturunankah? Saya keturunan raja, bangsawan atau
kyai. Ternyata bukan itu semua, sebab Allah Maha Kaya, Maha Berkuasa dan Maha Suci tidak
memandang yang lain dari hambaNya kecuali taqwa hambaNya. Sebagaimana Allah ingatkan dalam
firmanNya:
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu”.

Sidang Jum’at yang berbahagia


Jelas bagi kita bahwa bekal yang harus kita persiapkan tiada lain hanyalah taqwa, karena taqwa adalah
sebaik-baik bekal dan persiapan. Allah berfirman dan mengingatkan kita semua dalam surat Al-
Baqarah:
Artinya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepadaKu
hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al. Baqarah: 197).
Sering kita mendengar kata takwa dari ustadz, mubaligh dan para penceramah, namun bagi
kebanyakan kita antara perbuatan dengan apa yang didengar tentang takwa jauh dari semestinya.
Mengapa demikian? Di antara sebabnya mereka belum tahu hakekat takwa, tingkatan dan buah dari
takwa tersebut. Sehingga hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri tanpa adanya perhatian
penuh terhadap pentingnya bertakwa yang merupakan sebaik-baik bekal bagi kehidupan dunia ini
terlebih kehidupan akhirat nanti.

Sidang Jum’at yang berbahagia ...


Ar-Rafi’i menyatakan dalam Al-Mishbahul Munir Fi Gharibisy Syahril Kabir, “Waqahullahu Su’a”
artinya Allah menjaga dari kejahatan. Dan kata Al-Wiqa’ yaitu segala sesuatu yang digunakan sebagai
pelindung. Itulah arti takwa secara bahasa. Sedangkan takwa menurut syariat para ulama berbeda
pendapat, namun semuanya bermuara pada satu pengertian, yaitu seorang hamba melindungi dirinya
dari kemurkaan Allah, dan juga siksaNya. Hal itu dilakukan dengan melaksanakan yang diperintahkan
dan menjauhi apa yang dilarangNya. Ibnu Qayyim menyatakan, hakikat takwa adalah mentaati Allah
atas dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan ataupun perkara yang dilarang.
Maka dia melakukan perintah itu karena imannya terhadap apa yang diperintahkanNya disertai dengan
pembenaran terhadap janjiNya, dengan imannya itu pula ia meninggalkan yang dilarangNya dan takut
terhadap ancamanNya.

Sidang Jum’at yang berbahagia.


At-Takwa dalam Al-Qur’an mencakup tiga makna yaitu: pertama: takut kepada Allah dan pengakuan
superioritas Allah. Hal itu seperti firmanNya:
Artinya: “Dan hanya kepadaKulah kamu harus bertakwa.” (Al-Baqarah: 41).
Kedua: Bermakna taat dan beribadah, sebagaimana firmanNya:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya
takwa”. (Ali Imran: 102).
Ibnu Abas Radhiallaahu anhu berkata, “Taatlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaatan.”
Mujahid berkata, “Takwa kepada Allah artinya, Allah harus ditaati dan pantang dimaksiati, selalu
diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.”
Ketiga, dengan makna pembersihan hati dari noda dan dosa. Maka inilah hakikat takwa dari makna
takwa, selain pertama dan kedua. Allah berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang mentaati Allah dan
rasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya maka mereka itulah orang yang beruntung”.
(An-Nur: 52).

Sidang Jum’at yang berbahagia ..


Para mufassir juga berkata, bahwa takwa mempunyai tiga kedudukan:
1. Memelihara dan menjaga dari perbuatan syirik
2. Memelihara dan menjaga dari perbuatan bid’ah
3. Memelihara dan menjaga dari perbuatan maksiat.
Sehingga seorang disebut muttaqin, selalu berusaha sungguh-sungguh berada dalam keadaan taat secara
menyeluruh, baik dalam perkara wajib, nawafil (sunnah), meninggalkan kemaksiatan berupa dosa besar
dan kecil. Serta meninggalkan yang tidak bermanfaat karena khawatir terjerumus ke dalam dosa, itulah
cakupan takwa sebagaimana dimengerti oleh salafush shalih.
Sidang Jum’at yang berbahagia.
Apa yang kita dapatkan bila bertakwa kepada Allah?
Allah Ta’ala menjanjikan kepada kita, akan berada dalam kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Di
antara janji Allah yang merupakan buah dari takwa adalah memberikan jalan keluar dan mendatangkan
rizki. Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (At-Thalaq: 2-3).

Mengadakan jalan keluar artinya menyelamatkannya dari setiap kesulitan di dunia dan akherat. Ibnu
‘Uyainah berkata itu artinya, ia mendapat keberkahan dalam rizkinya. Dan Abu Sa’id Al-Khudri
berkata: Barangsiapa berlepas dari kuatnya kesulitan dengan kembali kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan jalan keluar dari beban yang ia pikul. “ (Jami Ahkamiil Qur’an, VIII: 6638-3369, secara
ringkas) Dan balasan bagi mereka di akhirat yang jelas adalah akan mewarisi tempat yang merupakan
dambaan setiap insan yaitu Surga dengan segala kenikmatannya. Allah Ta’ala berfirman:

“Itulah Surga yang akan kami wariskan kepada hamba-hamba kami yang selalu bertakwa” (Maryam:
63).
Demikianlah kita sebagai hamba Allah, sudah semestinya dalam menghadapi bulan Muharam ini
dengan bertafakkur, sudah sejauh mana persiapan kita menghadapi kehidupan yang abadi tersebut.
Yang terkadang kita begitu bersemangat dan penuh antusias menggapai kehidupan yang fana ini.
Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Ǹ ْ‫ نّه‬،‫ع ه‬ǿ ‫ت‬ ‫ل‬


‫ ال‬Lj ‫إ‬ ِ ‫و‬Ȑ‫ وت و من‬ǰ ‫م م نيْ ا‬
‫ن‬ ‫اف ك و‬ ‫و‬ ‫ل‬ Ǭ ‫ي آن ول‬ǰ ‫َ ر‬
‫ال‬ǨǤ ‫ور وال‬
Ǹ ‫ف س‬.
‫ؤمنات ا‬ Ƭ ‫ ن‬،‫ي ُو‬ǿ
ǨǤ ‫إ ّه‬ ‫ال و‬ǰƸْ َ‫ وت‬،‫م‬ƦǬ ‫ل ال ذك ي و َات ا‬ȉ ‫ ك م‬Ǹ ‫ي‬ َ ‫ ْهب ّا م إك‬ǠǨ ‫ن ْ ن ال‬ǜǠْ ‫ في ا‬،‫م‬ ‫م ي ال ل ْ ا كب‬
‫وال‬ ْ
‫ ن‬Ǹ Ǹ ‫ا‬ǸǴ ْ ‫ و‬ǰ‫ل‬ ǜǠ ‫ م‬ǿ‫س‬ ǤƬ Ǵ ‫ و‬.‫م‬
Ǹ ‫ ؤ م ن وال‬ǴLj ‫ ت ال‬LjǸ Lj ‫ذا وأ ْ م لي ْ ال ا اِئي َ ل ول‬Ǩ ‫ ْ ي ي ق ول‬Ǡْ‫أق ل‬
‫ن‬
‫ال‬
Khutbah Kedua :
‫الي‬.
ْ‫م‬
‫ل‬ ‫نا‬،

ْ‫س‬Ơ‫ات‬ ‫الوذ ب‬ ‫ ن‬Ǵ‫ هل‬Ƹ‫إن د‬


‫ َه‬Ȑ
‫م ه ك ه ِدصال ف‬ǔ‫ل من‬ Ǹ‫ا‬
‫ل أع‬
ْ
‫ن ومن ن أن‬LjǨ ‫أ‬
‫ش‬
‫ودد يور م ل‬
‫ا‬ ‫ن‬‫و‬ َ Ƭ َ ‫ه‬ Ƹ
َǠ‫أن ن‬Ǩَ ‫ل إل‬Ƭ Ljْ‫ي‬Ǡ Ljْ‫ن ون‬Ǹ ‫ال ُد ون‬Ǹ‫ك‬ Ǥ
Ǵ‫ى ال ع‬Ǵ‫ى‬ ‫د سو‬‫م‬ǸƸ ‫ُ ل شيك‬ ‫ه إل ا‬ ǿ ‫ُ ا ي‬Ǵ
‫دا ع‬Ʀ‫ُ ور ل‬ ‫َْ ه وأشهد‬ ‫ل‬ ‫أشهد ف‬. ‫ له‬Ȑ ‫ د‬ǔ‫ل ومن‬
‫إل‬ ‫ل ت ُت‬Ǭ‫ا ِته‬ ‫د‬ ‫نوا ا ّتوا ا‬ ‫قال‬. ‫ ت ا‬:‫أكّهاَ ال ى‬Ǡ ‫ذك اك‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫هع‬Ǵ‫ى آل د‬
‫م‬
Ǹ‫و وتُن‬ ‫ ق‬Ǭ‫ل‬ ‫ءام ْن‬ َ ‫ل‬ ǴLjْǸ ‫وس ا‬Ǵ‫وأص م‬Ƹ‫اب‬ ‫نَ و‬Ʀْ ‫نا‬ǸƸ
‫ل‬ ْ‫عنه س‬Ơ‫ا ِته‬ ‫ك‬ưْ‫ي‬ ‫نك‬ ‫ت م‬ǸǴLj‫قال‬. ‫ون‬
‫ ه يا‬ǜ ‫و‬ Ǩǰ‫َ ال ك‬Ƭ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫{ و‬:‫ال‬ }‫ا‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫َ ال ك‬Ƭ ‫ { وم‬Ǡ ‫ا‬ ‫أن‬
‫ ُ } أج‬Ǡ‫ م ك‬Ǵǐ ُ ‫م هم ق ي‬ ‫ وق‬Ƽ‫ج‬ َǠ ƴ ‫ال‬Ȑǐ ‫ة قا‬ :‫ل ى‬ ‫و‬Ƭ‫م‬
‫ون ع ك أ ّكه اَ ال ذك‬Ǵ‫ى الن‬Ʀ،‫ي‬
‫ِئ‬ ُ ‫ه ف‬Ǭ‫{ إن‬:‫رسو عال‬ ‫ و ل‬ȐLj‫مب‬ ‫يك م‬ ‫ماع‬ ُ ‫ث‬ǸǴ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫وا فِإ‬
ْ‫ن‬ َ ‫ال وم‬Ȑ Ƭǰ‫ه ك‬ Ǵ‫ى ل‬ ‫أم‬
‫} م‬.‫ ا‬Lj‫ ا ت‬Ǹ ‫ء وا ص‬
‫ع‬Ǵ‫ى ارك‬ ‫إب‬
Ǵ‫ع ى آل‬Ǵ‫ى إب‬ ǸƸ‫ د‬Ǵ ْǸ ‫ وس‬Ǵ ‫و امن‬Ǵ‫ ع‬Ǵ‫ه‬
‫ْ وا‬
‫م‬ ǿ‫إن‬ّ Ǵ‫لى آل‬ ‫ا‬
َْ ‫وب‬. ‫د‬ƴ ‫د‬Ǹْ‫ َْ د ْيا‬،‫م‬ ‫ ْيا‬ǿْ‫م‬
‫وع‬ ‫ك‬Ǹ‫ا ص‬Ǵْ‫ت‬ ‫وع‬ Ǵ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫هم‬Ǵ‫م‬ ‫ى‬ǸƸ‫د‬
‫ل‬ ‫ا‬. ‫ْد‬ ‫إب‬ Ǵ‫آل‬ ‫ى‬ ‫ر ابد‬ Ǵ‫مى آل‬
ّ
ǿ‫إن‬ ‫ ا‬ǿ ‫ع‬Ǵ‫ى إب‬
‫ل‬Ǵ ‫ ه‬ǸǴLjǸǴْ‫ن اغ‬Ǩ ‫م ي‬ƴ ‫د‬Ǹْ‫ َْ د ْيا‬،‫م‬ ‫مْ ي ْ وع‬ َ ‫ك ت َا‬Ǹ ‫م‬ǸƸ ‫وع‬ǸƸ‫د‬
‫م‬ ‫قيك‬ ‫ال‬Ǹ‫ؤمنات‬ ‫ ات‬،
‫أرن ل ال ق‬Ǵ‫ا‬. ‫ال وات ْب م هم‬ ْ ‫ا‬ ‫ما‬ ‫نو م‬ ‫ ل‬Ǹ ‫ْن‬ Lj
َ ‫ا‬Ƹ ‫دع‬
‫ن ي‬ ƴ ْ ‫ب‬ ‫س‬Ǹ ‫ء‬ ْ
‫د‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫منه‬ ‫وات‬ ‫ال‬ َّ ‫إ‬ ، ‫ع‬ ‫ؤم ن و وا‬ ‫وال‬ǸǴ
.‫النار‬ ‫ ة وف ا‬ȉ‫خ‬ ‫بّنا آ ِنا في الدن‬ ‫ارزقنا اج‬Ƭ‫ناب‬ Ǹ
‫ ة‬Lj ‫ن ق ذا‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ ط‬Ȑ‫ ا ل‬Ʀ ‫ زقنا ات اع أرن اط‬Ǭ ‫وا‬
‫ا‬‫ب‬ ّ
‫ة و نا ع ب ي د‬ ْْ‫ د‬Lj َ ‫ر‬. َ ‫ ل و َ ا‬Ʀ‫ و‬،‫ه‬ ‫ا ر د‬
‫س‬Ȑ‫م ع‬Ǵ‫ى ال‬Ǡ‫زة ع‬Ǹَ‫ا ك‬Ǩǐ‫ و‬،‫س ون‬. ‫رب ر َّب إماما‬ƸƦ‫ان واج‬ǴǠ‫نا ل‬ǬƬǸǴْ‫ن‬
‫أ ْعن أزواجنا وذر ّكا ِتنا قية نا من ل ّنا‬ǿ ‫ب رب‬
Ǹ‫ال‬. ‫ ر ال‬Ǵ‫ هل‬ǸƸ ‫ال س‬
Ǵ ‫وأق‬. ‫م‬ ْ ‫ن‬Ǡ ‫ب‬ ‫ د وال‬Ǹ ‫ي‬Ǵْ‫ن‬
‫م‬ Ʀ‫ه‬ ‫ه‬
‫و‬ ‫د‪ǸƸ‬‬
‫ة‪Ȑǐ‬ال‬ ‫ى م‪Ǵ‬ى ال ع‪ Ǵ‬ص ى آلو‪Ǵ‬ع ‪Ƹ‬وص وس‬

‫ّ‬ ‫ِ‬
HAMBA ALLAH DAN UMMAT NABI MUHAMMAD SAW

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Al Mujahidin Naesleu, 13 Januari 2012)

Khutbah Pertama

‫إن ا‬Τϟ‫مد ل‬Τϧ ‫مده و‬Θδϧ‫عينه و‬Θδϧ‫غفره و‬ϧ‫عوذ‬Α ‫ال‬ϣ ‫ن شرور أ‬ϧ‫ف‬δ‫نا و‬ϣ‫ن سيئات أعما‬ϟ‫نا‬،ϣ ‫ن يهد ا‬ϣ ϼϓ ‫ضل‬ϟ
‫ه و‬ϣ‫ن يضلل‬ϫ ϼϓ ‫ادي‬ϟ ‫أشهد أن ل إ‬. ‫ه‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ه‬.
‫ا‬ϟ‫لهم صل وسلم و‬Α‫ارك على‬Τϣ ‫مد وعلى آ‬ϟ‫ه وص‬Τ‫به و‬ϣ‫ن ا‬Θϫ‫دى‬Α ‫هداه إ‬ϟ‫ى يوم ا‬ϟ‫قيا‬ϣ‫ة‬.
Sudah menjadi kewajiban seorang Muslim memiliki dua kesadaran, kesadaran sebagai hamba Allah Ta’ala
dan kesadaran sebagai umat Muhammad Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam , Jika kesadaran itu
hilang dari jiwa seorang Mukmin maka tindakan dan amalan akan ngawur dan sembrono yang
mengakibatkan Allah Ta’ala tidak akan memberi ganjaran apapun yang didapat hanyalah siksa.

Kesadaran pertama, kesadaran kita sebagai hamba Allah Ta’ala yang kita tampakkan dalam setiap aktifitas )
Sebagai misal menampakkan kehambaan kepada‫إظهار ا‬ϟ‫عبودية‬sehari-hari dalam bahasa agamanya disebut (
Allah. Contohnya jika kita mau makan meskipun seolah-olah padi kita tanam disawah kita sendiri, beras
kita masak sendiri maka ketika mau makan disunnahkan berdo’a:

“yaa Allah berilah kami keberkahan darinya dan berilah kami makan darinya”

Berarti Allah Ta’ala yang memberi rizki, bukan sawah atau lainnya. Begitu pula kita punya mobil atau
kendaraan lainnya, meskipun kita membeli kendaraan dengan usaha sendiri, dengan uang sendiri, namun
ketika mau mengendarai disunnahkan berdo’a:

Ikhwan fillah rahimakumullah

Itulah contoh bahwa setiap saat kita harus nyatakan kehambaan kepada Allah Ta’ala, jika pernyataan itu
hilang, maka alamat iman telah rusak di muka bumi ini dan akan hilang kemudian muncul kesombongan
dan keangkuhan, hal ini telah terjadi pada zaman Nabi Musa p yang ketika itu pengusanya lalim dan
sombong sehingga lupa akan status sebagai hamba, bahkan si raja itu begitu sangat sombongnya sampai ia
memproklamirkan dirinya sebagai tuhan, dia menyuruh kepada rakyatnya agar menyembah kepadanya.
Dialah raja Fir’aun.

Kenyataan di atas sudah tergambar pada zaman sekarang, begitu banyak orang-orang modern yang
seharusnya sebagai hamba Allah Ta’ala namun banyak diantara mereka yang mengalihkan penghambaan
kepada harta, wanita dan dunia. Setiap hari dalam benak mereka hanya dijejali dengan berbagai macam
persoalan dunia, mencari kenikmatan dan kepuasan dunia saja tanpa memperhatikan kepuasan akhirat
padahal kenikmatan akhirat lebih baik dari kenikmatan dunia, bahkan lebih kekal abadi.

Ihwan Fillah rahimakumullah

Allah Ta’ala menciptakan manusia bukan untuk menumpuk harta benda tapi Allah Ta’ala menciptakan
manusia dan jin hanya untuk menyembah kepadaNya.

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaKu.”
(AdzDzariyat: 56).

Makna penghambaan kepada Allah Ta’ala adalah mengesakannya dalam beribadah dan mengkhusus-kan
kepadaNya dalam berdo’a, tentang hal ini Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam bukunya
Syarah Tsalasah Usul, memaparkan persoalan penting yang harus diketahui oleh kaum Muslimin :

“Pertama adalah ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Rasul dan Dienul Islam dengan dalil dalilnya
kedua mengamalkannya ketiga mendakwakannya.”
Ikhwan fillah rahimakumullah.

Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam kitab Tauhid, membe-rikan penjelasan bahwa ayat di atas,
menunjukkan keistimewaan Tauhid dan keuntungan yang diperoleh di dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Dan menunjukkan pula syirik adalah perbuatan dzalim yang dapat membatalkan iman jika syirik itu besar,
atau mengurangi iman jika syirik asghar (syirik kecil).

Akibat buruk orang yang mencampuradukan keimanan dengan syirik disebutkan Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik tetapi Dia mengampuni segala dosa selain syirik itu
bagi siapa yang dikehendaki.”

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyembah selain Allah niscaya masuk kedalam Neraka.”

“Barangsiapa menemui Allah Ta’ala (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun pasti masuk
Surga, tetapi barangsiapa menemuinya (mati) dalam keadaan berbuat syirik kepadaNya pasti masuk
Neraka.”

Ihwan fillah rahimakumullah.

Demikianlah seharusnya, kaum Muslimin selalu sadar atas statusnya yaitu status kehambaan terhadap
Allah Ta’ala. Dan cara menghamba harus sesuai dengan manhaj yang shohih tanpa terbaur syubhat dan
kesyirikan. Jadi inti penghambaan adalah beribadah kepada Allah Ta’ala dan tidak melakukan syirik
dengan sesuatu apapun.

Kesadaran kedua sebagai ummat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam

Kesadaran sebagai umat rasul, adalah menyadari bahwa amalan-amalan kita akan diterima oleh Allah
Ta’ala dengan syarat sesuai sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam . Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin menjelaskan konsekuensi mengenal Rasul adalah menerima segala perintahnya bahwa
mempercayai apa yang diberitakannya, mematuhi perintahnya, menjahui segala larangn-nya, menetapkan
perkara dengan syariat dan ridha dengan putusannya.

Pastilah dari kalangan ahli sunnah waljama’ah sepakat untuk mengimani dan menjalankan apa-apa yang
diperintahnya, menjauhi larangannya. Tidak diterima ibadah seseorang tanpa mengikuti sunnah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam sebagaimana hadits berikut:

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan dalam agama yang tidak ada perintah dari kami maka ia
tertolak.” (HR. Muslim).

“Barangsiapa yang mengada-ada dalam perkara agama kami dan tidak ada perintah dari kami maka ia
tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Melihat hadits di atas, setiap kaum Muslimin dalam aktifitasnya harus merujuk kepada apa yang dibawa
oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam , baik ucapan, perbuatan maupun taqrir atau
ketetapan.

Ihwan fillah Rahimakumullah.

Ingatlah banyak dari kaum Muslimin, yang menyalahi man-haj Rasulullah, dengan mengatasnamakan
Islam. Dan kebanyakan mereka tidak mengetahui bahwa perbuatan semacam itu menjadi tertolak karena
tidak sesuai dengan sunnah Nabi. Misalnya mereka menyalahi manhaj dakwah Salafus Shalih, Contohnya
berdakwah dengan musik, nada dan dakwa, sandiwara, fragmen, cerita-cerita, wayang dan lain-lain.

Begitu juga dengan Assyaikh Abdul Salam bin Barjas bin Naser Ali Abdul Karim dalam bukunya Hujajul
Qowiyah menukil perkataan Al-Ajurri dalam kitab As-Syari’ah bahwa Ali Ra dan Ibnu Masu’d berkata:
“Tidak bermanfaat suatu perkataan kecuali dengan perbuatan dan tidak pula perkataan dan perbuatan
kecuali dengan niat dan niat pun tidak bermanfaat kecuali sesuai dengan sunnah.”

‫يا‬ϛ‫م‬Α ‫ما‬ϓ ‫يه‬ϣ ‫ن ا‬ϵ‫يات وا‬ϟ‫ذ‬ϛ‫ر ا‬Τϟ‫أ‬. ‫كيم‬ϗ‫ول‬ϗ ‫و‬ϟ‫ي‬ϫ ‫ذا وأس‬Θ‫غفر ا ا‬ϟ‫عظيم‬ϟ ‫ي و‬ϟ‫كم‬.Α‫ارك ا‬ϟ ‫ي و‬ϟ‫كم‬ϓ ‫ي ا‬ϟ‫قرآن ا‬ϟ‫ و‬،‫عظيم‬ϧ‫فعني وإ‬

Khutbah Kedua

‫ا‬Τϟ‫مد ل ا‬ϟ‫ذي أرسل رسو‬ϟ‫ه‬Α ‫ا‬ϟ‫هدى ودين ا‬Τϟ‫ق‬ϟ ‫يظهره على ا‬ϟ‫دين‬ϛ ‫له و‬ϟ‫و‬ϛ ‫ره ا‬ϟ‫كا‬ϓ‫أشهد أن ل إ‬. ‫˰رون‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا‬
‫عبده ورسو‬ϟ‫ه‬.

ϓ‫إن أصدق ا‬Τϟ‫ديث‬Θϛ ‫ وأح‬،‫اب ا عز وجل‬δ‫ن ا‬ϟ‫هدي‬ϫ ‫دي‬Τϣ ‫مد صلى ا عليه وسلم وشر ال‬ϣ‫ور‬Τϣ ‫دثاتها و‬ϛ‫ل‬Τϣ ‫دثة‬Α ‫دعة و‬ϛ‫ل‬
Α‫دعة ض‬ϟϼ‫ة و‬ϛ‫ل ض‬ϟϼ‫ة‬ϓ ‫ي ا‬ϟ‫نار‬.

Dan sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah Yang Maha Agung dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam , sejelek-jelek urusan adalah perkara yang baru dan setiap
perkara yang baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat,setiap kesesatan adalah di
Neraka. (HR. An-Nasa’i).

Ihwan Fillah rahimakumullah.

Demikianlah dua kesadaran itu harus di ingat setiap saat karena merupakan sumber petunjuk dalam
kehidupan. Dengan menyadari dua kesadaran yaitu menjalankan syariat sesuai manhaj ahlul hadits tanpa
tercampur bid’ah dan kesyirikan. Dengan demikian mengikuti manhaj Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam dan manhaj para sahabat sesudahnya yaitu Al-Qur‘an yang diturunkan Allah Ta’ala kepada
Rasulnya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih Demikianlah dua
kesadaran itu harus di ingat setiap saat, yaitu kesadaran menegakan kalimah tauhid berdasarkan manhaj
ahlul hadits dan memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya. Sebagai akhir kata
kami tutup dengan hadits:

‫تر‬ϛ‫ت‬ϓ ‫يكم شيئين‬ϟ ‫ن تضلوا‬Α ‫عد‬ϫ‫ما‬،Θϛ ‫اب ا وسن‬Θ‫ي و‬ϟ‫ن ي‬Θ‫فر‬ϗ‫ا ح‬Θ‫ى يردا على ا‬Τϟ‫وض‬.

“Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila berpegang teguh kepada
keduanya yaitu Kitabullah dan sunnahku. Tidak akan bercerai berai sehingga keduanya mengantarkanku ke
telaga (diSurga).” (Dishahikan oleh al-albani dalam kitab Shahihul jami’)

Wallahu A’lamu bis shawab

‫إن ا و‬ϼϣ‫ئك‬Θ‫ه يص لون على ا‬ϟ‫ ياأيه ا ا‬،‫ن بي‬ϟ‫ذين ءا‬ϣ‫ن وا ص لوا علي ه وس لموا ت‬δ‫ا‬.‫ليم ا‬ϟ‫لهم ص ل على‬Τϣ ‫م د وعلى آل‬
Τϣ‫م د ورض ي ا تعا‬ϟ‫ى عن‬ϛ ‫ل ص‬Τ‫ا‬Α‫ر‬.‫ة رس ول ا أجمعين‬Α‫ن ا ل ت زغ‬ϗ ‫لو‬Α‫نا‬Α ‫ع د إذ‬ϫ ‫دي‬Θ‫ن ا و‬ϫ‫ب‬ϟ ‫نا‬ϣ ‫ن‬ϟ ‫د‬ϧ‫ك رحمة‬
‫إ‬ϧ‫ك أ‬ϧ‫ت ا‬ϟ‫و‬ϫ‫ر‬.‫اب‬Α‫ن ا أ‬ϓ‫رغ علين ا ص برا وثبت أ‬ϗ‫دا‬ϣ‫ن ا وا‬ϧ‫صر‬ϧ‫ا على ا‬ϟ‫ق وم ا‬ϟ‫كا‬ϓ‫ا‬.‫رين‬ϟ‫لهم أع ز الس‬ϼ‫م وا‬ϟ‫م‬δ‫لمين‬،
‫وأص لح ول ة ا‬ϟ‫م‬δ‫ وأ‬،‫لمين‬ϟ‫ف‬Α ‫ين‬ϗ ‫لو‬Α‫هم وأص لح ذات‬Α ‫ينهم وا‬ϧ‫صر‬ϫ‫م على ع دوك وع دو‬ϫ‫م وو‬ϓ‫قهم‬ϟ ‫لعمل‬Α ‫ما‬ϓ ‫يه‬
‫ص‬ϼ‫ح الس‬ϼ‫م وا‬ϟ‫م‬δ‫ا‬.‫لمين‬ϟ‫لهم ل ت‬δ‫ل ط علينا‬Α ‫ذ‬ϧ‫و‬Α‫نا‬ϣ ‫ن ل يخا‬ϓ‫ك‬ϓ ‫ر‬.‫ين ا ول يرحمن ا‬Α‫ن ا آتنا‬ϓ ‫ي ا‬ϟ‫د‬ϧ‫ي ا ح‬δ‫ن ة و‬ϓ‫ي‬
‫ا‬ϵ‫خرة ح‬δ‫نة و‬ϗ‫نا عذاب ا‬ϟ‫سب‬.‫نار‬Τ‫ان ر‬Α‫ك رب ا‬ϟ‫ وس‬،‫عزة عما يصفون‬ϼ‫م على ا‬ϟ‫مرسلين وا‬Τϟ‫مد ل رب‬
‫ال‬Ȑǐ‫ا ة‬ϟ‫عا‬ϟ‫وأقم‬.‫مين‬
SYIRIK PENYEBAB KERUSAKAN DAN BAHAYA BESAR

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Al Mujahidin, 27 April 2012)

Khutbah Pertama :

‫ئات أعما‬ϟ‫نا‬،ϣ ‫ن يهد ا‬ϣ ϼϓ ‫ضلإن ا‬Τϟ‫مد ل‬Τϧ ‫مده و‬Θδϧ‫عينه و‬Θδϧ‫غفره و‬ϧ‫عوذ‬Α ‫ال‬ϣ ‫ن شرور أ‬ϧ‫ف‬δ‫نا و‬ϣ‫ ن سي‬ϟ‫ه و‬ϣ ‫ن‬
‫يضلل‬ϫ ϼϓ ‫ادي‬ϟ ‫أشهد أن ل إ‬. ‫ه‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ا‬. ‫ه‬ϟ‫لهم صل وسلم و‬Α‫ارك على‬
Τϣ‫مد وعلى آ‬ϟ‫ه وص‬Τ‫به و‬ϣ‫ن ا‬Θϫ‫دى‬Α ‫هداه إ‬ϟ‫ى يوم ا‬ϟ‫قيا‬ϣ‫ة‬.

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...

Segala puji bagi Allah, Rabb dan sesembahan sekalian alam, yang telah mencurahkan
kenikmatan-kenikmatanNya, rizki dan karuniaNya yang tak terhingga dan tak pernah putus
sepanjang zaman. Kepada makhluknya Baik yang berupa kesehatan maupun kesempatan
sehingga pada kali ini kita dapat berkumpul di tempat yang mulia dalam rangka menunaikan
kewajiban shalat Jum’at.

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi
wa Sallam, yang atas jasa-jasa dan perjuangan beliau cahaya Islam ini tersampaikan kepada
kita, dan juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabatnya serta pengikut-pengikutnya
hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah
semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah
sebaik-baiknya bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ...

Islam adalah agama yang datang untuk menegakkan tauhid, yaitu meng-Esa-kan Allah.
‫أشهد أن ل‬Sebagaimana kita telah bersaksi dalam setiap harinya paling tidak dalam shalat kita. (
‫رسول ا‬ ‫إ‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا‬ ), yang bermakna tidak ada Tuhan yang berhak disembah
) terdapat makna‫ل إ‬ϟ‫ه‬kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah. Y ang mana pada kalimat (
) menetapkan sesembahan untukC‫ ا‬C‫إل‬penafian (penia daan) sesembahan selain Allah dan (
Allah semata. Tetapi begitu banyak umat Islam yang tidak konsisten kepada tauhid, mereka tidak
lagi menyembah kepada Allah semata. Bahkan banyak di antara mereka yang berbuat syirik,
menyembah kepada selain Allah baik langsung maupun tak langsung, baik disengaja maupun
tidak. Dan yang lebih memprihatinkan lagi wahai kaum muslimin ... banyak umat Islam yang
berbuat syirik tapi mereka berkeyakinan bahwa perbuatannya itu adalah suatu ibadah yang
disyari’atkan dalam Islam (padahal tidak demikian). Inilah penyebab utama terjadinya musibah di
negeri kita dan di negeri saudara-saudara kita, disebabkan umat tidak lagi bertauhid dan banyak
berbuat syirik.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Allah menurunkan agama tauhid ini untuk mengangkat derajat dan martabat manusia ke tempat
yang sangat tinggi dan mulia. Sebagaimana firman Allahdalam surah Annur ayat 55 yang artinya

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan mengukuhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-
benar akan menukar(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang
yang fasik.” (An-Nur: 55).
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam barsabda :

“Barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) tidak berbuat syirik kepada Allah sedikitpun,
niscaya akan masuk Surga. Dan barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) berbuat syirik kepada
Allah, niscaya akan masuk Neraka.” (HR. Muslim).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ...

Syirik adalah sebesar-besar dosa yang wajib kita jauhi, karena perbuatan syirik
(menyekutukan Allah) menyebabkan kerusakan dan bahaya yang besar, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Di antara kerusakan dan bahaya akibat
perbuatan syirik adalah:

Pertama: Syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan

Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya,
mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di
bumi semuanya. Allah telah menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi Ia
lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan
menghinakan diri kepadanya.

Allah berfirman:
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu
disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”. (Al-Hajj: 31)
Kedua: Syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan

Dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan”
dukun, tukang nujum, ahli nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab
mereka mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya
tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah. Dalam masyarakat seperti ini akan lahir generasi
yang tidak mengindahkan ikhtiar (usaha) dan mencari sebab serta meremehkan sunnatullah
(ketentuan Allah).

Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar

Yaitu dhalim terhadap hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah). Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan terhadap diri sendiri. Sebab orang
musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba dari makhluk yang merdeka. Syirik juga merupakan
kezhaliman terhadap orang lain yang ia persekutukan dengan Allah karena ia telah memberikan
sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya.

Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan

Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan,
kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan.
Padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberikan manfaat atau menolak bahaya atas
dirinya.

Kelima Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat

Syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara,


sehingga mereka meremehkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa
dengan keyakinan bahwa para perantara akan memberinya syafa’at di sisi Allah. Sebagian umat
Islam mengandalkan syafaat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam tapi mereka
meninggalkan kewajiban dan banyak melakukan perbuatan haram. Padahal Rasul Shallallaahu
alaihi wa Sallam berkata kepada putrinya:).
“Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu (tetapi) aku tidak
bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah”. (HR. Al-Bukhari).

Keenam: Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka

Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia, sedang di akhirat


menyebabkan pelakunya kekal di dalam Neraka.

Ketujuh: Syirik memecah belah umat

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-
orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Ar Ruum: 31-32)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ...

Itulah berbagai kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Karena itu
Wahai hamba Allah, yang beriman ... Marilah kita bertaubat atas segala perbuatan syirik yang
telah kita perbuat dan marilah kita peringatkan dan kita jauhkan masyarakat di sekitar kita,
anggota keluarga kita, sanak famili kita, dari syirik kerusakan dan bahayanya. Agar kehinaan dan
kerendahan yang menimpa ummat Islam segera berakhir, agar kehinaan dan kerendahan
ummat Islam diganti menjadi kemuliaan.

Τ‫أ‬. ‫كيم‬ϗ‫ول‬ϗ ‫و‬ϟ‫ي‬ϫ ‫ذا وأس‬Θ‫غفر ا‬Α‫ارك ا‬ϟ ‫ي و‬ϟ‫كم‬ϓ ‫ي ا‬ϟ‫قرآن ا‬ϟ‫ و‬،‫عظيم‬ϧ‫فعني وإيا‬ϛ‫م‬Α ‫ما‬ϓ ‫يه‬ϣ ‫ن ا‬ϵ‫يات وا‬ϟ‫ذ‬ϛ‫ر ا‬ϟ
‫ا‬ϟ‫عظيم‬ϟ ‫ي و‬ϟ‫كم و‬δϟ‫ائر ا‬ϟ‫م‬δ‫لمين‬ϣ ‫ن‬ϛ ‫ل ذ‬ϧ‫ب‬ϓ .‫اس‬Θ‫ إ‬،‫غفروه‬ϧ‫ه‬ϫ ‫و ا‬ϟ‫غفور ا‬ϟ‫رحيم‬

Khutbah kedua:

‫ل‬ ‫ الواد‬، ‫ها‬ Ǵ‫ه‬ ‫اد‬


Ǭ‫د‬ ‫ر‬ ‫ه إل ال ا‬، ‫ل إل نأ‬ ‫ا ع‬Ǹ‫ا‬ ‫ل‬ǸƸ
‫أشهد‬. ‫ن َهى عنه ودذر‬ ‫ه ل‬
‫فان‬Ƭ‫ و ك‬Ǹ‫ا أمي ك‬ư ْ ‫ يا د‬Ǹ ‫دا‬
‫ع‬Ǵ‫ى الن‬Ʀ،‫ُي‬Ǵ ǐ‫ومون‬Ȑ ‫ِئ‬Ƭǰ‫ إن ال ه ك‬: ‫ال يكم‬ǰ ‫هى في ك‬Ƭ‫ اب‬Ǡ‫قال الال ت‬. ‫ه‬ Ǹ‫أن دا‬
‫ات‬ ‫ع‬Ʀ‫م ُد ورسو ُل‬Ƹ ‫وأشهد‬
ǴLj ‫ا‬ ‫َ الهاكاأك‬
Ǹ
‫ د‬Ǵ‫ ى آل‬Ǵ‫ى م‬ǸƸ‫د‬
‫ع‬ ْǸ . ‫وس‬ǸǴ‫و ءامنولا ص‬Ǵ‫و ا ع‬Ǵْ‫ه ذكن‬
‫م‬Ƹ ‫وع‬ ‫ارك‬ ‫و‬ Ǹ ‫م ا‬ǸƸ‫ع دا‬Ʀ ‫دك‬Ǵ‫هم ص ل ع‬Ǵ ‫ى‬
، ‫ات‬ ‫ل‬ َ‫ ب ْم ع‬Ǵ‫ى إب يا‬ǿ ‫ ص ك‬Ǵْ
‫ت‬ ‫ورسو َل‬
‫ا‬ ǸǴ Ǵ ‫اغ‬Ǩ‫ل ي‬Ǵ‫ هم‬ƴْ‫اَ ْد‬. ‫دد‬ ‫ إ ْ إن‬ǿ Ǵ‫عى آل‬ ‫ب يا‬
‫اب‬
‫ا‬ ‫الو ل‬Ǥ
ǸǴLjǸ ْ‫ الهدن‬Lj Ǹ ‫إنّا ن ل‬Ǵ‫م‬Ǹ َ ‫ ب يا ه‬،‫م‬ ‫وع ْم‬Ǵ ‫ى إ‬ǿ ‫ت َار‬ ‫ك‬Ǹ
‫ر‬. ‫ ى وال ن‬ǬƬ‫ى وال‬ǨǠ‫َ اف‬
َ ‫ ا‬. ‫م ا ا م ات‬ ‫ال‬Ǹ‫ لؤمنات‬Ǹ ‫ْن‬
‫ا‬
‫ن ى ّب و‬ َ Lj‫أل‬ ‫و لمو منه ل ْد ء‬ ‫ؤ م ن و وا‬
‫ نال‬ǿ‫دك‬Ƭ‫نا و‬ǿ‫ب إذ ق‬Ǵ ‫وبَنا َب‬Ǡ‫اا د‬ȉ‫زغنا ل ترب خإماا دم‬. ǬƬǸǴْ‫ ن‬Ǵ‫نا ل واج‬Ǡ ‫ أ ْعن أزواجنا وذر ّكاتِنا قية نا من ل‬ǿ‫ل ب‬
‫ ية د النار‬Lj ‫ا‬ ‫ة‬ Lj‫نة وفي‬ ‫او‬ ǿ‫ رب أنت رد‬. Ǹ ‫من‬
‫ن و قنا اعذ ب‬ ّ ‫نا آتِنا في الد ْن ل‬ ‫ة َّإن د َن اب‬
‫ن ي‬ǰ‫ي‬ ‫ ل‬njƸǨ‫آء‬ ‫ك‬ ‫ا والد ان آئ‬ ‫ال ك ب‬ ‫ إن‬،‫ع ال‬Ʀ‫اد‬
‫و ال ال وال‬Ǹ
ǤƦ َ‫ى َونهى عنذي ال‬Ǭ‫وإك يب‬Ƭ Lj ‫ ل‬Ǡ‫َأميك م دل‬
‫أك‬ ‫ك‬ ‫اسأل‬ ‫ك‬ ‫فاذ‬. ‫ت ن‬ ‫ل‬
‫ك‬
Ʀ.‫ُ ذكيول ي‬ǰǘǠ‫م‬ ‫ف‬Ǵ ǔ‫ه‬
‫ن‬
‫ُو م‬ ‫كيوا ال ال ذكيك مو‬ǜǠْ‫ ذكيو م‬ǰǴǠ‫َ م‬ǰǜǠ‫م‬
BAHAYA SYIRIK DAN KEUTAMAAN TAUHID

Oleh: Yayan Mulyana


(Masjid Al Mujahidin, 02 Nopember 2012)
Khutbah Pertama :
ϣ ϼϓ‫إن ا ضل‬Τϟ‫مد ل‬Τϧ ‫مده و‬Θδϧ‫عينه و‬Θδϧ‫غفره و‬ϧ‫عوذ‬Α ‫ال‬ϣ ‫ن شرور أ‬ϧ‫ف‬δ‫نا و‬ϣ‫ن سيئات أعما‬ϟ‫نا‬،ϣ ‫ن يهد ا‬
ϟ‫ه و‬ϣ‫ن يضلل‬ϫ ϼϓ ‫ادي‬ϟ ‫أشهد أن ل إ‬. ‫ه‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ا‬. ‫ه‬ϟ‫لهم صل وسلم و‬Α‫ارك على‬
Τϣ‫مد وعلى آ‬ϟ‫ه وص‬Τ‫به و‬ϣ‫ن ا‬Θϫ‫دى‬Α ‫هداه إ‬ϟ‫ى يوم ا‬ϟ‫قيا‬ϣ‫ة‬.

Ibadallah ! Saya wasiatkan kepada Anda sekalian dan juga kepada saya untuk selalu bertaqwa
kepada Allah di mana saja kita berada. Dan janganlah kita mati melainkan dalam Islam.

Telah banyak penjelasan yang menerangkan makna taqwa. Di antaranya adalah pernyataan
.َ:Thalq bin Habib

“Apabila terjadi fitnah, maka padamkanlah dengan taqwa”. Mereka bertanya: “Apakah taqwa
itu?” Beliau menjawab: “Hendak-nya engkau melaksanakan keta’atan kepada Allah, di atas
cahaya Allah, (dengan) mengharap keridhaan-Nya; dan hendaknya engkau meninggalkan
kemaksiatan terhadap Allah, di atas cahaya Allah, (karena) takut kepada siksaNya.

Ketaatan terbesar yang wajib kita laksanakan adalah tauhid; sebagaimana kemaksiatan terbesar
yang mesti kita hindari adalah syirik.

Tauhid adalah tujuan diciptakannya makhluk, tujuan diutusnya seluruh para rasul, tujuan
diturunkannya kitab-kitab samawi, sekaligus juga merupakan pijakan pertama yang harus
dilewati oleh orang yang berjalan menuju Rabbnya.

Dengarkanlah firman Allah:


“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah (hanya) kepadaKu.”
(Adz-Dzaariyaat: 56)

Juga firmanNya:
“Dan tidaklah kami mengutus seorang rasulpun sebelummu melainkan Kami wahyukan kepadanya
bahwa tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kepadaKu.” (Al-
Anbiya’: 25)

Demikian pula firmanNya:


“Alif laam Raa, (inilah) satu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi, serta dijelaskan
(makna-maknanya) yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Agar kalian
jangan beribadah kecuali kepada Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan
pembawa berita gembira kepada kalian daripadaNya.” (Hud: 1-2)

Allah juga berfirman:

“Ketahuilah, bahwasanya tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi melainkan Allah dan mohonlah
ampunan bagimu dan bagi kaum Mukminin (laki-laki dan wanita).”

Jama’ah sekalian rahimakumullah. Kalau kedudukan tauhid sedemikian tinggi dan penting di
dalam agama ini, maka tidaklah aneh kalau keutamaannya juga demikian besar. Bergembiralah
dengan nash-nash seperti di bawah ini:

Dari Ubadah bin Shamit Radhiallaahu anhu , ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak
disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah (niscaya) Allah mengharamkan
Neraka atasnya (untuk menjilatnya).” (HR. Muslim No. 29)
Hadits lain, dari Utsman bin Affan Radhiallaahu anhu , bahwasanya Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang meninggal dunia, sedangkan dia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang
berhak disembah melainkan Dia (Allah) niscaya akan masuk Jannah.” (HR. Muslim No. 25)
Demikian juga sabdanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam , kami petik sebagiannya:

“Dan barangsiapa yang menemuiKu dengan (membawa) dosa sepenuh bumi sekalipun,
namun dia tidak menye-kutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan menemuinya dengan
membawa ampunan yang semisal itu.” (HR. Muslim No. 2687)

Demikian pula tidak akan aneh, bila lawan tauhid, yaitu syirik; juga memiliki banyak bahaya yang
mengerikan, dimana sudah seharusnya kita benar-benar merasa takut terhadapnya. Diantara
bahaya syirik itu adalah sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Jabir:

“Seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam , lalu bertanya: “Wahai
Rasulullah, apakah dua perkara yang pasti itu?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang meninggal dunia
dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, niscaya dia akan masuk Jannah. Dan
barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan
masuk Neraka”. (HR. Muslim No. 93)

Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa
yang Dia kehendaki”. (An-Nisa: 48,116)

Firman Allah:
“Dan seandainya mereka berbuat syirik, pastilah gugur amal perbuatan yang telah mereka kerjakan.”
(Al-An’am: 88).

Firman Allah:
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, (sedangkan)
mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amalan-amalan mereka,
dan mereka kekal di dalam Neraka.” (At-Taubah: 17).

Maka merupakan musibah jika seseorang jahil (bodoh) terhadap perkara tauhid dan perkara
syirik, dan lebih musibah lagi jika seseorang telah mengetahui perkara syirik namun dia tetap
melakukannya. Dengan ini hendaklah kita terpacu untuk menam-bah/menuntut ilmu sehingga
bisa melaksanakan tauhid dan menjauh dari syirik dan pelakunya.

‫΄و ا‬δϧ ‫ل أن يرز‬ϗ‫نا علما‬ϧ ‫ا‬ϓ‫عا ورز‬ϗ‫ا طيبا وعم‬Θϣ ϼ‫قب‬ϼ، ‫وصلى ا على‬ϧ ‫بينا‬Τϣ ‫مد وعلى آ‬ϟ‫ه وص‬Τ‫به أجمعين‬.

Khutbah kedua:

‫إن ا‬Τϟ‫مد ل‬Τϧ ‫مده و‬Θδϧ‫عينه و‬Θδϧ‫غفره و‬ϧ‫عوذ‬Α ‫ال‬ϣ ‫ن شرور أ‬ϧ‫ف‬δ‫نا و‬ϣ‫ن سيئات أعما‬ϟ‫نا‬،ϣ ‫ن يهد ا‬ϣ ϼϓ ‫ ضل‬ϟ‫ه و‬ϣ ‫ن‬
‫يضلل‬ϫ ϼϓ ‫ادي‬ϟ ‫ه وأشهد أن ل إ‬ϟ‫ه إل ا وحده ل شريك‬ϟ ‫ وأشهد أن‬،‫ه‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ه صلى ا‬
‫عليه وسلم ت‬δ‫أ‬. ‫لما‬ϣ‫ا‬Α ‫عد‬:

Hadirin jama’ah Jum’at Arsyadakumullah,

Tatkala kita membicarakan masalah syirik, janganlah kita menganggap bahwa syirik itu hanya
ada di kalangan orang-orang Yahudi, Nashrani, Hindu, Budha, Konghuchu dan lain-lain.
Sedangkan kaum Muslimin sendiri dianggap sudah terbebas dari dosa ini. Padahal tidaklah
demikian. Banyak juga kalangan kaum Muslimin yang tertimpa dosa sekaligus penyakit ini, baik
sadar maupun tidak. Karena makna atau pengertian syirik adalah: mempersekutukan
peribadatan kepada Allah; yakni memberikan bentuk-bentuk ibadah yang semestinya hanya
dipersembahkan kepada Allah, namun dia berikan kepada selain-Nya. Baik itu kepada para
malaikat, nabi, orang shalih, kuburan, patung, matahari, bulan, sapi dan lain sebagainya.
Sedangkan bentuk-bentuk ibadah (yang dipersembah-kan) kepada selain Allah itu bisa berupa:
Do’a, berkurban, nadzar, puncak kecintaan, puncak rasa takut dan lain-lain.

Saudara-saudaraku fillah, pada khutbah kedua di sini, sengaja kami ringkaskan sebagian
keutamaan tauhid sebagaimana yang telah dibahas pada khutbah yang pertama:

1. Diharamkannya Neraka itu bagi kaum Muwahhidin (Ahli Tauhid). Kalaupun mereka
masuk Neraka, mereka tidak akan kekal di dalamnya.
2. Dijanjikannya mereka untuk masuk Jannah.
3. Diberikan kepada mereka ampunan dari segala dosa.

Sedangkan di antara bahaya-bahaya syirik adalah:

1. Diancamnya orang yang melakukan syirik akbar untuk masuk Neraka dan kekal di
dalamnya.
2. Tidak akan diampuni dosanya itu selama ia belum bertaubat.
3. Gugurlah amal perbuatannya.
4. Syirik adalah perbuatan dzalim yang terbesar.

Inilah yang dapat kami berikan. Fa’tabiru ya ulil albab.


‫إن ا و‬ϼϣ‫ئك‬Θ‫ه يصلون على ا‬ϟ‫ ياأيها ا‬،‫نبي‬ϟ‫ذين ءا‬ϣ‫نوا صلوا عليه وسلموا ت‬δ ‫ ا‬.‫ليما‬ϟ‫لهم صل على‬Τϣ
‫مد وعلى آل‬Τϣ ‫مد ورضي ا تعا‬ϟ‫ى عن‬ϛ ‫ل ص‬Τ‫ا‬Α‫ة رسول ا أجمعين‬.
‫ر‬Α‫نا ل تزغ‬ϗ ‫لو‬Α‫نا‬Α ‫عد إذ‬ϫ ‫دي‬Θ‫نا و‬ϫ‫ب‬ϟ ‫نا‬ϣ ‫ن‬ϟ ‫د‬ϧ‫ك رحمة إ‬ϧ‫ك أ‬ϧ‫ت ا‬ϟ‫و‬ϫ‫اب‬.
‫ر‬Α‫نا أ‬ϓ‫رغ علينا صبرا وثبت أ‬ϗ‫دا‬ϣ‫نا وا‬ϧ‫صر‬ϧ‫ا على ا‬ϟ‫قوم ا‬ϟ‫كا‬ϓ‫رين‬.
‫س‬ϼ‫م وا‬ϟ‫م‬δ‫ وأصلح ولة ا‬،‫لمين‬ϟ‫م‬δ‫ وأ‬،‫لمين‬ϟ‫ف‬Α ‫ين‬ϗ ‫لو‬Α‫هم وأصلح ذات‬Α ‫ينهم وا‬ϧ‫صر‬ϫ‫م على عدوكا‬ϟ‫لهم أعز ال‬
‫وعدو‬ϫ‫م وو‬ϓ‫قهم‬ϟ ‫لعمل‬Α ‫ما‬ϓ ‫يه ص‬ϼ‫ح الس‬ϼ‫م وا‬ϟ‫م‬δ‫لمين‬.
‫ا‬ϟ‫لهم ل ت‬δ‫ل ط علينا‬Α ‫ذ‬ϧ‫و‬Α‫نا‬ϣ ‫ن ل يخا‬ϓ‫ك‬ϓ ‫ين ا ول يرحمنا‬.
‫ر‬Α‫نا آتنا‬ϓ ‫ي ا‬ϟ‫د‬ϧ‫يا ح‬δ‫نة و‬ϓ‫ي ا‬ϵ‫خرة ح‬δ‫نة و‬ϗ‫نا عذاب ا‬ϟ‫نار‬.
‫سب‬Τ‫ان ر‬Α‫ك رب ا‬ϟ‫ وس‬،‫عزة عما يصفون‬ϼ‫م على ا‬ϟ‫مرسلين وا‬Τϟ‫مد ل رب ا‬ϟ‫عا‬ϟ‫مين‬.
‫ال‬Ȑǐ‫وأقم ة‬
BAGAIMANA MENGAKHIRI RAMADHAN

Oleh : Yayan Mulyana


(Masjid Al Mujahidin, 17 Agustus 2012)

ϣ ϼϓ‫ضل‬ϟ ‫ه و‬ϣ‫إن ا ن‬Τϟ‫مد ل‬Τϧ ‫مده و‬Θδϧ‫عينه و‬Θδϧ‫غفره و‬ϧ‫عوذ‬Α ‫ال‬ϣ ‫ن شرور أ‬ϧ‫ف‬δ‫نا و‬ϣ‫ن سيئات أعما‬ϟ‫نا‬،ϣ ‫ن يهد ا‬
Τϣ ‫مد هم صل وسلم على عبدك ورسو‬ϟ ‫كيضلل‬ϫ ϼϓ ‫ادي‬ϟ ‫أشهد أن ل إ‬. ‫ه‬ϟ‫ه إل ا وأشهد أن‬Τϣ ‫مدا عبده ورسو‬ϟ‫ا‬. ‫ه‬ϟ‫ل‬
‫ز ا‬ϟ‫مؤ‬ϣ‫نون ا‬ϟ‫م‬Θ‫ حيث‬،‫قون‬ϗ ‫ال تعا‬ϟ ‫ياوعلى آ‬: ‫ى‬ϟ‫ه وص‬Τ‫أ‬. ‫به أجمعين‬ϣ‫ا‬Α ‫عد‬ϓ ˭‫ أوصيكم وإياي‬،‫يا عباد ا‬ΘΑ ‫قوى ا‬ϓ ‫قد‬ϓ ‫ا‬
‫أيها ا‬ϟ‫ذين ءا‬ϣ‫نوا اتقوا ا حق تقاته ول تموتن إل وأ‬Θϧ‫م‬δϣ ‫لمون‬

Hadirin sidang jum’at, shaaimiin Rahimakumullah


Alhamdulillah Segala puji bagi Allah,atas semua nikmat yang telah kita terima, diantaranya
nikmat waktu, sehingga kita bisa merasakan nikmatnya ibadah di bulan ramadhan tahun ini.
Ramadhan kita kali ini bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-67. Kita
pun perlu mensyukuri nikmat kemerdekaan itu. Bahwa kemerdekaan itu kita raih di bulan
Ramadhan pada tanggal 17 Agustus 1945, para pendahulu kita pun telah menyatakan bahwa
ia merupakan rahmat dari Allah SWT. Di samping itu, sungguh peristiwa ini menjadi penguat
bagi salah satu nama bulan Ramadhan. Yakni syahrul jihad. Bahwa Ramadhan adalah bulan di
saat kaum muslimin memiliki ghirah dan gairah besar untuk berjihad menegakkan agama
Allah, jihad memerangi hawa nafsu kita, bukan bulan yang memperlemah umat Islam dalam
hari-hari yang penuh kelesuan, lemah, tidak berdaya dan tidak beraktiftas sama sekali.
Teriring doa dan keselamatan semoga terlimpah atas nabi dan rasul termulia Muhammad
SAW, juga atas keluarga dan para sahabat, serta kepada semua yang
mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat nanti.

Hadirin sidang jum’at rahimakumulloh


Ramadhan akan segera berlalu. Kurang lebih beberapa 2 atau 3 hari lagi lagi hilal syawal akan
muncul dan mengakhiri bulan mulia itu. Seperti biasa, kaum muslimin menyikapi akhir
Ramadhan dengan ragam kegiatan yang berbeda-beda. Sebagian menjalankan sunnah I’tikaf
untuk mengais keberkahan yang tersisa di bulan ini, khususnya kemuliaan malam lailatul
qadar. Sebagian lainnya mulai menyibukkan diri untuk menyambut lebaran yang tengah
dinanti. Berbagai adat tradisi yang mengitari seputar idul fitri pun mulai bermunculan di
sana-sini. Setiap muslim di ujung ramadhan, mendapati dirinya pada dua dilema yang selalu
berulang setiap tahunnya. Kita pasti bersedih karena akan kehilangan momentum pahala dan
keberkahan yang berlipat-lipat di bulan ramadhan, namun pada saat yang sama kita juga
harus bergembira dengan datangnya hari raya Idul Fitri, semoga kita setelah keluar dari bulan
ramadhan ini, mendapat keberkahan, rahmat dan ampunan dari Alloh SWT. Sebagaimana
do’a malaikat jibril yang diamini oleh Rasululloh SAW :

“ kecewa dan merugi sekali orang yang berkesempatan bertemu, (hidup dan beribadah) di
bulan ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya” (HR. Ahmad).

Shaimiin rahimakumulloh
Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan seorang muslim di akhir ramadhan, agar bisa
tetap optimal dalam menutup ramadhan, sekaligus mempersiapkan kebahagiaan yang syar’I
di hari raya nanti ;
Pertama : Berusaha tetap istiqomah dan bersungguh-sungguh dalam ibadah.
Rasulullah SAW senantiasa meningkatkan ibadahnya di akhir Ramadhan. Beliau
jugamenjalankan sunnah I’tikaf - berdiam diri di masjid untuk beribadah - selama sepuluh
hari yang terakhir.

“ Dari Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW melakukan I’tikaf pada sepuluh hari hari akhir
bulan ramadhan sampai beliau meninggal dunia (HR. Bukhori dan Muslim).
Ini adalah sebuah isyarat khusus dari Rasulullah SAW bagi kita, tentang bagaimana
seharusnya mengakhiri ramadhan. Jauh dengan yang sebagian besar dilakukan oleh
kaum muslimin di hari-hari ini, yaitu meninggalkan tarawih dan tilawah, Ramadhan belumlah
selesai, tetapi banyak yang mengakhiri ramadhan sebelum waktunya.
Di akhir Ramadhan ini, hendaknya seorang muslim sejenak melakukan perenungan diri.
Bermuhasabah agar hati ini tidak merasa sombong dengan banyak ibadah yang telah
dilakukan,tapi justru terus mawas diri dan berharap agar puasa dan amal ibadah lainnya
selama Ramadhan ini benar-benar diterima di sisi Allah SWT. Hendaklah kita merenungi
sabda Rasulullah SAW :

"Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya
rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih), tapi tidak mendapatkan
dari sholatnya kecuali hanya begadang saja " (HR. Annasai)

Kedua : Mengeluarkan zakat fitrah dengan ikhlas dan tepat waktu

“Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebagai
penyucian diri bagi orang yang berpuasa (dari kesia-sian dan perbuatan keji), dan juga
sebagai makanan bagi kaum miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum sholat (ied)
maka itu adalah zakat yang dikabulkan/diterima, dan barang siapa yang menunaikannya
setelah sholat (ied) maka dia termasuk sedekah biasa. (HR Ibnu Dawud & Ibnu Majah).

Shaimiin rahimakumulloh
Mengeluarkan zakat fitrah di akhir ramadhan hendaklah ditunaikan dengan ihsan dan ikhlas.
Mereka yang membayar zakat benar-benar harus memahami hikmah yang terkandung dari
kewajiban zakat fitrah. Jangan sampai ada yang merasa, ini hanyalah sebuah kebiasaan atau
tradisi yang selalu berulang menjelang hari raya. Hendaknya kita merasakan dengan hati
mendalam, bahwa inilah kesempatan emas bagi kita untuk menebus kelalaian-kelalaian kita
saat berpuasa di hari-hari sebelumnya, kita puasa tetapi kita masih suka ngrumpi, kita puasa
tapi masih suka bohong dll. Nah, mudah-mudah-mudahan dengan zakat fitrah ini, bisa
ditambali dan disempurnakan, sekaligus zakat sebagai sarana berbagi kebahagiaan di hari
raya Idul Fitri. Dengan pemahaman yang baik tentang zakat fitrah, maka insya Allah kita akan
menjalankannya benar-benar dengan keikhlasan, dan juga tepat pada waktunya sesuai yang
disyariatkan Islam.

Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan kekuatan pada kita untuk mampu menutup
Ramadhan tahun ini dengan ihsan dan ikhlas, dan kita semua mendapatkan rahmat dan
ampunan dari Alloh SWT, amin ya rabbal’alamiin. Wallahu a’lam bisshowab.

Khutbah kedua :

‫إن ال‬Σ‫د ل ن‬CCC‫م‬Σ‫ده ونست‬CCC‫م‬ϳό‫تغفره ون‬CCC‫ه ونس‬CCC‫ن‬ό‫ من‬،‫ا‬CCC‫ئات أعمالن‬CCC‫نا ومن س‬CCC‫رور أنفس‬CCC‫ال من ش‬CCC‫وذ ب‬ϳ ‫د ا ف‬CCC‫ ه‬ϼ‫ل له‬CCC‫مض‬
‫ومن‬ϳ ‫ضلل ف‬ϫ ϼ‫أشهد أن ل إله إل ا وأشهد أن م‬. ‫ادي له‬Σ‫اللهم صل وسلم على عبدك‬. ‫مدا عبده ورسوله‬
‫ورسولك م‬Σ‫مد وعلى آله وص‬Σ‫به أجم‬ϳό‫أما ب‬. ‫ن‬ό‫˭د‬
‫ف‬ϳ‫ أوص‬،‫ا عباد ا‬ϳ‫كم وإ‬ϳ‫اي بتقوى ا فقد فاز المؤمنون المتقون‬،ϳΣ ‫ث قال ت‬ό‫الى‬:ϳ ‫ا أ‬ϳ‫ها الذ‬ϳ‫ن ءامنوا اتقوا ا‬
Σ‫ق تقاته ول تموتن إل وأنتم مسلمون‬.
‫صل‬ϳ ‫ت على إبرا‬ϳϫ‫م وعلى آل إبرا‬ϳϫ‫وبارك على م‬. ‫م‬Σ‫مد وعلى آل‬ ‫اللهم صل على م‬Σ‫مد وعلى آل م‬Σ‫مد كما‬
‫م‬Σ‫مد كما باركت على إبرا‬ϳϫ‫م وعلى آل إبرا‬ϳϫ‫ إنك‬،‫م‬Σ ‫م‬ϳ‫د مج‬ϳ‫د‬.

‫الذي‬ϫ ‫ وأصلح لنا دن‬،‫و عصمة أمرنا‬ϳ‫انا التي ف‬ϳ‫ها م‬ό‫ وأصلح لنا آخرتنا التي إل‬،‫اشنا‬ϳ‫ها م‬ό،‫ادنا‬ ‫اللهم أصلح لنا د‬ϳ‫ننا‬
‫ربنا اغفر لنا ولخواننا الذ‬. ‫من كل شر‬ϳ‫ن سبقونا‬ ‫واج‬ό‫ل ال‬ϳΣ‫اة ز‬ϳ‫ادة لنا في كل خ‬ϳ‫ واج‬،‫ر‬ό‫ل الموت را‬Σ‫ة لنا‬
‫وفي الخرة‬Σ ‫ سنة ربنا إنك رءو‬ϑ‫ر‬ϳΣ‫ربنا آتنا في الدن‬. ‫م‬ϳ‫ا‬Σ ‫سنة بال‬ϳ‫مان ولتج‬ό‫ ل في قلوبنا غ‬ϼ‫للذ‬ϳ‫ن ءامنوا‬
‫أق‬ϳ‫موا الص‬ϼ‫وال ة‬. ‫وقنا عذاب النار‬Σ‫مد ل رب ال‬ό‫الم‬ϳ‫ن‬.
Tema : Mengatasi Permasalahan dalam rumah Tangga

MENJADI ISTRI YANG SELALU DICINTAI SUAMI


DAN PESAN KHUSUS UNTUK PARA SUAMI

Oleh : Yayan Mulyana


( Majelis Taklim Muslimat Nurul Falah, 09 Oktober 2011)

Kebanyakan istri beranggapan bahwa mereka berhak atas cinta suaminya. Anggapan ini tidak
sepenuhnya salah, karena memang salah satu pilar tegaknya sebuah rumah tangga bahagia
adalah adanya mawaddah (cinta) antara suami istri. Tetapi patut direnungkan, bahwa cinta tidak
datang dengan sendirinya, dan ketika ia hadir, tidak ada yang dapat menjamin ia akan menetap
selamanya. Apa artinya ini? Ya, artinya adalah bahwa cinta memerlukan usaha! Jika ingin suami
selalu cinta kepada Anda, Anda tidak boleh hanya diam dan berkata, "lho, dia kan suami saya,
otomatis dia mencintai saya dong! Kalau tidak, ngapain dia memilih saya untuk jadi istrinya?"

Bahwa suami mencintai Anda karena Anda adalah istrinya memang betul, tetapi apakah Anda
yakin cintanya selalu ada dan terus ada selamanya? Banyak perempuan yang tidak merasa yakin,
setelah menjalani kehidupan rumah tangganya sekian tahun, apakah suami saya masih mencintai
saya seperti dulu? Karena itu, berhentilah bersikap pragmatis, berusahalah membuat suami Anda
selalu cinta, bahkan dari hari ke hari semakin bertambah cinta kepada Anda!

Sebelum membicarakan cara membuat suami selalu cinta, ada satu hal yang menjadi inti
persoalan dan tidak boleh dilupakan, yaitu bahwa cinta adalah anugerah yang diberikan Allah
kepada hamba-hambaNya, dan inilah yang disebut cinta yang hakiki atau cinta sejati. Allah-lah
pemilik cinta, Allah-lah yang menjadikan cinta antara suami-istri. "Dan diantara ayat-ayatNya
adalah diciptakanNya untukmu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS Ar-Ruum:21).

Karena itu, diatas segala-galanya, seorang istri yang ingin selalu dicintai suaminya hendaknya
menyadari bahwa jurus yang paling penting dan efektif untuk meraih itu adalah dengan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagaimana caranya? Yaitu dengan berusaha sekuat tenaga
untuk mentaati dan menjalankan perintahNya serta menjauhi laranganNya. Dengan kata lain,
dengan cara berusaha menjadi seorang muslimah shalihah. Harm bin Hayyan, seorang ulama di
masa Khalifah Umar bin Khattab ra berkata, "Tiada seorang hamba yang mendekatkan dirinya
kepada Allah SWT, melainkan Allah akan mendekatkan hati orang-orang mukmin kepadanya, dan
istri yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah, maka Allah akan mendekatkan hati
suaminya kepadanya sampai ia mendapatkan cintanya."

Enam Saran Agar Suami Selalu Cinta

Berusaha dengan tulus dan ikhlas 'menyerahkan hidupnya' untuk berbakti kepada suami sambil
berharap pahala Allah. Potensi yang dimilikinya, kedudukannya di masyarakat dan kesibukannya
beraktivitas diluar rumah tidak membuat dirinya terlena dan lupa bahwa ia memiliki peluang
meraih syurga Allah dengan berbakti kepada suaminya. "Apabila seorang perempuan menunaikan
shalat, puasa, memelihara kemaluannya dan berbakti, mentaati suaminya, dia akan masuk
syurga." (HR al-Bazzar). Istri seperti ini memiliki nilai yang tinggi di mata suaminya dan akan
selalu dicintai suaminya.

Berusaha untuk menjadi perempuan yang bersahaja dalam nafkah. Tidak banyak menuntut,
menerima dengan rasa syukur betapapun sedikitnya pemberian suami, dan tidak berlebihan
dalam membelanjakan nafkah yang diberikan suami. Bila Anda sanggup selalu bersikap seperti
ini, cinta suami akan selalu tercurah untuk Anda.

Sederhana dalam penampilan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa umumnya laki-laki tidak
menyukai perempuan yang berpenampilan seronok dengan wajah penuh riasan tebal, sebaliknya
kesederhanaan lebih menarik bagi mereka karena menurut mereka lebih memancarkan
kecantikan perempuan. Tetapi ini tentu saja relatif, karena itu, kenali kecenderungan suami
Anda, apakah ia menyukai penampilan yang wah atau yang sederhana? Kemudian setiap
bersamanya, sesuaikan penampilan Anda dengan kecenderungannya itu. "Sebaik-baik perempuan
adalah yang menyenangkanmu bila engkau memandangnya, mentaatimu bila engkau perintahkan
dan menjaga dirinya dan hartamu bila engkau tidak di rumah" (HR Thabrani).

Berusaha untuk selalu sabar dan tidak menyakiti hati suami. Adanya perselisihan atau perbedaan
pendapat diantara suami istri terkadang dapat memicu terjadinya pertengkaran kecil atau besar.
Bila Anda menghadapi keadaan ini, ingatlah, Anda sedang berhadapan dengan seseorang yang
Allah berikan kepadanya hak yang sangat besar atas diri Anda. "Seorang perempuan belum
dianggap menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya." (HR Ibnu Majah).

Karena itu apapun yang bergejolak dihati Anda, berusahalah untuk tetap sabar dan menahan diri
untuk tidak menyakiti hati suami Anda. "Tidaklah seorang perempuan menyakiti hati suaminya di
dunia, melainkan bidadari calon istrinya (di akhirat) berkata, "Janganlah engkau sakiti dia, Allah
membencimu. Sesungguhnya dia disisimu hanya sementara waktu, dan akan berpisah darimu
untuk berkumpul dengan kami." (HR Ahmad).

Percayalah, istri yang mampu bersikap seperti ini akan selalu dicintai suaminya.

Dapat mendampingi suami dalam suka dan duka. Roda kehidupan selalu berputar, kadang
manusia mengalami saat-saat yang menggembirakan dimana kehidupan berjalan sesuai dengan
harapan. Adakalanya manusia mengalami hal yang sebaliknya. Nah, apapun keadaan yang
dialami suami Anda, berusahalah menjadi pendampingnya yang setia. Disaat suka menjadi
pengingat agar suami tidak terlena, disaat duka menjadi pelipur lara.

Berusaha untuk menjadi partner yang menyenangkan di kamar tidur. Banyak perempuan masih
merasa malu untuk bersikap agresif meski kepada suaminya sendiri. Ini karena adanya anggapan
bahwa perempuan yang agresif terkesan murahan dan tidak terhormat. Tentu saja anggapan ini
tidak berlaku untuk seorang istri yang agresif kepada suaminya sendiri. Belajarlah cara dan
teknik menyenangkan suami di tempat tidur dan Anda akan mendapati suami selalu melimpahkan
cintanya untuk Anda!

Pesan untuk Para Suami

Bila ada surga di dunia itu adalah rumah tangga yang bahagia, rumah tangga yang penuh dengan
rasa sakinah, mawaddah dan rahmah. Dan bila ada neraka di dunia itu adalah rumah tangga
yang hancur, suami istri saling menyalahkan, curiga, tidak saling mencintai dan jauh dari rasa
sakinah mawaddah dan rahmah.

Saya awali pesan ini dengan menggambarkan kedua hal di atas. Dengan menikah Anda tidak saja
mendapatkan seorang istri, tetapi Anda mendapatkan seluruh dunia. Sebagaimana kita ingat
rasul bersabda bahwa sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri sholihah. Yang akan
menjadikan rumah kita bak surga, baiti jannati. Sejak pernikahan ini, mulai saat ini sampai akhir
hayat Anda insya Allah, istri Anda akan menjadi mitra, patner dan sabahat terbaik. Dengan
dialah, Anda berbagi berbagai kejadian, melewatkan hari dan tahun bersama. Dengannya lah
Anda berbagi suka, duka, impian, harapan dan juga kecemasan. Ketika Anda sakit, dialah yang
akan merawat, ketika Anda memerlukan pertolongan dia akan mengupayakan semua yang dia
bisa lakukan bagimu. Ketika Anda berbagi rahasia padanya, dia akan menjaga rahasia itu dengan
amanah; ketika Anda perlu nasehat, dia akan memberikan nasehat yang terbaik. Dan dia akan
selalu bersamamu.

Ketika terbangun di pagi hari, yang pertama mata Anda lihat adalah dia. Dia akan selalu
bersamamu, dan jika pada suatu waktu dia tidak ada di sisimu, maka secara emosi dia ada
bersamamu. Dia memikirkan, berdoa untuk kebaikanmu dengan sepenuh hati, dan Anda ada
dalam pikiran, doa dan hatinya. Ketika Anda tidur di malam hari, terakhir yang Anda lihat adalah
dia; dan ketika Anda bermimpi, anda akan melihatnya dalam mimpimu. Kamulah dunianya dan
dialah duniamu.

Hubungan antara seorang suami istri merupakan hubungan yang sangat penuh dengan hal yang
mengagumkan. Tidak mudah digambarkan dengan kata-kata, betapa rasa cinta, kasih sayang,
keintiman, kedamaian serta kesejukan yang ada mengisi hati kedua pasangan manusia.
Penjelasan rasional adalah bahwa semua inilah anugerah dari Allah, dan semua itulah kehendak
Allah. Dengan semua kuasa dan kehendakNya, Dialah yang menciptakan dan membuat perasaan
ini hadir di hati pasangan suami istri.

Allah mengingatkan kepada manusia yang mencari keberadaanNya bahwa salah satu tanda-tanda
kekuasaanNya adalah Dia menjadikan rasa kasih dan sayang. Allah berfirman: "Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir". (QS. 30:21)

Tetapi hati manusia bukanlah sesuatu yang statis, tetapi sangat dinamis. Perasaan dapat berubah
setiap waktu. Dan cinta pun dapat terbang dan hilang. Ikatan pernikahan pun bisa menjadi lemah
bila tidak dijaga dengan baik dan kebahagian di dalam rumah tangga pun tidak bisa dijamin akan
berlangsung terus. Perlu usaha dari kedua belah pihak suami istri untuk saling menjaga
keberlangsungan cinta dan kasih mereka. Ibarat sebuah pohon, tanahnya perlu dirawat, dijaga
dan dipupuk.

Oleh karenanya, inilah sedikit pesan dari saya bagi Anda para suami;

Di dunia kita, kita hidup di kehidupan yang sibuk dan melelahkan di kelilingi oleh berbagai macam
schedule dan deadline. Bagi pasangan, ini artinya kemungkinan Anda tidak bisa meluangkan
waktu bersama-sama dan berada sendiri di tengah-tengah kesibukan kerja dan komitmen tugas.
Anda jangan membiarkan hal ini terjadi terus menerus. Cobalah sesekali Anda luangkan waktu
untuk melakukan kegiatan secara periodik dengan istri Anda. Ingat rasul juga pernah meluangkan
waktunya untuk berlomba lari dengan Aisyah r.a. Keluar dengan istri sesering mungkin, lakukan
aktivitas bersama, mengunjungi teman bersama, piknik bersama atau sekedar berbelanja di mall
bersama.

Selalu jaga romantika dalam hubungan Anda. Kehidupan modern hampir mengubah kita menjadi
robot atau mesin teknologi tinggi tanpa emosi. Menunjukkan emosi dan perasaan yang Anda
rasakan perlu untuk menjaga ikatan pernikahan terhindarkan dari berkarat, peluruhan.
Sebagaimana rasul bersabda untuk menunjukkan rasa kasih dan sayang pada saudara yang kita
cintai, "Katakanlah kepadanya kalau engkau mencintai saudaramu," sebuah hadist untuk
menunjukkan cinta kepada teman karena ikatan ukhuwah. Terlebih lagi bila istri kita yang terikat
dengan ikatan suci pernikahan, nyatakanlah.

Jangan meremehkan hal-hal penting yang terlihat kecil, seperti membawakan belanjaannya,
memijit bahunya atau membukakan pintu mobil dan sebagainya. Ingatlah bahwa rasul pernah
menyediakan kakinya untuk membantu istrinya naik ke atas unta.

Usahakanlah untuk menyediakan waktu sholat berjamaah dengan istri. Memperkuat hubungan
Anda dengan Allah merupakan jaminan terbaik agar pernikahan Anda akan selalu terjaga kuat.
Merasakan kedekatan dan kedamaain dalam hubungan Anda dengan Allah akan terimplikasikan
dalam hubungan Anda dengan istri di rumah. Ingatlah bagaimana rasul memberikan apresiasi
yang sangat besar bagi pasangan yang bangun malam hari untuk sholat layl (sholat
malam/tahajjud) bersama atau seorang istri/suami yang membangunkan pasangannya untuk
sholat layl sekalipun dengan memercikkan air di muka pasangannya.

Lakukan usaha terbaikmu untuk menjadi terbaik bagi istri dengan kata-kata dan dengan
perbuatan. Bicaralah padanya dengan baik, senyum padanya, minta nasehatnya, mintalah
pendapatnya, dan luangkan waktu yang berkualitas dengannya dan selalu ingat bahwa rasul
bersabda "Yang terbaik diantara kamu adalah terbaik memperlakukan istrinya".

Adalah hal biasa yang terjadi dimana pasangan berjanji untuk mencintai dan menghormati
istri/suaminya sampai maut memisahkan mereka. Saya percaya bahwa janji ini adalah baik dan
sangat baik. Tetapi hal ini tidak cukup. Anda harus mencintai apa yang dicintai istri Anda.
Keluarganya, dan hal-hal yang dia cintai harus menjadi kecintaan Anda pula.

Tidak cukup pula mencintainya sampai maut memisahkan. Cinta tidak boleh mati dan kita
percaya bahwa ada kehidupan akhirat, kehidupan setelah mati. Dan insya Allah, akan
dipertemukan kelak di akhirat. Sebagaimana rasul mencintai Khadijah istrinya yang telah
menemani beliau selama 25 tahun, beliau terus menerus mencintai khadijah dan mengingatnya.
Setelah kematian khadijah beberapa tahun berselang, rasulullah tidak pernah melupakannya
bahkan sanak kerabat dan teman khadijah beliau utamakan yang terkadang membuat Aisyah
cemburu.

Cintailah istri Anda, dan apa yang dicintainya. Cintailah ia tidak hanya sampai maut memisahkan
tetapi sampai Anda dikumpulkan bersama kelak di akhirat, insya Allah.

Semoga nasehat atau ajakan ini dapat menambah kecintaan Anda dan kecintaan istri Anda.
MENGGAPAI MAHLIGAI CINTA MELALUI PERNIKAHAN BAROKAH
Oleh : Yayan Mulyana
( Khutbah nikah di pasar baru, 05 Pebruari 2012)

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah,

Berbicara tentang pernikahan banyak yang menyesal.Menyesal kalau tahu begini


nikmat kenapa tidak dari dulu. Menyesal ternyata banyak deritanya. Menikah itu
tidak mudah, yang mudah itu ijab kabulnya. Rukun nikah yang lima harus dihapal dan
wajib lengkap kesemuanya.Begitu pula dengan syarat wajib nikah pada pria yang
harus diperhatikan. Bagaimana jika kita belum punyabiaya? Harus diyakini bahwa
tiap orang itu sudah ada rezekinya. Menikah itu menggabungkan dua rezeki,
rezeki wanita dan laki-laki bertemu, masalahnya adalah apakah rezeki itu diambil
dengan cara yang barokah atau tidak. Allah tidak menciptakan manusia dengan
rasa lapar tanpa diberi makanan. Allah menghidupkan manusia untuk beribadah yang
tentu saja memerlukan tenaga, mustahil Allah tidak memberi rezeki kepada
kita.

Biaya pernikahan bukanlah perkara mahal, yang penting ada. Maka kalau sudah
darurat bahkan mengutang untuk menikah diperbolehkan daripada mendekati zina.
Kalau sudah menikah setelah ijab kabul, jangan jadi riya dengan mengadakan resepsi
yang mewah. Hal ini tidak akan menjadi barokah. Misalnya dalam mengundang, hanya
menyertakan orang kaya saja, orang miskin tidak diundang. Bahkan Rasulullah
melarang mengundang dengan membeda-bedakan status. Dalam mengadakan resepsi jangan
sampai mengharapkan balasan income yang didapat.

Masalah mas kawin yang paling bagus adalah emas dan uang mahar yang paling bagus
adalah uang. Berilah wanita sebanyak yang kita mampu, jangan hanya berkutat dengan
seperangkat alat sholat saja. Rasulullah lebih mengutamakan emas dan uang dan
inilah hak wanita. Awal nikah jangan membayangkan punya rumah yang bagus. Maka
perkataan terbaik suami kepada istrinya adalah menasehati istri agar dekat dengan
Allah. Jika istri dekat dengan Allah maka ia akan dijamin oleh Allah
mudah-mudahan lewat kita.

Tiga rumus yang harus selalu diingat terdapat dalam surah Al-Asyr. Setiap
bertambah hari, bertambah umur, kita itu merugi kecuali tiga golongan kelompok
yang beruntung. Golongan pertama adalah orang yang selalu
berpikir keras bagaimana supaya keyakinan dia kepada Allah meningkat. Sebab semua
kebahagiaan dan kemuliaan itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada
Allah. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin kepada Allah. Tidak ada sabar kecuali
kenal kepada Allah. Tidak ada orng yang zuhud kepada dunia kecuali orang
yang tahu kekayaan Allah. Tidak ada orang yang tawadhu kecuali orang yang tahu
kehebatan Allah. Makin akrab dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil. Setiap
hari dalam hidup kita seharusnya dipikirkan bagaimana kita dekat dengan Allah.

Kalau Allah sudah mencintai mahluk segala urusan akan beres. Salah satu bukti
seperseratus sifat pemurah Allah yang disebarkan kepada seluruh mahlukNya bisa
dilihat sikap seorang ibu yang melahirkan seorang anak Kesakitan waktu melahirkan,
hamil sembilan bulan tanpa mengeluh yang belum tentu anak tersebut akan membalas
budinya. Tidak tidur ketika anaknya sakit, mengurus anak dari mulai TK sampai SMA.
Memikirkan biaya kuliah. Mulai nikah dibiayai sampai punya anak bahkan
juga diterima tinggal di rumah sang ibu. Tetapi kerelaannya masih saja terpancar.
Itulah seperseratus sifat Allah.

Selalu komitmen mau kemana rumah tangga ini akan dibawa. Mungkin sang ayah atau
ibu yang meninggal lebih dulu yang penting keluarga ini akan kumpul di
surga. Apapun yang ada dirumah harus menjadi jalan mendekat kepada Allah. Beli
barang apapun harus barang yang disukai Allah. Supaya rumah kita menjadi rumah
yang disukai Allah. Boleh punya barang yang bagus tanpa diwarnai dengan takabur.
Bukan perkara mahal atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa
dipertanggungjawabkan disisi Allah atau tidak. Bahkan dalam mendengar lagu yang
disukai Allah siapa tahu kita dipanggil Allah ketika mendengar lagu.
Rumah kita harus Allah oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah. Kita senang
melihat rumah mewah dan islami. Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil
sampai rumah. Tiap punya uang beli buku, buat perpustakaan di rumah untuk tamu
yang berkunjung membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi hadiah lebaran hanya
makanan, coba memberi buku, kaset dan bacaan lain yang berguna.
Jangan rewel memikirkan kebutuhan kita, itu semua tidak akan kemana-mana. Allah
tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Allah menciptakan usus dengan
disain untuk lapar tidak mungkin tidak diberi makan. Allah menyuruh kita menutup
aurat, tidak mungkin tidak diberi pakaian. Apa yang kita pikirkan Allah sudah
mengetahui apa yang kita pikirkan. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana dekat
dengan Allah, selanjutnya Allah yang akan mengurusnya. Kita cenderung untuk
memikirkan yang tidak disuruh oleh Allah bukan yang disuruhNya. Kalau hubungan
kita dengan Allah bagus semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat dengan
Allah, akan diberi jalan keluar setiap urusannya. Dan dijamin dengan rezeki dari
tempat yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa hatinya yakin Allah yang punya
segalanya,akan dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini yang menjadi
masalah tetapi hubungan kita dengan Allah-lah masalahnya.

Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan rugi adalah rumah tangga yang kurang
amal. Jangan capai memikirkan apa yang kita inginkan, tapi pikirkan apa yang bisa
kita lakukan. Pikiran kita harusnya hanya memikirkan dua hal yakni bagaimana hati
ini bisa bersih, tulus, dan bening sehingga melakukan apapun ikhlas dan yang kedua
teruslah tingkatkan kekuatan untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu pada
mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang tersebut, menolong, dan
membahagiakan orang dengan senyum. Sehingga dimanapun kita berada bagai pancaran
matahari yang menerangi yang gelap, menuai bibit, menyemarakkan suasana. Sesudah
itu serahkan kepada Allah. Setiap kita memungut sampah demi Allah itu akan
dibalas oleh Allah.

Pengantin yang berbahagia, Mari kita ubah paradigmanya. Rumah tangga yang paling
beruntung adalah rumah tangga yang paling banyak produktifitas kebaikannya. Uang
yang paling barokah adalah uang yang paling tinggi produktifitasnya, bukan
senang melihat uang kita tercatat di deposito atau tabungan. Uang sebaiknya
ditaruh di BMT. Yang terjadi adalah multiefek bagi pihak lain, hal ini menjadikan
uang kita barokah. Daripada uang kita disimpan di Bank kemudian Banknya bangkrut,
disimpan di kolong kasur takut dirampok.

Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah banyak asal diniatkan agar
barokah demi Allah itu akan beruntung. Beli tanah seluas-luasnya. Sebagian
diwakafkan, kemudian dibangun masjid. Pahala akan mengalir untuk kita sampai
Yaumil Hisab. Makanya terus cari uang bukan untuk memperkaya diri tapi
mendistribusikan untuk ummat. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali
bertambah. Jadi pikiran kita bukan akan mendapat apa kita? tapi akan berbuat apa
kita?. Apakah hari ini saya sudah menolong orang, sudahkah senyum, berapa orang
yang saya sapa, berapa orang yang saya bantu?

Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat kita menuntut kalau Allah tidak
mengijinkan maka tidak akan terwujud. Kita minta dihormati, malah Allah akan
memperlihatkan kekurangan kita. Kita malah akan dicaci, hasilnya sakit hati. Orang
yang beruntung, setiap waktu pikirannya produktif mengenai kebaikan. Selagi hidup
lakukanlah, sesudah mati kita tidak akan bisa. Kalau sudah berbuat nanti Allah
yang akan memberi, itulah namanya rezeki. Orang yang beruntung adalah orang yang
paling produktif kebaikannya.

Yang ketiga rumah tangga atau manusia yang beruntung itu adalah pikirannya setiap
hari memikirkan bagaimana ia bisa menjadi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran
dan ia pecinta nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Setiap hari carilah input
nasihat kemana-mana.Kata-kata yang paling bagus yang kita katakan adalah
meminta saran dan nasihat. Ayah meminta nasihat kepada anak, niscaya tidak akan
kehilangan wibawa. Begitu pula seorang atasan di kantor.

Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi dan koreksi dari pihak luar,
kita tidak akan bisa menjadi penasihat yang baik sebelum ia menjadi orang
yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita memberi nasihat jika kita tidak bisa
menerima nasihat. Jangan pernah membantah, makin sibuk membela diri makin jelas
kelemahan kita. Alasan adalah kelemahan kita. Cara menjawab kritikan adalah
evaluasi dan perbaikan diri.Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun.
Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan hidup. Sayang hidup hanya
sekali dan sebentar hanya untuk menipu diri. Merasa keren di dunia tetapi hina
dihadapan Allah. Merasa pinter padahal bodoh dalam pandangan Allah.

Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal diatas.Setiap waktu berlalu tambahlah
ilmu agar iman meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal.
Alhamdulillah
Suami, Pemimpin Bagi Keluarga
Oleh : Yayan Mulyana
( Khutbah nikah di kefa selatan, 14 Nopember 2012)

Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga dimulai dengan ijab-kabul. Saat itulah yang
halal bisa jadi haram, atau sebaliknya yang haram bisa jadi halal. Demikianlah ALLOH telah
menetapkan bahwa ijab-kabul walau hanya beberapa patah kata dan hanya beberapa saat saja,
tapi ternyata bisa menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

Saat itu terdapat mempelai pria, mempelai wanita, wali, dan saksi, lalu ijab-kabul dilakukan,
sahlah keduanya sebagai suami-istri. Status keduanya pun berubah, asalnya kenalan biasa
tibatiba jadi suami, asalnya tetangga rumah tiba-tiba jadi istri. Orang tua pun yang tadinya
sepasang, saat itu tambah lagi sepasang. Karenanya, andaikata seseorang berumah tangga dan
dia tidak siap serta tidak mengerti bagaimana memposisikan diri, maka rumah tangganya hanya
akan menjadi awal berdatangannya aneka masalah.

Ketika seorang suami tidak sadar bahwa dirinya sudah beristri, lalu bersikap seperti seorang yang
belum beristri, akan jadi masalah. Dia juga punya mertua, itupun harus menjadi bagian yang
harus disadari oleh seorang suami. Setahun, dua tahun kalau ALLOH mengijinkan akan punya
anak, yang berarti bertambah lagi status sebagai bapak. Ke mertua jadi anak, ke istri jadi suami,
ke anak jadi bapak. Bayangkan begitu banyak status yang disandang yang kalau tidak tahu
ilmunya justru status ini akan membawa mudharat. Karenanya menikah itu tidak semudah yang
diduga, pernikahan yang tanpa ilmu berarti segera bersiaplah untuk mengarungi aneka derita.
Kenapa ada orang yang stress dalam rumah tangganya? Hal ini terjadi karena ilmunya tidak
memadai dengan masalah yang dihadapinya.

Begitu juga bagi wanita yang menikah, ia akan jadi seorang istri. Tentusaja tidak bisa
sembarangan kalau sudah menjadi istri, karena memang sudah ada ikatan tersendiri. Status juga
bertambah, jadi anak dari mertua, ketika punya anak jadi ibu. Demikianlah, ALLOH telah
menyetingnya sedemikian rupa, sehingga suami dan istri, keduanya mempunyai peran yang
berbeda-beda.

Tidak bisa menuntut emansipasi, karena memang tidak perlu ada emansipasi, yang diperlukan
adalah saling melengkapi. Seperti halnya sebuah bangunan yang menjulang tinggi, ternyata
dapat berdiri kokoh karena adanya prinsip saling melengkapi. Ada semen, bata, pasir, beton,
kayu, dan bahan-bahan bangunan lainnya lalu bergabung dengan tepat sesuai posisi dan
proporsinya sehingga kokohlah bangunan itu.

Sebuah rumah tangga juga demikian, jika suami tidak tahu posisi, tidak tahu hak dan kewajiban,
begitu juga istri tidak tahu posisi, anak tidak tahu posisi, mertua tidak tahu posisi, maka akan
seperti bangunan yang tidak diatur komposisi bahan-bahan pembangunnya, ia akan segera
ambruk tidak karu-karuan. Begitu juga jika mertua tidak pandai-pandai jaga diri, misal dengan
mengintervensi langsung pada manajemen rumah tangga anak, maka sang mertua sebenarnya
tengah mengaduk-aduk rumah tangga anaknya sendiri.

Seorang suami juga harus sadar bahwa ia pemimpin dalam rumah tangga. ALLOH SWT
berfirman, "Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena ALLOH telah melebihkan sebagian
mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta
mereka…" (Q.S. An-Nissa [4]: 34).

Dan seorang pemimpin hanya akan jadi pemimpin jika ada yang dipimpin. Artinya, jangan
merasa lebih dari yang dipimpin. Seperti halnya presiden tidak usah sombong kepada rakyatnya,
karena kalau tidak ada rakyat lalu mengaku jadi presiden, bisa dianggap orang gila. Makanya,
presiden jangan merendahkan rakyat, karena dengan adanya rakyat dia jadi presiden.

Sama halnya dengan kasus orang yang menghina tukang jahit, padahal bajunya sendiri dijahit,
"Hmm, tukang jahit itu pegawai rendahan". Coba kalau bajunya tidak dijahitkan oleh tukang
jahit, tentu dia akan kerepotan menutup auratnya. Dia dihormati karena bajunya diselesaikan
tukang jahit. Lain lagi dengan yang menghina tukang sepatu, "Ah, dia mah cuma tukang sepatu".
Sambil dia kemana-mana bergaya memakai sepatu.
Tidak layak seorang pemimpin merasa lebih dari yang dipimpin, karena status pemimpin itu ada
jikalau ada yang dipimpin. Misalkan, istrinya bergelar master lulusan luar negeri sedangkan
suaminya lulusan SMU, dalam hal kepemimpinan rumah tangga tetap tidak bisa jadi berbalik
dengan istri menjadi pemimpin keluarga. Dalam kasus lain, misalkan, di kantornya istri jadi
atasan, suami kebetulan stafnya, saat di rumah beda urusannya. Seorang suami tetaplah
pemimpin bagi istri dan anak-anaknya.

Oleh karena itu, bagi para suami jangan sampai kehilangan kewajiban sebagai suami. Suami
adalah tulang punggung keluarga, seumpama pilot bagi pesawat terbang, nakhoda bagi kapal
laut, masinis bagi kereta api, sopir bagi angkutan kota, atau sais bagi sebuah delman.
Demikianlah suami adalah seorang pemimpin bagi keluarganya. Sebagai seorang pemimpin harus
berpikir bagaimana nih mengatur bahtera rumah tangga ini mampu berkelok-kelok dalam
mengarungi badai gelombang agar bisa mendarat bersama semua awak kapal lain untuk menepi di
pantai harapan, suatu tempat di akhirat nanti, yaitu surga.

Karenanya seorang suami harus tahu ilmu bagaimana mengarungi badai, ombak, relung, dan
pusaran air, supaya selamat tiba di pantai harapan. Tidak ada salahnya ketika akan menikah kita
merenung sejenak, "Saya ini sudah punya kemampuan atau belum untuk menyelamatkan anak
dan istri dalam mengarungi bahtera kehidupan sehingga bisa kembali ke pantai pulang nanti?!".
Karena menikah bukan hanya masalah mampu cari uang, walau ini juga penting, tapi bukan salah
satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat, tapi ternyata
tidak shalat, sungguh sangat merugi. Ingatlah karena kalau sekedar cari uang, harap tahu saja
bahwa garong juga tujuannya cuma cari uang, lalu apa bedanya dengan garong?! Hanya beda
cara saja, tapi kalau cita-citanya sama, apa bedanya?

Buat kita cari nafkah itu termasuk dalam proses mengendalikan bahtera. Tiada lain supaya
makanan yang jadi keringat statusnya halal, supaya baju yang dipakai statusnya halal, atau agar
kalau beli buku juga dari rijki yang statusnya halal. Hati-hatilah, walaupun di kantong terlihat
banyak uang, tetap harus pintar-pintar mengendalikan penggunaannya, jangan sampai asal main
comot. Seperti halnya ketika mancing ikan di tengah lautan, walaupun nampak banyak ikan,
tetap harus hati-hati, siapa tahu yang nyangkut dipancing ikan hiu yang justru bisa mengunyah
kita, atau nampak manis gemulai tapi ternyata ikan duyung.

Ketika ijab kabul, seorang suami harusnya bertekad, "Saya harus mampu memimpin rumah
tangga ini mengarungi episode hidup yang sebentar di dunia agar seluruh anggota awak kapal
dan penumpang bisa selamat sampai tujuan akhir, yaitu surga". Bahkan jikalau dalam kapal ikut
penumpang lain, misalkan ada pembantu, ponakan, atau yang lainnya, maka sebagai pemimpin
tugasnya sama juga, yaitu harus membawa mereka ke tujuan akhir yang sama, yaitu surga.

ALLOH Azza wa Jalla mengingatkan kita dalam sabdanya, "Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu…" (Q.S. At Tahriim [66]:6).

Kepada pembantu jangan hanya mampu nyuruh kerja saja, karena kalau saja dulu lahirnya
ALLOH tukarkan, majikan lahir dari orang tua pembantu, dan pembantu lahir dari orang tua
majikan, maka si majikan yang justru sekarang lagi ngepel. Pembantu adalah titipan ALLOH, kita
harus mendidiknya dengan baik, kita sejahterakan lahir batinnya, kita tambah ilmunya,
mudahmudahan orang tuanya bantu-bantu di kita, anaknya bisa lebih tinggi pendidikannya, dan
yang terpenting lagi lebih tinggi akhlaknya.

Inilah pemimpin ideal, yaitu pemimpin yang bersungguh-sungguh mau memajukan setiap orang
yang dipimpinnya. Siapapun orangnya didorong agar menjadi lebih maju. ***
BEKAL UTAMA BERUMAH TANGGA
Oleh : Yayan Mulyana
( Khutbah nikah di Insana, 26 Nopember 2011)

“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada suatu keluarga. Dia memperdalamkan pengetahuan agama
kepada mereka. Menjadikan anak-anak mereka menghormati orang tua mereka. Memberikan
kemudahan pada kehidupan mereka. Kesederhanaan dalam nafkah mereka dan memperlihatkan aib
mereka, sehingga mereka menyadarinya,lalu menghentikan perbuatannya. Namun,apabila
menghendaki sebaliknya, Dia meninggalkan dan menelantarkan mereka.” (H.R. Daaruqthni )

Semoga Allah yang Maha Mengatur Segala Kejadian serta Maha Memudahkan Segala Urusan
melindungi
hamba-hamba-Nya dari sikap berkecil hati,terutama manakala kepada kita dikaruniakan niat dan
keinginan
untuk memiliki pasangan hidup. Sebagian kecil dari kisah kehidupan yang terpapar berikut ini, masya
Alloh,telah menunjukan kepada kita betapa tidak mudah mengayuh bahtera rumah tangga itu. Tidak
cukup
hanya diawali dengan keinginan untuk menikah belaka. Karena, ternyata tidak sedikit pasangan yang
telah
memasuki dunia rumah tangga menemui kenyataan bahwa pergantian hari-harinya telah menjadi
pergantian
kesusahan yang satu ke kesusahan berikutnya. Pernik-pernik masalah seakan telah menjadi seluruh
dinding
rumahnya.

Seorang ibu rumah tangga yang mengaku telah 16 tahun berumah tangga serta telah dikaruniai 3
orang putra-putri yang sehat dan cerdas, menumpahkan keluhan mengenai masalah rumah tangganya
di rubrik konsultasi sebuah surat kabar. Dari segi materi duniawi, mereka keluarga yang
berkecukupan karena
keduanya bekerja di kantor.

Akan tetapi, ada ganjalan yang semula diabaikan dari pikiran sang istri. Ia merasakan pernikahannya
terasa
manis pada hari Sabtu dan Minggu saja, yakni ketika keduanya tidak ngantor, sehingga dapat berkumpul

dengan seluruh keluarga. Selebihnya, dari Senin sampai Jumat, terasa hambar. Suaminya berkantor di
sebuah gedung pusat perkantoran modern, yang menurut anggapan sang istri, tentulah setiap harinya
akan
bertemu dengan segala macam wanita, dari yang berbusana minim sampai yang bergaun sebatas tumit.
Pemandangan semacam itu akan ditemui sang suami dari Senin hingga Jumat. Sedangkan, sang istri
mengaku penampilannya di rumah biasa-biasa saja. Kini ia rasakan tidak lagi seramping dulu. Rata-rata
suaminya pergi ke kantor sejak subuh dan pulang malam hari. Artinya, selama 15 jam setiap harinya.
Ketika
tiba di rumah pun, kegiatan-nya hanya makan malam, lalu pergi tidur. Begitu yang terjadi setiap hari.
Suaminya seperti sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk berbincang-bincang dengannya. Kalaupun ia
bertanya tentang sesuatu, jawaban yang keluar dari mulut sang suami singkat-singkat saja. Kalau suatu
ketika ia bercerita tentang sesuatu, ia tidak tahu apakah didengarkan atau tidak karena suaminya Cuma
diam dan acuh tak acuh. Kalaupun mengomentarinya, pastilah kata-kata yang terlontar itu berbau
memojokkan sang istri.

Satu hal yang paling ia benci adalah saat tiba hari Minggu malam. Sepulang dari suatu tempat, biasanya
suaminya mulai ketus. Bahkan tidak jarang keduanya terlibat lagi dipersoalkan sang suami adalah sikap
sang istri yang dinilai cerewet dan suka mengatur. Suaminya mulai bersikap baik lagi kalau tiba Jumat
malam. Karena, Sabtu paginya mereka akan berkumpul bersama lagi hingga Minggu petang. Yang lebih
repot lagi, ia sering bermimpi bahwa suaminya menyeleweng dengan wanita lain. Sehingga, kalau sang
suami lagi
tampak terdiam melamun, ia pun langsung teringat akan mimpinya tersebut. Karuan saja dari hari ke hari
kian bergumpal kecemasan dan kegelisahan yang tak berujung dan berpangkal.

Itulah gambaran tentang satu sisi getir dari kehidupan berumah tangga, yang bias dialami oleh siapa
saja, tanpa terkecuali. Lebih-lebih pada pasangan muda, yang notabene pengalaman berumah
tangganya masih sedikit. Tentu cerita nyata ini tidak mengajak siapa pun untuk bersikap pesimistis dan
cemas sebelum berbuat. Bagaimanapun pernik-pernik problematika rumah tangga semacam ini bisa
juga terjadi menimpa kita. Terutama, kalau ada sesuatu yang tidak sempat kita persiapkan, baik
sebelum memasuki gerbang pernikahan maupun setelah menjalani kehidupan berumah tangga. Faktor-
faktor apa saja yang perlu kita persiapkan itu? Mudah-mudahan beberapa “resep” ini kalau dicoba
diterapkan, bisa membuat perjalanan pernikahan yang kita titi menjadi indah dan menenteramkan
kalbu.

Bekal Ilmu

Faktor yang pertama adalah bahwa sebuah rumah tangga akan menjadi kokoh,kuat, dan mantap kalau
suami istri sam-sama mencintai ilmu. Rasullulah SAW pernah bersabda, ”Barangsiapa yang
menginginkan
dunia,(mendapatkannya) harus memakai ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat,
(mendapatkannya)
harus memakai ilmu. Barangsiapa yang menginginkan dunia dan akhirat (mendapatkannya pun) harus
memakai ilmu.”

Artinya, bila ada yang bertanya, mengapa rumah tangga yang dijalaninya terasa berat, banyak kesulitan,
dan
tidak menemukan kedamaian, jawabannya adalah karena ternyata ilmu tentang berumah tangga yang
dimiliki tidak sebanding dengan masalah yang dihadapi. Setiap hari akan selalu bertambah maslah,
kebutuhan, maupun peluang munculnya konflik. Semua ini merupakan kenyataan hidup yang tidak akan
pernah bisa dipungkiri .Bila pertambahan segala pernik kehidupan ini tidak diimbangi dengan
pertambahan
ilmu untuk menyiasatinya, maka pastilah sebuah keluarga tidak akan pernah mampu menghadapi hidup
ini
dengan bai Jangan heran kalau rumah tangga yang seperti ini bagaikan perahu yang kelebihan muatan.
Dia
akan tampak oleng, miring ke kiri, tak mau melaju denhgan semestinya, bahkan bias-bisa akan
tenggelam
karam.

Adapun ciri khas yang tampak adalah para penghuni rumah tangga itu selalu sangat mengandalkan emosi
di dalam mengatasi setiap masalah yang muncul.

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah.” (Q.S.Shaad [38]:26

Ciri khas yang tampak dari keluarga yang tidak memiliki ilmu dalam berumah tangga adalah para
penghuninya selalu sangat mengandalkan emosi di dalam mengatasi setiap masalah yang muncul .
Betapa
tidak ! Karena, mereka tidak pernah tahu bagaimana cara menghadapi masalah yang selalu muncul
seiring
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Seorang ayah yang kurang ilmu akan sangat mengandalkan
kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan yang muncul. Ini dikarenakan semakin hari tuntutan
kebutuhan hidup terus meningkat , sehingga potensial akan bertumpuk dalam pikiran , berjalin
berkelindan
dengan beban stressing mental karena rutinitas kesibukan kantor.Manakala iman tengah menipis, kendati

batin pun akan mengendur. Ini mengakibatkan tindakan mencari nafkah untuk mengatasi pertambahan
kebutuhan tersebut menjadi kurang terkontrol. Tak ayal , pertimbangan halal haram dan hak bathil pun
jadi
tertepiskan. Keberkahan atas rezeki yang diperoleh pun praktis terkikis. Ketika rezeki itu telah dinikmati
oleh istri dan anak-anak di rumah, maka tidak bisa tidak , ia bukannya membuahkan ketenangan batin,
melainkan kegundahgelisahan, yang ujung-ujungnya malah bisa menaikkan kadar emosionalitas sang
ayah.

Sementara itu, anak-anak semakin hari semakin beranjak besar. Ketika masih bayi mereka butuh
perhatian khusus. Keterbatasan ilmu orang tua, tidak bisa tidak, akan mengakibatkan bayi menjadi
teraniaya, baik
ketika itu maupun setelah mereka besar kelak. Tidakkah kalau mereka menjadi penyakitan karena orang
tua tidak mengetahui cara memperhatikan aspek kesehatan mereka, akan membuat mereka menjadi
sengsara dan menderita hidup di dunia? Tidakkah kalau mereka kelak menjadi rendah kadar
intelektualitasnya, akan membuatnya tidak memiliki prestasi hidup, sehingga menjadi manusia yang
gagal dan tersisihkan?
Bukankah kalau kelak mereka menjadi anak-anak nakal, tersesat dari jalan yang benar akan membuat
mereka menderita dunia akhirat ? Masih banyak lagi akibat buruk lainnya yang akan menimpa anak-
anak
karena kita para orang tua tidak memiliki bekal ilmu.

Belum lagi kalau pihak orang tua terlalu mengandalkan emosi dan kekerasan, sehingga praktis segala
pendekatan yang kita gunakan hampir bisa dipastikan selalu membuahkan kegagalan dalam
memecahkan masalah. Menghadapi anak-anak yang nakal dan enggan menuruti nasihat orang tua,
misalnya. Tentulah akan didekati dengan kepala and hati yang panas membara. Menghadapi istri yang
terkesan rewel , sok mengatur, dan mulai membosankan , atau sebaliknya, menghadapi suami yang
terkesan otoriter , banyak tuntutan , sering telat pulang ke rumah, misalnya. Tentulah semua itu akan
membuat rumah menjadi terasa gerah karena darah yang selalu bergolak panas. Na’udzubillah!
Walhasil, sekiranya ada diantara suami-istri yang jarang mendatangi majelis-majelis ilmu, enggan
menyisihkan waktu untuk membuka bahan bacaan ataupun berdialog dengan orang yang lebih tahu,
hampir dapat dipastikan rumah tangganya akan tidak seimbang, akan selalu dekat dengan kesusahan dan

penderitaan batin, tidak arif dalam menyelesaikan aneka masalah, dan bukan mustahil akan berujung
pada
kegagalan yang sangat menyakitkan dan merugikan. Oleh karena itu, tampaknya kita harus
mempersiapkan
bekal ilmu ini justru semenjak kita berkeinginan untuk menikah. Atau, kalaupun kita sudah lama
berumah
tangga , belum terlambat untuk menyadari bahwa ilmu adalah bekal utama yang harus segera digapai.
Jangan merasa sayang untuk menyisihkan sebagian dari waktu maupun penghasilan nafkah kita untuk
menambah ilmu. Apakah itu untuk membeli buku dan bahan bacaan lainnya yang dibutuhkan, untuk
mendatangi majelis-majelis ta’lim yang di dalamnya justru tidak hanya bertaburkan ilmu, tetapi juga
rahmat dan pertolongan Allah , mengikuti training, kursus, dan sejenisnya.

Ingat, gagalnya seorang ayah atau ibu dalam menyelesaiakan aneka masalah yang muncul di tengah-
tengah keluarga, bukannya karena masalahnya yang berat atau rumit, melainkan lebih dikarenakan
lemahnya
keterampilan dan sikap kita dalam menyikapi dan menyiasati masalah itu sendiri.

Jangan salahkan siapapun kalau rumah tangga kita dari hari ke hari selalu terasa runyam dan tidak
nyaman. Salahkanlah diri sendiri sebagai orang tua yang enggan menjadikan ilmu sebagai bekal utama
untuk
mengarungi samudera kehidupan yang memang penuh ombak dan badai ini. Ilmu agama adalah utama,
tetapi ilmu dunia pun tak kalah pentingnya. Rumah tangga yang tidak dekat dengan ilmu adalah rumah
tangga yang akan selalu dekat dengan kesusahan dan kesempitan. Camkanlah!

Gemar Beramal

Ternyata setiap ilmu itu tidak membawa manfaat, kecuali bila sudah mewujud dalam bentuk amal.
Rumus
kehidupan ini sebenanya sederhana saja, yakni: seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu dari apa
yang
diinginkan, tetapi dari apa yang bisa ia lakukan. Karenanya, syarat yang kedua bagi tercapainya rumah
tangga yang ideal setelah menguasai ilmu adalah gemar mengamalkannya. Hidup ini bagaikan gaung
di
pegunungan. Apa yang kembali kepada kita tergantung dari apa yang kita bunyikan. Sekiranya
menginginkan suatu kebaikan menghampiri kita, maka ia tidak bisa datang hanya dengan cara meminta

orang lain berbuat baik. Akan tetapi, terlebih dulu harus melakukan suatu kebaikan kepada orang lain.

Suami yang sibuk menyayangi dan membahagiakan istrinya lahir batin, niscaya akan mendapatkan
balasan yang amat mengesankan dari sang istri. Demikian pun kalau istri ingin disayangi dan
dibahagiakan suami. Jawabannya hanya satu : barangsiapa bisa memuliakan suaminya dengan ikhlas,
Allah pun akan
melembutkan hati sang suami untuk menyayanginya dengan penuh keikhlasan pula.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya.
Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”(Q.S. Al-An’aam [6]: 132)

Jangan menuntut sesuatu kepada orang lain, tetapi tuntutlah terlebih dahulu diri kita untuk berbuat
suatu kebaikan semaksimal mungkin. Tidakkah Allah Azza wa Jalla telah berfirman,”Barangsiapa
yang
mengerjakan kebaiakan sebesar dzarrah pun,niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasannya) pula. ?”(Q.S.
Az-
Zalzalah[99]:7-8 ). Artinya, segalanya tergantung kita. Sesungguhnyalah balasan Allah itu akan sangat

dirasakan adilnya mana kala kita menyadari satu hal, yakni bahwa segalanya akan kembali kepada
kita,
tergantung apa bentuk amal yang dilakukan.

Camkan sekali lagi :bahwa kita tidak akan mendapatkan sesuatu dari apa yang kita inginkan dan
harapkan, tetapi kita akan mendapatkan banyak dari apa yang diberikan. Semakin gemar bersedekah,
maka insya
Allah akan semakin melimpah rezeki hak kita dari -Nya. Semakin senang menolong orang lain, akan
semakin banyak pula orang menolong kita. Semakin kita biasakan untuk membahagiakan dan
memudahkan urusan orang lain, maka rasakanlah, betapa akan semakin banyak hal-hal yang dapat
mendatangkan kebahagiaan sementara segala urusan kita pun dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Hendaknya di mana kita berada harus membuat orang lain merasa diuntungkan dengan kehadiran kita.
Setidaknya keberadaan kita jangan sampai merugikan orang lain. Rumah tangga yang memiliki
komitmen hidup semacam ini niscaya akan mendapati betapa jaminan Allah itu teramat mengesankan.
“ Dan
barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri kebaikan lagi Maha Menegtahui.”(Q.S. Al-Baqarah[2]: 158)

Sebaliknya, semakin pelit kepada orang lain, maka hidup ini akan terasa banyak menemukan kesulitan.
Semakin senang berlaku aniaya terhadap orang lain, niscaya akan semakin banyak yang menzhalimi
kita.
Demikian pun, rumah tangga yang banyak menyakiti orang lain, niscaya akan menjadi rumah tangga
yang
banyak tersakiti pula. Inilah rumus sunatullah yang akan dialami oleh siapapun, sebagaimana pula
yang
telah ditegaskan oleh-Nya, “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan

apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. “(Q.S. Al -
An’aam[6]:132)

Jadi,janganlah ingin menjadi suami yang disayangi istri, tetapi jadilah suami yang menyayangi istri.
Janganlah ingin dihormati oleh anak-anak atau mertua, namun hormatilah mereka. Nanti toh
semuanya
akan kembali kepada kita jua. Janganlah ingin diberi sesuatu oleh tetangga, namun berilah mereka.
Nanti
Allah akan menggerakkan hati mereka untuk mengulurkan tangan bantuannya kepada kita. Walhasil,
rumus yang kedua setelah ilmu sebagai bekal utama dalam berumah tangga, adalah hendaknya di
mana
pun kita berada menjadi orang yang selalu bisa berbuat sesuatu. Itulah amal-amal kebaikan.

Ikhlas

Ternyata sehebat apapun amal-amal kita tidak akan bermanfaat dihadapan Allah, kecuali amal-amal
yang
dilakukan dengan ikhlas. Orang yang ikhlas adalah orang yang berbuat sesuatu tanpa berharap
mendapatkan apa pun ,kecuali ingin disukai oleh Allah. Inilah bekal utama ketiga dalam berumah
tangga.
Dalam mengarungi kehidupan ini akan banyak didapati aneka masalah. Kita pasti akan menemukan
berbagai kesulitan ,kesempitan, dan kesengsaraan lahir batin, kecuali kalau mendapat pertolongan-
Nya.
Allah tahu persis kebutuhan kita, lebih tahu daripada kita sendiri. Dia tahu persis masalah yang akan
menimpa kita , lebih tahu daripada kita sendiri. Karenanya, Allah menjanjikan , “Wa man yattaqillah
yaj’allahu makhrajan.” (Q.S. Ath-Thalaaq [65]: 2) Rumah Tangga yang terus-menerus meningkatkan
ketaatannya kepada Allah , akan senantiasa dikaruniai oleh-Nya jalan keluar atas segala urusan dan
masalah yang dihadapinya. Anak-anak membutuhkan biaya , Allah akan mencukupi mereka karena
Dia
Dzat yang Mahakaya. Pelacur,perampok, dan orang-orang zhalim saja diberi rezeki,bagaimana
mungkin
anak-anak kita dilalaikan-Nya? Suami hatinya keras membatu, otoriter, dan suka bertindak kasar, apa
sulitnya bagi Allah membolak-balikkan setiap hati, sehingga menjadi berhati lembut,baik, dan bijak.

Masalahnya, adakah keluarga kita layak mendapat jaminan-Nya ataukah tidak? Kuncinya adalah bahwa
rumah tangga yang selalu dekat kepada Allah dan sangat menjaga keikhlasan dalam beramal, itulah
rumah
tangga yang layak memperoleh jaminan pertolongan -Nya. Semakin suatu rumah tangga jarang shalat,
enggan bersedekah dan menolong orang lain, malas melakukan amal-amal kebaikan, ditambah lagi
berhati
busuk, maka semakin letihlah dalam mengelola rumah tangga ini. Rumah seluas apa pun akan tetap
terasa
sempit kalau hati para penghuninya sempit. Ketika berada di lapangan yang luas , lalu menemukan
anjing
atau ular, kita toh tidak merasa gentar. Akan tetapi, ketika di kamar mandi , berdua dengan tikus saja
bisa
jadi masalah.

Apa sebab ? Di ruangan kecil, perkara kecil akan menjadi besar. Sebaliknya diruangn yang lapang,
perkara
besar akan menjadi kecil. Karenanya, rumah tangga itu akan dirasakan kebahagiaannya hanya oleh
orang-
orang yang berhati bersih dan ikhlas. Bila kita temukan beberapa kekurangan pada istri kita , bukan
masalah , karena toh isteri kita bukan malaikat. Demikian pun kekurangan yang ada pada suami,
janganlah sampai jadi masalah, karena suami pun bukan malaikat. Kekurangan yang ada untuk saling
dilengkapi, sedangakan kelebihannya untuk disyukuri. Lain lagi,bagi yang berhati busuk, kekurangan
yang
ditemukan pada istri atau suami akan dijadikan jalan untuk saling berbuat aniaya. Na’udzubillah! [

“Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji. apa yang ada dalam hatimu Allah Maha Mengetahui
isi hati”(Q.S. Ali Imran [3]: 154)

Dalam kaca mata ruhiyah,bersatunya seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam satu ikatan
pernikahan, adalah berhimpunnya dua hati yang memiliki harapan mulia, yakni membangun rumah
tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Demikianlah sesungguhnya yang dikehendaki Allah
yang
memiliki sifat Rahman dan Rahim, sebagaimana firman-Nya, “Dan diantara bukti-bukti kekuasaan-
Nya
ialah diciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapatkan
ketenangan hati dan dijadikan-Nya rasa kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu
menjadi tanda-tanda kebesaran -Nya bagi orang-orang yang berpikir.”(Q.S. Ar-Ruum [30]: 21)

Namun, dalam sisi lain, ternyata ikatan pernikahan itu berarti juga berhimpunnya dua manusia yang
memiliki aneka sisi perbedaan. Demikian pula halnya manakala dikemudian hari hadir anak-anak di
tengah-tengah mereka. Jenis kelaminnya saja sudah berbeda, apalagi karakternya, emosinya,
keinginannya ,harapannya, sikapnya terhadap sesuatu, dan sebagainya.

Kalaupun sepasang suami istri tampak sering sejalan dalammenyikapi dan melakukan berbagai hal,
itu hampir dapat dipastikan karena ada upaya dari masing-masingnya untuk rela saling menahan diri
serta saling mengorbankan apa-apa yang potensial bisa memicu perbedaan itu sendiri. Walhasil,
lahirlah dalam rumah tangga yang mereka bina perasaan tenteram,lapang hati , dan cinta kasih.
Itulah pula hikmah dari pernikahan itu sendiri, yakni dikaruniai-Nya mereka nikmat sakinah,
mawaddah, warahmah. Titik-titik perbedaan itu sendiri, sewaktu-waktu bisa muncul ke permukaan,
terutama bila diantara mereka sudah tumbuh keinginan untuk saling memaksakan kehendak dan
enggan saling
menghargai aspirasi masing-masing. Apalagi dan biasanya kalau semua itu lahir dari karakter dan
tingkat emosionalitas masing-masing. Tidak jarang kita temukan rumah tangga yang hari-harinya
penuh dengan pertengkaran dan kesalahpahaman , sehingga tidak sedikit berakhir dimeja perceraian.

Inilah justru bagian dari fenomena yang mungkin akan dihadapi oleh setiap pasangan suami istri,
sehingga kita butuh bekal yang efektif untuk menyikapi dan menyiasatinya, agar kemungkinan
munculnya potensi konflik semacam ini bisa dihilangkan atau setidak-tidaknya diminimalisasi. Apakah
bekal yang harus kita miliki itu ? Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla mengaruniai kita ilmu yang
bermanfaat serta
kesanggupan untuk mengamalkannya dengan tepat.

Bersih Hati

Setiap saat ujian dan aneka masalah bukan tidak mungkin akan datang mendera rumah tangga dengan
tiba-tiba. Bagaimana seorang suami atau seorang istri menyikapinya, ternyata tergantung dari satu
hal, yakni qalbu ! Terserah kita, apa yang akan kita lakukan dengan masalah itu? Mau dibuat rumit,
perumitlah. Nanti kita sendiri yang akan melihat dan merasakan buahnya.Namun, mau dibuat
sederhana juga, silakan sederhanakan , nanti kita pun akan melihat dan merasakan buahnya.

Setiap masalah dalam rumah tangga bisa menjadi rumit dan bisa juga menjadi sederhana,tentu
bergantung bagaimana kondisi hati kita yang kita miliki, yang akhirnya membuat kita harus
memutuskan langkah bagaimana menyikapinya. Padahal,bagi kita kuncinya hanya satu : sesungguhnya
tak ada masalah dengan masalah karena yang menjadi masalah adalah cara kita yang salah dalam
menyikapi masalah.

Oleh sebab itu, hati yang bersih adalah bekal utama keempat yang harus dimiliki oleh para pelaku
rumah
tangga, setelah memiliki bekal ilmu , amal,dan keiklasan. Bersih hati,tidak bisa tidak, akan menjadi
senjata
pamungkas dalam menyiasati serumit dan sesulit apapun masalah yang muncul dalam sebuah keluarga.

Adapun buahnya hampir dapat dipastikan adalah rumah tangga yang tenang tenteram, penuh cinta
kasih ,
dan selalu saling mengingatkan dalam hal mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Sedangkan
rumah tangga yang di dalamnya banyak disebut nama Allah, banyak dikumandangkan ayat-ayat -Nya,
dan
mampu menyempurnakan ikhtiar dalam mencari jalan keluar atas setiap masalah,niscaya akan menjadi

keluarga yang sangat dekat dengan pertolongan-Nya dan akan menjadi suri tauladan bagi yang lain.

Subhanallah! Ujian dan masalah rumah tangga memang akan datang setiap saat, suka atau tidak
suka. Namun,bagi suami dan istri yang berhati bersih ,semua itu akan disikapi sebagai nikmat dari
Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Karena, bagaimanapun dibalik setiap ujian dan masalah
itu pasti
terkandung hikmah yang luar biasa mengesankan, yang akan semakin meningkatkan, kedewasaan
dan kearifan, sekiranya mampu menyikapi segalanya dengan tepat, yang hal ini justru lahir dari hati
yang bening dan bersih dari segala noktah-noktah kekotoran hawa nafsu.

Ujian dan persoalan hidup yang menimpa justru benar-benar akan membuat kita semakin merasakan
indahnya hidup ini karena yakin bahwa semua itu merupakan perangkat kasih sayang Allah, yang
membuat sebuah rumah tangga tampak semakin bermutu. Tidak usah heran, sehebat apapun
kesulitan hidup yang menimpa, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam.

Tidak usah heran, sehebat apa pun kesulitan hidup yang menimpa , sungguh bagaikan air di relung
lautan
yang dalam. Tidak akan pernah terguncang meski ombak dan badai saling menerjang. Pun laksana
karang
yang tegak tegar, yang tak akan pernah bergeser saat dihantam gelombang sedahsyat apapun. Sekali-
kali
tidak akan terbersit rasa putus asa ataupun keluh kesah berkepanjangan. Memang, betapa luar biasa
para
penghuni rumah tangga yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datang tak akan pernah membuatnya
lalai
dari bersyukur. Andai pun musibah yang menerjang, ia akan mampu menegndalikan kayuh bahtera
dengan tenang. Subhanalloh, sungguh teramat menegesankan. Wallahu a’lam
Bisshowab (and)[manajemenqolbu.com]**
BILA RUMAH TANGGA CINTA DUNIA
Oleh : Yayan Mulyana
( Khutbah nikah di Kantor KUA, 28 Nopember 2011)

”Dan tiadalah kehidupan di dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesunguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui” Al-Ankabut ayat 64

Seakan telah menjadi bagian yang sangat standar dari skenario kehidupan ini, bahwa hampir
sepanjang rentang usia dunia hingga saat ini, betapa banyak orang yang selama hidupnya begitu
disibukkan oleh kerja keras, peras keringat banting tulang dalm mencari penghidupan, persis seperti
ketakutan tidak
kebagian makan. Apa yang telah diperolehnya dikumpul-kumpulkan dan ditimbun dengan seksama
demi agar anak-anaknya terjamin masa depannya.

Ada juga orang yang dalam hidupnya teramat merindukan penghargaan dan penghormatan, sehingga
hari-harinya begitu disibukan dengan memperindah rumah, mematut-matut diri, membeli aneka
asesori, dan sebagainya, yang semua itu notabene dilakukan semata-mata ingin dihargai orang.

Inilah fenomena kehidupan yang menunjukan betapa manusia dalam kehidupannya akan selalu
berpeluang dekat dengan hawa nafsu yan merugikan. Oleh sebab itu, bagi siapa pun yang berniat
mengayuh bahtera rumah tangga, hendaknya jangan membayangkan rumah tangga akan beroleh
kebahagiaan dan ketenangan bila hanya dipenuhi dengan hal-hal duniawi belaka. Karena, segala
asesoris duniawi diberikan oleh ALLAH kepada orang yang terlaknat sekalipun.

Sekiranya tujuan sebuah rumah tangga hanya duniawi belaka, maka batapa para penghuninya akan
merasakan letih lahir batin karena energinya akan lebih banyak terkuras oleh segala bentuk
pemikiran tentang taktik dan siasat, serta nafsu menggebu untuk mengejar-ngejarnya terus menerus
siang malam. Padahal, apa yang didapatkannya tak lebih dari apa yang telah ditetapkan ALLAH
untuknya. Walhasil, hari-harinya akan terjauhkan dari ketenteraman batin dan keindahan hidup
yang hakiki karena tak ubahnya seorang budak. Ya, budak dunia !

ALLAH ‘Azza wa jalla memang telah berfirman untuk siapa pun yang menyikapi dunia dengan cara
apa pun : cara hak maupun cara bathil. “Hai dunia, titah-Nya, “ladeni orang yang sungguh-sungguh
mengabdikan dirinya kepada-Ku. Akan tetapi sebaliknya, perbudak orang yang hidupnya hanya
menghamba kepadamu” !

Rumah tangga yang hanya ingin dipuji karena asesoris duniawi yang dimilikinya, yang sibuk hanya
menilai
kebahagiaan dan kemuliaan datang dari perkara duniawi, adalah rumah tangga yang pasti akan
diperbudak
olehnya.

Rumah tangga yang tujuannya hanya ALLAH, ketika mendapatkan karunia duniawi, akan bersimpuh

penuh rasa syukur kehadiratnya. Sama sekali tidak akan pernah kecewa dengan seberapa pun yang
ALLAH berikan kepada-Nya. Demikian pun manakala ALLAH mengamininya kembali dari
tangannya,
sekali-kali tidak akan pernah kecewa karena yakin bahwa semua ini hanyalah titipannya belaka.

Pendek kata adanya duniawi di sisinya tidak membuatnya sombong tiadanya pun tiada pernah
membuatnya menderita dan sengsara, apalagi jadi merasa rendah diri karenanya. Lebih-lebih lagi
dalam hal ikhtiar dalam mendapatkan karunia duniawi tersebut. Baginya yang penting bukan perkara
dapat atau tidak dapat, melainkan bagaimana agar dalam rangka menyongsong hati tetap terpelihara,
sehingga
ALLAH tetap ridha kepadanya. Jumlah yang didapat tidaklah menjadi masalah, namun kejujuran
dalam menyongsongnya inilah yang senantiasa diperhatikan sungguh-sungguh. Karena, nilainya
bukanlah dari karunia duniawi yang diperolehnya, melainkan dari sikap terhadapnya.

Oleh karena itu, rumah tangga yang tujuannya ALLAH Azza wa Jalla sama sekali tidak akan silau dan

terpedaya oleh ada atau tidak adanya segala perkara duniawi ini. Karena, yang penting baginya,ketika
aneka asesoris duniawi itu tergenggam di tangan, tetap membuat ALLAH suka. Sebaliknya, ketika
semua
itu tidak tersandang, ALLAH tetap ridha. Demikian pun gerak ikhtiarnya akan membuahkan cinta
darinya.

Merekalah para penghuni rumah tanggga yang memahami hakikat kehidupan dunia ini. Dunia,
bagaimana
pun hanyalah senda gurau dan permainan belaka, sehingga yang mereka cari sesungguhnya bukan lagi
dunianya itu sendiri, melainkan Dzat yang Maha memiliki dunia. Bila orang-orang pencinta dunia
bekerja sekeras-kerasanya untuk mencari uang, maka mereka bekerja demi mencari dzat yang Maha
membagikan uang kalau orang lain sibuk mengejar prestasi demi ingin dihargai dan dipuji sesama
manusia, maka
mereka pun akan sibuk mengejar prestasi demi mendapatkan penghargaan dan pujian dari Dia yang
Maha menggerakan siapapun yang menghargai dan memuji

Perbedaan itu, jadinya begitu jelas dan tegas bagaikan siang dan malam. Bagi rumah tangga yang
tujuannya yang hanya asesoris duniawi pastilah aneka kesibukannya itu semata-mata sebatas ingin
mendapatkan ingin mendapatkan yang satu itu saja sedangkan bagi rumah tangga yang hanya
ALLAH yang menjadi tujuan dan tumpuan harapannnya, maka otomatis yang dicarinya pun
langsung tembus kepada Dzat Maha pemilik dan penguasa segala-galanya.

Pastikan rumah tangga kita tidak menjadi pencinta dunia. Karena, betapa banyak rumah tangga yang
bergelimang harta, tetapi tidak pernah berbahagia. Betapa tak sedikit rumah tangga yang tinggi
pangkat, gelar dan jabatannya, tetapi tidak pernah menemukan kesejukan hati. Memang, kebahagian
yang hakiki itu hanyalah bagi orang-orang yang disukai dan dicintai oleh-Nya.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang
melalaikan, periasam dan bermegah-megahan diantara kamu, serta berbangga-bangga tentang
banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani,
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menguning, kemudian menjadi hancur
dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari ALLAH serta keridoannya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Q.S.Al-Hadid ayat 20]. Wallahu
‘alam.
HIKMAH IDUL ADHA
Oleh : Yayan Mulyana
( Khutbah ‘idul adha di Eban, 06 Oktober 2012)

Semangat Persaudaraan dan Rela Berkorban, Semangat persaudaraan dan kerelaan berkorban,
akan mendorong para pemimpin umat atau politisi Muslim bersatu-padu, berkoalisi, saling
mengalah dan mengorbankan egosentrisme, bergerak serempak, untuk kemenangan umat Islam.

Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, jutaan umat Islam berkumpul di Makkah untuk menunaikan puncak
ibadah haji. Jutaan Muslim sedunia, dari berbagai suku, bangsa, ras, dan budaya tumpah-ruah di sana
dengan pakaian yang sama, putih, dan menyeru Tuhan yang sama, yakni Allah SWT.

Godfrey H. Jansen dalam bukunya Militant Islam (1979) menyatakan, perjalanan haji merupakan salah
satu vitalitas, daya hidup Islam yang besar, karena haji bukan saja merupakan tanda kehidupan Islam,
tapi juga menjadi sumber kekuatan dan persatuan umat Islam sedunia.

Perjalanan haji, masih kata Jansen, merupakan suatu pengumpulan umat manusia multinasional yang
terbesar di muka bumi dewasa ini. Kendati kulit mereka beragam, tetapi seragam sederhana yang
mereka pakai menyebabkan jamaah haji bagaikan lautan api. Mereka seperti kupu-kupu yang keluar
dari
kepompongnya, berbagai warna dan ragam kostum nasional keluar lagi dan persatuan menyembah
Allah memecah menjadi "Kaleidoskop Internasional".

Suasana haji adalah gabungan kehangatan agamawi dan kegembiraan persahabatan. Setiap orang
adalah saudara satu sama lain, sebab semuanya sadar bahwa mereka dekat dengan Allah dan sama-
sama
menyeru, "Labbaika Allaahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika...!". Aku penuhi
panggilanMu, Ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu...!. Demikianlah, rasa persamaan, persatuan, dan
persaudaraan serta sinar Islam yang menyala tiap tahun terjadi di Makkah.

Dari segi ini, haji dapat dikatakan sebagai simbol ummatan waahidatan, kesatuan umat Islam, bahkan
umat manusia seluruhnya. Peristiwa ritual ibadah haji tentunya menyadarkan kita, bahwa pada
hakikatnya umat manusia adalah satu keluarga. Firman Allah SWT, Dan sesungguhnya umatmu ini
adalah umat yang satu dan Akulah Tuhanmu, maka bertakwalah... Tokoh Muslim Amerika, Malcolm
X, berubah total
pandangannya tentang Islam setelah ia menunaikan ibadah haji. Di Makkah ia bertemu dengan
orangorang dari berbagai warna kulit dan ras.

Sebelumnya, ia sangat benci terhadap orang-orang kulit putih. Di Makkah ia menyaksikan


bagaimana
Islam mencabut rasa benci itu dan menggantinya dengan persaudaraan. Sekembalinya dari Makkah,

Malcolm kemudian mengajarkan persaudaraan, persamaan, dan memaklumatkan bahwa seluruh


umat
manusia harus dihormati sebagaimana adanya tanpa memandang warna kulitnya. Ibadah haji juga
mengandung nilai ukhuwah Islamiyah yang pada gilirannya menuju terwujudnya kesatuan umat
Islam.

Komitmen ukhuwah mengajarkan pada kita, umat Islam secara keseluruhan adalah satu kekuatan dan
persaudaraan yang harus saling membela sesama mereka. Dalam kaitan ini, ada sebuah hadis yang
(harus) terus kita camkan, yaitu "Barangsiapa yang tidak peduli dengan masalah yang dihadapi kaum
Muslimin, maka ia tidak termasuk golonganku". Dari hadis inilah kemudian lahir konsep ihtimam,
yakni kepedulian terhadap sesama Muslim. Konsep itu berkaitan erat dengan konsep ukhuwah
Islamiyah.

Allah SWT telah menyatakan dengan tegas, sesama orang beriman adalah saudara. Setidaknya,
sebagai pengamalan ihtimam berlandaskan komitmen terhadap ukhuwah Islamiyah, kita turut
merasakan apa yang diderita oleh saudara-saudara kita seiman. Nabi SAW mengatakan bahwa
sesama Muslim adalah satu tubuh, bila satu bagian sakit maka bagian lainnya turut merasakan.
Ibadah Qurban Pada setiap Idul Qurban atau Idul Adha, umat Islam juga diharuskan menyembelih
hewan kurban.

Sebagai salah satu unsur syariat Islam, ibadah kurban merupakan perwujudan rasa syukur kepada
Allah
SWT. Dan, dari segi maknanya saja dapat diketahui bahwa kurban yang dalam bahasa Arab berarti
dekat
atau mendekati dimaksudkan pula sebagai upaya mendekatkan diri (taqarrub) pada Allah SWT.
Firman-
Nya, Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu, dialah yang binasa. (QS.
108:1-
3) Asal usul ibadah kurban dalam Islam bermula dari peristiwa kurban Nabi Ibrahim a.s.
bersama putranya, Nabi Ismail a.s.
Namun, usia ibadah kurban sendiri bisa dikatakan sama tuanya dengan sejarah umat manusia.
Karena, ibadah kurban untuk pertama kalinya dilakukan oleh dua putera Nabi Adam, Habil dan
Qabil (QS. AlMaidah:27). Melalui perintah kurban, Islam menanamkan atau mengajarkan umatnya
agar berjiwa rela berkorban apa saja demi baktinya pada Allah SWT. Peristiwa pengurbanan Nabi
Ibrahim hanyalah gambaran bagaimana kurban harus dilakukan.

Esensi dari cerita itu adalah bagaimana Ibrahim rela mengurbankan anak yang dicintainya sekalipun
demi
baktinya pada Allah SWT. Ibadah kurban mengajarkan pada kita, segala apa yang kita miliki adalah
milik
Allah SWT yang dititipkan pada kita sebagai amanah. Maka, ketika Allah SWT memerintahkan kita
untuk
mengurbankan apa yang kita miliki itu, tidak alasan untuk menolaknya. Apalagi, seperti ditegaskan
dalam
QS. 108:1-3 di atas, Allah SWT telah memberi kita nikmat yang banyak, hingga tidak sanggup kita
untuk
menghitungnya.

Sebagai rasa syukur, kita diperintahkan untuk shalat dan berkurban. Ibadah kurban pada hakikatnya
adalah manifestasi kesadaran diri akan eksistensi hidup ini, di mana segala yang kita miliki
merupakan milik Allah SWT yang harus rela dikurbankan jika Allah SWT menghendaki. Dengan
demikian, jiwa, harta, dan segala yang kita miliki bukanlah tujuan, melainkan sebagai alat untuk
berjuang dan mengabdi pada-Nya. Keimanan, keikhlasan, dan ketakwaan adalah ruh ibadah kurban.

Tidak ada artinya berkurban tanpa adanya ketiga hal tersebut. Allah SWT telah menegaskan, bukan
darah
atau daging yang sampai pada-Nya, melainkan ketakwaan. Ibadah kurban juga mengajarkan kerelaan
mengurbankan kepentingan diri sendiri demi bakti pada Allah SWT. Riwayat Ibrahim mengajarkan itu

ketika ia harus bertarung melawan rasa cintanya pada Ismail demi memenuhi perintah Allah SWT.
Ibrahim mengajarkan kita untuk menjadi orang yang memasrahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT.

Perintah apa pun yang Dia berikan, tetap dilakukan untuk menggapai mardhatillah. Itulah Muslim
sejati,
hanya menghambakan diri pada Allah SWT (Lihat QS. Al-An'am:162-163) Akhirnya, katakan dengan
kurban bakti kita pada Allah SWT, pada agama dan umat Islam, tidak hanya kurban domba atau sapi,
tapi
juga kurban pemikiran, tenaga, ilmu, serta kepentingan diri sendiri (egosentrisme) demi kejayaan Islam

dan umatnya. Semangat persaudaraan dan kerelaan berkorban, juga akan mendorong para pemimpin
umat atau politisi Muslim bersatu-padu, berkoalisi, saling mengalah dan mengorbankan egosentrisme,
bergerak serempak, untuk kemenangan umat Islam dalam pemilu mendatang. Semoga! Wallahu a'lam.
MENJADI SUAMI YANG MEMPESONA, MENGAPA TIDAK?
Oleh : Yayan Mulyana
( Khutbah nikah di Kantor KUA, 26 Nopember 2011)

Menjadi istri yang mempesona suami? Itu hal biasa yang telah banyak dibahas dalam berbagai literatur,
kajian, diskusi dan kesempatan. Tetapi tahukah Anda wahai para suami, para istri juga menginginkan
laki-
laki yang mempesona sebagai suaminya. Meski gambaran suami yang mempesona boleh jadi relatif,
berbeda antara satu perempuan dengan perempuan lainnya, tetapi dapat dikatakan secara umum kaum
perempuan membutuhkan pesona yang dapat lebih membuat mereka senantiasa mencintai suaminya.

Boleh jadi selama ini Anda para suami menyangka bahwa istri Anda mencintai Anda karena ia telah
mendampingi, melayani, melahirkan dan mengasuh anak-anak Anda. Mungkin hal itu benar, tetapi untuk

membuat perasaan istri Anda tidak berubah ia tetap selalu mencintai Anda dari waktu ke waktu
dibutuhkan
lebih banyak proses, perbuatan, tingkah laku yang semuanya bermuara pada satu titik bahwa Anda tetap
mempesonanya, sehingga ia menganggap Anda layak untuk mendapatkan cintanya untuk selamanya.

Ada satu pelajaran yang menarik terutama untuk para suami dari kisah seorang perempuan yang
mendatangi Rasulullah SAW untuk menceritakan, bahwa sekian lama berumah tangga ternyata
perasaannya
mengalami perubahan, ia tidak lagi bisa mencintai suaminya dan karena itu ia khawatir berbuat
kekufuran.

Adalah istri Tsabit bin Qais bin Syamas (sahabat Rasulullah SAW) yang bernama Jamilah, ia
mendatangi
Rasulullah SAW untuk menceritakan perasaannya terhadap suaminya, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya
aku tidak mencela agama dan akhlak Tsabit, tetapi aku khawatir jika hidup bersamanya aku berbuat
kekufuran.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Apakah engkau hendak mengembalikan kebunnya?”
(waktu
itu mahar Tsabit adalah kebunnya). Jamilah menjawab, “Benar ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah
mengutus
seseorang kepada Tsabit untuk menyampaikan pesannya,”Terimalah kebun itu dan ceraikanlah dia.”
(HR
Bukhari dari Ibnu Abbas ra)

Kisah lainnya yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas ra berikut ini
menunjukkan bahwa seorang istri diperbolehkan melepaskan diri dari suami yang tidak dapat
dicintainya.

Barirah adalah seorang budak wanita dari Habasyah yang berada dibawah kekuasaan Utbah bin Lahab.
Majikannya ini memaksa Barirah untuk menikah dengan seorang yang tidak disukainya yaitu budak
laki-laki bernama Mughits. Merekapun menikah, Barirah tidak mencintai suaminya tapi sebaliknya
Mughits sangat mencintai istrinya.

Ummul Mukminin Aisyah ra merasa kasihan kepada Barirah, beliau lalu membeli dan
memerdekakannya. Setelah itu Barirah merasa benar-benar memiliki kebebasannya dan merasa dapat
menentukan hidupnya, maka ia meminta cerai dari suaminya.

Ibnu Abbas ra berkata, “Suami Barirah adalah seorang budak bernama Mughits, seakan-akan aku
melihatnya berjalan dibelakangnya sambil menangis, air matanya menetes sampai ke jenggotnya. Nabi
SAW berkata kepadaku , “Wahai Ibnu Abbas, tidakkah engkau takjub pada cinta Mughits pada Barirah
dan
kebencian Barirah pada Mughits?’ Selanjutnya Nabi berkata kepada Barirah, "Seandainya engkau mau
kembali, sesungguhnya dia adalah suamimu dan ayah anakmu." Maka Barirah bertanya, "Apakah
engkau memerintahkan aku ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku hanya menawarkan kepadamu."
Barirah
berucap, "Aku tidak membutuhkannya”.

Nah, para suami, beberapa saran berikut ini dapat membantu Anda untuk menjadi pribadi
yang mempesona dimata istri Anda:
Memperhatikan penampilan luar
Tidak disangsikan lagi bahwa penampilan luar dapat membangkitkan pesona pada jiwa perempuan.
Suami yang dapat menjaga kebersihan dirinya, rapi dan perlente umumnya lebih mempesona
ketimbang suami yang jorok, lusuh dan kumal. Bukankah Rasulullah SAW bersabda bahwa kebersihan
itu cabang iman? Umar bin Khattab ra pun pernah berkata, “Perempuan menyukai kalau suaminya
berhias untuk dirinya, sebagaimana laki-laki suka istrinya berhias untuk dirinya.”

Tidak Kaku dan Monoton


Suami seperti ini selalu mau belajar memahami perasaan istrinya, punya banyak cara dan gaya dalam
mengungkapkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada istrinya, juga tidak enggan untuk
menyatakan cintanya dengan kata-kata.

Terbuka
Suami seperti ini tidak enggan mengungkapkan harapan, keinginan dan perasaannya agar istri mengerti
dan dapat melakukan hal yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Ia bukan suami yang diam dan
membiarkan istrinya dalam kesulitan menebak-nebak apa yang diinginkannya.

Matang
Kebanyakan perempuan ketika menikah menginginkan suaminya adalah orang yang siap
melindungi, membimbing dan dapat menjadi tempat bersandar. Laki-laki yang matang seperti ini
lebih mempesona perempuan dibanding yang kekanak-kanakan dan emosional.

Peduli dengan Keluarga


Adalah benar suami memiliki tanggung jawab dalam masalah nafkah, tetapi kesibukannya dalam
pekerjaan atau hal lainnya tidak membuatnya menjadi orang yang acuh terhadap istri dan anak-
anaknya. Ia mau
menemani anak belajar dan tidak keberatan mengantar istrinya pergi menghadiri acara-acaranya.

Dapat Berbagi Rasa


Suami mempesona mau belajar bagaimana dapat ikut merasakan apa yang sedang dirasakan istrinya. Ia
mau mendengar dengan penuh perhatian ketika istri sedang mengungkapkan permasalahannya, ikut
merasakan kegelisahannya dan dapat membantu menentramkannya atau mengatasi permasalahannya. Ia
adalah tempat curhat istrinya yang setia dan dapat dipercaya.

Mencintai Orang Tua, Saudara dan Kerabat Istri


Anda akan semakin mempesona istri Anda manakala Anda mencintai orang tuanya, menyayangi
saudara-
saudaranya dan bersikap baik kepada kerabatnya. Dan jika Anda senantiasa bersikap demikian maka
percayalah iapun akan berusaha keras untuk mencintai orang tua Anda dan bersikap baik pada saudara
dan
kerabat Anda.

Jangan ragu dan gengsi untuk melakukan saran-saran diatas, mulailah sekarang juga maka Anda akan
takjub mendapati limpahan cinta istri Anda yang seolah tanpa batas, karena begitulah sifat dan karakter
perempuan, ia akan memberi lebih dari apa yang Anda berikan kepadanya!***
DO’A PADA ACARA PEMBUKAAN SEMI LOKA PEMBERDAYAAN KOMUNITAS
ADAT TERPENCIL
By. Yayan Mulyana
Rabu, 28 September 2011 di Hotel Livero

Bismillahirrahmanirrahiim
Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Pada hari ini kami dengan hati yang khusyu’ kembali menghadap-Mu
mempersembahkan puji dan syukur kehadirat-Mu, kami yakin seyakinnya berkat
pertolongan-Mu, kami berkesempatan dapat berkumpul pada acara pembukaan, Semi
Loka Pemberdayaan Komunitas Adat terpencil, dalam rangka kunjungan kerja
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia di Kabupaten Timor
Tengah Utara Tahun 2011, semoga acara ini memperoleh rahmat dan perlindungan-Mu.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memberi,
Berilah kekuatan lahir dan batin, kesehatan, kecerdasan berfikir dan kebeningan hati
kepada seluruh Panitia, Nara Sumber dan peserta Semi Loka sehingga dapat
menghasilkan rumusan-rumusan pikiran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
pemberdayaan, pembinaan dan perlindungan Komunitas adat terpencil khususnya di
Kabupaten Timor Tengah Utara.
Ya Allah Yang Maha Bijaksana,
Kami mohon kehadirat-Mu, jadikanlah segala gerak langkah kami dalam kegiatan Semi
loka ini, sebagai wahana bagi kami memperbaharui tekad untuk menjaga dan
melestarikan adat istiadat daerah kami, yang merupakan budaya warisan leluhur kami.
Ya Allah Yang Maha Pengampun,
Ampunilah segala kesalahan dan dosa kami, dosa dan kekhilafan para pemimpin kami.
Bimbing dan lindungilah kami selama kegiatan ini berlangsung, agar apapun rumusan
pikiran yang kami hasilkan, dapat memberikan manfaat bagi bangsa dan negara
khususnya bagi kabupaten Timor Tengah Utara.
Ya Allah Yang Maha Mendengar. Kami mohon terimalah doa dan pinta kami. Amin.
Alhamdulilahirobbil’alamiin
DO’A SYUKURAN HARI KELAHIRAN ANAK
By. Yayan Mulyana
(Keluarga bapak Yahya di Jabal Mart, tanggal 15 Januari 2012)

‫ال‬ǸƸ‫د ل رب ال‬Ǡ‫ال‬Ǹْ‫ن و ال‬Ȑǐ‫ة و ال‬ȐLj‫م ع‬Ǵ‫ب ى أ شيف‬Lj‫م ال اليد‬Ǹ‫ن الي ْدم‬


‫الن‬Ʀْ‫اء وال‬Ǹ‫ي س‬Ǵْ‫ن سْدنا م‬ǸƸ‫د وع‬Ǵ‫ى آله وص‬ƦƸ‫ه أج‬ǠǸْ‫ن‬

‫ ا‬,
‫د‬
‫َ ي و الول و‬ ‫و‬Ʀ ْ ‫ ا‬ǘǠ ‫ و‬Ǭ ‫و‬, ‫ت‬ Ǵ‫همال‬
َ‫ك‬
‫ال‬Ǵ, ‫هم‬
‫ ال ال يام ب ك‬,‫نن‬Ʀ‫كم ي ك نات َ م‬
‫ف مهأ‬ǘ ɇ‫ن‬
‫أد‬ ‫فى‬Lj‫ن الن‬Lj‫د ان َكاخ ا لقد‬
‫ناب ع‬Ǵ ‫ان ا‬, ‫ ل‬Ʀ
‫ود‬ ‫ال‬ǬưǸ‫ ول‬Ʀ ‫ال‬ǸƸǸ‫ ول‬ǿ‫ ذا الو لد‬Ǵǘ‫ ن ْ وع‬ǸǠَ ‫تقد ا‬ ‫ ا‬Ǡ ْ‫م ر‬
ǔ‫ا َن‬Ƭ,‫ه‬ ‫ت‬ ‫أفيغ‬ ‫ن‬
ْƬ ‫د‬ ‫ أب‬Ǵ‫ى ق‬Ǵ‫ ب‬Ʀǐ َ‫ او‬Ʀ ‫ا‬ ‫ه ت‬Ʀ Ǭ‫ل‬
‫َوكه‬ ‫عن‬ ‫يب‬‫ه‬ ‫ال‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫د‬
‫ب الك‬ ‫ا‬Lj ‫ن‬ ‫وأن‬ ‫نا‬ ‫ديس‬ ‫من‬ ‫ات‬ ƬƦ
‫اليا‬ ‫ك‬ ‫ َكا م ب‬Ǥْ‫ث َن‬ǤƬLjْ‫ ث‬,‫ّا ِم‬ ,‫النَا ِم‬ ‫ك ال‬Ǵ
ْ ‫هم‬ Ƽ ‫و‬ ‫ر ْف‬
‫د‬Ǹ‫يد َاأرد م ن‬ƬǸَ َ َ‫ام‬ǐ ‫ص ك‬ ‫َا ق‬
Ya Allah, wahai Pencipta manusia dengan sebaik-baik bentuk,
Ya Alloh yang telah mengaruniakan anak laki-laki dan perempuan pada kami, Ya Rabb,
yang Maha Menjaga, Mendidik anak-anak dan Menyayangi para hamba, engkau telah
memberikan nikmat kepada kami, dengan memberikan amanah anak yang sempurna
sehat lahir batin, khususnya kepada keluarga bapak Yahya, yang telah dikarunia dua putri
yang sholeh, dalam keadaan sehat wal afiat, Ya Allah berikanlah kesehatan kepada
mereka, dan perkembangkanlah tubuhnya dengan pertumbuhan yang baik, limpahkanlah
kesabaran hati kepada kedua orang tuanya ketika mendidik dan memeliharanya, ya
Rahman Ya Rahiim, jadikan Naswa dan........................ pada khususnya, dan umunya anak-
anak kami, menjadi anak yang taat beribadah kepada-Mu, berbakti kepada kedua orang tuanya,
berguna bagi agama, nusa dan bangsa.,

‫ كا‬Ǵ‫ت‬ ‫ال‬
‫نا ع و‬Ǵَْ‫ ما رب‬Ǩ‫يقا م‬ǐǠ‫و‬ ‫ت‬ Ǡ ‫ب‬
‫نا‬ ‫ج‬Ǡ ǿ ‫ج‬ Ǡ ‫ل‬
‫ن‬ َ ‫من‬ ‫ق‬ ‫د‬
ِ Ǩ ‫ دوما‬Ǵ‫هم‬
‫ي‬ Ǹ ‫نا‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ Ǹ ‫اج‬ ‫امي‬Ǡ
‫ ي و وق عذ ا‬ȉ‫خ‬ َ ‫د ْ نا آ‬
‫وت‬ ‫ا‬ ‫ر‬ǐ َْ
‫ل ب د‬Ǵ‫ نا ه‬Lj‫نة ة ف‬ɇ‫ا‬ ‫ف‬ ‫ تِنا‬ɇ‫ال نا د‬Lj‫نة‬ ‫ ل‬.‫ ب ْي‬Ǹ َ Ʀ‫وال نا والَْنا‬
‫ب‬ ‫ر النا‬
‫وال رب‬ǸƸ‫ع د‬Ǵ‫ ى ال‬Ǹ ‫ي‬ ‫وس‬Ȑ‫ م ع‬Ǹ‫ا َك‬Ǩǐ‫ال ون‬Ǡ‫زة‬ ‫ر َ س رب‬ƸƦ ‫ال ا‬
‫س‬Ǵ ْ‫ن‬ ‫ن‬
Ǡ Ǹْ‫ن‬
‫ال‬
.
DO’A PEMBUKAAN LOMBA KETERAMPILAN AGAMA TAHUN 2011
By, Yayan Mulyana
(pada tanggal, 17 Juni 2011)

‫ال‬. ‫الي ْدم‬ǸƸ‫د ل رب ال‬Ǡ‫ال‬Ǹْ‫ال‬. ‫ن‬Ǵ‫هم صل وس‬Ǵ‫م ع‬LjɇǴْ‫دنا م‬ǸƸ‫ب د‬Lj‫م ال اليد‬Ǹ‫ن‬
‫ال‬Ǵ‫هم ارناال‬Ƹ‫ق د‬Ǭ‫ا وارزقناات‬Ʀ‫اعه وارنا ال‬Ʀ‫اطل باط‬Ȑ ‫وع‬ɇǴ‫اله وص‬ƦƸ‫ه اج‬ǠǸْ‫ن‬.
‫وارزقنااج‬Ƭ‫نابه‬.
Ya Allah Tuhan Yang Maha Rahman
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadhirat-Mu, karena atas nikmat dan
karunia-Mu, pada hari ini kami dapat melaksanakan pembukaan kegiatan Lomba
Keterampilan Agama (LOKETA), semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan
lancar, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal, bagi peserta, penyelenggara
khususnya Kantor Kementerian Agama Kabupaten Timor Tengah Utara.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Memberi


Berilah kesehatan jasmani dan rohani bagi para peserta, panitia pelaksana dan dewan
juri lomba, agar dapat mengikuti dan melaksanakan kegiatan Lomba ini dengan baik
dan sportif, berikanlah kami tubuh dan jiwa yang kuat, anugrahkanlah mentalitas juara
pada seluruh peserta, agar mereka tak mengenal putus asa, ketika mengalami
kekalahan dalam berlomba, wajah-wajah cerah, tegap, gagah perkasa, mereka sudah
siap tanding di gelanggang arena, semoga tak selisih kenyataan diri yang diduga.
Limpahkan kepada mereka kesehatan jasmani yang sempurna, berprestasi dalam
segala usaha dan upaya, sifat sportif dalam bertanding dan berolah raga, jauhkan
mereka dari curang, menang tanpa makna.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Mengabulkan


Akhirnya doa dari segala pinta, sejahterakan hidup kami di alam fana, bahagiakan kami
kelak di alam baka, hindarkan kami dari nestapa adzab neraka, berikanlah kami
kemampuan untuk menjadi orang-orang pilihan-Mu, yang mampu mempersembahkan
yang terbaik, yang bermakna bagi dunia, berarti bagi akhirat, penuh manfaat bagi diri,
penuh maslahat bagi masyarakat.

‫ال‬ǐǸْ‫ربنا اتنا ف‬. ‫ي‬ɇ‫الد ْنا د‬Lj‫نة وف‬ɇ‫الخية د‬Lj‫نة‬ ‫ان‬Ʀْ‫ نا وال‬Ǵْ‫ربنا ع تو نا وال‬Ǵْ
‫س‬. ‫وقنا عذا ب النار‬ƸƦ‫ان رب رب ال‬Ǡ‫زة ع‬Ǹ‫اك‬Ǩǐ‫ون وس‬Ȑ‫م ع‬Ǵ‫ى ال‬Ǹ‫يس‬Ǵْ‫وال‬. ‫ن‬ǸƸ‫د ل‬

‫رب ال‬Ǡ‫ال‬Ǹْ‫ن‬.
DO’A PADA PENUTUPAN PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH 2011
By. Yayan Mulyana
(Tanggal 24 Nopember 2011)

‫ب‬Lj‫م ال اليد‬Ǹ‫ال‬. ‫ن الي ْدم‬ǸƸ‫د ل رب ال‬Ǡ‫ال‬Ǹْ‫ال‬. ‫ن‬Ǵ‫هم صل وس‬Ǵ‫م ع‬LjɇǴْ‫دنا م‬ǸƸ‫د‬


‫ال‬Ǵ‫هم ارناال‬Ƹ‫ق د‬Ǭ‫ا وارزقناات‬Ʀ‫اعه وارنا ال‬Ʀ‫اطل باط‬Ȑ ‫وع‬ɇǴ‫اله وص‬ƦƸ‫ه اج‬ǠǸْ‫ن‬.
‫وارزقنااج‬Ƭ‫نابه‬.
Ya Allah, Ya Tuhan kami
Telah selesai kegiatan, Pembinaan Keluarga Sakinah kami laksanakan, kami
Bersyukur atas kesempatan, yang telah Engkau berikan kepada kami. Sehingga kami
dapat mengikuti, dan melaksanakan kegiatan Pembinaan Keluarga Sakinah, tingkat
kab. TTU, dengan baik dan berjalan lancar.
Ya Allah, Dzul karami wal Jalal
Berilah kami para peserta kegiatan, pembinaan keluarga sakinah, kemampuan untuk
melaksanakan apa yang kami dapat, dan kami hasilkan dalam kegiatan ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi diri kami, keluarga kami khususnya, umumnya bermanfaat bagi
masyarakat kabupaten timor tengah utara.
Tanamkan kepada para peserta keseimbangan antara iman dan amal.
Anugerahkan kepada mereka kemampuan, untuk membangun keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah, rukun, damai dan sejahtera,
Jadikan mereka menjadi jalan kebaikan, kapan dan dimana saja mereka berada.
Ya Allah Robbul’izaati
Curahkan kepada kami petunjuk-Mu yang suci, Bimbinglah kami agar senantiasa
mampu menjaga diri, dari segala perbuatan jahili, gerakan nurani kami agar tetap
beraklak terpuji, dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan yang Engkau benci.
Ya Allah Maha Pemberi Nikmat
Jadikan pertemuan kami ini, selalu penuh limpahan rahmat, jika sampai saatnya kami
berpisah dan tiba ditempat dengan selamat, InsyaAllah amanat dan pelajaran yang
kami dapat, akan tetap kami ingat, ampuni segala dosa dan khilaf kami, dan tunjukilah
kami jalan yang lurus, jalan yang Engkau ridhoi, jangan biarkan kami, berada dijalan
yang sesat, jalan yang Engkau Murkai.

‫ال‬Ǵ‫هم اج‬Ǡ‫ل ج‬ǠǸ‫نا‬ǿ ‫ذا ج‬ǠǸ‫ا ميدوما وت‬Ǩ‫يقنا من ب‬Ǡ‫د ن‬Ǩ‫يقام‬ǐǠ‫ربنا ظ‬. ‫وما‬ǸǴ‫نا ان‬LjǨ ‫نا‬
‫وان لم ت‬ǨǤ‫ي لنا وتيد‬Ǹ‫نا لن‬ǰ‫ونن من ال‬Ƽ‫ربنا اتنا فى الد ْنا د‬. ‫اسيكن‬Lj‫نة وفى الخية‬
‫د‬Lj‫وال‬. ‫نة وقنا عذا ب النار‬ǸƸ‫د ال رب ال‬Ǡ‫ال‬Ǹْ‫ن‬.
DO’A PADA ORIENTASI PENYULUH AGAMA ISLAM TAHUN 2012
By. Yayan Mulyana
(tanggal 02 Agustus 2012)

‫ب‬Lj‫م ال اليد‬Ǹ‫ال‬. ‫ن الي ْدم‬ǸƸ‫د ل رب ال‬Ǡ‫ال‬Ǹْ‫ال‬. ‫ن‬Ǵ‫هم صل وس‬Ǵ‫م ع‬LjɇǴْ‫دنا م‬ǸƸ‫د‬


‫ال‬Ǵ‫هم ارناال‬Ƹ‫ق د‬Ǭ‫ا وارزقناات‬Ʀ‫اعه وارنا ال‬Ʀ‫اطل باط‬Ȑ ‫وع‬ɇǴ‫اله وص‬ƦƸ‫ه اج‬ǠǸْ‫ن‬.
‫وارزقنااج‬Ƭ‫نابه‬.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Rahman


Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadhirat-Mu, karena atas nikmat dan
karunia-Mu, pada hari ini kami dapat melaksanakan kegiatan orientasi penyuluh agama
Islam tingkat Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2012, semoga acara ini dapat
berjalan dengan lancar, dan ada dalam ridho-Mu.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Esa


Berilah kesehatan jasmani dan rohani bagi para peserta dan panitia pelaksana, agar
dapat mengikuti dan melaksanakan orientasi ini dengan baik dan berhasil guna, Ya
Allah, berilah kami para penyuluh agama, kemampuan untuk bisa menyampaikan
amanat, yang dipercayakan kepada kami, jauhkan kami dari kesesatan, masukkan
kami dalam golongan hamba-Mu yang beriman, dan mampu membimbing jamaah kami
dengan baik dan benar, sesuai ajaran Rasululloh SAW.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Pengampun


Ampuni dosa kami dan dosa para pemimpin kami yang beriman kepada-Mu, tunjuki
kami ke jalan mencapai ridho-Mu, kiranya segala usaha kami sejalan dengan ajaran
Rasul-Mu.

‫ال‬ǐǸْ‫ربنا اتنا ف‬. ‫ي‬ɇ‫الد ْنا د‬Lj‫نة وف‬ɇ‫الخية د‬Lj‫نة‬ ‫ان‬Ʀْ‫نا وال‬ Ǵْ‫تو نا وال‬ ‫ربنا ع‬Ǵْ
‫س‬. ‫وقنا عذا ب النار‬ƸƦ‫ان رب رب ال‬Ǡ‫زة ع‬Ǹ‫اك‬Ǩǐ‫ون وس‬Ȑ‫م ع‬Ǵ‫ى ال‬Ǹ‫يس‬Ǵْ‫وال‬. ‫ن‬ǸƸ‫د ل‬

‫رب ال‬Ǡ‫ال‬Ǹْ‫ن‬.
DO’A PADA RESEPSI PERKAWINAN
By. Yayan Mulyana
(Kefa Selatan, 07 Nopember 2012)

Ǵ ‫ى‬
ǸƸ‫سْدن ع د‬ ‫ل‬Ǵ‫ه‬ ْ‫ا ا م‬Ǹ‫ ال ن‬Lj ‫ب‬
َ‫ا م‬ ‫و س‬Ǵ ‫ال م صل‬Ǵ‫ال هم‬Ǡ‫ا ل‬Ǹْ,‫ل ن‬ǸƸ‫ د‬, ‫ليد ليد‬ ‫ا‬
‫و ل‬Ǭ ‫ا‬ ǬǬ‫نا بِال‬Ƭ ‫رب‬ ‫وص ْ ج‬ ‫ع‬Ǵ
‫م‬
‫ ا س‬Ƭ‫ ى م‬Ǭ ‫و‬ ‫ ود و‬Lj ‫ال م‬Ǡ‫ افْة‬Ǵ Ǹ‫ن ا ِب جال‬Ǵ‫ هم‬ǠǸ‫ن‬. ‫ ا‬Ʀ Ƹ ‫ى اَلهذنو ه‬
‫ة‬ ‫ اال‬Ȑ ‫ة‬ ‫َأل‬ ‫ع‬
‫ع ورب ن ُا‬ ‫لدعاء‬ ‫ان‬
‫س‬Ǹْ ‫ا دمة‬ Ʀ ‫ا م‬
‫ل ا ما َ ْن باج‬Ǹ ‫ب‬ Ǡ َ ‫وال‬Ǹ ‫ف‬ɇ‫الام‬Ǹ‫ال‬ ‫لن‬ ‫َ ت وج‬
َ ‫م لك‬ ‫ ب‬Ǹ‫نا ج‬Ǡ ‫وما‬Ǡ ‫ ا‬Ƭ ‫س و‬
َ ْ‫ ن‬Ǩ‫ك ت‬Ǹ ْ‫نه‬Ǹ‫ا‬ ‫فسآد َ ْن‬Ǹ ‫ ود و اءوا‬Ǹ‫ ْ ت‬ǰ ‫وتِى و ل و ًس‬Ƭ Ljْ‫ُارسا‬
َ
‫وخدك‬ƴ‫ة‬ ‫ ا‬Ǵ‫ ْدنَا م صى ه‬Ƹ‫د‬ ‫ ارك ا ل ا ب ا ب‬Ƽَ‫و‬ ‫الكوسف‬
‫و س‬Ǵ ‫ْ م ل ع‬ Ǵ َ ْ‫ك ن ت َ ر‬Ǹ ‫ ه‬Ǹ ‫ اء ب وز ْل‬Ʀǰ .
Ya Allah Tuhan Yang Maha Esa ‫يى‬
Dengan izin dan ridho-Mu kini telah terlaksana pernikahan antara …………dengan
………… hanya kepada-Mu Ya Allah kami mohon dan berdo’a, semoga mereka berdua
dapat membina keluarga yang Sakinah mawaddah wa rohmah, rumah tangga yang
penuh dengan kebahagiaan, rumah tangga yang selalu Engkau jaga dari fitnah dan
musibah. Ya Rabb, Satukanlah keduanya dengan cinta dan kasih-Mu, agar mereka
dapat berkasih sayang karena-Mu, berikanlah keduanya rizki yang halal dan barokah
yang akan mencukupi segala kebutuhannya.

ْ
‫ةط‬Ʀ‫ة‬
‫له‬Ǹ‫اذرك‬ ‫ال ا‬ ‫ا‬
ْ
‫لط‬Ʀ‫اوارزق‬ ‫رزق ه‬Ǹ‫ارزق واس‬Ǡ‫اد‬Ȑ Ǵ‫هم‬
‫ا‬ ‫ق ا ات‬‫ا‬ ‫لا‬ ‫رب‬
‫ل امام‬ǬƬ ǸǴْ‫ج ن‬ǴǠ
‫ن‬ ‫ا ْعن و نانا‬ ‫ن ُية‬
‫ من ازواجناوذرك‬ǿ‫ب‬
Ya alloh, jadikanlah................ pada khususnya dan kami pada umumnya para suami.
Menjadi suami yang jujur dan tulus kasih sayangnya, suami yang dapat menjadi
kebanggan keluarga, yang mampu menafkahi keluarga dengan rizki yang halal dan
barokah.
Jadikanlah......................... pada khususnya dan kami para istri pada umunnya. Menjadi
istri yang dapat menjadi penyejuk mata, penenang hati suami, istri yang tidak silau
dengan kemewahan dunia, yang mampu mendidik anak-anak kami dengan didikan yang
baik dan benar sesuai tuntunan Rasul-Mu, Muhammad rasululloh SAW.
Ya Alloh, yang Maha Memberi, karunikanlah kepada kami, keturunan yang sholeh dan
sholehah, anak-anak yang lebih baik daripada kami, yang tidak pernah mencoreng aib
dimuka kami, anak-anak yang selalu Engkau jaga dari segala apa yang akan
menyakitinya dan apa yang Engkau haramkan.
Ya Alloh, Anugerahkanlah kepada …………dan ………….. keteguhan iman dan taqwa,
kesabaran dan ketawaqalan menghadapi ujiaan dan cobaan, keteguhan dalam menjaga
dan melaksanakan Hak / kewajiban suami isteri, sehingga mereka dapat terjauhkan dari
talak cerai yang Engkau murka.

‫ا‬ ‫ر‬
‫ب لن ا ذن ُو‬ ‫أم اب فا‬ ‫ك أن‬Ǹ Ǡ Ǹ ‫نادى‬ ُ
‫ك‬ ‫منادكا‬ ‫ن‬Ǵ‫ِل ناان‬ ‫ب‬
ْ ‫يعنا‬Ơ‫اتِنا‬
‫َنا وك‬Ǩ ‫س‬ َ‫منا ربّنا فاغ‬Ǩ‫ ي‬ǰِ ‫يب نو‬ ‫م‬ ‫ان‬ َ ‫ناس‬
‫النار‬ ‫ا‬ȉ‫ى خ‬ ‫الدن نا آتِنا فى‬
‫ق عذ ا‬ ‫و‬ ‫نا م و‬
‫د‪ǸƸ‬وال‬ ‫ب‬ ‫و نا‬ ‫نة ية‪Lj‬د‬ ‫نة‪Lj‬ا دْْ ف‬ ‫البيار ‪.‬رب وف ع ت‬
‫ال‬ ‫ال‬ ‫ه‪Ǵ‬ل‬
‫رب ‪Ǡ‬ن‪Ǹْ .‬‬

‫ّ‬

‫َ‬
DO’A NIKAH
By. Yayan Mulyana
(Kefa Sealatan, 12 Januari 2012)

‫ع‬Ǵ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫م ب ال‬


‫ال‬ ‫صل‬Ǵ‫هم‬
ْ ‫ل‬ Ǡ ‫ا‬ ‫ل‬Ǵ‫ه‬ Ƹ ‫ْم‬ ‫ليد‬ ‫ا‬Ǹ‫ن‬
‫و س ى‬Ǵ ‫ليد‬ Lj
‫م‬ ‫ن‬, ‫ل‬Ǹ ‫ال رب‬Ǹ ‫د‬,
‫ ج‬Ǡ ْ .‫ن‬Ʀ Ƹ ‫وع ه‬Ǵ ‫ى اله‬ǸƸ‫دسْدن‬
‫ و‬Lj‫ م ج‬Ǹ ‫ال اف اب ال‬Ǵ‫ ا هم‬Ǹ‫وص‬ ‫ا‬
‫ ال‬Ȑ ‫ ة‬Ǵ ‫ن‬Ǡ‫ْة‬ ‫م‬
‫اعذن‬
ّ ‫ان‬ ‫ ا دمة‬Ʀ‫ا م من‬ ‫و‬
َ ‫ و ال‬Ǹ‫أل ف‬ɇ‫ال‬Ǹ‫ت وج ا لن ا‬ ‫والس‬ǬƬ‫ام ة ود‬ǬǬ‫ن ا‬
‫َل‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ب ا‬ǬƬْ‫وى‬
‫م‬ ْ ‫ْن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ْن‬ ‫ب‬ ‫ال‬Ǵ‫ْ ع اج هم لدعاء‬
ّ
‫ودواءوال ف سآدْدنا‬
‫ب‬ ‫ك‬ Ǹ ‫ا ج‬ǠǸ‫ ت‬Ǡ‫ال‬Ǡ ‫يوس‬ Ǹ
‫س‬Ǹ
‫كا ب ر‬Ǹ ‫ارك ا ل‬ َ‫و‬ ‫ب نه ب‬Ǹ‫ا ك‬Ǹ ‫ا ا ّل‬
ْ‫ت ا ن‬ ‫ه‬Ǹ ‫ ب وز ْل‬Ƽ‫ اء ُكوسف ْن‬Ǩ‫ت‬
.‫ى‬ ‫وخدك‬ƴ‫ة‬ ‫م ْ ل ا‬Ǹ ‫د‬
‫ال‬Ʀǰ‫ي‬ ‫وس‬Ǵ ‫ ع م‬Ǵ‫ ه‬Ƹ
‫ص‬Ǵ‫ى‬
Ya Allah Tuhan Yang Maha Kuasa
Dalam suasana gembira bersama keluarga kedua mempelai, Kami bersyukur dan berdo’a
kepada-Mu, semoga pernikahan ……………..dan ………….. memperoleh curahan barakah
sehingga mereka dapat membina keluarga bahagia, sejahtera, rumah tangga yang tentram,
penuh kasih sayang dan serta Mu’asyaroh bil ma’ruf yang dilandasi iman dan taqwa hanya
kepada-Mu semata.
Ya Rabb, Tuhan Yang Maha Memberi.
Anugrahkanlah rahmat dan karunia-Mu kepada kedua mempelai, sehingga mereka dapat
saling menyayangi karena-Mu, satukanlah keduanya dalam cinta dan kasih-Mu, berikanlah
mereka rizki halal dan barokah yang mencukupi segala kebutuhannya, anugerahilah kepada
kedua mempelai ini dengan keturunan yang saleh dan solehah,yang taat kepada-Mu, dan
berbakti kepada kedua orang tuanya serta berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara.
Ya ‘Aliim, karuniakanlah kepada mereka berdua khususnya umumnya kami semua, ilmu
agama dan ilmu dunia, agar kami bisa berbuat, beramal, dan berucap sesuai petunjukmu,
sehingga kami mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mendengar,
Tak Jemu kami mengadu, tak lelah kami meminta, tak segan kami menadahkan tangan
memanjatkan do’a dan ampunan kepada-Mu, ampunilah kami ya Ghafuur, jadikan kami dan
keluarga kami menjadi orang yang istiqomah mendirikan sholat, dan masukkan kami dalam
golongan hamba-Mu para pewaris sorga.
Ya Alloh, kami memohon, Sejahterakanlah hidup kami selama di dunia, bahagiakan kami
kelak di alam baka. Hindarkan kami dari bencana nafsu durjana, jangan biarkan hidup kami
diperbudak oleh nafsu syahwat yang bergejolak.
Robbana dzolamna anfusana …….
Robbana hablana min ajwazina……
DO’A RESEPSI PERKAWINAN
By. Yayan Mulyana
(Eban, 06-03-2012)

Ǵ ‫ى‬
ǸƸ‫سْدن ع د‬ ‫ل‬Ǵ‫ه‬ ْ‫ا ا م‬Ǹ‫ ال ن‬Lj ‫ب‬
َ‫ا م‬ ‫و س‬Ǵ ‫م‬ ‫ال‬Ǵ‫ال هم‬Ǡ‫ا ل‬Ǹ,ْ ‫ل ن‬ǸƸ‫ د‬, ‫ليد ليد‬ ‫ا‬
‫ س‬Ƭ‫م‬ ‫صل‬ ‫رب‬ ‫ْ ج‬ ‫وص‬ ‫م‬
‫و‬ ‫ع‬Ǵ
Ǭ ‫ ل ال ى ا‬ǬƬ‫و‬ǬǬ‫ ود و نا ِب‬Lj ‫ا م‬Ǡ‫ ا ْة‬Ǵ Ǹ‫ جنا ِب‬Ǵ‫ همال‬ǠǸ‫ن‬. ‫ ا‬Ʀ Ƹ ‫ى اَله و ه‬
‫ة‬ ‫ا‬ ‫ اال‬Ȑ ‫فَأل ل ة‬ ‫ذن‬
‫ع‬
‫ب ن ا‬ ‫لدعاء‬ ‫ان‬
ُ ‫ع ور‬ ‫س‬Ǹْ ‫ا دمة‬ Ʀ ‫ا م‬
‫ل ا ما َ ْن باج‬Ǹ ‫ب‬ Ǡ َ ‫وال‬Ǹ ‫ف‬ɇ‫الام‬Ǹ‫ال‬ ‫لن‬ ‫َ ت وج‬
َ ‫م لك‬ ‫ ب‬Ǹ‫نا ج‬Ǡ ‫وما‬Ǡ ‫ ا‬Ƭ ‫س و‬
َ ْ‫ ن‬Ǩ‫ك ت‬Ǹ ْ‫نه‬Ǹ‫ا‬ ‫فسآد َ ْن‬Ǹ ‫ ود و اءوا‬Ǹ‫ ْ ت‬ǰ ‫وتِى و ل و ًس‬Ƭ Ljْ‫ارسا‬
َ
‫وخدك‬ƴ‫ة‬ ‫ ا‬Ǵ‫ ْدنَا م صى ه‬Ƹ‫د‬ ‫ ارك ا ل ا ب ا ب‬Ƽَ‫و‬ ‫ُكوسف‬
‫و س‬Ǵ ‫ْ م ل ع‬ Ǵ َ ْ‫ك ن ت َ ر‬Ǹ ‫ ه‬Ǹ ‫ اء ب وز ْل‬Ʀǰ . ‫ال‬
Ya Allah Tuhan Yang Maha Esa
‫يى‬
Dengan izin dan ridho-Mu kini telah terlaksana pernikahan antara …………dengan
………… hanya kepada-Mu Ya Allah kami mohon dan berdo’a, semoga mereka berdua
dapat membina keluarga yang Sakinah mawaddah wa rohmah, rumah tangga yang
penuh dengan kebahagiaan, rumah tangga yang selalu Engkau jaga dari fitnah dan
musibah. Ya Rabb, Satukanlah keduanya dengan cinta dan kasih-Mu, agar mereka
dapat berkasih sayang karena-Mu, berikanlah keduanya rizki yang halal dan barokah
yang akan mencukupi segala kebutuhannya.
Ya alloh, jadikanlah............... pada khususnya dan kami pada umumnya para suami.
Menjadi suami yang jujur dan tulus kasih sayangnya, suami yang dapat menjadi
kebanggan keluarga, yang mampu menafkahi keluarga dengan rizki yang halal dan
barokah.
Jadikanlah......................... pada khususnya dan kami para istri pada umunnya. Menjadi
istri yang dapat menjadi penyejuk mata, penenang hati suami, istri yang tidak silau
dengan kemewahan dunia, yang mampu mendidik anak-anak kami dengan didikan yang
baik dan benar sesuai tuntunan Rasul-Mu, Muhammad rasululloh SAW.
Ya Alloh, yang Maha Memberi, karunikanlah kepada kami, keturunan yang sholeh dan
sholehah, anak-anak yang lebih baik daripada kami, yang tidak pernah mencoreng aib
dimuka kami, anak-anak yang selalu Engkau jaga dari segala apa yang akan
menyakitinya dan apa yang Engkau haramkan.
Ya Alloh, Anugerahkanlah kepada …………dan ………….. keteguhan iman dan taqwa,
kesabaran dan ketawaqalan menghadapi ujiaan dan cobaan, keteguhan dalam menjaga
dan melaksanakan Hak / kewajiban suami isteri, sehingga mereka dapat terjauhkan dari
talak cerai yang Engkau murka.

‫ا‬
ْ Ơ ‫ب لنا ذن ُو َنا‬ ‫م أم فااب منا رب‬ ‫أن‬ ‫ك‬Ǹ Ǡ Ǹ ‫نادى‬ ُ
‫ك‬ ‫منادكا‬ ‫ن‬Ǵ‫رب ِل ناان‬
‫وك‬Ǩ ‫اتِنا يعنا س‬ َ‫ ّنا فاغ‬Ǩ‫ ي‬ǰِ ‫يب نو‬ ‫ان‬ َ ‫ناس‬
‫النار‬ ‫ا‬ȉ‫ى خ‬ ‫الد ن نا آتِنا فى‬
‫وال‬ǸƸ‫د‬ ‫د وقنا عذ اب‬Lj‫نة ية‬ ‫ا دْْ وف‬Lj‫نة‬ ‫رب وفنا معوت‬. ‫البيار‬
‫ال ال‬ ‫ل‬Ǵ‫ه‬
Ǹْ .‫ن‬Ǡ ‫رب‬
HIKMAH ISRA’ & MI’RAJ SEBAGAI UJIAN KEIMANAN

Oleh : Yayan Mulyana


( Khutbah Isra dan Mi’raj di Eban, 22 Juni 2012)

Allah SWT telah menetapkan dalam satu tahun terdapat 12 bulan, dan diantara 12 bulan itu ada 4 bulan
yang dimuliakan oleh Allah, yaitu 3 bulan berturut-turut, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta
satu bulan terpisah yaitu Rajab.

Dalam Sejarah Islam tercatat, bahwa ada peristiwa penting yang terjadi di bulan Rajab ini, yaitu
peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini telah mengguncang akidah sebagian
besar kaum muslimin pada waktu itu, karena kejadian ini merupakan kejadian yang tidak masuk akal
dan perkara yang mustahil terjadi serta tidak bisa diterima dengan logika manusia pada waktu itu.

Orang-orang kafir Quraisy beranggapan, bahwa mana mungkin perjalanan Isra dari Masjidil Haram ke
masjidil Aqsha ditempuh dalam waktu singkat. Padahal pada masa itu perjalanan sejauh itu
membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Terlebih lagi perjalanan mi’raj dari masjidil Aqsha ke
langit ke tujuh hingga ke sidratul muntaha, bagi mereka merupakan hal yang mustahil, dan tidak masuk
akal.

Ketika Nabi Muhammad saw menceritakan pengalamannya pergi dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsha, kemudian ke langit ke 7 hingga Sidratul Muntaha dalam waktu semalam, maka orang-orang
kafir Quraisy mentertawakannya. Mereka memperolok-olok Nabi Muhammad saw, dengan
mengatakannya sebagai orang gila, yang sudah tidak waras lagi. Sementara banyak orang yang telah
masuk Islam, akhirnya murtad kembali karena tidak percaya akan Isra’ dan Mi’raj.

Abu Bakar ra, ketika ditanyakan apakah dia mempercayai Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw, maka
dengan penuh keyakinan ia berkata, “Jika yang berkata demikian itu adalah Muhammad bin Abdullah,
maka yang lebih aneh dari itu pun aku percaya, karena sesungguhnya Muhammad itu tidak pernah
berbohong.”

Meski Nabi Muhammad saw tidak pernah berbohong, sehingga sampai beliau dijuluki Al Amin (Yang
Terpercaya) oleh orang-orang Quraisy Mekkah, tapi hanya sedikit sekali orang-orang Islam yang
beriman akan cerita Nabi Muhammad saw tersebut. Tapi Abu Bakar ra, tampil sebagai orang yang
tidak pernah meragukan sediitpun apapun yang datang dari Rasulullah saw. Dan Abu Bakar ra, adalah
salah satu dari sedikit orang itu, yang dengan tegas dia menyatakan keyakinannya, bahwa apa yang
datang dari Nabi Muhammad adalah benar adanya, sehingga beliau dijuluki oleh Nabi Muhammad saw
sebagai Ash Shiddiq.

Perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini,

“Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram
ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)

Dalam ayat tersebut di atas Allah SWT memulainya dengan kata subhaana yang merupakan jawaban
bagi siapapun yang tidak mempercayainya. Sungguh Allah Maha Suci dari segala apa yang mereka
katakan. Tidak mungkin Allah SWT menyebarkan kedustaan, termasuk mengutus seorang Rasul yang
dusta. Lalu apalah guna risalah itu kalau disebarkan oleh seorang Nabi Pendusta.

Peristiwa ini merupakan kejadian penting bagi Nabi Muhammad saw, karena Allah SWT ingin
memperlihatkan kepada hamban-Nya sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya.

Sungguh Allah SWT Maha Kuasa untuk memperjalankan hambanya dalam waktu semalam untuk
menempuh jarak jauh, bahkan lebih dari itu pun Allah Maha Kuasa. Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya:


"Jadilah!" Maka terjadilah ia.” (QS. Yasiin: 82)

Dan itulah ujian keimanan, Allah SWT ingin menguji sampai di mana keimanan manusia yang telah
mengatakan bahwa dirinya beriman. Dengan demikian akan nampak siapa yang benar dengan
keimanannya dan siapa yang berdusta. Allah SWT berfirman:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabuut: 2-3)

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa isra’ dan mi’raj serta dapat menjaga shalat yang
lima waktu sebagai oleh-oleh yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw dari
peristiwa tersebut. Wallahu’alam.

Anda mungkin juga menyukai