Kandungan Surat An Nas,- Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb manusia, Raja manusia,
Sembahan (Ilaah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia, dari golongan jin dan manusia.”
Surat ini turun bersamaan dengan surat Al Falaq, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam
terkena sihir yang dilakukan oleh Labid bin al-A’shom seorang Yahudi yang meletakkan
rontokan rambut Rasulullah yang berjumlah 11 helai di bawah sebuah batu yang berada di
bawah sumur yang berair. Oleh karenanya, jumlah ayat dari dua surat An Nas dan Al Falaq
adalah 11 ayat ; surat an-Nas berjumlah 6 ayat sedang surat al-Falaq berjumlah 5 ayat.
Dalam surat ini, Allah memerintahkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam untuk
berlindung kepada Allah dari was-was syaitan. Perintah kepada nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wassalam berarti juga perintah kepada umatnya. Di dalam kehidupan sehari-hari, jika kita
ingin berlindung dari bahaya apapun juga, kita akan berlindung kepada sesuatu yang kuat.
Umpamanya kita ingin menghindari dari bahaya banjir, maka kita akan berlindung di suatu
tempat yang tinggi dan kuat yang bisa menahan arus banjir. Atau kita ingin terhindar dari
sambaran petir, maka kita akan mencari rumah yang dilengkapi dengan perlengkapan
penangkal petir, begitu seterusnya.
Kaitannya dengan surat An-Nas ini adalah kita diperintahkan berlindung dari bahaya godaan
syetan, yang selalu membisikan ke dalam dada manusia. Syetan adalah musuh yang sangat
berbahaya, kita tidak bisa melihat mereka, tetapi mereka melihat kita. Oleh karena itu kita
memerlukan perlindungan dari serangan-serangan syetan yang datang bertubi-tubi, tiada
henti-hentinya tersebut. Maka Allah menjelaskan bahwa tidak ada tempat berlindung dari itu
semua kecuali Allah.
Perbandingan Antara Surat An Naas Dan Surat Al Falaq
Di sana ada beberapa perbedaan antara Surat An Naas dan Surat al Falaq, diantaranya adalah
bahwa dalam surat al-Falaq kita diperintahkan meminta perlindungan dengan menggunakan
nama Allah “ ar-Rabb “ saja, dari empat hal : kejahatan makhluq, kejahatan malam, kejahatan
tukang sihir, dan kejahatan orang yang hasad. Sedangkan dalam surat An Naas kita
diperintahkan untuk meminta perlindungan dengan menggunakan tiga nama Allah, yaitu, Rabb,
Malik dan Ilah, dari satu kejahatan saja, yaitu kejahatan syetan yang mempunyai dua sifat :
bersembunyi, dan membisikan pada dada manusia.
Perbedaan di atas menunjukkan bahwa kejahatan syetan yang selalu bersembunyi dan
membisikan kepada dada manusia jauh lebih berbahaya dari pada kejahatan empat hal yang
disebutkan dalam surat al- Falaq, karena bahaya bisikan syetan akan menimpa hati dan
keyakinan, sedangkan bahaya empat hal di atas hanya menimpa fisik dan badan manusia.
Wallahu A’lam .
Al ikhlas Pokok-pokok isinya:
Penegasan tentang kemurnian keesaan Allah s.w.t. dan menolak segala macam kemusyrikan
dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Surat Al Ikhlash ini
menegaskan kemurnian keesaan Allah s.w.t.
Surah al-Kautsar turun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Oleh karena itu surat
ini tergolong sebagai surat Makiyah. Terdiri dari 3 ayat dan merupakan wahyu ke-14 atau ke-15.
Ia turun setelah surat al-‘Adiyat dan sebelum at-Takatsur. Al-Kautsar artinya nikmat yang
banyak. Namun ada juga yang mengartikannya sebagai sungai di surga. Nama lain dari al-
Kautsar adalah an-Nahr.
Surat al-Kautsar turun berkaitan dengan ejekan kaum kafir Quraisy terhadap diri Nabi
Muhammad saw. Mereka mengatakan bahwa keturunan beliau tidak akan banyak dan tidak
berlanjut. Hal ini mereka lakukan ketika salah satu putra beliau meninggal dunia. Sebagai
budaya orang Arab, garis keturunan seseorang diturunkan melalui anak lelaki bukan anak
perempuan. Dan pada saat itu, keturunan Nabi Muhammad yang masih hidup adalah anak-anak
perempuan. Inilah yang menyebabkan beliau diejek sebagai orang yang tak berketurunan.
Padahal dari Fathimah az-Zahrah yang bersuamikan Ali bin Abi Thalib, Nabi Muhammad
mempunyai dua orang cucu : Hasan dan Husein. Dan kedua cucu beliau mempunyai anak-cucu.
Ini berarti bahwa keturunan beliau tidak terputus.
Melalui surat ini Allah ingin membantah tudingan kaum Musyrikin yang ditujukan kepada
Nabi Muhammad. Bahkan sebaliknya, karena tudingan tersebut rahmat dan karunia Allah
kepada mereka akan diputus, sebagai hukuman terhadap mereka. Bantahan ini merupakan
salah satu bentuk karunia Allah kepada Nabi Muhammad yang patut untuk disyukuri.
Disamping nikmat diatas, Allah juga telah dan akan terus menganugerahkan nikmat
kepada beliau. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah beliau bersyukur kepada-Nya. Adapun
bentuk syukur yang Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad saw adalah dengan beribadah
kepada-Nya. Yakni, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan
ibadah yang paling besar nilainya dihadapan Allah adalah shalat dan berqurban.
Shalat menjadi bukti keimanan kita kepada Allah. Sedangkan berqurban adalah tanda
ketaatan kita kepada-Nya. Sebagai seorang mukmin yang mengaku beriman dan patuh kepada
Allah belum bisa dipercaya sebelum mendapatkan ujian. Dan belum sempurna keimanan
seseorang sebelum mendapatkan ujian dari Allah. Karena iman adalah kepercayaan yang
diucapkan dan dibuktikan dalam perbuatan. Oleh karena itu setiap orang mukmin pasti akan
mendapatkan ujian dari Allah, sebagaimana firman Allah berikut ini:
)155( َصا ِب ِرين
َّ ت َوبَش ِِر ال ٍ ف َو ْال ُجوعِ َو َن ْق
ِ ص ِمنَ ْاْل َ ْم َوا ِل َو ْاْل َ ْنفُ ِس َوالث َّ َم َرا ِ ش ْيءٍ ِمنَ ْالخ َْو
َ َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم ِب
Artinya :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar,” (QS. Al-Baqarah [2]: 155)
Surat Al Maa’uun adalah di antara surat Makkiyah (yang turun sebelum hijrah) atau surat
Madaniyah (yang turun setelah hijrah). Surat ini berisi penjelasan mengenai orang-orang yang
mendapat ancaman karena mendustakan hari pembalasan. Sifat mereka adalah tidak
menyayangi anak yatim dan orang miskin, juga lalai dari shalat dan riya’ di dalamnya. Mereka
pun enggan menolong orang lain dengan harta atau pun suatu manfaat.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan? Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang
berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
Kita dapat mengambil kesimpulan tentang isi kandungan Q.S. Al - Kafirun tentang toleransi
dalam beragama, yaitu ada dua kata. Kata yang pertama adalah "kebebasan" dan kata kunci
yang kedua adalah "batasan".
Kita mulai dari kata kunci yang pertama yaitu "kebebasan". Kata kebebasan dalam isi
kandungan Q.S. Al-Kafirun itu artinya bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih
akidah dan kebebasan untuk beribadah sesuai keyakinan yang telah dipilihnya. Kebebasan
beribadah tidak dimaknai secara internal atau beribada dengan caranya sendirinya.
Sebagai contoh, Islam mengajarkan dan mewajibkan kita untuk shalat lima waktu, kita tidak
bisa menawar jumlah shalat lima waktu tersebut menjadi tiga waktu. Kebebasan beribadah
hanya dalam hubungan eksternal atau hubungan anatara pemeluk agama yang satu dengan
dengan pemeluk agama lain.
Kita harus bertoleransi terhadap pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai agamanya. Kita
tidak boleh mengganggu mereka ketika melakukan ibadah, dan begitu juga sebaliknya. Inilah
yang dimaksud dengan kata kunci "batasan", bahwa sikap toleransi seorang muslim hanya
menyangkut hubungan sosial antar manusia dan ibada dalam arti eksternal.
Si kandungan surat an-nashr :
1) Surah An-Nasr menceritakan tentang kemenangan Nabi Muhammad saw. dan kaum
Muslimin pada menguasai kota Mekkah dengan damai.
2) pasukan Islam dari Madinah sangat disegani oleh orang kafir Mekkah yang dulu
memusuhinya
3) Semua kemenangan itu berkat pertolongan dari Allah
4) Kaum Muslimin bersyukur aats nikmat Allah yang besar ini dengan memanjatkan puji dan
istighfar mohon ampunan.
Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi
Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana
kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.
Kandungan surat Al Lahab
Ayat pertama
َْوتَبَّْ لَهبْ أَ ِبيْ يَدَا تَّبَّت
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”
Abu Lahab adalah putranya Abdul Muththalib namanya Abdul ‘Uzza. Dinamakan Abu Lahab
karena ia kelak akan masuk ke dalam neraka yang memiliki lahab (api yang bergejolak). Atas
dasar inilah Allah subhanahu wata’ala menyebutnya dalam kitab-Nya Al Quran dengan kun-
yahnya (yaitu nama/julukan yang diawali dengan Abu atau Ibnu, atau Ummu bagi perempuan),
dan bukan dengan namanya. Juga karena ia lebih tenar dengan kun-yahnya. Dan juga karena
namanya disandarkan kepada nama salah satu berhala pada zaman itu. Dia adalah salah satu
paman Rasul yang paling besar permusuhannya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
sejak dikumandangkannya dakwah mengajak beribadah hanya kepada Allah saja. Ayat ini turun
sebagai bantahan kepadanya disaat menolak dan enggan untuk mengikuti seruan Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam.
Mungkin para pembaca bertanya-tanya, mengapa Allah hanya menyebutkan kedua tangannya
saja yang akan binasa? Jawabannya adalah seperti yang telah dijelaskan dalam kitab tafsir
Adhwa`ul Bayan, bahwa penyebutan tangan dalam ayat ini, masuk dalam kaidah penyebutan
sebagian tetapi yang dimaksudkan adalah keseluruhannya. Hal ini diketahui dari lafazh
setelahnya yaitu “Watabba” artinya: ia (Abu Lahab) telah binasa.
Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata’ala memaksudkan penyebutan kebinasaan seseorang
dengan mencukupkan penyebutannya pada kedua tangannya. Ya, karena memang kedua
tanganlah yang mempunyai peran besar dalam mengganggu dan menyakiti Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ayat kedua
ب َو َما َمالهْ َعنهْ أَغنَى َما َ َك
َْ س
“Tidaklah berfaedah (berguna) kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”.
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu menyebutkan: “Tatkala Rasulullah mengajak kaumnya untuk
beribadah hanya kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan selain Allah, berkatalah Abu
Lahab: “Jika apa yang dikatakan putra saudaraku (Rasulullah) adalah benar aku akan menebus
diriku dari azab yang pedih pada hari kiamat dengan harta dan anak-anakku.” Maka turunlah
firman Allah Ta’ala (artinya): “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia
usahakan” (Tafsir Ibnu Katsir)
Ketika vonis binasa telah disandangnya, maka tidak bermanfaat lagi apa yang telah
diusahakannya dari harta-benda, anak istri, kedudukan, jabatan dan lain sebagainya dari
perkara dunia ini. Allah subhanahu wata’ala menegaskan dalam firman-Nya (artinya): “Dan
hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.”
Ayat ketiga
س َيصلَى َ ْلَ َهبْ ذَاتَْ نَارا
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”
Kelak ia akan diliputi oleh api neraka dari segala sisinya
Ayat keempat
ْب َح َّمالَ ْةَ َوام َرأَته َ ال َح
ِْ ط
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.”
Istri Abu Lahab merupakan salah satu tokoh wanita Quraisy. Namanya adalah Auraa’ bintu Harb
bin Umayyah kunyahnya Ummu Jamil, saudara perempuannya Abu Sufyan (bapaknya
Muawiyyah). Sebagaimana suaminya, ia juga merupakan wanita yang paling besar gangguan
dan permusuhannya terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Ia dan suaminya bahu-
membahu dalam permusuhan dan dosa. Ia curahkan segenap daya dan upayanya untuk
mengganggu dan memusuhi beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Pernah ia membawa dahan yang
penuh duri, lalu ia tebarkan di jalan yang sering dilalui oleh Rasulullah pada waktu malam,
sehingga melukai beliau dan para shahabatnya.
Ketika mendengar turunnya ayat: “Telah celaka kedua tangan Abu Lahab.” Ia pun datang,
sambil tangannya menggenggam batu, ia mencari-cari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Sementara beliau tengah duduk bersama Abu Bakr di dekat Ka’bah. Kemudian Allah subhanahu
wata’ala menutup penglihatannya sehingga ia tidak bisa melihat kecuali Abu Bakr t saja. Maka
ia pun bertanya, “Mana temanmu itu (Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam)? Telah sampai
kepadaku bahwa dia telah mengejekku dengan syair. Demi Allah, seandainya aku
menjumpainya, sungguh aku akan pukul mulutnya dengan batu ini. Ketahuilah, demi Allah aku
sendiri juga pandai bersyair.” Kemudian iapun mengucapkan syair:
Orang tercela kami tentang
Urusan kami mengabaikannya
Dan agamanya kami tidak suka
Lalu ia pun pergi. Maka bertanya Abu Bakr, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengira bahwa
dia melihatmu?” Kemudian beliau pun menjawab, “Dia tidak melihatku. Allah telah menutupi
pengelihatannya.”
Maka terkumpullah di punggung wanita jahat ini dosa-dosa, seolah orang yang mengumpulkan
kayu bakar yang telah mempersiapkan seutas tali di lehernya. Atau ayat ini bermakna pula di
dalam neraka wanita ini membawa kayu bakar untuk menyiksa suaminya sambil melilitkan
dilehernya seutas tali dari sabut. Sedangkan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah dan As-Sa’dy
menafsirkan ayat ini dengan namimah. Maksudnya istri Abu Lahab profesinya sebagai tukang
fitnah. Al-Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah (salah seorang tokoh besar dan ulama`
tabi’in) berkata: “Istrinya Abu Lahab memfitnah Rasulullah dan para sahabatnya kepada
musyrikin.” (Fathul Bari dan Tafsir Ibnu Katsir)
Ayat kelima
ْس ْد َ ِمنْ َحبلْ ِجي ِدهَا فِي
َ َم
“Yang dilehernya ada tali dari sabut.”
Al-Imam Al-Fara mengatakan: “Al-Masad adalah rantai yang ada di neraka, dan disebut juga tali
dari sabut. (Fathul Bari)
Faidah
Para pembaca yang semoga dimuliakan Allah, dalam surat Al Masad ini, ada beberapa pelajaran
yang bisa kita petik darinya, diantaranya:
1. Surat ini merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Dimana Allah
menurunkan surat ini dalam kondisi Abu Lahab dan istrinya masih hidup, sementara keduanya
telah divonis sebagai orang yang akan disiksa didalam api neraka, yang konsekuensinya mereka
berdua tidak akan menjadi orang yang beriman. Dan apa yang dikabarkan Allah subhanahu
wata’ala Dzat Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib pasti terjadi.
2. Tidak berguna sedikitpun harta benda (untuk melindungi) seseorang dari azab Allah ketika ia
melakukan perbuatan yang mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.
3. Haramnya menganggu orang beriman secara mutlak.
4. Tidak bermanfaat sedikitpun hubungan kekerabatan seorang musyrik, dimana Abu Lahab
adalah pamannya Nabi tetapi ia di dalam neraka.
Isi Kandungan Surah An-Nasr
Surah An-Nasr menceritakan tentang kemenangan Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin
pada menguasai kota Mekkah dengan damai. Nabi Muhammad saw. dan pasukan Islam dari
Madinah sangat disegani oleh orang kafir Mekkah yang duku memusuhinya. Semua
kemenangan itu berkat pertolongan dari Allah. Kaum Muslimin bersyukur aats nikmat Allah
yang besar ini dengan memanjatkan puji dan istighfar mohon ampunan.
Nabi Muhammad saw. lahir di Mekkah, menerima wahyu dari Allah untuk berdakwah
mengajak umat manusia menyembah Allah dan beragama Islam. Pada saat itu, penduduk
Mekkah menyembah patung/berhala. Ketika Nabi Muhammad saw. berdakwag, penduduk
Mekkah menentang bahkan mengusirnya. Tidak itu saja, mereka akan membunuh Nabi dan
pata pengikutnya. Ingatkah kalian pelajaran terdahulu tentang tokoh kafir tang sangat kejam
seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan teman-temannya. Maka Nabi Muhammad saw. dan
sahabatnya mencari tempat yang aman untuk berdakwah. Akhirnya Nabi berpindah ke
Madinah.
Penduduk Madinah cukup ramah. Mereka membantu Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya.
Orang Islam yang berpindah dari Mekkah disebut kaum Muhajirin. Sedangkan orang Islam
Madinah yang menolong disebut kaum Ansar. Mereka bersaudara hidup rukun menjadi negara
Islam yang dikepalai Nabi Muhammad saw.
Di Madinah, Nabi Muhammad saw. dan para sahabat menyiarkan agama Islam dengan aman.
Agama Islam berkembang dengan pesat sampai ke kota-kota sekitarnya. Tapi ternyata
penduduk Mekkah tetap saja menyembah berhala di sekeliling Ka'bah. Setelah beberapa tahun,
Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya menjadi rundu kota kelahirannya yaitu Mekkah. Mereka
ingin berkunjung ke tanah kelahirannya, menunaikan ibadah haji di Ka'bah serta ingin berziarah
ke makam orang tuanya di Mekkah.
Mendengar berita itu, orang kafir Mekkah bermaksud menghalang-halangi keinginan Nabi
Muhammad saw. dan para sahabat. Nabi Muhammad saw. mempersiapkan 10.000 prajurit
untuk merebut kota Mekkah dan Ka'bah. Para prajurit menuju Mekkah dengan membawa
senjata hanya untuk berjaga-jaga. Mereka tidak menhunusnya karena niatnya untuk
melaksanakan ibadah haji, bukan untuk berperang. Melihat tentara yang banyak, penduduk
Mekkah ketakutan dan minta ampun kepada Nabi. Mekkah terharu dan berbondong-bondong
masuk agama Islam secara suka rela. Sebelum Nabi dan para sahabat menunaikan haji, beliau
memerintahkan prajurit menghancurkan berhala-berhala di sekeliling Ka'bah. Orang Mekkah
pun turut melakukan ibadah haji. Setelah itu penduduk Mekkah tidak pernah lagi menyembah
berhala. Agama Islam berkembang pesat sampai sekarang.
Kemenangan ini berkat pertolongan Allah (Nasrullah). Kemenangan itu juga disebut Fathu
Makkah, artinya terbukanya kota Mekkah. Pantas saja jika surah ini disebut Surah An-Nasr yang
artinya pertolongan. Terhadap pertolongan ini Nabi dan sahabat mensyukuri dengan banyak
memuji, bertasbih kepada Allah. Serta mohon ampunan/membaca istighfar kepada Allah.
Karena sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima Taubat.
Dari kisah dalam Surah An-Nasr, ada hikmah bahwa orang yang bersabar dan mau memaafkan
pasti akan menang. Orang zalim pasti akan kalah. Segala nikmat adalah karunia dari Allah yang
harus disyukur dengan memuji-Nya, bertasbih dan istighfar.
Kita terharu dengan sifat Nabi Muhammad saw. yang memberi maaf kepada bekas musuhnya.
Berkat sifatnya itu, seluruh penduduk Mekkah akhirnya menjadi beragama Islam dan
bersahabat dengannya. Tidak ada lagu kekafiran di Mekkah setelah peristiwa itu. Semoga
kebahagiaan senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Isi Kandungan Surah Al-Kafirun
Allah Swt. dan rasul-Nya menganjurkan umat Islam bertoleransi dalam bidang muamalah, yaitu hal-hal
yang menyangkut kemanusiaan dan tolong-menolong. Misalnya bersama-sama membangun jembatan,
menengok ketika ada yang jatuh sakit, bergotong royong membangun rumah, menolong pemeluk
agama lain yang tertimpa musibah, dan kegiatan masyarakat lainnya.
Hal ini dicontohkan Rasulullah yang menghormati jenazah Yahudi yang lewat dihadapannya. Namun,
dalam bertoleransi kita tidak boleh mencampuradukkan masalah akidah. Akidah merupakan bagian
esensial atau inti dari suatu agama. Agar tidak terjadi kebiasaan mencampuraduk akidah Allah
menurunkan Surah al-Kafirun [109] sebagai pedoman dalam bertoleransi tersebut.
Orang-orang kafir mengutus beberapa utusan untuk berdialog dan berkompromi dengan Nabi
Muhammad saw. Dialog ini dimaksudkan untuk menjatuhkan Nabi Muhammad dan agar kaum muslimin
kembali pada ajaran nenek moyang atau menyembah berhala. Dalam dialog ini kaum kafir mengusulkan
kepada Rasulullah saw. untuk berkompromi dengan cara berganti-ganti praktik ibadah. Selama satu
tahun kaum kafir akan mengikuti Rasulullah menyembah Allah Swt. Pada tahun berikutnya Rasulullah
dan umat Islam yang mengikuti kaum kafir menyembah berhala. Allah Swt. menurunkan Surah al-
Kafirun [109] ayat 1–6 untuk menjawab kompromi yang diajukan oleh orang-orang kafir. Surah al-
Kafirun [109] merupakan penegasan larangan mencampuradukkan akidah dan keimanan Islam dengan
ajaran agama lain.
Kemurnian akidah Islam harus dijaga. Inilah kandungan pertama Surah al-Kafirun [109], yaitu ikrar
kemurnian tauhid. Tidak ada yang dapat menyamai kebenaran akidah Islam. Oleh karena itu, Allah Swt.
melarang hamba-Nya mencampuradukkan akidah dan keimanan yang ia anut dengan keyakinan umat
lain. Kandungan kedua Surah al-Ka-firu-n [109] adalah ikrar penolakan terhadap semua bentuk praktik
peribadatan kepada selain Allah Swt. yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Islam menganjurkan
umatnya bertoleransi. Akan tetapi, jika sudah menyangkut masalah akidah, keimanan, dan ibadah Islam
tidak lagi mengenal toleransi. (Hamka. 2004. Halaman 288–289)
Keragaman dan perbedaan keyakinan merupakan realita yang tidak dapat ditolak. Keragaman dan
perbedaan secara realita akan tetap ada hingga akhir dunia. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.
Artinya: Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat. (Q.S. Hud [11]: 118)
Ayat keenam Surah al-Kafirun [109] menegaskan bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Ayat ini
menyatakan ikrar dan ketegasan sikap setiap muslim terhadap orang kafir. Islam tidak mengenal
toleransi atau kompromi dalam bidang akidah dan ibadah. Islam melarang pencampuradukan akidah
Islam dengan agama lain. Tauhid tidak dapat dicampuradukkan dengan syirik.
Secara umum Surah al-Kafirun [109] mengandung makna toleransi terhadap agama lain dan
kepercayaannya. Toleransi ini berarti pengakuan tentang adanya realita perbedaan agama dan
keyakinan, bukan pengakuan pembenaran terhadap agama dan keyakinan selain Islam. Islam adalah
agama yang benar dan tidak ada yang dapat menyamai syariat Islam. Surah al-Kafirun [109] merupakan
pedoman bagi umat Islam dalam bersikap menghadapi perbedaan yang ada. Selain itu, Surah al-Kafirun
[109] ayat 1–6 juga merupakan pedoman dalam meletakkan hubungan sosial. Perbedaan agama dan
keyakinan tidak menutup jalan untuk tolong-menolong. Perbedaan agama dan keyakinan tidak menjadi
alasan untuk bermusuhan.
Dendam dan permusuhan antargolongan tidak bermanfaat. Dendam dan permusuhan hanya
mendatangkan kesengsaraan dan kerugian. Ketenangan dan kedamaian sirna oleh dendam dan
permusuhan. Perbedaan dan keragaman harus disikapi dengan bijaksana. Kita tidak mengganggu
penganut agama lain dan tidak mau diganggu oleh penganut agama lain. Meskipun dianjurkan
bertoleransi, kita harus tetap memiliki keyakinan penuh pada keimanan dan agama yang kita anut.
Hanya Islam agama yang diridai Allah Swt. Jangan sampai sikap toleransi yang kita tunjukkan
melunturkan keyakinan terhadap agama sendiri.
Kesimpulan yang dapat diambil dari Surah al-Kafirun [109] sebagai berikut.
a. Islam mengakui terhadap realita keberadaan agama dan keyakinan lain.
b. Islam mengizinkan umatnya berinteraksi dengan umat nonmuslim dalam bidang muamalah.
c. Islam melarang toleransi dalam bidang akidah dan ibadah.
d. Islam secara tegas menolak segala bentuk kemusyrikan, ritual ibadah, atau hukum yang terdapat
dalam agama lain.
Isi Kandungan Surah Al-Kautsar
Surat Al Kautsar terdiri atas 3 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah diturunkan
sesudah surat Al 'Aadiyaat. Dinamai Al Kautsar (nikmat yang banyak) diambil dari perkataan Al
Kautsar yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat ini sebagai penghibur hati Nabi
Muhammad s.a.w.
Surat ini menganjurkan agar orang selalu beribadah kepada Allah dan berkorban sebagai
tanda bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.
Surah Al-Kautsar berisi penjelasan tentang nikmat yang banyak. Nikmat yang dirasakan
manusia dan semua makhluknya berasal dari Allah Swt. Kita harus mensyukuri nikmat itu
dengan cara rajin beribadah, tekun melaksanakan sholat dan bersedekah. Juga beramal sholeh
membantu orang yang susah. Seperti menyembelih binatang kurban dan membagikan kepada
fakir miskin.
Anugerah Allah yang dikaruniakan kepada manusia sangatlah banyak. Jumlah tidak dapat
dihitung karena terlalu banyak. Misalnya, manusia diberi mata untuk melihat sehingga tidak
menabrak barang dan tidak tersesat ketika berjalan. Manusia diberi dua tangan dan kaki
sehingga dapat bekerja dan berjalan. Allah menciptakan matahari dapat memberikan cahaya
terang menyinari dunia sehingga dunia ini menjadi hidup.
Allah telah melimpahkan nikmat yang banyak karena itu bersembahyang dan berkorbanlah;
Nabi Muhammad s.a.w. akan mempunyai pengikut yang yang banyak sampai hari kiamat dan
akan mempunyai nama yang baik di dunia dan di akhirat, tidak sebagai yang dituduhkan
pembenci pembencinya.
Isi Kandungan Surat Al-Ma'un
Isi Kandungan Surat Al-Ma'un. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menyaksikan
orangorang yang berlimpah harta rajin mengerjakan salat. Bahkan, banyak di antara mereka
yang telah melaksanakan ibadah haji lebih dari satu kali. Namun, di sisi yang lain mereka sangat
pelit dan kikir ketika diminta bantuan untuk menolong orang miskin dan terkadang
membentak-bentak anakyatim yang datang ke rumahnya. Hal itu telah dinyatakan dalam Surah
Al-Ma‘un bahwasannya orang seperti itu akan celaka. Coba, baca dan pahami Surah Al-Ma‘un
berikut ini dengan baik dan benar.
Surah al-Ma‘un menjelaskan tentang golongan (orang-orang) yang mendustakan agama
(Islam). Mereka mengaku sebagai seorang muslim (pemeluk agama Islam), tetapi sering
melanggar aturan-aturan atau syariat Islam. Orang-orang atau golongan pendusta agama
tersebut, antara lain:
a. Menghardik anak yatim.
b. Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
c. Lalai terhadap kewajiban salat.
d. Enggan atau tidak mau tolong-menolong.
Jumlah ayat surat Al-Maun. Surah al-Ma‘un terdiri atas 7 ayat. Surah al-Ma‘un termasuk
golongan surah Makiyah, yaitu surah yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad
hijrah ke Madinah. Kata “al-Ma‘un” diambil dari ayat yang terakhir yang artinya “bantuan.”
Surat Al-Quraisy dan Kandungannya
1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas[1602].
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4. yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan.
Penjelasan Ayat.
Ayat 1 menjelaskan akan kebiasaan suku Quraisy. Zaman dahulu mata pencaharian pada
umumnya berdagang. Kota makkah sendiri berada diantara dua Negara yang menjadi pusat
perdagangan, yaitu Syam (disebelah utara) dan Yaman (sebelah selatan). Negeri Syam
(sekarang syuriah) merupakan pintu perniagaan yang menuju kearah laut tengah dan negeri-
negeri sebelah barat Yaman membuka jalan dagang kenegeri-negeri sebelah timur sampai ke
Hindia dan tiongkok. Penyebaran Islam di Indonesia melalui perdagangan dari Arab dan Mesir.
Ayat 2 menjelaskan perjalan dagang yang dilakuakan suku Quraisy. Pada musim dingin, suku
quraisy biasa melakuan perjalanan kenegeri Yaman. Pada musim panas, mereka pergi ke Syam
(Suriah), jalur perdagangan musim dingin, yakni Mekkah – Taif – Asir – Sari’adalah (Yaman).
Jalur musim panas terdiri dari 2 jalur yakni Mekkah – Madinah – Damaskus; Mekah – humain –
Badar – ma’an (Syirqil Urdun).nabi Muhammad pada umur 12 tahun sudah ikut berdagang ke
Syam. Hal itu menunjukan bagaimana kuatnya jiwa berdagang suku Quraisy. Suku Quraisy
memperoleh rejeki dari Allah AWT. Guna mencukupi kebutuhan hidup.
Ayat 3 mengingatkan suku Quraisy, umat Islam pada umumnya agar selalu bersyukur atas rejeki
yang diberikannya. Mereka diperintahkan untuk beribadah kepada tuhan (pemilik) Ka’bah.
Ayat 4 menjelaskan wujud kasih saying-Nya kepada paa hambanya. Manusia diperintahkan
menyembah (taat) kepada-Nya. 2 alasan pertama : Allah AWT telah menjadikan Ka'ba sebagai
kiblat peribadatan umat Islam dan setiap tahun dikunjungi orang beribadah haji. Kedua :
mereka telah diberikan rasa aman dari kecemasan, baik kecemasan dari hidup melarat maupun
dari gangguan sesame manusia.
Penutup
Surat Al-Quraisy menerangkan penghidupan orang Quraisy serta kewajiban yang seharusnya
mereka penuhi.
Surat Az-Zalzalah yang terdiri dari delapan ayat ini termasuk surat madaniyah yang
menerangkan tentang awal mula terjadinya kiamat dan penghisaban amal manusia. Amal baik
maupun jelek yang sangat kecil sekalipun, pasti mendapat balasan dari sisinya. Karena itu setiap
manusia berkewajiban mempersiapkan diri menghadapi goncangan bumi, yakni dengan
memperbanyak amal shaleh, menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Sebab mereka sama sekali
tidak akan dapat menghindarkan diri dari ancaman kiamat dan perhitungan amal. Tinggal pada
saat ini mereka berupaya menyelamatkan diri dari segala akibat yang ditimbulkan kiamat
dengan memperbanyak amal, meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
ASBABUN-NUZUL
Ketika Allah SWT. Telah menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW. Berupa : Wa
yuth’imuunath tha’aama ‘alaa hubbuhii mikkiinan wa yatiiman wa asiiraa “ Dan mereka
memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan ”
( QS. Al-Insaan:8 ), kaum muslimin beranggapan bahwa orang yang sedekah dengan nilai yang
sangat minim tidak akan mendapat pahala. Mereka beranggapan pula, bahwa melakukan dosa
kecil, seperti : berbohong dan mengumpat, mencuri pandang kepada wanita cantik dan
perbuatan tercela lainnya, tidak akan mendapat balasan dari Allah berupa siksa, allah akan
mengampuninya. Mereka beranggapan pula, bahwa ancaman api neraka hanya disediakan buat
orang-orang yang melakukan dosa besar. Oleh karena ada asumsi yang demikian di kalangan
kaum muslimin, maka Allah SWT meurunkan ayat yang ke tujuh dan ke delapan dari surat Az-
Zalzalah sebagai bantahan terhadap asumsi mereka tersebut. Jadi, perbuatan sekecil apapun
akan mendapatkan balasan dari Allah. Yang baik mendapatkan pahala, yang jelek mendapat
siksa. ( HR. Ibnu Abi Hatim dari Sa’id bin Jubair ).
Allah telah memberikan banyak sekali kenikmatan dan karunia kepada manusia. Akan
tetapi banyak manusia yang lupa bahwa semuanya adalah berasal dari Allah. mereka
menganggap karunia tersebut adalah hasil dari usahanya sendiri. Sehingga mereka menjadi
serakah dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Mereka juga menjadi orang yang sombong
dan suka merendahkan orang lain. Padahal dalam karunia yang mereka dapat terselip hak
orang lain.
Kata “al-Humazah” diambil dari ayat pertama berarti pengumpat. Surat al-Humazah
terdiri dari 9 ayat. Surat ini diturunkan di kota Mekah sehingga dikategorikan sebagai surat
Makiyah. Surat ini juga sering disebut dengan surat “wail li kulli” atau “al-Huthamah”.
Surat al-Humazah merupakan wahyu ke-31 yang diterima oleh Nabi Muhammad. Ia
turun sesudah surat al-Qiyamah dan sebelum surat al-Mursalat.
Surat ini berisi tentang ancaman terhadap dua perbuatan yang dilakukan karena tidak
peduli dengan lingkungan sekitar yaitu :
a. mengumpat dan mencela orang lain.
Mengumpat dan mencela adalah perbuatan yang dilakukan karena didasari rasa
sombong. Mereka yang melakukan perbuatan ini merasa dirinya lebih tinggi dari orang yang
diumpat atau dicelanya. Mereka juga mempunyai perasaan bahwa dirinya adalah orang yang
benar dan mulia. Padahal bisa jadi orang dihinanya itu lebih baik darinya. Sebagaimana firman
Allah :
سى أَ ْن يَ ُك َّن َخي اْرا ِم ْن ُه َّن َو ًَل ت َْل ِم ُزوا َ ِسى أ َ ْن يَ ُكونُوا َخي اْرا ِم ْن ُه ْم َو ًَل ن
َ ِسا ٌء ِم ْن ن
َ ساءٍ َع َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ًَل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم َع
)11( ... س ُك ْم َ ُأ َ ْنف
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena)
boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan
pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri…”(QS. Al-Hujurat [49] : 11)
Dalam ayat diatas dikatakan bahwa jika kita mencela seseorang maka sesungguhnya kita
telah mencela diri kita sendiri. Hal ini karena biasanya orang yang mencela orang lain
disebabkan rasa iri hati dengan sesuatu yang dimiliki orang lain. Ini menunjukkan bahwa dialah
yang sebenarnya lebih rendah dari yang dicelanya.
Termasuk juga ke dalam perbuatan ini adalah menggunjing dan membicarakan sisi
negatif seseorang dibelakang yang bersangkutan. Perbuatan yang seperti dinamakan juga
ghibah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw :
قِ ْي َل أَفَ َراَيْتَ ا ِْن َكانَ فِي اَ ِخي َما،ُ قَا َل ِذ ْك ُركَ أَخَاكَ بِ َما يَ ْك َره،س ْولُهُ اَ ْعلَ ُم ُ أَتَد ُْر ْونَ َما ال ِغ ْيبَةُ؟ قَالُ ْوا هللاُ َو َر: قَا َل.س ْو َل هللاِ ص ُ ا َ َّن َر
) قَا َل ا ِْن َكانَ فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَدْ ا ْغت َ ْبتَهُ َوا ِْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه فَقَدْ بَ َهت َّهَ (رواه مسلم، اَقُ ْو ُل
Artinya :
“Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : tahukah kalian apa itu ghibah? Para sahabat
menjawab : Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau berkata : kamu membicarakan
saudaramu (orang lain) apa yang tidak ia senangi, beliau ditanya : bagaimana jika saudaraku
itu memang seperti yang aku katakan. Nabi menjawab : jika ia seperti yang kamu katakan,
maka kamu lebih menggunjingnya. Dan jika tidak sesuai maka kamu lebih membuat
kebohongan besar mengenainya.” (HR. Muslim)
Namun menurut Quraish Shihab, ada beberapa ghibah yang dibolehkan selama
memenuhi salah satu syarat dibawah ini :
- mengadukan penganiayaan yang dialami seseorang kepada pihak yang dapat mengatasi
penganiayaan itu.
- Mengharapkan bantuan dari seseorang agar selamat dari perbuatan jahat orang lain.
- Menyebutkan keburukan dalam rangka meminta fatwa keagamaan.
- Menyebutkan keburukan orang dengan maksud peringatan kepada orang lain agar tidak
menjadi korbannya.
- Membicarakan perbuatan buruk seseorang yang telah melakukannya dengan terang-
terangan dan tanpa malu.
- Memberinya ciri tertentu sehingga membuatnya lebih mudah dikenali.
b. menumpuk harta
Menumpuk harta merupakan salah satu sebab yang membuat seseorang mengumpat
atau mencela orang lain. Mereka merasa bahwa harta membuatnya lebih tinggi dari orang lain.
Mereka lupa bahwa harta yang dimiliki adalah berasal dari Allah.
Mereka juga menganggap bahwa harta yang mereka miliki akan selamanya berada
dalam genggamannya. Mereka lupa bahwa ketika kematian menjemput, harta yang dimiliki
tidak akan menemaninya. Oleh karena itu tidak salah kalau Allah menginggatkan kita agar
berhati-hati dengan harta yang dimilki, sebagaimana firman Allah :
َّ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أ َ ْم َوالُ ُك ْم َوأ َ ْو ًَلد ُ ُك ْم ِفتْنَةٌ َوأ َ َّن
)28( َّللاَ ِع ْندَهُ أَجْ ٌر َع ِظي ٌم
Artinya :
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal [8] : 28)
Dalam ayat diatas harta dianggap sebagai sebuah fitnah. Karena harta dapat
menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Peringatan Allah ini berkaitan dengan
kecenderungan manusia yang mencintai kehidupan dunia beserta isinya. Sebagaimana firman
Allah :
ع ِ س َّو َم ِة َو ْاْل َ ْنعَ ِام َو ْال َح ْر
ُ ث ذَلِكَ َمتَا َ ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم
َّ ب َو ْال ِف َ ير ْال ُمقَ ْن
ِ ط َرةِ ِمنَ الذَّ َه ِ اء َو ْالبَنِينَ َو ْالقَن
ِ َاط ِ سَ ِت ِمنَ الن ِ ش َه َوا َّ اس حُبُّ ال ِ َُّز ِينَ ِللن
)14( ب ْ
ِ َّللاُ ِع ْندَهُ ُح ْسنُ ال َمآ َّ ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َو
Artinya :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3] : 14)
Orang yang menumpuk harta dan tidak mau berbagi dengan orang lain lupa bahwa
harta tersebut belum tentu mereka manfaatkan. Padahal menurut Ibnu Khaldun, seorang
filosof muslim, mengatakan bahwa harta baru dinamakan rezeki ketika harta itu dapat
dimanfatkan. Namun ketika tidak dimanfaatkan maka belum rezeki namanya. Dan yang
dimaksud dimanfaatkan disini adalah digunakan oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Jadi
bila kita mempunyai makanan, baju, uang dan lain sebagainya namun tidak kita manfaatkan itu
berarti belum rezeki kita.
Dan balasan bagi mereka yang suka mencela dan menumpuk harta adalah neraka
huthamah. Yaitu neraka yang menyala-nyala yang mampu membakar sampai ke bagian
terdalam tubuh manusia (hati).
Surat at-Takatsur merupakan surat Makiyah. Kata “at-Takatsur” diambil dari ayat
pertama yang mempunyai arti bermegah-megahan. Ia terdiri dari 8 ayat dan memiliki beberapa
nama selain al-Takatsur yaitu : alhakum (telah melalaikanmu) atau al-Maqabir (tempat
pemakaman).
Surat ini menggambarkan tentang orang-orang yang suka berlomba-lomba untuk
mengumpulkan harta. Mereka merasa bangga jika harta yang mereka punya melebihi yang lain.
Kecintaan dan kebanggan mereka terhadap harta membuat lupa kepada Allah dan lingkungan
sekitarnya. Bahkan persaingan tersebut terus mereka lakukan sampai kematian menjemput
(dikubur). Hal ini terjadi karena mereka tidak pernah puas dengan apa yang telah didapatkan.
Dahaga mereka baru terpuaskan jika telah mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi.
Meskipun untuk mencapainya harus menghalalkan segala cara dan menafikan syariat agama.
Demikianlah gambaran jika seseorang telah terpesona dengan kehidupan duniawi,
sebagaimana firman Allah berikut:
ُز ِينَ ِللَّذِينَ َكفَ ُروا ْال َح َياة ُ الدُّ ْن َيا َو َي ْسخ َُرونَ ِمنَ الَّذِينَ آ َمنُوا َوالَّذِينَ ات َّقَ ْوا فَ ْوقَ ُه ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة
)212( ب ٍ سا َ َّللاُ َي ْر ُز ُق َم ْن َيشَا ُء ِب َغي ِْر ِح َّ َو
Artinya :
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka
memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih
mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah [2] : 212)
Dan dalam sebuah hadis qudsi, mereka digambarkan sebagai berikut : “Seandainya
seorang manusia (yang lengah) memiliki dua lembah penuh emas, niscaya pasti ia masih
menginginkan lembah ketiga, tidak ada yang memenuhi rongga putra-putri Adam kecuali
tanah.”
Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, selain persaingan mencari harta, dalam Al-Qur’an
ada tiga hal yang menyebabkan manusia lalai, yaitu:
1. angan-angan kosong
2. peniagaan dan jual beli
3. harta dan anak
Peringatan dan teguran yang Allah sampaikan melalui utusan-Nya tidak akan pernah
bisa membuat mereka sadar. Dan dakwah yang disampaikan oleh para ulama dianggapnya
sebagai angin lalu. Padahal apa yang mereka lakukan sebenarnya tidak akan menjadikan
mereka bahagia. Dan tidak sampai kepada hakikat dan kehidupan yang sejati, yaitu kebahagian
ukhrawi (di akhirat) kelak. Yang terjadi adalah sebaliknya, musuh mereka akan bertambah
seiring dengan ambisinya.
Dan apa yang mereka perebutkan tidaklah sebanding dengan kenikmatan yang akan
didapat di akhirat kelak. Seandainya mereka memahami makna kehidupan akhirat, tentulah
mereka tidak seperti itu. Kehidupan duniawi hanya sementara, sedang kehidupan akhirat kekal
selamanya.
Mereka baru akan menyadari kesalahannya ketika dimasukkan ke dalam neraka jahim.
Dan ketika diminta pertanggunggjawaban atas harta dan karunia yang telah Allah berikan. Pada
hari itu mereka akan ditanya tentang kenikmatan yang mereka kumpulkan dan banggakan
semasa hidup di dunia. Mereka juga akan diminta untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Kemudian
selanjutnya akan mendapatkan balasan sesuai dengan yang telah mereka lakukan di dunia.
Sebagaimana firman Allah berikut :
8( ُ) َو َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْقَا َل ذَ َّرةٍ ش ًَّرا يَ َره7( ُفَ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْقَا َل ذَ َّرةٍ َخي اْرا يَ َره
Artinya :
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya pula.”(QS. Al-Zalzalah [99] : 7-8)
ُ سب ِعينَْ ِمنْ ُجزءْ آ َد َْم ابنُْ يُوقِ ُْد الَّتِى َه ِذِْه ن
َْار ُكم َ َج َهنَّ َْم َح ِْر ِمنْ ُجز ًءا. ّللا قَالُوا
َِّْ كَانَتْ إِنْ َو
“Apimu ini, yakni yang dinyalakan anak Adam adalah salah satu dari tujuh puluh bagian dari
panas neraka Jahannam.” Para sahabat bertanya, “Demi Allah, satu bagian saja (dari api) itu
sudah cukup wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya neraka Jahannam
ditambahkan panasnya dengan 69 kali (panas api di dunia), dimana masing-masing bagian sama
panasnya.” (HR. Muslim)
ISI KANDUNGAN SURAT AL-‘ADIYAT
1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah.
Al-'Adiyat berasal dari kata kerja 'ada yang berarti 'berlari, berderap, lari cepat-cepat atau
berlomba cepat'. Dhabhan berarti 'dengusan, suara terengah-engah atau megap-megap karena
berlari terlalu cepat'.Kuda-kuda berlari kencang seolah-olah menyerbu musuh. Hal ini bisa juga
berkenaan dengan serbuan kekuatan musuh terhadap kaum muslim atau, kalau tidak, serbuan
kekuatan iman. Sebagian orang saleh menganggap ayat ini berkenaan dengan serangan nafs
pada saat berada di alam zikir yang tinggi.
2. Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)
Ini gambaran lain tentang serbuan. Sambaran percikan api bisa jadi merupakan rabuk nafs yang
mengering ketika percikan 'irfan (pengetahuan langsung) menyalakannya. Lagi-lagi hal itu
menunjukkan daya, kekuatan dan petunjuk.Kita dapat merasakan dalam ayat ini suatu situasi
perjuangan dan pertempuran, bentrokan antara dua kekuatan yang berlawanan, konfrontasi
antara iman (kepercayaan, keyakinan) dan kufur (penyangkalan realitas).
3. Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi
Kata shubh, yang berarti 'fajar, pagi', di sini berarti membuka wilayah musuh, membuka
kegelapan dengan cahaya pagi, membuka kegelapan batin kita dengan cahaya Allah.
4. Maka ia menerbangkan debu
Para penyerangyang menimbulkan percikan-percikanmengaduk-aduk debu yang sudah ada,
karena debu adalah adim (lapisan kerak bumi) yang pertama, yang paling rendah, dan asal
penciptaan Adam. Penyucian jiwa mirip dengan peluruhan debu dari tubuh, yakni, transendensi
tubuh di dunia ini dan di dunia akan datang.
5. Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh
Tiba-tiba para penyerang ini mendapati dirinya di tengah-tengah musuh, di tengah
kerumunan.Seseorang bisa tiba-tiba berada di tengah wahm (ilusi)-nya sendiri, bisikan hati dan
nafs-nya.Ia bisa tiba-tiba mendapati dirinya berada di tengah kerumunan orang-orang yang
dianggapnya kufur. Tiba-tiba dunia subyektifnya runtuh tanpa ada peringatan lebih dahulu.
Dinamisme dari apa yang digambarkan dalam ayat-ayat pertama ini merupakan sesuatu yang
dapat kita semua saksikan. Gambaran tersebut melukiskan serangan bersemangat yang
memiliki suatu tujuan, suatu misi, di mana unsur-unsur pokok muncul, yakni percikan api dan
debu, kemudian pergerakan ke tengah-tengah, dan pelepasan napas yang penghabisan, karena
terengah-engah dan sesak napas, yang diakibatkan oleh semangat. Tiba-tiba kita diberikan
suatu pandangan kaleidoskopis (yang berubah-ubah dengan cepat) tentang apa yang dapat kita
saksikan dari berbagai peristiwa luar di dalam hati kita. Panorama dari berbagai peristiwa dan
perbuatan di dunia lahir merupakan cermin dari apa yang berlangsung dalam batin.
Lalu tiba-tiba kita sampai pada alam manusia, sifat dasamya yang dapat dilihat dan tidak dapat
dilihat yang dapat kita selidiki, perhatikan, dan renungkan agar kita dapat melampaui apa yang
terdekat kepada kita, yakni, di luar kecenderungan-kecenderungan kita yang alamiah dan
rendah.
6. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya
Kecenderungan yang paling lazim pada manusia adalah kunud, yang berarti 'tidak ada rasa
syukur'.Manusia mengingkari rahmat, kasih sayang, dan nikmat Allah.Itu memang sifatnya
karena dalam dirinya ada benih ketidak-bergantungan yang menggemakan sifat Allah, Yang
Sama Sekali Tidak Bergantung.Dalam kesombongannya manusia menganggap dirinya
independen, suatu pemikiran yang sesat mengenai aspek Ilahiah.
7. Dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya
Namun, pada manusia ada sesuatu yang lebih dalam dari rasa tak bersyukur, yakni kesadaran
akan kesadaran, dan hal ini menjadikan dia sebagai saksi atas dirinya sendiri dalam situasi
tersebut. Manusia sendiri adalah saksi untuk dirinya sendiri ketika dalam keadaan tidak
bersyukur.Penyaksian ini tidak bisa terjadi kalau tidak ada sesuatu yang sudah ada dalam
dirinya yang bahkan lebih tinggi dari nafs, atau dengan kata lain, kalau nafs yang tinggi tidak
menerangi nafs yang rendah.Nafs yang rendah menyangkal, meragukan, bermuka dua, dan
berubah warna sesuai dengan keadaan, sedangkan kesadaran yang tinggi menerangi kesadaran
yang rendah.Cahaya ilmu pengetahuan sudah ada dalam diri manusia, tapi ia harus
membiarkannya memantul dalam mata batinnya, agar ia dapat melihat dengan jelas. Yang
dilihat manusia tergantung pada mata yang digunakannya untuk melihat, apakah menggunakan
mata nafs yang rendah atau menggunakan mata batinnya yang tinggi.
8. Dan Sesungguhnya dia sangat bakhil Karena cintanya kepada harta
Sifat manusia memang ingin 'terikat' pada hal yang baiksyadid (kokoh, kuat) berasal dari
syadda, yang berarti 'mengetatkan, mengikat'.Ia mencintai hal yang dianggapnya baik,
walaupun yang kelihatan baik bagi dia saat ini mungkin tidak baik bagi dia di saat Sain.
9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur
Manusia selalu mencari perlindungan dan kesenangan, dan juga ingin dibiarkan sendiri dengan
nilai-nilainya.Ayat ini bertanya kepada kita, 'Apakah manusia tidak menyadari bahwa apa yang
tersembunyi dalam hati, apa yang tersembunyi dalam kubur, akhirnya akan keluar?' Akhirnya
kita semua akan dikeluarkan dari kubur-kubur kita, dan yang sekarang tersembunyi dalam hati
akan diungkapkan dalam kehidupan mendatang. Apa pun yang dikubur atau disembunyikan
akhirnya akan terungkap.
10. Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada
Hashala berarti 'disamping, jelas'.Apa yang tersembunyi dalam dada akan ditampakkan dan
menjadi jelas. Penampakkan ini dapat terjadi sekarang jika kita sungguh-sungguh ingin
mengetahui apa yang ada dalam hati kita. Tujuan eksistensi ini adalah mencapai kesatuan,
menyatukan yang ada dalam hati kita dengan perbuatan kita, melalui kejelasan dan kesadaran.
11. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui keadaan mereka
Hari ketika penyatuan atau pembukaan itu terjadi akan menjadi hari kebijakan Tuhan kita.
Ketuhanan adalah hal yang menggiring kila kepada tauhid, kepada keesaan. Untuk
mendapatkan hikmah dari pengalaman kita dalam kehidupan ini kita harus yakin bahwa apa
pun yang ditakdirkan juga akan terungkap dan terang dalam pengetahuan sempurna Tuhan
kita.