Anda di halaman 1dari 6

PRINSIP DASAR ISLAM YANG KE 10

ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA


Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Kewajiban umat Islam adalah ittiba’
( mengikuti agama Islam yang sempurna ini ). Allah SWT berfirman,

‫اْلَيْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ِد يَنُك ْم َو َأْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتي َو َر ِض يُت َلُك ُم اإلْسالَم ِد يًنا‬
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu,
dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”( QS. Al-Maaidah : 3 )

Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah ( wafat th. 774 H ) menjelaskan, “ Ini merupakan nikmat Allah
terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga,
mereka tidak memerlukan agama lain selain agama mereka dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka,
yaitu Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, Allah SWT menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada
seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang
haram kecuali yang beliau haramkan, dan tidak ada agama kecuali yang beliau syati’atkan. Semua yang
dikabarkannnya adalah haq, benar dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali.

Maksudnya, benar dalam kabar yang disampaikan, dan adil dalam seluruh perintah dan larangan.
Setelah agama disempurnakan bagi mereka, maka sempurnalah nikmat yang diberikan kepada mereka.

Maka ridhailah Islam untuk diri kalian, karena ia merupakan agama yang dicintai dan diridhai Allah SWT.
Karenanya Allah mengutus Rasul yang paling utama dan karenanya pula Allah menurunkan Kitab yang
paling mulia ( Al-Quran ).

Mengenai firman-Nya, ‫ “ اْلَيْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ِد يَنُك ْم‬pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu.”
‘Ali bin Abi Thalhah berkata, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas RA “ Maksudnya adalah Islam. Allah telah
mengabarkan Nabi-Nya dan orang-orang yang beriman bahwa Allah telah menyempurnakan keimanan
kepada mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan penambahan sama sekali. Dan Allah SWT telah
menyempurnakan Islam sehingga Allah tidak akan pernah menguranginya, bahkan Allah telah
meridhainya, sehingga Allah tidak akan memurkainya, selamanya.”

Ibnu Jarir dan beberapa ulama lainnya mengatakan, “Rasulullah SAW meninggal dunia setelah hari
‘Arafah, yaitu setelah 81 hari.” Keduanya telah diriwayatkan Ibnu Jarir. Selanjutnya ia menceritakan,
Sufyan bin Waki’ menceritakan kepada kami, Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, dari Harun bin
Antarah, dari ayahnya, ia berkata, “ Ketika turun ayat : Yaitu pada haji akbar ( besar ), maka ‘Umar RA
menangis, lalu Nabi SAW bertanya, “ Apa yang menyebabkan engkau menangis?” ‘Umar RA menjawab,
“ “Aku menangis disebabkan selama ini kita berada dalam penambahan agama kita. Tetapi jika telah
sempurna, maka tidak ada sesuatu yang sempurna melainkan akan berkurang.” Kemudian beliau SAW
bersabda, “ Engkau benar.”
Pengertian tersebut diperkuat oleh sebuah hadits yang shahih bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “
Sesungguhnya Islam bermula dalam keadaan asing dan akan Kembali menjadi asing sebagaimana
permulaannya, maka berbahagialah orang-orang yang asing.”

A. ALLAH SWT TELAH MENJELASKAN USHUL DAN FURU’ AGAMA DI DALAM AL-QURAN

Anda tentu tahu bahwa Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Quran tentang ushul ( pokok-pokok )
dan furu’ ( cabang-cabang ) agama Islam. Allah telah menjelaskan tentang tauhid dengan segala
macam-macamnya, sampai tentang bergaul dengan sesama manusia seperti adab ( tata krama )
pertemuan, tata cara minta izin dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحوا ِفي اْلَم َج اِلِس َفاْفَس ُحوا َيْفَس ِح ُهَّللا َلُك ْم َو ِإَذ ا ِقيَل اْنُشُز وا‬

‫َفاْنُشُز وا َيْر َفِع ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِم ْنُك ْم َو اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم َد َرَج اٍت َو ُهَّللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan
Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." ( QS. Al-Mujaadilah : 11 )

Allah SWT telah menjelaskan pula kepada kita dalam Al-quran tentang kewajiban Wanita Muslimah
untuk memakai jilbab ( busana Muslimah ) yang sesuai dengan syari’at. Allah SWT berfirman,

‫َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ُقْل ألْز َو اِج َك َو َبَناِتَك َو ِنَس اِء اْلُم ْؤ ِمِنيَن ُيْد ِنيَن َع َلْيِهَّن ِم ْن َج الِبيِبِهَّن َذ ِلَك َأْد َنى َأْن ُيْع َر ْفَن‬

‫َفال ُيْؤ َذ ْيَن َو َك اَن ُهَّللا َغ ُفوًرا َر ِح يًم ا‬


"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin, "Hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar
mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." ( QS. Al-Ahzaab : 59 )

Dan masih banyak lagi ayat seperti ini. Dengan demikian jelaslah bahwa Islam adalah agama yang
sempurna, mencakup segala aspek kehidupan, tidak boleh ditambahi dan tidak boleh dikurangi.
Sebagaimana firman Allah tentang Al-Quran,

‫َو َنَّز ْلَنا َع َلْيَك اْلِكَتاَب ِتْبَياًنا ِلُك ِّل َش ْي ٍء‬


"Dan Kami turunkan Kitab (Al Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu."( QS. An-Nahl :
89 )
Dengan demikian, tidak ada sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, baik yang menyangkut masalah
kehidupan di akhirat maupun masalah kehidupan di dunia, kecuali telah dijelaskan Allah SWT di
dalam Al-Quran secara tegas atau dengan isyarat, secara tersurat maupun tersirat, termasuk juga
segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh Sunnah RAsulullah SAW, sesungguhnya Al-Quran telah
menunjukkannya pula. Karena Sunnah termasuk juga wahyu yang diturunkan dan diajarkan oleh
Allah SWT kepada Rasulullah SAW.
Sebagaimana disebutkan dalam firman -Nya,

‫َو َأْنَز َل ُهَّللا َع َلْيَك اْلِكَتاَب َو اْلِح ْك َم َة‬......


"Dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab (Al Qur'an) dan Hikmah kepadamu." ( QS. An-
Nisaa’ : 113 )

Nabi SAW bersabda, “ Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al-Kitab ( Al-Quran ) dan yang
sepertinya ( yaitu As-Sunnah ) bersamanya ….
Dengan demikian, apa yang disebutkan dalam As-Sunnah, maka sebenarnya telah disebutkan pula
dalam Al-Quran.

B. DEFINISI BID’AH

Bid’ah sama dengan kata al-ikhtira’ yaitu yang baru yang diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya.
Imam asy-Syathibi berkata ketika mendefinisikan bid’ah, Bid’ah adalah cara baru dalam agama yang
dibuat menyerupai syari’at dengan maksud untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah.”

Ungkapan ‘cara baru dalam agama’ itu maksudnya, bahwa cara yang dibuat itu disandarkan oleh
pembuatnya kepada agama. Tetapi sesungguhnya cara baru yang dibuat itu tidak ada dasar
pedomannya dalam syari’at. Sebab dalam agama terdapat banyak cara, diantaranya ad acara yang
berdasarkan pedoman asal dalam syari’at, tetapi juga ad acara yang tidak mempunyai pedoman
asal dalam syari’at. Maka, cara dalam agama yang termasuk dalam kategori bid’ah adalah apabila
cara itu baru dan tidak ada dasarnya dalam syari’at.

Artinya, bid’ah adalah cara baru yang dibuat tanpa ada contoh dari syari’at. Sebab bid’ah adalah
sesuatu yang keluar dari apa yang telah ditetapkan dalam syari’at. Perbuatan bid’ah dalam agama
sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, perbuatan bid’ah sangat dicintai oleh Iblis.

C. SETIAP BID’AH ADALAH KESESATAN

Siapa pun yang berbuat bid’ah dalam agama, walaupun dengan tujuan baik, maka bid’ahnya itu,
selain merupakan kesesatan, adalah suatu Tindakan menghujat agama dan mendustakan firman
Allah SWT ( yang atinya ) “ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ( QS. Al-
Maaidah : 3 ). Karena dengan perbuatannya tersebut, dia seakan-akan mengatakan bahwa Islam
belum sempurna, sebab amalan yang diperbuatnya dengan anggapan dapat mendekatkan diri
kepada Allah belum terdapat di dalamnya.
Sabda Rasulullah SAW,
“ Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat.”
Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka.”

Dengan dimikian, tidak ada jalan lagi bagi ahli bid’ah untuk menjadikan suatu bid’ah mereka
sebagai bid’ah hasanah, karena kita telah mempunyai senjata ampuh dari Rasulullah SAW, yaitu : “
Dan setiap bid’ah adalah kesesatan”. Senjata ini bukan dibuat disembarang pabrik, melainkan
datang dari Nabi SAW dan dibuat sedemikian sempurna. Maka, barangsiapa yang memegang
senjata ini tidak akan dapat pula dilawan oleh siapa pun dengan bid’ah yang dikatakannya sebagai
hasanah, sementara Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa, “ Setiap bid’ah adalah kesesatan”.

Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar RA berkata : “ Setiap bid’ah adalah sesat, meskipun manusia
memandangnya baik.”

D. HADITS-HADITS TENTANG KESEMPURNAAN ISLAM

Hadits Pertama :
Dari Shahabat Abu Dzarr RA, ia mengatakan, “ Rasulullah SAW telah pergi meninggalkan kami
( wafat ), dan tidaklah seekor burung yang terbang melainkan beliau telah menerangkan ilmunya
kepada kami. “Berkata Abu Dzarr RA. “Rasulullah SAW telah bersabda, “Tidaklah tertinggal sesuatu
pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya
kepada kalian.”

Hadits Kedua :
Dari Abu Dzarr RA, beliau berkata, “Rasulullah SAW telah pergi meninggalkan kami ( wafat ) dan
tidaklah seekor burung pun yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan kami memiliki ilmu
dari beliau SAW.”

Hadits Ketiga :
Dari Abu Darda’ RA, ia berkata, “ Sungguh Rasulullah SAW telah pergi meninggalkan kami ( wafat )
dan tidaklah seekor burung yang terbang dilangit melainkan beliau telah menerangkan kepada kami
ilmunya.”

Hadits Keempat :
Dari al-Muththalib bin Hantab, seorang Tabi’in terpercaya, “ Sesunguhnya Rasulullah SAW
bersabda, “Tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari perintah-perintah Allah kepada kalian,
melainkan telah aku perintahkan kepada kalian. Begitu pula tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun
dari larangan-larangan Allah kepada kalian melainkan telah aku larang kalian darinya.”

Hadits Kelima :
Dari Salman RA, beliau berkata, “ Orang-orang musyrik telah bertanya kepada kami, “Sesungguhnya
Nabi kalian sudah mengajarkan kalian segala sesuatu sampai ( diajarkan pula adab ) buang air
besar!’ Maka, Salman RA menjawab,” Ya!’”

Hadits Keenam :
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kedudukanku
terhadap kalian seperti kedudukan seorang ayah, aku mengajari kalian semua ….”

Hadits Ketujuh :
Dari Hudzaifah RA, beliau berkata, “Rasuulullah SAW pernah berdiri di hadapan kami
( berkhutbah ), tidaklah beliau tinggalkan sesuatu pun juga di tempatnya itu ( tentang peristiwa-
peristiwa ) yang akan terjadi sampai hari Kiamat melainkan beliau menceritakannya kepada kami.
Telah hafal orang yang hafal dan telah lupa orang yang lupa.”

Hadits Kedelapan :
Dari Abu Zaid ( yaitu ‘Amr bin Akhtab RA ), “Rasulullah SAW shalat Shubuh berjama’ah ( mengimami
) kami, lalu ( setelah shalat ) beliau naik ke mimbar dan berkhutbah kepada kami sampai tiba waktu
shalat Zhuhur. Maka Nabi SAW turun dari mimbar dan shalat berjama’ah ( mengimami ) kami.
( Setelah shalat ) Rasulullah SAW naik ( lagi ) ke mimbar dan berkhutbah kepada kami sampai tiba
waktu shalat ‘Ashar, maka Nabi SAW turun dari mimbar dan shalat berjama’ah ( mengimami ) kami.
(Setelah shalat ) kemudian Nabi SAW naik ke mimbar lagi dan berkhutbah kepada kami sampai saat
matahari terbenam. Baliau mengkhabarkan kami tentang apa-apa saja yang sudah terjadi dan yang
akan terjadi. ( Abu Zaid ) berkata, ‘Orang yang paling mengetahui adalah orang yang paling hafal
diantara kami.’”

Hadits Kesembilan :
‘Umar RA berkata, “Rasulullah SAW pernah berdiri ( khurbah ) dihadapan kami, lalu menceritakan
kepada kami tentang awal penciptaan makhluk sampai penghuni Surga memasuki tempatnya dan
penghuni Neraka memasuki tempatnya. Telah hafal orang yang menghafalnya dan telah lupa orang
yang melupakannya.”

Hadits Kesepuluh :
Dari Mughirah RA bahwasanya dia mengatakan, “Rasulullah SAW berdiri di antara kami pada suatu
tempat, kemudian menceritakan tentang apa yang terjadi pada ummatnya sampai hari Kiamat.
Telah hafal orang yang menghafalnya dan telah lupa orang yang melupakannya.”

Hadits Kesebelas :
Abu Musa al-Asy’ari RA berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah berkhutbah kepada kami,
menjelaskan sunnah-sunnah kepada kami dan mengajarkan ( cara ) shalat kepada kami ….. ( dalam
suatu hadits yang Panjang ).

Hadits Keduabelas :
Dari ‘Iyadh bin Himar al-Mujasy’iy RA, Bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda pada suatu hari
dalam khutbahnya, “Ketahuilah sesungguhnya Rabb-ku telah menyuruhku untuk mengajarkan
kalian hal-hal yang kalian tidak mengetahuinya dari apa-apa yang Dia telah mengajarkannya
kepadaku hari ini ….”

Anda mungkin juga menyukai