Muchsin Zain
BAB II
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Oleh Muchsin Zain
Kompetensi Dasar:
Indikator:
1. Hakikat Manusia
Untuk mengetahui dan memahami secara jelas hakikat manusia
diperlukan pembahasan lebih lanjut tentang sosok manusia serta apa persamaan
dan perbedaan manusia dengan makhluk lain. Siapakah Manusia?
25
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
Berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, baik dari kalangan
filsuf maupun ilmuwan, tentang manusia sangat beragam dan tidak ada
kesamaan, sebab sangat tergantung kepada bidang kajian ilmu masing-masing
beserta pandangan filsafat yang mendasarinya. Pembicaraan tentang manusia
menurut para ahli filsafat misalnya, tidak pernah menemukan kesimpulan yang
sama. Pada umumnya mereka terlibat dengan argumentasi-argumentasi tentang
keterkaitan antara tubuh, jiwa dan roh manusia, sedangkan esensi tentang
manusia itu sendiri tidak dapat ditemukan secara meyakinkan (Nurdin, et. al.,
1993:2).
26
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
1) Kata “khalifah” dalam ayat tersebut artinya ialah pengganti. Tiap pengganti
pasti ada yang diganti. Kalau penggantinya manusia, yang diganti tentunya
manusia juga.
2) Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa malaikat bertanya (protes) kepada
Allah: “Mengapa Engkau akan menjadikan makhluk yang itu lagi di bumi
27
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
النينذيِ أيمحس ين ذك ينل يش ييدء يخلييق يهذ وُبيييدأي يخمل ييق ا منلنمسيياَنن نم يمن نط د
ٍن ذثني يجيع ييل نيمس يليهذ نم يمن,ي ي ي ي م يي
ذسيلليدة نممن يماَدء يمنه د
ي
“Tuhan yang membaguskan tiap-tiap sesuatu yang Ia jadikan. Dan Ia
mulai membuat manusia dari tanah, kemudian Ia jadikan turunannya
itu daripada sari pati dan air yang hina.”
28
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
احتج آدم وُموُسى فقاَل له موُسى ياَ آدم أنت أبوُناَ خيِبتناَ وُأخرجتناَ من النة
“Telah berbantahan Nabi Adam dengan Nabi Musa. Maka berkata
Musa: Hai Adam, Engkau “Bapak” kami, Engkau telah membuat
kerugian bagi kami, dan Engkau telah sebabkan kami keluar dari
surga (HR. al-Bukhari Muslim).
29
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
Kata basyar pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan
indah, kemudian lahir kata basyarah yang berarti kulit. Jadi, istilah basyar ini
untuk menunjuk bahwa kulit manusia tampak jelas dan berbeda dari kulit hewan
(Shihab, 1996:279).
c. Secara intelektual, manusia disebut insan, yakni makhluk terbaik yang diberi
akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.
لييقمد يخليمقيناَ امنلنميساَين نف أيمحيسنن تييمقنوُدي
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya” (Q.S. al-Tin:4).
30
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
Terkait dengan posisinya, manusia juga disebut khalifah (wakil atau pengganti)
yang menunjukkan tugasnya sebagai pemegang mandat Tuhan guna
mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. al-Baqarah:30, dan Hud:61).
a. Makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan dijadikan dalam bentuk yang
sangat baik (Q.S. al-Tin:4).
b. Diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
س إننل لنيِييمعبذذدوُنن يوُيماَ يخليمق ذ ن ن
ت املنن يوُاملنم ي
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (Q.S. al-Dzariyat:56).
يوُقذنل امليبق نممن يربلذكمم فييممن يشاَءي فييمليِذيمؤنممن يوُيممن يشاَءي فييمليِيمكذفمر
“Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir” (Q.S. al-Kahfi:29).
31
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
e. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu sebagai
wakil Allah yang berkuasa di bumi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Allah dengan tugas memakmurkan bumi (Q.S. Al-
Baqarah: 30, Yunus: 14, Hud: 61).
f. Secara individual, manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
ي ذكبل امنردئ نباَ يكس ن
ب يره ل
م ي ي ي
“Setiap orang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya”
(Q.S. al-Thur: 21).
2. Potensi Manusia
Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia memiliki potensi yang dapat
membawa dirinya menuju ke arah positif atau negatif, tergantung upaya yang
dilakukan manusia dalam mewujudkannya. Sebab Allah telah memberi petunjuk
tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, dan ia juga diberi
kebebasan untuk memilih diantara keduanya.
ٍن يوُقييمد يخيياَ ي,ٍَن قييمد أيفميليييح يم يمن يزنكاَيه يا,ٍَن فيأيملييميهيياَ فذذجوُيريهيياَ يوُتييمقيوُايه يا,َس يوُيميياَ يس ينوُايها
ب يم يمن يوُنييمف ي د
َيدنساَيها
“Dan jiwa serta penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya”.
Penjelasan al-Qur’an tentang potensi positif dan negatif yang ada pada
diri manusia tidak berarti menunjukkan adanya pertentangan satu dengan
lainnya, akan tetapi untuk menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang
harus dihindari. Disamping itu untuk menunjukkan pula bahwa manusia
memiliki potensi untuk menempati tempat tertinggi sehingga ia terpuji, atau
berada di tempat yang rendah, sehingga ia tercela (Shihab, 1996:282).
32
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
Lebih lanjut tentang potensi yang dimiliki manusia dapat diketahui dalam
kaitannya dengan sifat-sifat manusia yang mengarah kepada potensi positif atau
negatif melalui uraian tentang fitrah, nafsu, qalb dan akal, sebagai berikut.
a. Fitrah
Fitrah diartikan sebagai penciptaan atau kejadian. Ini berarti bahwa fitrah
manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahir yang
merupakan penciptaan Allah. Seperti apa fitrah manusia itu, bisa dilihat di dalam
Q.S. al-Rum:30.
33
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
من زناَ وُ شرب المر نزع ال منه اليإاَن كماَ خلع النساَن القميِص من رأسه
“Barangsiapa berzina atau minum-minuman keras, Allah mencabut
daripadanya akan iman, seperti melepaskan seseorang akan bajunya
dari kepalanya” (HR. al-Hakim).
Itulah sebabnya nafsu dianggap sebagai musuh yang paling besar, sehingga
dibutuhkan perjuangan ekstra untuk menghadapinya.
34
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
makan dan nafsu syahwat), maka akan menyebabkan manusia tidak bisa
bertahan hidup dan akhirnya akan musnah.
c. Qalb (hati)
Pada umumnya orang mengartikan qalb itu sebagai hati. Secara bahasa,
qalb bermakna membalik, karena sering kali berbolak-balik, terkadang senang,
terkadang susah, ada kalanya setuju, ada kalanya menolak. Dengan demikian
qalb berpotensi tidak konsisten, ada yang baik ada pula sebaliknya. Baik atau
buruknya sifat seseorang sangat ditentukan oleh qalbnya. Rasulullah SAW
bersabda:
Qalb atau hati yang baik akan memberi pengaruh kepada sifat-sifat
seseorang untuk melakukan tindakan yang terpuji, yang disebut al-qolbus salim
atau al-qalbu nurainy. Ini terjadi jika orang tersebut menghiasi hatinya dengan
kekuatan iman dan sifat terbaik yang selalu berada dalam ridha Allah. Kalau
demikian halnya ia akan dapat mewujudkan kebaikan dalam hidupnya, sehingga
ia akan merasakan hidup yang bahagia, tenang dan sejahtera. Sebaliknya apabila
qalb itu buruk, akan menghasilkan sifat-sifat yang tidak terpuji, yang dinamakan
al-qolbul mayyit atau al-qalbu dzulmany. Ia memperturutkan ajakan nafsu dan
bisikan syetan, sehingga hatinya busuk dan kotor, penuh dengan penyakit. Ia
tidak mampu menerima petunjuk kebenaran dari Allah, akibatnya ia dengan
mudahnya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Ilahi dan berbuat dosa.
Hal yang demikian ini akan mencelakakan dirinya, karena ia akan merasakan
kesengsaraannya dalam hidupnya baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Dari uraian di atas nampak dengan jelas, bahwa qalb (hati) merupakan
bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena itu hati harus
terus dirawat dan dipelihara serta dihindarkan dari pengaruh penyakit dan
kebusukan yang dapat menyengsarakan hidup. Harus ada usaha untuk menjaga
kebersihan dan kejernihan hati agar senantiasa berada di bawah ridha dan
naungan Ilahi. Untuk itu manusia harus selalu mendekatkan diri kepada Allah,
ingat kepada-Nya, selalu mengagungkan nama-Nya, sehingga akan selalu berada
dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Dengan demikian akan melahirkan sikap,
perilaku dan tindakan yang baik, terpuji yang memberi manfaat tidak hanya pada
dirinya sendiri, juga kepada yang lain, sehingga dapat menjalani hidup ini penuh
dengan ketenangan dan kebahagiaan selamanya.
d. Aql (akal)
Menurut Quraish Shihab (1996:294), aql atau akal diartikan sebagai
pengikat, penghalang. Maksudnya ialah sesuatu yang mengikat atau menghalangi
35
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
seseorang agar tidak terjerumus ke dalam kesalahan atau dosa. Selanjutnya akal
dapat dipahami antara lain sebagai:
Di antara makhluk ciptaan Allah itu ada yang nyata, seperti manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ada pula yang gaib, seperti malaikat, jin dan
setan yang merupakan makhluk rohaniah atau non fisik (di luar panca indra
manusia). Karenanya tidak ada seorang ilmuwan pun yang mampu
mendeskripsikannya dan hanya dari agama keterangan tentang makhluk gaib
dapat diperoleh. Walaupun semuanya makhluk ciptaan Allah dan bersifat fana’,
namun berbeda antara yang satu dengan yang lain, yang meliputi awal
penciptaannya, sifat-sifat dan tanggung jawab yang diembannya.
36
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
ضيمليناَذهمم يعلييى وُلييقمد يكنرميناَ بنن آيدم وُيحمليناَهم نف املبيلر وُالمبحنر وُرزقمينيياَهم نمين الطنيِلبياَ ن
ت يوُفي ن م ي ي ي ي ي ذ م ي ي ي م ي يي ذ م ي ي ي
ن ن ن
يكثدي منمن يخليمقيناَ تييمفضيِةل
“Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Q.S.
al-Isra’:70).
Manusia memiliki akal, hati dan nafsu, sedang malaikat hanya memiliki
akal dan tidak memiliki nafsu. Ini merupakan kebalikan dari hewan, makhluk
yang tidak berakal tetapi memiliki nafsu, sehingga kehidupan hewan selalu
menjurus kepada pemenuhan nafsu. Karena itu ketaatan malaikat kepada Allah
sangat luar biasa. Artinya, kehidupan malaikat hanya terarah untuk taat kepada
Allah.
َت نممن ذدوُنننمم نحيجاَةباَ فيأيمريسمليناَ إنليميِييهاَ ذروُيحيناَ فييتييمثنيل ييلاَ بييشةرا يسنوُييا
فياَنتييذ م
“Maka Maryam mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka,
lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril AS) kepadanya. Lantas ia
37
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
Seperti halnya manusia, jin ada yang taat beribadah kepada Allah dan
berperangai baik, Muslim. Ada pula yang kafir, ingkar, dan durhaka kepada Allah
serta berperilaku buruk (Q.S. al-Jin:14-15). Jin yang kafir inilah yang dinamai
setan. Adapun Iblis, menurut kitab al-‘Ain juz 2 yang ditulis oleh Khalil Bin
Ahmad, adalah raja setan. Setelah mendapat kutukan dari Allah akibat penolakan
yang dilakukannya terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, setan
bersumpah menjadi musuh manusia dan selalu berusaha untuk menjerumuskan
manusia ke dalam jurang kesesatan dan bersama-sama dengannya selalu
mengerjakan kejahatan (Q.S. Shad:82 dan al-Hijr:39). Namun semuanya tidak
akan terjadi manakala manusia selalu ingat dan dekat dengan Allah serta
menjalankan segala ketentuan-Nya.
38
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
39
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
sekali Allah menciptakan manusia hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada-
Nya.
Hal ini menunjukkan kata ‘khalifah’ yang diartikan sebagai wakil atau
pengganti yang memegang kekuasaan. Dengan demikian kekuasaan yang
dipegang manusia hanya semata-mata memegang mandat Allah (mandataris).
Oleh karena itu, dalam menjalankan kekuasaannya, manusia harus selalu
mentaati ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang memberi mandat. Apa yang
dikerjakan oleh manusia dalam menjalankan tugasnya dibatasi oleh aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, Sang Pemberi Mandat tersebut (Nurdin,
et. al., 1993:15). Aturan-aturan itu berupa hukum Tuhan yang dibuat sedemikian
rupa, agar manusia dalam menjalankan tugas kekhalifahannya selalu
mendapatkan ridla Allah, sehingga ia bisa merasakan kenikmatan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat .
40
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
c. Tertanam pada dirinya rasa percaya diri dan optimisme, karena apa yang ia
lakukan akan mendapatan kekuatan dari Allah, sehingga hasilnya akn baik,
optimal dan menyenangkan bagi dirinya dan orang lain (karena mendapat
curahan sifat rahman dan rahim Allah).
Jadi dengan mengucap basmallah setiap akan melakukan pekerjaan
(menulis, berpakaian, bepergian, dan lain lain), insya Allah manusia akan menuai
hasil yang baik dan indah, demikian juga kasih sayang Allah tercurah pada diri
kita dan sekaligus kita mampu mencurahkannya kepada pihak lain (Shihab,
1994:22).
Terkait dengan hal ini, logika diciptakannya manusia dari tanah menjadi
semakin jelas, yaitu agar ada kesesuaian antara unsur ciptaan dengan tugasnya
yang juga di bumi. Manusia memiliki potensi dan kesanggupan yang signifikan
untuk menjalankan tugas kepemimpinannya di bumi, karena dia tercipta dari
unsur tanah. Begitu juga sebelum manusia menjalankan tugasnya, Allah telah
memberi bekal dengan mengajarkan nama-nama segala benda yang ada di bumi
dan tidak satu pun dari malaikat yang mengetahuinya (Q.S. al-Baqarah:31-33).
Karena itu, manusia harus selalu menyadari bahwa di samping fungsi dan
peranannya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan segala kebebasan yang
dimilikinya, ia juga sekaligus sebagai hamba Allah (‘abd Allah). Sebagai hamba
Allah, ia harus selalu taat, patuh, dan tunduk kepada perintah Allah, karena
41
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
Demikian juga sebagai hamba Allah (‘abd Allah), manusia telah diberi
berbagai segi positif oleh Allah SWT yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Segi-
segi positif itu adalah:
42
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
ada di bumi beserta alam sekitarnya menurut jalan Allah dalam konteks
kehidupan pribadi, masyarakat, dan bernegara semata-mata karena Allah (Q.S.
al-An’am:163). Setelah itu, barulah manusia akan mendapatkan haknya berupa
kenikmatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Jadi, hak yang
diperoleh manusia itu adalah sebagai konsekuensi yang datangnya kemudian
setelah ia menjalankan kewajibannya menurut jalan Allah, dan jika kewajiban itu
tidak dilaksanakan ia tidak akan mendapatkan haknya.
43
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
semacam inilah yang dicela dan tidak disukai oleh Allah SWT (Q.S. al-
Syu’ara’:183 dan al-Maidah:64).
Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi sebagai khalifah dan
hamba Allah merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan
dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan aktifitas yang selalu berpihak
pada nilai-nilai kebenaran. Hal tersebut juga merupakan kesatuan yang
menyempurnakan nilai kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang memiliki
kebebasan memilih dan berkreasi, sekaligus menghadapkannya kepada tuntutan
kodrat yang menempatkan posisinya kepada keterbatasan yang menuntut
ketaatan dan ketundukan kepada Allah. Karena itu hidup seorang muslim akan
dipenuhi dengan aktifitas dan kerja keras tiada henti, yang merupakan wujud
dari amal saleh yang dilandasi oleh keimanan yang kokoh (Suryana, et. al.,
1996:20–21).
Dari sini tampak dengan jelas bahwa tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah adalah dalam menjalankan aktivitasnya. Mereka harus selalu
berpedoman kepada ketetapan yang telah digariskan oleh Allah, taat dan patuh
kepada perintah-Nya, tidak mengikuti kemauannya sendiri dan dorongan nafsu
semata, agar segala yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan kehendak Allah,
sehingga memberi manfaat tidak saja pada dirinya juga kepada lainnya. Inilah
pada hakikatnya letak kualitas manusia, yaitu beriman kepada Allah dan beramal
saleh. Jadi, kualitas kemanusiaan sangat tergantung kepada kualitas komunikasi
kepada Allah melalui ibadah, dan kualitas interaksi sosial kepada sesama melalui
muamalah.
44
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
Perlu diketahui bahwa kedua tanggung jawab itu adalah merupakan satu
kesatuan yang hanya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Dengan
demikian manusia dituntut untuk mampu menciptakan keseimbangan antara
keduanya. Maksudnya, dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai khalifah
Allah yang ditandai dengan aktivitas berpikir, berkreasi, dan berkarya,
hendaknya dibarengi pula dengan menjalankan tanggung jawab sebagai hamba
Allah yang ditandai dengan niat karena Allah dan aktivitas beribadah (zikir),
demikian pula sebaliknya. Aktivitas berpikir, berkreasi, dan berkarya harus
bermuara kepada ibadah, sedang ibadah harus diaktualisasikan ke dalam
aktivitas berpikir, berkreasi, dan berkarya. Jadi, apabila manusia mampu
menyeimbangkan kedua tanggung jawab tersebut, maka mereka akan dapat
merasakan kebahagiaan baik material maupun spiritual, jasmani dan rohani
serta tidak saja di dunia, juga di akhirat nanti.
1. Pendapat tentang siapa sebenarnya manusia itu sangat beragam dan berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Faktor apa yang menyebabkan demikian?
2. Keberadaan nabi Adam sebagai manusia pertama masih menjadi perdebatan
di antara para ulama. Mengapa demikian? Jelaskan alasan yang mendasari
masing-masing pendapat tersebut!
3. Manusia memiliki potensi yang dapat berkembang ke arah yang positif atau
negatif. Bagaimana hal tersebut terjadi?
4. Apa manfaat yang diperoleh manusia dengan mengetahui bahwa di dalam
dirinya terdapat potensi yang positif dan negatif?
5. Diskusikan dampak yang akan terjadi apabila potensi yang negatif itu
menguasai diri manusia!
6. Setelah mengetahui perbedaan antara manusia dengan makhluk lain,
jelaskan mengapa Allah memilih manusia sebagai khalifah fil ardhi!
7. Kekuasaan yang diberikan Allah kepada manusia sebagai khalifah fil ardhi
tidak bersifat mutlak. Jelaskan maksud pernyataan tersebut!
8. Apa yang harus dilakukan oleh manusia agar dalam menjalankan fungsinya
sebagai khalifah fil ardhi dapat berjalan lancar dan sukses?
9. Manusia memiliki dwifungsi yaitu sebagai khalifah dan hamba Allah.
Jelaskan hubungan kedua fungsi tersebut!
45
Hakikat Manusia Menurut Islam
Muchsin Zain
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Endang Saifuddin. 1979. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu
Fajar Pustaka Baru.
Daradjat, Zakiah. et. al. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Gazalba, Sidi. 1978. Ilmu Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama.
Jakarta: Bulan Bintang.
Nurdin, Muslim. et. al. 1993. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: C.V. Alfabeta.
Saifuddin, Muhammad. et. al. 1996. Islam untuk Disiplin Ilmu Sosiologi. Jakarta:
Departemen Agama RI.
Suryana, Toto. et. al. 1996. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Bandung: Tiga Mutiara.
Tim Dosen PAI IKIP Malang, 1985, Pendidikan Agama Islam I. Malang: LEPPA
IKIP Malang.
46